NIM : 4153341010
Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-
fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi ( perlindungan ), retensi, sensasi,
absorpsi, ekskresi, persepsi,.
Kulit memiliki lapisan kulit yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari tiap bagian lapisan
kulit terdalam sampai luar, seperti :
Sel Keratin berfungsi melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi, selain
itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
Sebum yang berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh bakteri di
permukaan kulit. Dengan adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan
mikroba.
Pigmen melanin yang berfungsi untuk melindungi kulit efek dari sinar UV yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya.
Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka
dapat timbul keganasan. Pigmen melanin merupakan lapisan kulit yang berfungsi sebagai
pemberi dan perubahan warna kulit. Untuk itu pakailah Hand Body Lotion untuk mencegah
kulit dari pancaran sinar matahari, karena pigmen kulit mudah sekali berubah.
Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah
sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit
yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
(http://www.dermatixultra.org/fungsi-kulit-manusia/)
Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga manusia tidak
menggelembung ketika berenang.
Keasaman (ph) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan menekan bakteri
dan jamur yang berkeliaran dj sekitar kulit.
Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan.
(http://agil-asshofie.blogspot.co.id/2011/04/fungsi-proteksi-pada-kulit.html)
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E,
dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap
oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau
melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada
yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari dalam tubuh
beruoa keringat dengan perantara 2 kelenjar keringat yang dimiliki, yakni kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat:
Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid
yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili
berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein,
dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan
memproteksi keratin.
Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Bagi seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif bekerja di luar
ruangan akan menghasilkan kelenjar keringat yang lebih terbuka sehingga keringat yang
dikeluarkan lebih banyak dari mereka yang bekerja di dalam ruangan. Selain mengeluarkan
air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,
karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
(http://www.dermatixultra.org/fungsi-kulit-manusia/)
4. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respon terhadap ransangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh dermis.
Kulit Anda bisa sangat sensitif dan memungkinkan Anda untuk merasa sedikit perubahan
suhu, tekanan dan sejenisnya. Ujung saraf dalam tubuh Anda bereaksi terhadap sensasi yang
terasa pada kulit, mengingatkan otak Anda dengan perasaan baru dalam sekejap.
Ini berarti Anda dapat bereaksi terhadap panas atau dingin, rasa sakit atau cedera, dan bahkan
sentuhan lembut dengan cara yang tepat.
(http://budisma.net/2014/09/fungsi-kulit-pada-manusia.html).
JENIS KULIT
1. Kulit Normal
Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan bercahaya, halus dan
mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat
kering. Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan
dirawat dengan baik, karena jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal
akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya
jerawat.
Kelenjar minyak (sebaceous gland) pada kulit normal biasanya tidak bandel, karena minyak
(sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan.
2. Kulit Berminyak
Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat produktif,
hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan.
Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah
terpicu untuk bekerja lebih aktif.
Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi :
1) Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit berminyak, cenderung akan
memiliki kulit berminyak pula.
2) Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat. Karena itulah
pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres
dan banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.
b. Faktor eksternal meliputi :
1) Udara panas atau lembab.
2) Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan yang terlalu pedas
baik karena cabai atau merica, makanan yang terlalu asin, makanan yang berbumbu
menyengat seperti bawang putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan
minuman yang terlalu panas. Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus dibandingkan
kulit normal. Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan yang dibiarkan akan menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan bakteri yang pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau
infeksi.
3. Kulit Kering
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya :
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi kulit wajah yang
kering.
b. Kondisi struktur kulit
Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu memberi cukup lubrikasi untuk kulit,
menimbulkan dehidrasi pada kulit.
c. Pola makan
Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan vitamin B
merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering.
d. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin, radikal bebas atau
paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci muka pun akan sangat berpengaruh
pada pembentukan kulit kering.
(https://www.glutera.com/article/read/50/mengenal-jenis-jenis-kulit-secara-benar-glutathione-
indonesia.html)
SIDIK JARI
Sidik jari memiliki suatu orientasi dan struktur periodik berupa komposisi dari garis-
garis gelap dari kulit yang naik (ridges) dan garis-garis terang dari kulit yang turun (furrows)
yang berliku-liku membentuk suatu pola yang berbeda-beda. Walaupun garis-garis alur
tangan terbentuk berbeda-beda, tetapi sifat-sifat khusus dari sidik jari yang disebut dengan
minutiae adalah unik untuk setiap individu. Ciri-ciri ini membentuk pola khusus yang terdiri
dari terminasi atau percabangan dari alur. Untuk memeriksa apakah dua sidik jari berasal dari
jari yang sama atau bukan, para ahli mendeteksi minutiae tersebut. Sistem Identifikasi Sidik
Jari Otomatis (AFIS) akan mengambil dan membandingkan ciri-ciri tersebut untuk
menentukan suatu kecocokan.
Dermatoglifi atau pola sidik jari didefinisikan sebagai gambaran sulur-sulur dermal
yang pararel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki. Secara
anatomis dermatoglifi akan membuat permukaan kasar pada telapak tangan jari tangan,
telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi dalam membantu proses memegang atau berpijak
sehingga tidak tergelincir. Pembentukan dermatoglifi dimulai dengan proliferasi sel epitel
basal epidermis volar pad sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel
kemudian membentuk lipatan-lipatan dan menjadi rigi episermis.
Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan aturan-aturan
yang telah disebutkan diatas. Ada dua kasus yang pada umumnya dapat mengaburkan dalam
menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya garis tambahan (appendage).
Munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik jari bila appendage tersebut muncul
disuatu garis sidik jari yang letaknya berada pada daerah melengkung antara bahu garis
sangkutan. Apabila appendage ini akan dianggap sebagai garis berhenti bagi sangkutan yang
tepat berada diluarnya. Kasus yang kedua adalah adanya garis loop yang terdalam (garis
sangkutan) yang saling memotong satu sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua
garis sangkutan yang saling memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan
dimana garis di dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi bahu loop.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit itu, yang paling menentukan warna kulit
adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen melanin ini akan
menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras/bangsa di dunia.
Histologi Melanosit
Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di bawah
atau di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Asal embriologi dari melanosit
berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki bentuk badan sel bulat tempat bermulanya
cabang-cabang panjang yang ireguler dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada di antara
sel-sel stratum basalis dan stratum spinosum.
Juluran melanosit meluas hingga ke antara keratonosit. Granul melanin disintesis di dalam
melanosit, kemudian bermigrasi ke dalam keratinosit.
Dengan mikroskop elektron terlihat sel yang berwarna pucat, berisikan banyak
mitokondria kecil, kompleks golgi sangat berkembang, sisterna pendek pada retikulum
endoplasma yang kasar.
Meskipun melanosit tidak dilekatkan dengan keratinosit yang berdekatan dengannya oleh
desmosom, melanosit ini diletakkan ke lamina basalis dengan hemidesmosom.
Terdiri dari melanosit dan keratinosit. Terlihat granul melanin yang sangat banyak pada
keratinosit di sebelah kanan dibandingkan yang terdapat di melanosit sendiri. Gambaran
material putih di bagian bawah adalah kolagen dermis.
Pembentukan Pigmen Melanin
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan
penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin
diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang
kemudian dikonversi, setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim
tirosinase dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar,
melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi.
4 tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang matang:
Tahap 1 :
Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktivitas enzim
tirosinase dan pembentukan substansi granul halus; pada bagian perifernya. Untaian-untaian
padat elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi pada sebuah matrik
protein.
Tahap 2 :
Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam filamen-filamen
dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang dengan jarak sama. Melanin disimpan dalam
matriks protein.
Tahap 3 :
Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit terlihat.
Tahap 4 :
Granul melanin matang dapat terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara
sempurna mengisi vesikel. Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul yang matang
berbentuk elips, dengan panjang 1 m dan diameter 0,4 m..
Tirosinase di sintesis dalam retikulum endoplasma yang kasar dan diakumulasikan
dalam vesikel kompleks Golgi. Vesikel yang bebas sekarang dinamakan melanosom. Sintesis
melanin dimulai pada melanosom tahap II, di mana melanin diakumulasikan dan membentuk
melanosom tahap III. Terakhirstruktur ini hilang dengan aktivitas tirosinase dan membentuk
granul melanin. Granul melanin bermigrasi ke arah juluran melanosit dan masuk ke dalam
keratinosit.
Melanin dibentuk oleh melanosit dalam beberapa tahap. Ketika dibentuk, granul
melanin migrasi di dalam perluasan sitoplasma melanosit lalu ditransfer ke keratinosit,
terutama pada lapisan stratum germinativum dan stratum spinosum. Keratinosit merupakan
sel-sel yang membentuk jaringan epidermis. Akibatnya sel-sel keratinosit banyak
mengandung melanin, bahkan lebih banyak daripada yang terdapat pada melanosit yang
merupakan penghasil melanin itu sendiri. Artinya, melanosit di situ hanya bertugas memberi
warna pada keratinosit.
Melanin yang diterima oleh keratinosit, lama-kelamaan akan dicerna oleh lisosom di
dalam keratinosit karena mungkin dianggap sebagai benda asing. Ini menyebabkan sel-sel
keratinosit pada lapisan epidermis bagian atas tidak mengandung melanin. Jadi, setelah
melanosit bersusah payah menjulurkan sitoplasmanya dan memberikan melanin kepada
keratinosit, ternyata pada akhirnya melaninnya dimakan oleh lisosom pada keratinosit.
Namun ternyata melanosit tidak sakit hati, bahkan dia tetap menjalankan tugasnya
memberikan melanin kepada keratinosit.
Setelah melanin ditransfer ke keratinosit, melanin tidak diletakkan secara
sembarangan, granul melanin berakumulasi di dalam sitoplasma di daerah atas inti pada
keratinosit. Akumulasi melanin di daerah atas inti bukan tidak ada fungsinya, tetapi bertujuan
melindungi nukleus dari efek merusak radiasi ultraviolet. Nukleus yang mengandung DNA di
dalamnya bisa mengalami mutasi apabila terkena radiasi ultraviolet. Dan ini bisa
menyebabkan terjadinya kanker kulit.
Seandainya melanosit hanya mementingkan dirinya sendiri, dia akan menempatkan
melanin di atas nukleusnya sendiri tanpa perlu menjulurkan sitoplasmanya. Jika ini terjadi,
melanosit bisa selamat tetapi sel-sel keratinosit yang berada di atasnya akan mengalami
kerusakan akibat radiasi ultraviolet. Melanosit menyelamatkan sel-sel keratinosit yang berada
di atasnya dengan memberikan melaninnya kepada mereka. Dengan cara ini melanin akan
melindungi segala sesuatu yang berada di bawahnya, termasuk melanosit yang terletak di
dasar lapisan epidermis. Akibatnya melanosit pun terselamatkan dengan cara ini walaupun
tidak ada melanin di dalam sitoplasmanya.
http://hastantoferi.blogspot.co.id/2012/01/mekanisme-pigmentasi.html
SUMBER :
http://hastantoferi.blogspot.co.id/2012/01/mekanisme-pigmentasi.html
http://pintar-biologi.blogspot.co.id/2015/04/pola-pembentukan-sidik-jari.html
Setiadi . 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Jakarta : Graha Ilmu
Soewolo. 2003. Common TextBook Fisiologi Manusia. Medan : UNIMED