Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Xerosis Cutis
a. Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh


bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di
dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata lebih dari 2 meter persegi
dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa
lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis
(Junqueira dan Carneiro, 2012).

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan


memiliki tebal yang berbeda-beda:

400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki)
dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun
atas lapisan:

- Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis.
- Sel langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan
sumsum tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel langerhans juga
mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting
dalam imunologi kulit.
- Sel merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin
difus.

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga


paling dalam sebagai berikut:
 Stratum korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
 Stratum lusidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis
eosinofilik yang sangat gepeng.
 Stratum granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin..
 Stratum spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
 Stratum basal atau germinativum, merupakan lapisan paling
bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid.
b. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri
atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum
papilare dan stratum retikulare.
Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast,
sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh
(ekstravasasi). Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum
papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama
kolagen tipe I) (Harien, 2010). Selain kedua stratum di atas, dermis
juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar keringan. Pada bagian bawah dermis,
terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan
dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga
fasia superfisial, atau panikulus adiposus (Junqueira dan Carneiro,
2012).

b. Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga


homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh


(termoregulasi), dan pembentukan vitamin D. Kulit juga sebagai barier
infeksi dan memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan
(Harien, 2010).

a. Fungsi proteksi
- Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara
sebagai berikut: Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi
(gesekan), panas, dan zat kimia.
- Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan
kulit dan dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari
lingkungan luar tubuh melalui kulit.
- Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
- Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang
berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan
pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi
genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan
pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.
b. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-
lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik
dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri (Harien, 2010).
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison,
sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin
di tempat peradangan.

c. Fungsi ekskresi

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua


kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

- Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada


folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai
sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus
erektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga
sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit.
Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi
keratin (Harien, 2010).

- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400
mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar
keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air
dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul
organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea
(Harien, 2010).

d. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan


subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh
badan-badan krause yang terletak di dermis, badan taktil meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis. Saraf-

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik


(Harien, 2010).
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh


(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan
menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu
tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak
serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas
akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah,
tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit
pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran
panas oleh tubuh (Harien, 2010).

f. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7


dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda,
2011). Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan
menghasilkan kalsitrol, bentuk vitamin D yang aktif. Kalsitrol
adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium
makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun
belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga
pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia
kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh
darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit (Djuanda,
2011).

c. Definisi dan Gejala Klinis

Xerosis cutis merupakan suatu istilah untuk kulit kering yang sering
terjadi pada tumit kaki, siku, dan jari-jari tangan. Pada tumit kaki dan

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lengan, xerosis cutis merupakan kondisi kulit kering yaang cukup parah
hingga terjadi pecah-pecah. Xerosis cutis pada tumit kaki pertama kali
ditunjukkan oleh gejala kekeringan dengan permukaan kulit yang
menjadi bersisik, keras, dan rasa tidak nyaman (Draelos, 2010). Gejala-
gejala lainnya yang menunjukkan kondisi xerosis cutis yaitu kulit terasa
gatal, tampak pucat, kusam, dan berwarna keputih-putihan.

Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit


retak dan pecah-pecah (fisura) yang berakibat pada timbulnya iritasi dan
inflamasi. Jika kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan
dermis, akan menimbulkan perdarahan yang dapat memicu petumbuhan
jamur dan bakteri.

d. Etiologi

Xerosis cutis dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor endogen dan
eksogen.

a. Faktor endogen
- Usia
Xerosis cutis dapat merupakan masalah pada semua golongan
usia, namun paling banyak ditemukan pada usia lanjut, diduga
disebabkan oleh menurunnya sekresi sebum bersamaan dengan
menurunnya sekresi kelenjar ekrin dan perubahan morfologi dan
biokimiawi stratum korneum. Kira kira 80% dari populasi yang
berusia diatas 60 tahun menderita kulit kering (Scott, 2008).

- Natural moisturizing factor (NMF)

Air diabsorbsi oleh NMF dari lingkungan dan dari dalam bagian
kulit yang berperan sebagai plastisitas intraseluler di stratum
korneum untuk mempertahankan fungsi korneosit tetap menjaga
tuggiditas dan mencegah abnormal deskuamasi. Penurunan
kadar NMF dan kadar ion (laktat, potasium, sodium, dan klorin)

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di stratum korneum berhubungan dengan penurunan hidrasi kulit


dan fleksibilitas (Scott, 2008).

- Integritas Lipid Bilayer Epidermis

Jumlah lipid pada epidermis terbilang cukup banyak. Komposisi


lipid epidermis antara lain trigliserida, asam lemak, digliserida,
kolesterol ester, dan kolesterol. Lipid tesebut sangat penting di
epidermis dan termasuk bagian yang menjaga TEWL dan
melindungi masuknya bakteri (Wennberg, 2013)

- Riwayat Penyakit
 Iktiosis vulgaris
Iktiosis merupakan kelainan kulit yang umum diturunkan
melalui keluarga yang ditandai dengan kulit kering,
menebal, kasar, kulit sisik ikan. Iktiosis vulgaris
merupakan jenis iktiosis yang paling sering terjadi dan
relatif ringan. Hal ini disebabkan oleh perubahan
ekspresi profilagrin. Protein filagrin penting dalam
menjaga fungsi barier kulit yang efektif.
Profilagrin, disintesis di lapisan granular epidermis,
merupakan komponen utama keratohyalin. Melalui
berbagai modifikasi setelah proses translasi, profilagrin
dikonversikan ke filagrin, yang menggabungkan antara
filamen keratin di lapisan bawah korneum. Filagrin
berperan penting sebagai senyawa yang mengikat air di
atas stratum korneum.
Dalam iktiosis vulgaris, ekspresi profilagrin tidak ada
atau kurang dalam epidermis, sehingga terjadi penurunan
jumlah senyawa yang mengikat air dan menyebabkan
penurunan kadar air di stratum korneum. Kadar air yang
menurun diabsorbsi oleh NMF sehingga terjadi
penurunan kadar NMF yang menyebabkan tingkat

10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelembaban kulit menurun dan menjadi kering


(Fitzpatrick, 2008).
 Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit kulit inflamatorik kronis
dengan faktor genetik kuat yang manifestasinya tidak
terbatas pada lesi kulit, namun juga pada berbagai organ,
termasuk kuku, sendi, dan lidah. Insidens di Asia
cenderung rendah (0,4%), tidak ada perbedaan pada pria
ataupun wanita.
Manifestasi klinik yang paling sering adalah ruam kulit,
gatal, nyeri pada area sendi, benjolan kecil, kulit kering
mengelupas, dan rapuh.
Pada psoriasis, terjadi akumulasi sel CD4+ dan CD8+ di
lapisan epidermis. Sel T yang berada dilapisan kulit
teraktivasi dan mensekresi sitokin serta growth factor
yang menginduksi hiperproliferasi keratinosit.
Hiperproliferasi keratinosit menyebabkan peningkatan
TEWL sehingga kulit menjadi dehidrasi, kering, dan
timbulnya lesi psoriasis (Gudjonssons, 2008).
 Dermatitis Atopik
Dermatitis atopi adalah penyakit kulit kronik kambuhan
yang paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Manifestasi klinik yang paling umum adalah kulit ruam,
kering, mengelupas, dan gatal.
Pada DA kulit menjadi kering, hal ini berhubungan
dengan disfungsi permeabilitas barier epidermis yaitu
hilangnya fungsi mutasi gen filagrin. Sama seperti
patogenesis iktiosis vulagaris karena iktiosis vulgaris
merupakan faktor predisposisi utama dermatitis atopik
(Fitzpatrick, 2008).

b. Faktor eksogen

11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah adalah faktor resiko terjadinya
kondisi kulit kering. Kekeringan ini memicu terganggunya
fungsi barier epidermis. Percobaan pada hewan menunjukkan
bahwa paparan lingkungan yang kering meginduksi peningkatan
produksi seramid, mendukung ekskresi granula lamela, dan
meningkatkan densitas dari lapisan tanduk atau stratum
korneum. Peningkatan TEWL dikoreksi secara cepat ketika
seseorang berpindah dari daerah lembab ke daerah kering, dan
menyebabkan perubahan peningkatan sintesis lipid di stratum
korneum. Paparan terhadap kondisi kelembaban rendah
menginduksi DNA epidermis dan interleukin. Secara
keseluruhan hal ini mempengaruhi hidrasi kulit (Moon, 2008).

- Radikal Bebas

Oksigen reaktif diimplikasikan pada seluruh proses penuaan di


tubuh termasuk pada kulit yang menyebabkan photoaging,
karsinogenesis, dan inflamasi. Telah diketahui bahwa ultraviolet
menginduksi kerusakan pada kulit dengan melalui oksigen
reaktif.

- Paparan Sinar Matahari


Paparan sinar UV yang paling banyak berpengaruh terhadap
kesehatan kulit adalah radiasi sinar UV-B, dimana radiasi sinar
UV-B memiliki efek yang paling kuat dalam menyebabkan
terjadinya photodamage pada kulit salah satunya xerosis cutis
dan eritema (Clydesdale et al., 2001; Svobodova et al., 2006).
Radiasi UV dapat merusak DNA, menekan kekebalan tubuh, dan
mengaktifkan bahan kimia dalam tubuh, sehingga dapat
menimbulkan kanker, menyebabkan kerusakan kulit, kulit

12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terbakar, eritema, menyebabkan noda-noda cokelat, serta


penebalan dan keringnya kulit.

e. Patofisiologi xerosis cutis


Pada prinsipnya terdapat tiga mekanisme atau tiga teori yang diusulkan
sebagai penyebab :
a. Dehidrasi stratum korneum
Kulit dapat terlihat dan terasa normal bila kadar air pada stratum
korneum lebih besar dari 10 %. Air dapat berkurang melalui
evaporasi pada lingkungan kelembaban yang rendah dan harus
dilakukan pengisian ulang oleh air pada lapisan epidermis dan
lapisan dermis. Stratum korneum memiliki afinitas terhadap air,
terbukti pada suatu percobaan apabila dimasukkan dalam air pada
waktu tertentu dapat mengabsorbsi sampai empat kali beratnya
dalam air. Daya pengikat air stratum korneum menurun, maka
stratum korneum juga sedikit mengandung air, sehingga
menyebabkan timbulnya skuama. Dalam keadaan hipohidrasi,
volume serta permukaan luar stratum korneum menyempit, tetapi
jaringan dibawahnya tetap, sehingga terjadi kekakuan dan akhirnya
terjadi skuama. Kulit secara terus menerus kehilangan air secara
difusi dari dermis menuju ke epidermis melalui dua cara yaitu
melalui sel lapisan tanduk dan ruangan interseluler. Keadaan ini
disebut TEWL. Penguapan air melalui epidermis meningkat yang
merupakan refleksi dari kerusakan fungsi pertahanan kulit.
Peningkatan TEWL dapat digunakan sebagai indikator adanya
kerusakan pertahanan kulit, walaupun belum disertai timbulnya
kelainan pada kulit (Medovcikova, 2011).
b. Penipisan lipid epidermal, urea, laktat dan NMF yang lainnya.
Lapisan tanduk merupakan sel-sel tak berinti yang banyak
mengandung protein dan ruang interseluler yang banyak
mengandung lipid dari membrane lapisan tanduk (seramid, asam
lemak bebas, dan kolesterol), dan bahan pelembab alami yang

13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai kemampuan mengikat air sangat kuat (Medovcikova,


2011).
c. Gangguan keratinisasi
Gangguan keratinisasi menyebabkan perubahan struktur atau
kohesi korneosit, yang dapat menyebabkan metabolism abnormal
kutaneus. Xerosis cutis diakibatkan oleh penurunan kandungan air
dalam stratum korneum yang menyebabkan deskuamasi abnormal
dari korneosit. Stratum koneum mudah terlepas dan kecenderungan
sel-sel utuk saling melekat di permukaan kulit (Medovcikova,
2011).

f. Diagnosis
a. Pemeriksaan kelembaban kulit

Salah satu pilihan cara pemeriksaan kulit yang banyak


dipakai adalah cara noninvasif yang dikenal sebagai metode bio-
engineering. Kelembaban pada permukaan kulit merupakan
salah satu parameter untuk mengevaluasi kandungan air dalam
stratum korneum. Pengukuran kelembaban kulit dengan
menggunakan alat Skin Moisture Meter (Alonso, 2013). Pada
pengukuran diperoleh nilai kelembaban kulit sebagai berikut :

15-19% : kulit kering


20-29% : kulit cenderung kering
30-60% : normal
b. Pemeriksaan TEWL
TEWL merupakan salah satu parameter untuk mengukur
fungsi kelenjar sebasea dan fungsi lipid barier. TEWL diukur
dengan menggunakan alat tewameter. Pada pengukuran
diperoleh nilai TEWL sebagai berikut (Helen, 2010).
1-19 g/m2/h = normal barier sehat, kulit normal atau halus
20-24 g/m2/h = barier kurang sehat, kulit sedikit kasar,
tampak kusam, tampak keputih-putihan.

14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

>25 g/m2/h = indikasi barier dalam kondisi kritis, kulit kasar


tampak jelas, kemerahan, fisura.

Berdasarkan nilai NMF dan TEWL , apabila memiliki NMF <29 %


dan TEWL >20% berarti mengalami xerosis cutis.

Sinar matahari

Sinar matahari adalah sinar yang berasal dari matahari. Sinar


matahari menghasilkan radiasi yang tersusun dari sinar ultraviolet (UV),
cahaya tampak, serta sinar inframerah. Radiasi sinar UV dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu radiasi UV-A (315-400 nm), radiasi UV-B (280-315
nm), dan radiasi UV-C (100-280 nm). Radiasi sinar UV memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan manusia, khususnya pada kulit
yaitu pembetukan vitamin D3 atau aplikasi dalam kombinasi dengan
obat dalam terapi penyakit kulit seperti psoriasis dan vitiligo, serta
memiliki kapasitas untuk menghasilkan spesies kimia reaktif, seperti
radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya efek akut dan efek
kronis yang merugikan bagi kulit. Radiasi sinar UV yang paling banyak
berpengaruh terhadap kesehatan kulit adalah radiasi sinar UV-B,
dimana radiasi sinar UV-B memiliki efek yang paling kuat dalam
menyebabkan terjadinya photodamage pada kulit salah satunya xerosis
cutis dan eritema (Clydesdale et al., 2001; Svobodova et al., 2006).

Radiasi UV dapat merusak DNA, menekan kekebalan tubuh, dan


mengaktifkan bahan kimia dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan
kanker, menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar, eritema,
menyebabkan noda-noda cokelat, serta penebalan dan keringnya kulit.
Pajanan yang berlebihan dan berlangsung lama dapat menimbulkan
perubahan dan degenerasi pada kulit (Ekowati, 2011).

Sinar UV A memiliki daya penetrasi yang lebih dalam dari UV B,


namun UV B memiliki energi yang radiasi yang lebih besar dari UV A.
Sehingga radiasi sinar UV B lebih banyak mengakibatkan kerusakan

15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada kulit bahkan menimbulkan kanker kulit. Pengaruh yang


ditimbulkan akibat sinar UV antara lain :

a. Suntan : kulit berubah warna menjadi lebih gelap

b. Sunburn : kulit kering, kulit memerah (eritema), rasa panas hingga


nyeri pada daerah yang terpapar

c. Skin Aging : proses penuaan kulit

d. Skin cancer : penyakit pada kulit berupa perubahan sifat sel kulit
menjadi sel kanker, contoh : karsinoma basal sel, karsinoma
skuamosa, melanoma maligna.

Energi panas sinar matahari dapat merusak protein yang terdapat di


kulit, sehingga terjadi denaturasi protein. Peristiwa denaturasi ini
memicu timbulnya reaksi pada kulit, yang mengakibatkan keluarnya
substansi mirip histamine. Akibatnya, pembuluh darah akan melebar
dan sel membengkak. Tahap sunburn adalah sebagai berikut :

a. Minimal perceptive: terjadi dalam waktu 20 menit setelah pajanan,


kulit berubah warna menjadi merah muda.

b. Vivid: terjadi dalam waktu 50 menit setelah pajanan, kulit berubah


warna merah terang

c. Painful (nyeri): terjadi dalam waktu 100 menit setelah pajanan,


kulit berubah warna merah disertai rasa nyeri yang ringan

d. Blistering (bula): terjadi dalam waktu 200 menit setelah pajanan,


kulit berubah warna merah disertai rasa nyeri yang menyengat. Pada
setiap orang tidak selalu terjadi kedua proses sebagai akibat pajanan
sinar matahari. Reaksi yang terjadi tergantung pada kondisi jenis
kulit orang tersebut. Dr. Fritzpatrick membagi jenis kulit manusia
berdasarkan rekasi sensitivitas terhadap sinar UV menjadi 6
golongan :
Tipe Kulit Reaksi Terhadap Paparan Sinar Matahari
Tipe I: Selalu terbakar, tidak pernah berubah warna

16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tipe II: Mudah terbakar


Tipe III: Kadang terbakar, perlahan-lahan berubah warna menjadi
gelap
Tipe IV: Amat jarang terbakar, selalu berubah warna menjadi gelap
Tipe V: Terjadi perubahan warna menjadi gelap
Tipe VI: Mudah terjadi perubahan warna menadi gelap

Waktu paparan sinar UV yang dapat menyebabkan kulit mengalami


xerosis cutis terjadi pada pukul 10.00-15.00. Hal tersebut dikarenakan sinar
UV berada pada level tertinggi sehingga dapat mendegradasi kulit dengan
intensitas paparan lebih dari 2 jam sehari (Egawa, 2012)

Pengaruh paparan sinar UV terhadap xerosis cutis berdasarkan


lamanya paparan:

a. Kurang dari 1 tahun: penurunan fungsi barier kulit sehingga tidak dapat
mempertahankan kelembaban kulit. Kulit tampak tidak elastis, tampak
kering, dan sedikit kasar.
b. 1 sampai 3 tahun: penurunan fungsi barier kulit sehingga tidak dapat
mempertahankan kelembaban kulit, kulit tampak tidak elastis, tampak
kering, kasar dan berskuama halus.
c. 3 sampai 5 tahun: elastisitas dan kepadatan kulit berkurang pada lapisan
dermal, kulit tampak sangat tidak elastis, tampak kering, kasar dan
tampak jelas berskuama, tampak fisura dangkal
d. Lebih dari 5 tahun: pada lapisan subdermal sel-sel yang menyimpan
lipid menjadi lebih kecil jumlahnya, kulit kasar, tampak jelas berskuama
dan bersisik tebal, tampak fisura dalam.

2. Hubungan Xerosis Cutis berkaitan dengan Paparan Sinar UV,


TEWL dan NMF

Epidermis merupakan struktur terluar kulit dan stratum korneum


merupakan lapisan terluar dari epidermis. Epidermis tersusun dari 4 lapisan.

17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Paparan sinar UV dapat menyebabkan kulit kering dan menekan sistem


kekebalan. Energi dari UV diserap oleh fotoreseptor, memulai imunosupresi
DNA epidermal, asam trans-urokanik dan lipid membran. Paparan sinar UV
membuat asam trans-urokanik pada epidermis bereaksi dengan oksigen
yang ada pada neutrofil sehingga membentuk ROS (Reactive Oxygen
Species) lalu membentuk peroksida. Peroksida berkonjugasi dengan besi
menghasilkan toxic hidroxyl radical yang tinggi. Toksin tersebut salah
satunya menyebabkan perubahan ekspresi profilagrin menjadi protein
filagrin. Protein filagrin penting dalam menjaga fungsi barier kulit yang
efektif. Perubahan ekspresi profilagrin menjadi filagrin menyebabkan
konversi profilagrin menjadi filagrin menurun. Hal ini menyebabkan jumlah
filagrin yang dihasilkan juga menurun sehingga jumlah senyawa yang
mengikat air menurun. Kadar air di stratum korneum menurun sehingga
menyebabkan NMF menurun sehingga menyebabkan kulit kering. Dalam
keadaan hipohidrasi, volume serta permukaan luar stratum korneum
menyempit, tetapi jaringan dibawahnya tetap, sehingga terjadi kekakuan
dan akhirnya terjadi skuama.

Selain hal tersebut paparan sinar matahari berpengaruh pada TEWL.


Dalam waktu 8-24 jam sesudah kulit terpapar sinar matahari, terjadi
kerusakan beberapa keratinosit yang dikenal sebagai sunburn. Duabelas jam
sesudah paparan sinar matahari pada kulit, didapat produksi DNA sel
menurun, dan sesudah 24 jam produksi DNA kembali normal. Bila paparan
sinar matahari berlangsung sampai 48 jam, didapatkan peningkatan sintesis
DNA dengan cepat yaitu 6-7 kali dibandingkan dengan keadaan tanpa
paparan sinar matahari. Keadaan ini meningkatkan proses mitosis
keratinosit, sehingga mengakibatkan penebalan epidermis. Pada
pemeriksaan histologi didapatkan penebalan epidermis yang ireguler,
disertai hipergranulosis, dan hiperkeratosis.

Keratinosit dalam keadaan normal mengeluarkan beberapa macam sitokin


dalam kadar sedikit, tetapi setelah mendapat rangsangan dari sinar matahari,

18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keratinosit meningkatkan pengeluaran sitokin dan faktor pertumbuhan,


misalnya prostaglandin E2 (PGE2), Tumor necrosis factor alpha (TNF-
α),dan interleukin-10 (IL-10). Paparan sinar matahari meningkatkan sekresi
TNF-α sehingga terjadi peningkatan proliferasi keratinosit, pembentukan
seramid yang menyebabkan perbaikan struktur dan fungsi barier kulit.
Paparan sinar matahari tanpa melalui mediator TNF-α juga menyebabkan
peningkatan sintesis DNA, sehingga terjadi peningkatan proliferasi
keratinosit dan menghasilkan penebalan epidermis. Peningkatan tebal
epidermis termasuk tebal lapisan korneum sesudah paparan sinar UV
merupakan proteksi kulit terhadap sinar UV. Peningkatan tebal epidermis
meningkatkan TEWL sehingga apabila terjadi terus menerus kulit akan
mengalami dehidrasi menjadi kering (xerosis cutis).

3. Petani

Pengertian petani dapat didefinisikana sebagai pekerjan pemanfaatan


sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan peralatan yang
bersifat tradisional dan modern (Garner, 2014). Secara umum pengertian dari
pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu
bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Petani dalam
pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk
kepentingan manusia. Dalam arti sempit, petani juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim.

19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran
Paparan Sinar Matahari

Diserap fotoreseptor epidermis

Keratinosit
Asam trans-uremic

Asam trans-uremic + O2
ROS TNF-α

Proliferasi Sintesis
Peroksida Keratinosit Seramid

Peroksida + Fe

Toksik Hidroksil Tebal Epidermis


Radikal

TEWL
Perubahan Ekspresi
Protein Profilagrin
Hidrasi Kulit

Konversi profilagrin Kelembaban


menjadi filagrin kulit

Jumlah filagrin

Usia

Jumlah senyawa yang


Genetik
mengikat air Kulit Kering
(Xerosis cutis)
Integritas
NMF Lipid
Bilayer

Radikal Bebas
Keterangan :
Riwayat Penyakit
= tidak diteliti
Kelembaban Udara
= diteliti

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis
Ada hubungan antara paparan sinar matahari terhadap kejadian xerosis
cutis pada petani.

21

Anda mungkin juga menyukai