Anda di halaman 1dari 19

Logbook DK 2 SK 4

Nama : Almira Carissa Puspita Wijaya


NIM : 225160100111030
Kelompok : E/5
Fasilitator : drg. Viranda Sutanti, M. Si.

Skenario

Aduh Kulitku Terluka

Seorang mahasiswa pecinta alam sedang melakukan pendakian gunung. Selama perjalanan, dia
menebang beberapa ranting pohon untuk membuka jalan sampai berkeringat dan tidak sengaja tangan
kirinya terkena pisau. Lukanya cukup dalam sehingga tampak lapisan kulitnya, mengeluarkan darah
dan terasa perih. Setelah luka tersebut sembuh, daerah bekas luka tampak berwarna kehitaman.

A. Learning Issues

1. Sistem Integumen
a. Pengertian
b. Organ yang Terlibat
c. Fungsi Organ yang Terlibat
d. Mekanisme Rangsangan Pada Kulit
e. Mekanisme Sistem Regulasi Tubuh
f. Mekanisme Penyembuhan Luka

2. Darah
a. Komponen darah (Histologi)
b. Fungsi Darah dalam Inflamasi (Fisiologi)

B. Learning Outcomes

1. Sistem Integumen

a. Pengertian
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, dan
menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali merupakan
bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki
dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan
mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dengan
dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3 lapisan yakni epidermis, dermis dan
subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana & Juliarti, 2015).

Sistem integumen adalah sistem dengan organ tubuh terbesar yang membentuk
penghalang fisik antara lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang berfungsi
untuk melindungi dan memelihara. Selain fungsi penghalangnya, sistem ini
melakukan banyak fungsi rumit seperti pengaturan suhu tubuh, pemeliharaan cairan
sel, sintesis Vitamin D, dan deteksi rangsangan. Berbagai komponen sistem ini
bekerja bersama untuk menjalankan fungsi-fungsi ini misalnya, pengaturan suhu
tubuh terjadi melalui termoreseptor yang mengarah pada penyesuaian aliran darah
perifer, tingkat keringat, dan rambut tubuh.

b. Organ yang terlibat


1) Kulit

Kulit terdiri dari dua lapisan epidermis superfisial dan dermis yang lebih
dalam. Epidermis adalah lapisan luar yang keras yang bertindak sebagai garis
pertahanan pertama terhadap lingkungan luar. Ini terdiri dari sel epitel
skuamosa bertingkat yang selanjutnya terurai menjadi empat hingga lima
lapisan. Dari superfisial ke dalam, lapisan primer terdiri dari:

• Stratum Basale (germinativum)


Lapisan dasar epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu lapisan sel yang
terletak pada membrana basalis. Lapisan ini sebagai induk dari epidermis,
sel-selnya bermitosis, bergerak menuju lapisan superfisial, dan mengalami
keratinisasi atau peningkatan jumlah filamen keratin intermediet. yang
berfungsi untuk regenerasi epitel.
• Stratum Spinosum
Lapisan ini terletak diatas stratum basal, terdiri dari beberapa lapis sel yang
terlihat seperti berduri (karena tonjolan sitoplasma). Pembentukan filamen
keratin pada lapisan ini membentuk tonofilamen.
• Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel gepeng dan granula keratohialin
diatas stratum spinosum. Granula yang bebas berikatan dengan tonofilamen
membentuk keratin. Granula yang terbungkus membrane disebut granula
lamellosum berfungsi sebagai lapisan lemak yang menutupi kulit sehingga
kulit relatif impermiabel terhadap air.
• Stratum Lusidum
Lapisan ini translusen dan hanya ada pada kulit tebal, terletak antara stratum
granulosum dan stratum korneum.
• Stratum Korneum
Lapisan kulit yang paling luar. Tersiri dari sel-sel mati yang berisi filamen
keratin. Sel-sel superfisial terus dilepaskan atau deskuamasi dan tergantikan
oleh sel-sel dari stratum basal yang berada dibawahnya.

Selain itu, Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel.

• Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm
permukaan. Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi,
menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Keratinosit
merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya dan derivat kulit lain.
• Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan
cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal
dan spinosum. Pembentukan melanin terjadi dalam melanosome.
• Sel Langerhans
Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-antigen
yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
• Sel Merkel
Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Kemungkinan
badan Merkel ini merupakan mekanoreseptor atau reseptor rasa sentuh.

Di telapak tangan dan telapak kaki, yang kulitnya lebih tebal, terdapat lapisan
kulit tambahan di antara stratum korneum dan stratum granulosum yang disebut
stratum lucidum. Epidermis beregenerasi dari sel induk yang terletak di lapisan
basal yang tumbuh menuju korneum. Epidermis itu sendiri tidak memiliki suplai
darah dan mendapatkan nutrisi dari dermis yang mendasarinya.
Dermis adalah kerangka jaringan ikat yang mendasari yang mendukung
epidermis. Lebih lanjut membagi menjadi dua lapisan dermis papiler superfisial
dan lapisan retikuler dalam. Lapisan papiler membentuk proyeksi seperti jari ke
dalam epidermis, yang dikenal sebagai papila dermal, dan terdiri dari jaringan
ikat longgar yang sangat vaskularisasi. Lapisan retikuler memiliki jaringan ikat
padat yang membentuk jaringan yang kuat. Dermis secara keseluruhan
mengandung pembuluh darah dan getah bening, saraf, kelenjar keringat, folikel
rambut, dan berbagai struktur lain yang tertanam di dalam jaringan ikat.
Hipodermis terletak di antara dermis dan organ di bawahnya. Ini
biasanya disebut sebagai jaringan subkutan dan terdiri dari jaringan areolar
longgar dan jaringan adiposa. Lapisan ini memberikan bantalan dan insulasi
tambahan melalui fungsi penyimpanan lemaknya dan menghubungkan kulit
dengan struktur di bawahnya seperti otot.
2) Rambut
Rambut berasal dari epidermis tetapi akarnya tumbuh jauh ke dalam
dermis. Strukturnya terbagi menjadi batang rambut yang terlihat dari luar dan
folikel rambut di dalam kulit. Folikel rambut memiliki struktur rumit yang berisi
umbi rambut yang secara aktif membelah untuk memanjangkan batang rambut
secara vertikal. Rambut umumnya dikategorikan menjadi rambut terminal yang
lebih tebal dan tergantung hormon di daerah seperti ketiak, daerah kemaluan,
kulit kepala, dada, dll., dan rambut velus yang tidak tergantung androgen yang
menutupi area lainnya. Pertumbuhan rambut memiliki beberapa fase yang
disebut anagen (fase pertumbuhan), catagen (fase nonproliferatif), dan telogen
(fase istirahat) yang siklusnya bergantung pada hormon dan nutrisi. Rambut
menutupi sebagian besar tubuh dengan sedikit pengecualian pada telapak
tangan, telapak kaki, bibir, dan bagian alat kelamin luar. Rambut berfungsi
sebagai perlindungan mekanis untuk kulit, meningkatkan fungsi sensorik, dan
membantu mengatur suhu tubuh. Otot arrector pili yang terletak di dermis
menempel pada folikel rambut, membantu batang untuk berdiri dan menjebak
udara di dekat epidermis untuk mengontrol suhu.

3) Kuku
Kuku terbentuk sebagai lapisan keratin dan muncul di ujung dorsal jari
tangan dan kaki. Pertumbuhan kuku dimulai pada matriks kuku yang
menciptakan sel-sel baru dan mendorong sel-sel lama keluar secara distal.
Bagian kuku yang terlihat adalah lempeng kuku yang menutupi alas kuku, yang
menempel pada jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari
keratin protein yang kaya akan sulfur.
4) Kelenjar

Ada empat jenis kelenjar eksokrin di dalam kulit manusia, yaitu kelenjar
sudoriferous, sebaceous, ceruminous, dan mammae. Kelenjar sudoriferous, juga
dikenal sebagai kelenjar keringat, dibagi lagi menjadi kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar Eccrine didistribusikan ke seluruh tubuh dan terutama
menghasilkan cairan serosa untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin
terdapat di ketiak dan area kemaluan dan menghasilkan keringat kaya protein
seperti susu. Kelenjar ini bertanggung jawab atas bau karena bakteri memecah
zat organik yang dikeluarkan.

Kelenjar sebaceous adalah bagian dari unit pilosebaceous, termasuk


rambut, folikel rambut, dan otot arrector pili. Kelenjar ini mengeluarkan zat
berminyak yang disebut sebum, campuran lipid yang membentuk lapisan tipis
pada kulit. Lapisan ini menambah lapisan pelindung, mencegah kehilangan
cairan, dan juga berperan sebagai antimikroba

c. Fungsi Organ yang Terlibat


1) Kulit
Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), pembentukan pigmen
melanin untuk melindungi kulit sinar radiasi ultraviolet, sebagai peraba dan
perasa, serta pertahanan terhadap infeksi dari luar. Kulit juga mencegah
dehidrasi, menjaga kelembaban kulit, pengaturan suhu, serta memiliki sifat
penyembuhan diri. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila
kulit mengalami luka atau retak, daya ikat terhadap air akan berkurang.
Kulit menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan
keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap sehingga tubuh
terasa dingin. Ketika seseorang merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit
akan menyempit. Kulit melindungi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan dan tarikan, gangguan kimiawi,
seperti zat-zat kimia iritan, serta gangguan panas atau dingin. Gangguan fisik
dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutan, ketebalan
lapisan kulit, serta serabut penunjang pada kulit.
2) Rambut
Rambut pada kulit manusia memiliki beberapa fungsi, yaitu:
• Pengaturan suhu badan
Rambut pada manusia memiliki fungsi yang beraneka ragam, salah satunya
ialah sebagai pengaturan suhu tubuh. Rambut yang menutupi kulit dapat
mengurangi kehilangan panas dari tubuh. Dalam kondisi yang dingin, pori-
pori rambut akan mengecil. Apabila dalam kondisi panas, maka kondisi
tersebut berlaku sebaliknya (M. Ridwan).
• Sebagai alat perasa
Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan
terhadap bulu mata menimbulkan refleks menutup kelopak mata. Kepekaan
kulit terhadap sentuhan berbanding sejajar dengan kelebatan pertumbuhan
rambut. Rambut meningkatkan kepekaan kulit terhadap rangsangan
sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi ini mungkin
lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal
ini. Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan rendah adalah
konservasi panas, tetapi fungsi ini tidak begitu bermakna bagi manusia yang
relative tidak berbulu (Sherwood, 2001).
3) Kuku
Pada manusia kuku mempunyai 2 fungsi utama, fungsi pertama
adalah sebagai pelindung dari ujung jari karena di penuhi dengan saraf-
saraf. Fungsi kedua, yaitu memberi sensitifitas dan mempertajam daya
sentuh. Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi untuk
menghantarkan rangsang sentuh saat menyentuh suatu objek sehingga
dapat dirasakan saat bersentuhan dengan objek yang di sentuh. Kuku juga
berfungsi untuk meningkatkan ketepatan gerakan dan meningkatkan
sensasi.
4) Kelenjar
• Kelenjar sudoriferous (kelenjar keringat)
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan
apokrin, yang berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah
encer (banyak mengandung air), terdapat di seluruh permukaan tubuh
kecuali daerah yang berkuku; fungsinya menggetahkan keringat yang
berguna untuk ikut mengatur suhu tubuh. Sedangkan kelenjar apokrin
berfungsi setelah pubertas terjadi.
• Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang
antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut
sehingga menjadi halus, lentur, dan lunak, serta dapat mencegah
kekeringan kulit dan rambut.
• Kelenjar mammae
Kelenjar mammae merupakan sekumpulan kelenjar kulit yang
berfungsi menghasilkan susu. Papilla mammae merupakan benjolan
kecil yang dikelilingi daerah kulit yang berwarna lebih gelap (aerola
mammae).

d. Mekanisme Rangsangan pada Kulit


Reseptor-reseptor yang terdapat pada kulit terdiri dari korpus meissner
berfungsi untuk menerima rangsang sentuhan/rabaan, korpus pacini berfungsi
menerima rangsang tekanan yang dalam (kuat), korpus ruffini berfungsi untuk
menerima rangsang panas, korpus krause berfungsi untuk menerima rangsang
dingin, dan lempeng merkel yang berfungsi sebagai ujung saraf peraba sentuhan dan
perasa ringan.

Terjadi rangsangan di kulit Diterima reseptor (penerima


(misalnya: memegang air rangsangan) yang terletak di
dingin, dicubit, disentuh, bawah permukaan kulit.
dll).

Impuls rangsangan dari otak


Impuls rangsangan dilanjutkan
dilanjutkan ke saraf motoric
oleh saraf sensorik (aferen)
(eferen) dan dibawa ke efektor
dan dibawa ke otak.
untuk diinterpretasikan.

Sumber: Azizah, S., 2020


e. Mekanisme Sistem Regulasi Tubuh
• Suhu Dingin
Bagi individu yang beristirahat tanpa baju suhu ruang ideal adalah sekitar
28- 30°C. Dalam keadaan tersebut suhu kulit berkisar sekitar 33°C, sedangkan
suhu inti berkisar sekitar 37°C, dan gradient antara suhu inti dan suhu kulit
cukup adekuat untuk pengeluaran kelebihan panas metabolik dari jaringan yang
aktif. Bila suhu ruang turun maka gradient antara suhu kulit dan suhu ruang
meningkat, hal ini menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
konveksi dan radiasi sehingga suhu kulit menurun. Dengan demikian darah
vena yang kembali dari superfisial mempunyai suhu yang lebih rendah dan
sebagian panas dari darah arteri berpindah ke darah vena. Adanya sistem
counter-current antara arteri yang terletak lebih dalam dengan vena yang
terletak lebih superfisial mencegah pendinginan bagian inti tubuh. Di samping
itu terjadi vasokonstriksi terutama pada bagian akral, dan konduktans suhu
tubuh terhadap lingkungan menurun. Dengan vasokonstriksi perifer
kemampuan isolator kulit dan jaringan subkutan dapat meningkat sampai enam
kali. Vasokonstriksi ini terutama terjadi pada ujung jari tangan dan kaki.
Mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuh adalah
dengan meningkatkan laju metabolisme, yaitu dengan kontraksi otot (refleks
menggigil). Pada keadaan menggigil terjadi aktivasi sinkron hampir semua
kelompok otot bahkan otot antagonis saling berkontraksi sehingga efisiensi
mekanik nol dan energi panas yang dihasilkan relatif tinggi. Denyut jantung dan
ambilan oksigen maksimum menurun cukup besar. Efek pemaparan terhadap air
dingin moderat (29°C) selama 20-30 menit akan mengganggu kinerja fisik
cukup serius, bahkan berenang dapat membahayakan. Sementara itu dalam
percobaannya, Vangaard (1975) mengukur suhu kulit tangan subjek yang tiba-
tiba dibawa keluar dari suhu ruang 28°C masuk ke dalam ruang dingin bersuhu
9°C. Suhu kulit menurun sama seperti pada subjek yang dihambat aliran darah
tangannya dengan manset. Dari percobaan tersebut jelas bahwa pemaparan
dingin yang tiba-tiba akan menyebabkan hambatan sirkulasi total.
• Suhu Panas
Pada individu istirahat tanpa baju yang dipapar terhadap panas (suhu
ruang di atas 28°C), atau selama melakukan kerja otot, panas tubuh cenderung
meningkat. Terjadi vasodilatasi kulit, arus balik darah berlangsung melalui vena
superfisial dan konduktans jaringan meningkat. Dalam zone nyaman arus darah
kulit berkisar sekitar 5% dari volume semenit jantung. Sedangkan dalam
keadaan panas hebat dapat meningkat sampai 20% atau lebih dan dapat
meningkatkan suhu kulit. Bila suhu lingkungan sekitarnya lebih rendah dari
suhu kulit, maka pengeluaran panas melalui konveksi dan radiasi akan
meningkat. Bila beban panas cukup besar maka kelenjar keringat akan
diaktifkan dan keringat yang keluar dievaporasi sehingga suhu kulit menurun.
Panas tubuh diperoleh dari lingkungan dan dihasilkan melalui metabolisme,
kelebihan muatan panas ini harus dikeluarkan untuk menjaga suhu inti badan
sekitar 37°C, sehingga proses ini disebut termoregulasi. Respon termoregulasi
refleks dan semirefleks yang diintegrasikan di dalam otak tersebut mencakup
perubahan otonom, endokrin dan perilaku. Suatu peningkatan dalam suhu darah
kurang dari 10°C mengaktivasi reseptor-reseptor panas di hipotalamus dan
perifer yang memberi sinyal pada pusat termoregulator hipotalamus.
Hipotalamus sendiri sering dipandang sebagai penyeimbang dan pengontrol
suhu tubuh, dan juga memprakarsai terjadinya respon menggigil serta
penyempitan maupun pelebaran pembuluh darah.
Pada individu yang sudah terbiasa pada suhu panas, respons produksi
keringatnya terhadap stres panas standar akan meningkat. Pemaparan terhadap
panas dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan penurunan laju sekresi
keringat walaupun air yang keluar diganti dengan kecepatan yang sama.
Ternyata penurunan ini lebih besar pada udara lembab dibanding pada udara
kering.
Ahlman dan Karvonen (1961) melaporkan bahwa kerja fisik dapat
kembali menginduksi pengeluaran keringat, dan keringat akan terhenti selama
stimulasi termal yang berulang dalam proses mandi sauna, supresi keringat ini
berkaitan dengan kulit yang basah. Tindakan mengeringkan kulit dengan
handuk atau meningkatkan gerak udara sekitar akan meningkatkan laju
pengeluaran keringat. Keringat yang sudah terevaporasi akan meninggalkan
solut tetap melekat pada kulit dan meningkatkan tekanan osmotik kulit.
Keadaan ini tampaknya meningkatkan sekresi keringat, namun perlu diingat
bahwa keringat mengandung berbagai garam, dan pengeluaran keringat yang
berlebihan dapat menimbulkan kehilangan garam dalam jumlah yang cukup
besar.

f. Mekanisme Penyembuhan Luka


Luka adalah terputusnya kontinuitas struktur anatomi jaringan tubuh, dimana
Proses atau fase penyembuhan luka secara alami menurut (Piraino & Selimovic,
2015) dibagi menjadi 4 tahapan yakni:
1) Homeostatis
Pada fase ini melibatkan beberapa rangkaian proses yang saling bekerja sama
untuk menghentikan pendarahan yang disebabkan oleh luka. Didalam
pembuluh darah, sel endotelial mensekresikan inhibitor pada koagulasi
trombomodulin dan memproduksi prostacilin dan nitric oxide untuk mencegah
pecahnnya trombosit. Sebagai upaya pencegahan jika terjadi luka pada
pembuluh darah, sel endotelial akan mulai memproduksi faktor von
Willebrand untuk segera memulai proses hemostasis. Selanjutnya terjadilah
fase vasokontriksi yang berfungsi untuk membatasi jumlah darah yang keluar
akibat rusaknya pembuluh darah yang diikuti pembentukan susunan trombosit
yang menghalangi area yang rusak pada pembuluh darah, terakhir adalah
pembentukan jaringan fibrin dan protrombin dan terjadilah proses koagulasi
yang berfungsi untuk menghalangi area yang terbuka pada pembuluh darah
sampai jaringan yang rusak selesai diperbaiki.
2) Respon Inflamasi
Pada tahapan inflamasi, interleukin salah satu tipe dari sitokin mulai aktif. Hal
ini memicu vaskularisasi dan proliferasi dari neutrofil, berbagai macam tipe
leukosit membuat pertahanan terhadap patogen dan mengurangi kerusakan
jaringan dan membentuk jaringan baru yang lebih sehat.
3) Proliferasi
Pada tahapan proliferasi makrofag dan neutrofil mengeluarkan reaksi kimia
untuk membentuk jaringan fibroblas pada area luka dan mengaktifkan sintetis
dan mengubah ulang ECM (extracellular matrix). Perpindahan sel ini dibantu
oleh produksi dari hyaluronic acid, dimana menyerap air dan membantu
jaringan dalam hal kemampuannya untuk bertahan dari terjadinnya deformasi.
4) Pembentukan Jaringan Baru
Tahapan terakhir dari proses penyembuhan luka ini memerlukan kolagen yang
merupakan struktur protein yang paling berlimpah pada sel manusia. Struktur
kolagen tipe 1 akan membentuk jaringan fibrosis, jaringan baru ini akan
membungkus area yang rusak. Kolagen akan secara perlahan meningkatkan
akumulasi protein pada area sekitar luka, plasminogen merupakan protase
yang bermanfaat untuk perbaikan luka, saat diaktifkan pada plasmin akan
membentuk fibrinolisis yang mencegah pembekuan fibrin agar tidak tumbuh
yang akhirnya menghilang.
Selain itu, dalam proses penyembuhan luka, proses pembekuan darah juga
memiliki peran penting dalam penyembuhan luka tersebut. Pembekuan dimulai
ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah kontak
dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau
terluka.Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh, komponen darah, yaitu
trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan akan
menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka.

Proses pembekuan darah:

1) Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut keluar
juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan
menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim)
yang disebut trombokinase.
2) Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah
protrombin menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut
dipengaruhi ion kalsium (Ca²+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah
senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat ini
merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya
dibantu oleh vitamin K.
3) Trombin yang terbentuk akan mengubah firbrinogen menjadi
benangbenang fibrin. Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka
akan tertutup sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah
sejenis protein yang larut dalam darah. Apabila fibrin ini beredar di dalam
darah kita tanpa adanya luka, tentunya akan terjadi banyak penyumbatan darah
yang bisa berakibat fatal dalam tubuh kita.
2. Darah
a. Komponen Darah
Darah tersusun atas dua komponen utama, yaitu:
1) Plasma darah
Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari
92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim,
hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam organik. Protein-
protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan
protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin
sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan gamma
globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM, IgG,
IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.

Plasma Darah

2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat)


Terdiri atas 45% eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red
blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood
cell (WBC), dan trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan
unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan
trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil,
Limfosit dan Monosit.
• Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan
diameter sekitar 7,6 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian
tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.
Produksi eritrosit (eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas
dari sel sistem primitif dalam sumsum tulang. Eritroblas adalah sel
berinti dalam proses pematangan disumsum tulang menimbun
hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya yang disebut
retikulosit, kemudian selanjutnya mengalami penyusutan ukuran
dan menghilangnya material berwarna gelap (Desmawati, 2013).

• Sel darah putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah
merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 datah terdapat 6.000-
9.000 sel darah putih, tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa
bergerak seperti amoeba dan dapat menembus dinding kepiler. Sel
darah putih diproduksi di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan
limpa (kura). Sel darah putih memiliki ciri-ciri antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti dan
ukurannya lebih besar dari pada sel darah merah (eritrosit)
(Desmawati, 2013).
Leukosit terdiri dari dua kategori, yaitu:
➢ Granulosit, yaitu sel darah putih yang didalam sitoplasmanya
terdapat granula. Granulosit dibagi lagi menjadi tiga sub grup
berdasarkan perbedaan kemampuannya mengikat warna seperti
yang terlihat dalam pemeriksaan mikroskopis.
a) Eusinofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula
berwarna merah terang dalam sitoplasmanya. Eusinofil
berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material
biologis kuat seperti histamin, serotonin, dan heparin.

b) Basofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula


berwarna biru. Basofil memiliki fungsi yang sama dengan
eusinofil.

c) Netrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula


berwarna ungu pucat.

➢ Agranulosit, yaitu sel darah putih yang hanya memiliki inti


satu lobus dan sitoplasmanya bebas dari granula terdiri dari:
a) Limfosit, merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang
dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk
ke dalam jaringan tubuh.

b) Monosit, merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang


banyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,
fungsinya sebagai fagosit.

b. Fungsi Darah dalam Inflamasi


Darah juga berperan sebagai barrier untuk melindungi tubuh, baik sel
maupun jaringan dari infeksi luar, baik berupa bakteri, virus, ataupun
gangguan lainnya, yang dapat mengganggu kerja fisiologi tubuh. Dalam
plasma darah terkandung antibodi, yang merupakan protein spesifik
terhadap antigen (benda asing, baik berupa protein virus atau bakteri) yang
masuk ke dalam tubuh. Antibodi diproduksi saat pertama kali terjadi
infeksi, yang kemudian pada tahapan berikutnya, terdapat mekanisme untuk
mengingat tipe infeksi yang pertama kali masuk ke dalam tubuh. Sel B
memori akan melakukan proses aktivasi, sehingga tubuh akan melakukan
respon seluler yang lebih cepat, dibandingkan jika terjadi proses infeksi di
awal.
Antibodi, yang merupakan protein spesifik terhadap antigen (benda
asing, baik berupa protein virus atau bakteri) yang masuk ke dalam tubuh.
Antibodi diproduksi saat pertama kali terjadi infeksi, yang kemudian pada
tahapan berikutnya, terdapat mekanisme untuk mengingat tipe infeksi yang
pertama kali masuk ke dalam tubuh. Sel B memori akan melakukan proses
aktivasi, sehingga tubuh akan melakukan respon seluler yang lebih cepat,
dibandingkan jika terjadi proses infeksi di awal. Proses ini tentu saja
dimanfaatkan oleh ilmuwan dengan melakukan proses imunisasi pada bayi
hingga umur tertentu, untuk menyiapkan tubuh bayi tersebut dari serangan
virus ataupun bakteri pathogen. Imunisasi sebenarnya adalah proses inisiasi
tubuh sedini mungkin, sehingga tubuh terlebih dahulu menyiapkan antibodi
guna menghadapi sewaktu-waktu terjadinya infeksi berulang pada tubuh.
Imunisasi pada dasarnya sangatlah tidak berbahaya karena bahan antigen
yang dimasukan, baik berupa bagian virus ataupun bakteri, sudah terlebih
dahulu dilemahkan. Pada tahapan inisiasi tersebut, maka bisa terjadi proses
peradangan ataupun demam.
Darah yang mengalir membawa leukosit dapat diumpamakan sebagai
bala tentara yang berasal dari pertahanan di dalam tubuh untuk mencegah
terjadinya infeksi yang berlanjut. Jika diingat dengan mudah, saat terjadi
luka, baik terkena goresan, ataupun tusukan jarum atau paku, maka darah
akan mengalir, yang artinya ada goresan di sekitar luka yang menembus
lapisan jaringan kulit, sehingga menyentuh kapiler-kapiler pembuluh darah.
Pernahkan terasa adanya rasa sedikit panas, lalu terjadinya warna
kemerahan di sekitar luka? Inilah salah satu kerja dari sel-sel leukosit.
Ketika terjadi luka akibat goresan ataupun tusukan, respon peradangan
terjadi.
Sel mast akan mengeluarkan sebuah senyawa kimia, histamin, yang
akan membuat pembuluh darah mengalami dilatasi atau pelebaran, sehingga
mudah bagi sel-sel darah putih, khususnya makrofag untuk melakukan
diapedesis, melewati pembuluh darah, menuju ke tempat terjadinya luka.
Selain histamin, sitokin, juga akan dilepas untuk menarik sel-sel darah putih
lainnya agar menuju tempat terjadinya luka, sehingga adanya
mikroorganisme yang masuk melalui luka dapat segera teratasi dan
mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah. Adanya sitokin yang menarik
sel-sel darah putih, melalui aliran pembuluh darah, menyebabkan kulit di
sekitar luka akan mengalami warna kemerahan dan terasa sedikit panas. Sel-
sel makrofag tentu saja akan melakukan proses fagositosis, yaitu sebuah
proses memasukkan benda asing ke dalam sel-selnya untuk dilakukan
proses destruksi atau melisiskan sel-sel pathogen.
Daftar Pustaka

Andriyani, R., Triana, A. & Juliarti, W. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.

Azizah, S. (2020). Modul Praktikum Anatomi dan Fisiologi.

Brown TM, Krishnamurthy K. (2021). Histology, Dermis. StatPearls Publishing; Treasure


Island (FL)

Ganong WF. Review of medical physiology. 15th edition. California: Appleton& Lange;
1991.

Guyton A. Textbook of medical physiology. 8th edition. Philadelphia: W.B. Saunders


Company, 1991.

Piraino, F., & Selimovic, S. (2015). A Current View of Functional Biomaterials for Wound
Care, Molecular and Cellular Therapies. BioMed Research International, 2015(10), 1-
7.

Rosita, L., Cahya, A. A., Arfira, F., R. (2019). Buku Hematologi Dasar.

Sherwood L. Human physiology, from cells to systems. 1st edition. St Paul: West Publishing
Company, 1989.

Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EG

Standring, S. (2016). Gray's anatomy. 41st ed. Philadelphia: Elsevier Limited

T. Clark Brelje and Robert L. Sorenson. (2022). Histology Guide.

Anda mungkin juga menyukai