Skenario
Seorang mahasiswa pecinta alam sedang melakukan pendakian gunung. Selama perjalanan, dia
menebang beberapa ranting pohon untuk membuka jalan sampai berkeringat dan tidak sengaja tangan
kirinya terkena pisau. Lukanya cukup dalam sehingga tampak lapisan kulitnya, mengeluarkan darah
dan terasa perih. Setelah luka tersebut sembuh, daerah bekas luka tampak berwarna kehitaman.
A. Learning Issues
1. Sistem Integumen
a. Pengertian
b. Organ yang Terlibat
c. Fungsi Organ yang Terlibat
d. Mekanisme Rangsangan Pada Kulit
e. Mekanisme Sistem Regulasi Tubuh
f. Mekanisme Penyembuhan Luka
2. Darah
a. Komponen darah (Histologi)
b. Fungsi Darah dalam Inflamasi (Fisiologi)
B. Learning Outcomes
1. Sistem Integumen
a. Pengertian
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, dan
menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali merupakan
bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki
dirinya sendiri apabila terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan
mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dengan
dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3 lapisan yakni epidermis, dermis dan
subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana & Juliarti, 2015).
Sistem integumen adalah sistem dengan organ tubuh terbesar yang membentuk
penghalang fisik antara lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang berfungsi
untuk melindungi dan memelihara. Selain fungsi penghalangnya, sistem ini
melakukan banyak fungsi rumit seperti pengaturan suhu tubuh, pemeliharaan cairan
sel, sintesis Vitamin D, dan deteksi rangsangan. Berbagai komponen sistem ini
bekerja bersama untuk menjalankan fungsi-fungsi ini misalnya, pengaturan suhu
tubuh terjadi melalui termoreseptor yang mengarah pada penyesuaian aliran darah
perifer, tingkat keringat, dan rambut tubuh.
Kulit terdiri dari dua lapisan epidermis superfisial dan dermis yang lebih
dalam. Epidermis adalah lapisan luar yang keras yang bertindak sebagai garis
pertahanan pertama terhadap lingkungan luar. Ini terdiri dari sel epitel
skuamosa bertingkat yang selanjutnya terurai menjadi empat hingga lima
lapisan. Dari superfisial ke dalam, lapisan primer terdiri dari:
Selain itu, Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel.
• Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm
permukaan. Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi,
menghasilkan lapisan kedap air dan perisai pelidung tubuh. Keratinosit
merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya dan derivat kulit lain.
• Melanosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan
cabang dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal
dan spinosum. Pembentukan melanin terjadi dalam melanosome.
• Sel Langerhans
Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-antigen
yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
• Sel Merkel
Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Kemungkinan
badan Merkel ini merupakan mekanoreseptor atau reseptor rasa sentuh.
Di telapak tangan dan telapak kaki, yang kulitnya lebih tebal, terdapat lapisan
kulit tambahan di antara stratum korneum dan stratum granulosum yang disebut
stratum lucidum. Epidermis beregenerasi dari sel induk yang terletak di lapisan
basal yang tumbuh menuju korneum. Epidermis itu sendiri tidak memiliki suplai
darah dan mendapatkan nutrisi dari dermis yang mendasarinya.
Dermis adalah kerangka jaringan ikat yang mendasari yang mendukung
epidermis. Lebih lanjut membagi menjadi dua lapisan dermis papiler superfisial
dan lapisan retikuler dalam. Lapisan papiler membentuk proyeksi seperti jari ke
dalam epidermis, yang dikenal sebagai papila dermal, dan terdiri dari jaringan
ikat longgar yang sangat vaskularisasi. Lapisan retikuler memiliki jaringan ikat
padat yang membentuk jaringan yang kuat. Dermis secara keseluruhan
mengandung pembuluh darah dan getah bening, saraf, kelenjar keringat, folikel
rambut, dan berbagai struktur lain yang tertanam di dalam jaringan ikat.
Hipodermis terletak di antara dermis dan organ di bawahnya. Ini
biasanya disebut sebagai jaringan subkutan dan terdiri dari jaringan areolar
longgar dan jaringan adiposa. Lapisan ini memberikan bantalan dan insulasi
tambahan melalui fungsi penyimpanan lemaknya dan menghubungkan kulit
dengan struktur di bawahnya seperti otot.
2) Rambut
Rambut berasal dari epidermis tetapi akarnya tumbuh jauh ke dalam
dermis. Strukturnya terbagi menjadi batang rambut yang terlihat dari luar dan
folikel rambut di dalam kulit. Folikel rambut memiliki struktur rumit yang berisi
umbi rambut yang secara aktif membelah untuk memanjangkan batang rambut
secara vertikal. Rambut umumnya dikategorikan menjadi rambut terminal yang
lebih tebal dan tergantung hormon di daerah seperti ketiak, daerah kemaluan,
kulit kepala, dada, dll., dan rambut velus yang tidak tergantung androgen yang
menutupi area lainnya. Pertumbuhan rambut memiliki beberapa fase yang
disebut anagen (fase pertumbuhan), catagen (fase nonproliferatif), dan telogen
(fase istirahat) yang siklusnya bergantung pada hormon dan nutrisi. Rambut
menutupi sebagian besar tubuh dengan sedikit pengecualian pada telapak
tangan, telapak kaki, bibir, dan bagian alat kelamin luar. Rambut berfungsi
sebagai perlindungan mekanis untuk kulit, meningkatkan fungsi sensorik, dan
membantu mengatur suhu tubuh. Otot arrector pili yang terletak di dermis
menempel pada folikel rambut, membantu batang untuk berdiri dan menjebak
udara di dekat epidermis untuk mengontrol suhu.
3) Kuku
Kuku terbentuk sebagai lapisan keratin dan muncul di ujung dorsal jari
tangan dan kaki. Pertumbuhan kuku dimulai pada matriks kuku yang
menciptakan sel-sel baru dan mendorong sel-sel lama keluar secara distal.
Bagian kuku yang terlihat adalah lempeng kuku yang menutupi alas kuku, yang
menempel pada jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari
keratin protein yang kaya akan sulfur.
4) Kelenjar
Ada empat jenis kelenjar eksokrin di dalam kulit manusia, yaitu kelenjar
sudoriferous, sebaceous, ceruminous, dan mammae. Kelenjar sudoriferous, juga
dikenal sebagai kelenjar keringat, dibagi lagi menjadi kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar Eccrine didistribusikan ke seluruh tubuh dan terutama
menghasilkan cairan serosa untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin
terdapat di ketiak dan area kemaluan dan menghasilkan keringat kaya protein
seperti susu. Kelenjar ini bertanggung jawab atas bau karena bakteri memecah
zat organik yang dikeluarkan.
1) Kulit terluka menyebabkan darah keluar dari pembuluh. Trombosit ikut keluar
juga bersama darah kemudian menyentuh permukaan-permukaan kasar dan
menyebabkan trombosit pecah. Trombosit akan mengeluarkan zat (enzim)
yang disebut trombokinase.
2) Trombokinase akan masuk ke dalam plasma darah dan akan mengubah
protrombin menjadi enzim aktif yang disebut trombin. Perubahan tersebut
dipengaruhi ion kalsium (Ca²+) di dalam plasma darah. Protrombin adalah
senyawa protein yang larut dalam darah yang mengandung globulin. Zat ini
merupakan enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh hati. Pembentukannya
dibantu oleh vitamin K.
3) Trombin yang terbentuk akan mengubah firbrinogen menjadi
benangbenang fibrin. Terbentuknya benang-benang fibrin menyebabkan luka
akan tertutup sehingga darah tidak mengalir keluar lagi. Fibrinogen adalah
sejenis protein yang larut dalam darah. Apabila fibrin ini beredar di dalam
darah kita tanpa adanya luka, tentunya akan terjadi banyak penyumbatan darah
yang bisa berakibat fatal dalam tubuh kita.
2. Darah
a. Komponen Darah
Darah tersusun atas dua komponen utama, yaitu:
1) Plasma darah
Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari
92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim,
hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam organik. Protein-
protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan
protein esensial untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin
sangat penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan gamma
globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM, IgG,
IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.
Plasma Darah
Andriyani, R., Triana, A. & Juliarti, W. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Ganong WF. Review of medical physiology. 15th edition. California: Appleton& Lange;
1991.
Piraino, F., & Selimovic, S. (2015). A Current View of Functional Biomaterials for Wound
Care, Molecular and Cellular Therapies. BioMed Research International, 2015(10), 1-
7.
Rosita, L., Cahya, A. A., Arfira, F., R. (2019). Buku Hematologi Dasar.
Sherwood L. Human physiology, from cells to systems. 1st edition. St Paul: West Publishing
Company, 1989.