Anda di halaman 1dari 12

Logbook BLOK 1 SK 1

Nama : Almira Carissa Puspita Wijaya


NIM : 225160100111030
Kelompok :5
Fasilitator : drg. Rudhanton, Sp. Perio

Skenario

Learning Issue

1. Mengetahui pengertian dan definisi dari transfusi darah, darah, golongan darah A, B,
AB, dan O, serta rhesus
2. Memahami cara mengidentifikasi golongan darah A, B, AB, dan O serta rhesus dari uji
golongan darah
3. Memahami prinsip pewarisan golongan darah secara genetik dari orang tua pada anak.
4. Memahami dampak dan efek samping dari transfusi darah dengan golongan darah
berbeda
5. Mengetahui penyebab mengapa diperlukan transfusi darah
6. Memahami prosedur transfusi darah
7. Mengetahui alat, bahan, mekanisme, dan prosedur dalam melakukan uji golongan darah
8. Mengetahui penanganan yang tepat menggunakan cara dan metode pada kondisi pasien
yang berbeda beda
Learning Outcomes
1. Definisi
• Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang
(donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang
hilang akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010).
• Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Selain itu, darah
juga merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang
vaskuler karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa osksigen dari paru-paru ke
jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan.
(Desmawati, 2013).
• Golongan Darah
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. (Andriyani et al, 2015). Menurut Karl Landsteiner, darah manusia
dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B,
golongan darah AB, dan golongan darah O. Penggolongan darah ini dikenal dengan
sistem penggolongan darah ABO, pembagian golongan darah ini berdasarkan
perbedaan aglutinogen (antigen) dan agglutinin (antibodi) pada membran
permukaan sel darah merah (Syamsuri, 2007). Golongan darah A merupakan
golongan darah yang memiliki antigen A dengan antibodi anti-B, golongan darah
B adalah golongan darah yang memiliki antigen B dengan antibody anti-A,
golongan darah AB adalah golongan darah yang memiliki antigen A dan B dan
merupakan penerima (resipien) universal karena orang dengan tipe darah ini bisa
mendapatkan transfusi darah dari golongan A, B, AB, ataupun O. Namun, tipe
darah ini hanya bisa mendonorkan darahnya pada orang dengan tipe darah yang
sama. Dan yang terakhir adalah golongan darah O yang merupakan golongan darah
yang tidak mengandung antigen dan seseorang yang bergolongan darah O
merupakan donor universal, yaitu dapat menerima semua jenis darah (Kee, 2002).
• Rhesus
Penggolongan rhesus merupakan penggolongan darah yang juga penting dalam
pemeriksaan pre transfusi. Penggolongan rhesus ini terdiri dari dua, yaitu rhesus
positif dan rhesus negatif. Rhesus positif adalah individu dengan Antigen D pada
sel darah merah dan Rhesus negatif adalah individu yang tidak mempunyai antigen
D pada sel darah merah (Maharani, 2018).

2. Sistem dan Cara Mengidentifikasi Penggolongan Darah


Menurut Oktari et al pada tahun 2016, menjelaskan bahwa terdapat beberapa sistem
dalam mengidentifikasi penggolongan darah, yakni sebagai berikut:
A. Sistem ABO
Cara menentukan hasil suatu uji golongan darah dapat dilihat dari ada atau
tidaknya aglutinasi. Penentuan golongan darah sistem ABO yang paling umum dan
efektif adalah dengan metode Slide. Metode ini menggunakan serum anti-A dan
anti-B untuk melihat reaksi darah terhadap antigen.
o Golongan darah A akan mengalami aglutinasi jika ditetesi serum anti-A, dan
tidak mengalami aglutinasi jika ditetesi serum anti-B.
o Golongan darah B akan mengalami aglutinasi jika ditetesi serum anti-B, dan
tidak mengalami aglutinasi jika ditetesi serum anti-A.
o Golongan darah AB akan mengalami aglutinasi di kedua sampel yang ditetesi
serum anti-A dan anti-B.
o Golongan darah O tidak mengalami aglutinasi saat ditetesi serum anti-A dan
anti-B.

Sumber: Kemdikbud
B. Sistem Rhesus (+/-)
Cara menentukan darah memiliki rhesus positif atau negative dapat dilakukan
dengan uji rhesus darah. Uji ini menggunakan serum anti-Rh untuk mengecek
ada atau tidaknya aglutinasi pada darah. Darah yang mengalami aglutinasi saat
ditetesi anti-Rh merupakan golongan positif (+). Sebaliknya, darah yang tidak
mengalami aglutinasi merupakan golongan negatif (-). Satu di antara perbedaan
utama sistem A, B, O dan sistem Rh adalah sistem A-B-0 aglutinin bertanggung
jawab pada timbulnya rreaksi transfusi yang terjadi secara spontan sedangkan
pada sistem Rh, aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Terdapat enam
jenis antigen Rh (faktor Rh) tetap hanya tiga yang dikenal sebagaiantigen Rh
yaitu C, D, dan E. Seseorang yang mempunyai satu di antara dari ketiga antigen
ini atau hanya kombinasinya dikatakan Rh positif sedangkan yang tidak
mempunyai antigen C, D, dan E dikatakan Rh negatif.

3. Pewarisan Golongan Darah


Menurut Kemdikbud, perbedaan golongan darah dibagi berdasarkan jenis
antigen dalam sel darah. saat ini, ada 4 tipe golongan darah yang umum dimiliki oleh
orang-orang, yaitu A, B, O, dan AB. Orang tua menyumbang informasi tentang
tubuhnya kepada anak lewat golongan darah. Terutama bagi mereka yang golongan
darahnya A, B, dan O. Orang tua dari golongan darah yang sama akan melahirkan anak
dengan darah sejenis. Jika golongan darah kedua orang tua berbeda, biasanya, gen yang
paling kuat akan mendominasi.
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel
ganda. Perkawinan erat kaitannya dengan genetika seseorang, dikarenakan sifat
genetika yang diturunkan merupakan hasil dari adanya sistem perkawinan. Dalam
kaitannya dengan substansi genetik, perkawinan akan mempengaruhi karakteristik
anak, karena kromosom akan selalu berpasangan, di mana satu bagian kromosom
berasal dari ibu dan satu bagian lainnya berasal dari ayah (Glinka, 2008). Adanya
antigen didalam eritrosit ditentukan oleh suatu seri alel ganda yaitu Ia, Ib, dan Io.
Secara genetik antigen ini muncul di permukaan membran sel darah merah sehingga
dapat diperoleh bahwa:
Sumber: Kemdikbud

Tabel genotip golongan darah manusia

Sumber: Kemdikbud

Jadi, berdasarkan data pada tabel, maka:


1. Golongan darah A dapat bersifat homozigot IA IA maupun heterozigot IA IO
2. Golongan darah B dapat bersifat homozigot IB IB maupun heterozigot IB IO
3. Golongan darah AB hanya bersifat homozigot IA IB
4. Golongan darah O hanya bersifat homozigot IO IO
Contoh:

Sumber: Kemdikbud
4. Efek Samping dari Transfusi Darah dengan Golongan Darah Berbeda
Reaksi transfusi didefinisikan sebagai efek samping yang terkait dengan
transfusi whole blood atau salah satu komponennya. Reaksi ini dapat terjadi apabila
transfusi darah dilakukan dari golongan darah yang berbeda dengan tingkat keparahan
dari ringan sampai dengan mengancam jiwa. Reaksi dapat terjadi selama transfusi
(acute transfusion reactions/ reaksi transfusi akut) atau beberapa hari hingga beberapa
minggu kemudian (delayed transfusion reactions/ reaksi transfusi akut) dan dapat
bersifat imunologis atau non-imunologis. Reaksi alergi terhadap komponen yang tidak
diketahui dalam darah donor sering terjadi, biasanya karena alergen dalam plasma
donor atau, lebih jarang, antibodi dari donor alergi. Tanda dan gejala yang paling umum
termasuk demam, menggigil, urtikaria, dan gatal-gatal. Reaksi transfusi darah terjadi
dalam frekuensi dari yang relatif umum (alergi ringan dan reaksi non-hemolitik demam)
Reaksi transfusi darah yang paling parah disebabkan oleh ketidakcocokan ABO.
Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda akan menyebabkan
inkompatibilitas ABO. Perbedaan golongan darah pada transfusi darah akan
menyebabkan reaksi kekebalan tubuh yang bahaya. Inkompatibilitas dalam konteks
golongan darah ini disebabkan oleh pengikatan antibodi plasma dengan antigen sel
darah merah, sehingga menyebabkan reaksi. Dalam tes laboratorium reaksi ini adalah
yang paling umumnya divisualisasikan dengan aglutinasi dari sel sel darah merah.
Inkompatibilitas ABO dapat terdiagnosa apabila saat transfusi darah pasien
mengindikasikan adanya reaksi-reaksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Inkompatibilitas ABO yang terjadi pada seseorang atau janin dapat mengakibat
menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian. Oleh karena itu, penting
untuk mendeteksi ketidaksesuaian antara plasma pasien dan sel darah merah dari donor
darah potensial sebelum transfusi, untuk menghindari reaksi transfusi. (Andika dan
Puspitasari, 2020).

5. Penyebab Diperlukan Transfusi Darah


Transfusi darah perlu dilakukan karena ada tiga tujuan utama dari dilakukannya
transfusi darah, antara lain: untuk mengatasi anemia (penurunan kadar hemoglobin);
untuk menggantikan kehilangan darah akibat pendarahan, baik karena operasi atau
kecelakaan; dan untuk menggantikan komponen darah lainnya, misalnya faktor
pembekuan (Andika dan Puspitasari, 2020).
6. Prosedur Transfusi Darah
Prosedur seleksi (screening) donor dalam beberapa tahun terakhir semakin
berkembang. Prosedur terbaru mempertimbangkan beberapa komponen penting, di
antaranya kesehatan pendonor, produk darah yang bebas dari transfusion transmissible
diseases (TTD), dan perlindungan donor selama proses pengambilan darah dan
pemulihan setelah pengambilan darah. Proses screening donor meliputi tiga fase, yaitu:
pendaftaran, wawancara riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik. Namun, sebelum
dilakukannya pemeriksaan fisik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pendonor, seperti umur dari pendonor minimal berusia 17 tahun, diperlukannya
pemberian edukasi donor darah kepada pendonor dan persetujuan pendonor sebelum
melakukan transfusi darah (Andika dan Puspitasari, 2020). Kegiatan transfusi darah
dimulai dari perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan
darah, pendistribusian darah, hingga tindakan medis pemberian darah kepada pasien
untuktujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Permenkes RI N0.91,
2015). Tahap kerja pelaksanaan transfusi, antara lain: (Sirait, R.H.,2019)
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan, seperti transfusi set, cairan NaCl,
persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah klien, sesuai dengan
kebutuhan, dan sarung tangan bersih.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur.
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
4. Lakukan pemasangan infus.
5. Pasang cairan infus NaCl.
6. Siapkan komponen darah yang akan diberikan.
7. Teliti ulang label komponen darah yang akan diberikan.
8. Cek tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien.
9. Pindahkan selang transfusi dari cairan infus NaCl ke komponen darah sesuai
kebutuhan.
10. Atur/hitung tetesan sesuai kebutuhan
11. Pasang label.
12. Perhatikan reaksi/respon pasien dan observasi pasien untuk melihat adanya
syok atau reaksi alergi.
13. Lepaskan sarung tangan.
14. Cuci tangan.
15. Catat dan dokumentasikan respon yang terjadi sebelum, selama dan setelah
prosedur dilakukan.
16. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai.

7. Alat, Bahan, dan Prosedur dalam Melakukan Uji Golongan arah


• Alat
▪ Lancet blood

▪ Blood lancet pen

▪ Plat Kaca

▪ Tourniquet

• Bahan
Bahan yang digunakan adalah darah dari individu dengan golongan darah
A, B, AB, dan O, reagen anti – A, anti – B, dan anti – AB.
• Prosedur Pengambilan Golongan Darah
Prosedur pengambilan golongan darah, antara lain cara kerja pengambilan
darah vena, pembuatan serum, dan pemeriksaan golongan darah.
Cara Kerja Pengambilan Darah Vena
1) Mempersiapkan Alat dan Bahan
▪ Lancet blood
▪ Blood lancet pen
▪ Plat Kaca
▪ Tourniquet
2) Memasang torniquet pada lengan pasien
3) Membersihkan daerah yang akan ditusuk dengan kapas yang diberi cairan
alkohol 70%
4) Masukkan jarum suntik dengan ditusuk ke dalam kulit sampai jarum masuk
ke dalam lumen vena
5) Lepas torniquet dengan perlahan -lahar ditarik pengisapnya
6) Ambil darah sesuai dengan kadar yang dibutuhkan
7) Setelah dirasa cukup, taruh kapas diatas jarum dan cabut spluit
8) Masukkan darah ke dalam tabung serologi melalui dindingnya.
9) Kemudian, darah dibekukan untuk selanjutnya dilakukan pembentukan
serum.
Pembuatan Serum
1) Darah yang telah dibekukan, kemudian dimasukkan ke dalam sentrifugasi.
2) Kemudian, disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3) Selanjutnya, serum di pisahkan dari sel-sel darah ke tabung yang terpisah.

Pemeriksaan Golongan Darah


1) Diteteskan darah vena pada kaca objek di tiga tempat yang berbeda.
2) Diberikan setetes serum golongan darah A pada sisi kanan tetesan darah,
serum golngan darah B pada sisi tengah tetesan darah, dan serum golongan
darah O pada sisi kiri tetesan darah.
3) Tetesan masing-masing serum diaduk bersamaan dengan darah tersebut.
4) Setelah itu, diamati hasil dari pengadukan tersebut setelah 2-3 menit untuk
mengetahui apakah terjadi penggumpalan darah atau tidak (Oktari, A.,
Silvia, N.D., 2016).

8. Metode Penanganan Transfusi Darah pada Kondisi Pasien yang Berbeda-Beda


▪ Donor Autologous
Donor autologous merupakan pengambilan darah untuk ditransfusikan ke
pendonor di kemudian hari. Hal ini berbeda dengan donor alogenik, yang
pengambilan darahnya dilakukan untuk ditransfusikan kepada individu pada
populasi umum. Donor darah autologus pra operasi mengacu pada teknik dimana
sebelum operasi dilakukan pengambilan darah pada pasien dan disimpan pada
jangka waktu tertentu, kemudian ditransfusikan kembali selama operasi. Metode
ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain: donor darah berulang sebelum operasi
mampu menstimulasi proliferasi sel pada sumsum tulang, menstimulasi regenerasi
eritrosit, meningkatkan fungsi hematopoietic pada pasien setelah operasi,
mempercepat pemulihan hematopoietic setelah operasi, kondusif untuk
penyembuhan luka, serta mengurangi kemungkinan infeksi yang disebabkan oleh
reaksi imunologi dari transfusi darah alogenik.
▪ Flebotomi Therapeutic
Flebotomi terapeutik merupakan pengobatan khusus untuk kelainan darah di
mana pemindahan eritrosit atau serum iron adalah metode yang paling efisien
untuk manajemen gejala dan komplikasi. Flebotomi terapeutik diindikasikan untuk
pengobatan hemochromatosis, polycythemia vera, porphyria cutanea tarda,
penyakit sel sabit, dan penyakit hati berlemak nonalkohol dengan
hiperferritinemia. Selain itu, flebotomi dapat dianggap sebagai komponen dari
pengobatan untuk pasien dengan kadar serum iron tinggi. Namun, penting untuk
membuat keputusan perawatan berdasarkan kondisi setiap pasien dan pedoman
yang relevan untuk menerapkan metode flebotomi therapeutic.
▪ Therapeutic Apheresis
Apheresis berarti "memindahkan" dan heme mengacu pada "darah". Pada
hemapheresis artinya whole blood dipindahkan dari donor atau pasien dan
dipisahkan menjadi beberapa komponen. Satu atau lebih komponen
dipertahankan, dengan bagian yang tersisa digabungkan kembali dan
dikembalikan kepada donor atau pasien. Teknologi ini memungkinkan untuk
hanya memilih komponen yang dibutuhkan atau otomatis memproduksi beberapa
komponen. Sel darah, trombosit, plasma, dan/ atau granulosit dapat dikumpulkan
menggunakan perangkat pengumpulan darah otomatis berdasarkan teknologi
apheresis. Berikut ini merupakan daftar penyakit yang dilakukan pengobatan
dengan apheresis terapeutik:
▪ Kondisi hematologi/ onkologi
▪ Paraproteinemia
▪ Hiperleukositosis
▪ Trombositemia
▪ Thrombotic thrombocytopenic purpura/ hemolytic uremic syndrome
▪ Penyakit sel sabit
▪ Purpura pasca transfusi
▪ Kondisi neurologi
▪ Acute Guillain–Barré syndrome
▪ Polineuropati inflamasi kronis
▪ Myasthenia gravis
▪ Cryoglobulinemia
▪ Rapidly progressive glomerulonephritis associated with antibody to
neutrophil cytoplasmic antigen
▪ Hiperkolesterolemia familial tipe II homozigot
▪ Refsum disease

Therapeutic apheresis merupakan prosedur dimana darah pasien dialirkan


melalui alat medis ekstrakorporeal yang memisahkan komponen darah untuk
mengobati suatu penyakit. Therapeutic apheresis tidak termasuk pengambilan
sel punca (stem cell) untuk digunakan dalam transplantasi sumsum tulang/ sel
punca. Umumnya dilakukan di fasilitas rawat jalan dan prosesnya
membutuhkan beberapa jam (Andika dan Puspitasari, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Aliviameita, A., Puspitasari. (2020). Imunohematologi. Sidoarjo:UMSIDA Press.


Andriyani, R., Triana, A. & Juliarti, W. (2015). Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Desmawati. (2013). Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti. Jakarta:
Penerbit in Media.
Glinka, J., Artaria, D.M. & Koesbardiati, T. (2008). Metode Pengukuran Manusia, Airlangga
University Press, Surabaya.
Kee, J.L. (2002). Laboratory and Diagnostic Tests with Nursing Implication.
Kementerian Kesehatan. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah No. 91.
Kementerian Pendidikan dan Budaya. (2016). Penggolongan Darah Sistem ABO dan Sistem
Rhesus.
Lestari, D.F. and Fatimatuzzahra, J. (2020). Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus Pada
Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bengkulu Utara. Jurnal Solma, 9(2), pp.308-
315.
Oktari, A. and Silvia, N.D. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O. Jurnal Teknologi
Laboratorium, 5(2), pp.49-54.
Pustekkom Kemdikbud, & Wahyuningsari, M. (2019). Hereditas pada Manusia. Sumber
Belajar Kemdikbud.
Raditya, A. (2016). Distribusi Golongan Darah AB0 pada Masyarakat Tengger. Journal
Unair, 5(3) pp.411-421.
Setyati J, Soemantri A. (2010). Transfusi Darah Yang Rasional, 1,24-27,115-131, Pelita
Insani Semarang.
Sirait, R.H., 2019. Bahan Kuliah TRANSFUSI DARAH. Jakarta: Departemen Anestesiologi
Fakultas Kedokteran UKI
Syamsuri. (2007). IPA Biologi. Jakarta: PT Elangga.

Anda mungkin juga menyukai