Skenario
Learning Issue
1. Mengetahui pengertian dan definisi dari transfusi darah, darah, golongan darah A, B,
AB, dan O, serta rhesus
2. Memahami cara mengidentifikasi golongan darah A, B, AB, dan O serta rhesus dari uji
golongan darah
3. Memahami prinsip pewarisan golongan darah secara genetik dari orang tua pada anak.
4. Memahami dampak dan efek samping dari transfusi darah dengan golongan darah
berbeda
5. Mengetahui penyebab mengapa diperlukan transfusi darah
6. Memahami prosedur transfusi darah
7. Mengetahui alat, bahan, mekanisme, dan prosedur dalam melakukan uji golongan darah
8. Mengetahui penanganan yang tepat menggunakan cara dan metode pada kondisi pasien
yang berbeda beda
Learning Outcomes
1. Definisi
• Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang
(donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang
hilang akibat pendarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010).
• Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Selain itu, darah
juga merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang
vaskuler karena perannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa osksigen dari paru-paru ke
jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan.
(Desmawati, 2013).
• Golongan Darah
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. (Andriyani et al, 2015). Menurut Karl Landsteiner, darah manusia
dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B,
golongan darah AB, dan golongan darah O. Penggolongan darah ini dikenal dengan
sistem penggolongan darah ABO, pembagian golongan darah ini berdasarkan
perbedaan aglutinogen (antigen) dan agglutinin (antibodi) pada membran
permukaan sel darah merah (Syamsuri, 2007). Golongan darah A merupakan
golongan darah yang memiliki antigen A dengan antibodi anti-B, golongan darah
B adalah golongan darah yang memiliki antigen B dengan antibody anti-A,
golongan darah AB adalah golongan darah yang memiliki antigen A dan B dan
merupakan penerima (resipien) universal karena orang dengan tipe darah ini bisa
mendapatkan transfusi darah dari golongan A, B, AB, ataupun O. Namun, tipe
darah ini hanya bisa mendonorkan darahnya pada orang dengan tipe darah yang
sama. Dan yang terakhir adalah golongan darah O yang merupakan golongan darah
yang tidak mengandung antigen dan seseorang yang bergolongan darah O
merupakan donor universal, yaitu dapat menerima semua jenis darah (Kee, 2002).
• Rhesus
Penggolongan rhesus merupakan penggolongan darah yang juga penting dalam
pemeriksaan pre transfusi. Penggolongan rhesus ini terdiri dari dua, yaitu rhesus
positif dan rhesus negatif. Rhesus positif adalah individu dengan Antigen D pada
sel darah merah dan Rhesus negatif adalah individu yang tidak mempunyai antigen
D pada sel darah merah (Maharani, 2018).
Sumber: Kemdikbud
B. Sistem Rhesus (+/-)
Cara menentukan darah memiliki rhesus positif atau negative dapat dilakukan
dengan uji rhesus darah. Uji ini menggunakan serum anti-Rh untuk mengecek
ada atau tidaknya aglutinasi pada darah. Darah yang mengalami aglutinasi saat
ditetesi anti-Rh merupakan golongan positif (+). Sebaliknya, darah yang tidak
mengalami aglutinasi merupakan golongan negatif (-). Satu di antara perbedaan
utama sistem A, B, O dan sistem Rh adalah sistem A-B-0 aglutinin bertanggung
jawab pada timbulnya rreaksi transfusi yang terjadi secara spontan sedangkan
pada sistem Rh, aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Terdapat enam
jenis antigen Rh (faktor Rh) tetap hanya tiga yang dikenal sebagaiantigen Rh
yaitu C, D, dan E. Seseorang yang mempunyai satu di antara dari ketiga antigen
ini atau hanya kombinasinya dikatakan Rh positif sedangkan yang tidak
mempunyai antigen C, D, dan E dikatakan Rh negatif.
Sumber: Kemdikbud
Sumber: Kemdikbud
4. Efek Samping dari Transfusi Darah dengan Golongan Darah Berbeda
Reaksi transfusi didefinisikan sebagai efek samping yang terkait dengan
transfusi whole blood atau salah satu komponennya. Reaksi ini dapat terjadi apabila
transfusi darah dilakukan dari golongan darah yang berbeda dengan tingkat keparahan
dari ringan sampai dengan mengancam jiwa. Reaksi dapat terjadi selama transfusi
(acute transfusion reactions/ reaksi transfusi akut) atau beberapa hari hingga beberapa
minggu kemudian (delayed transfusion reactions/ reaksi transfusi akut) dan dapat
bersifat imunologis atau non-imunologis. Reaksi alergi terhadap komponen yang tidak
diketahui dalam darah donor sering terjadi, biasanya karena alergen dalam plasma
donor atau, lebih jarang, antibodi dari donor alergi. Tanda dan gejala yang paling umum
termasuk demam, menggigil, urtikaria, dan gatal-gatal. Reaksi transfusi darah terjadi
dalam frekuensi dari yang relatif umum (alergi ringan dan reaksi non-hemolitik demam)
Reaksi transfusi darah yang paling parah disebabkan oleh ketidakcocokan ABO.
Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda akan menyebabkan
inkompatibilitas ABO. Perbedaan golongan darah pada transfusi darah akan
menyebabkan reaksi kekebalan tubuh yang bahaya. Inkompatibilitas dalam konteks
golongan darah ini disebabkan oleh pengikatan antibodi plasma dengan antigen sel
darah merah, sehingga menyebabkan reaksi. Dalam tes laboratorium reaksi ini adalah
yang paling umumnya divisualisasikan dengan aglutinasi dari sel sel darah merah.
Inkompatibilitas ABO dapat terdiagnosa apabila saat transfusi darah pasien
mengindikasikan adanya reaksi-reaksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Inkompatibilitas ABO yang terjadi pada seseorang atau janin dapat mengakibat
menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian. Oleh karena itu, penting
untuk mendeteksi ketidaksesuaian antara plasma pasien dan sel darah merah dari donor
darah potensial sebelum transfusi, untuk menghindari reaksi transfusi. (Andika dan
Puspitasari, 2020).
▪ Plat Kaca
▪ Tourniquet
• Bahan
Bahan yang digunakan adalah darah dari individu dengan golongan darah
A, B, AB, dan O, reagen anti – A, anti – B, dan anti – AB.
• Prosedur Pengambilan Golongan Darah
Prosedur pengambilan golongan darah, antara lain cara kerja pengambilan
darah vena, pembuatan serum, dan pemeriksaan golongan darah.
Cara Kerja Pengambilan Darah Vena
1) Mempersiapkan Alat dan Bahan
▪ Lancet blood
▪ Blood lancet pen
▪ Plat Kaca
▪ Tourniquet
2) Memasang torniquet pada lengan pasien
3) Membersihkan daerah yang akan ditusuk dengan kapas yang diberi cairan
alkohol 70%
4) Masukkan jarum suntik dengan ditusuk ke dalam kulit sampai jarum masuk
ke dalam lumen vena
5) Lepas torniquet dengan perlahan -lahar ditarik pengisapnya
6) Ambil darah sesuai dengan kadar yang dibutuhkan
7) Setelah dirasa cukup, taruh kapas diatas jarum dan cabut spluit
8) Masukkan darah ke dalam tabung serologi melalui dindingnya.
9) Kemudian, darah dibekukan untuk selanjutnya dilakukan pembentukan
serum.
Pembuatan Serum
1) Darah yang telah dibekukan, kemudian dimasukkan ke dalam sentrifugasi.
2) Kemudian, disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3) Selanjutnya, serum di pisahkan dari sel-sel darah ke tabung yang terpisah.