Anda di halaman 1dari 9

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagiantubuh.
Fungsi kulit secara umum adalah sebagai fungsi proteksi, fungsi absorbsi,fungsi
ekskresi, fungsi persepsi, fungsi pengaturan suhu tubuh, fungsipembentukan pigmen,
dan fungsi keratinisasi (Djuanda dkk., 2007). Kulit berfungsi untuk melindungi bagian
tubuh dari berbagai gangguan dan rangsangandari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi
melalui sejumlah mekanisme biologis,seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinasi danpelepasan sel-sel kulit ari yang udah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh,produksi sebum, serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit daripaparan sinar ultraviolet matahari (Djuanda dkk., 2007). Struktur
kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu: kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling
luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit
(tela subkutanea, hypodermis atau subkutis).

Gambar 1. Penampang Kulit

2.1.1 Anatomi kulit


Berdasarkan strukturnya, kulit terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis dan lapisan sub kutan (Wasitaatmadja, 1997).
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis yang terdiri atas epitel
berlapis pipih, bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans, dan merkel.
Ketebalan epidermis berbeda-beda diseluruh tubuh bergantung pada volume air
yang terdapat pada epidermis, yang paling tebal berukuran 1 milimeter terdapat
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan lapisan paling tipis berukuran 0,1
milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono dan
Latifah, 2007). Pada epidermis terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Lapisan
epidermis memiliki beberapa fungsi yaitu: proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)
dan pengenalan alergen (sel langerhans) (Barel dkk., 2009).
2

Epidermis terdiri atas lima lapis dari lapisan terluar, yaitu :


1. Stratum corneum
Stratum corneum (horny cell layer) merupakan sublayer luar
epidermis dengan ketebalan berkisar dari 8-15 µm yang terdiri dari
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, dan tidak berwarna (Tranggono dan Latifah, 2007).
Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang
tak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia
sehingga berfungsi untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar dan
mencegah dehidrasi yang berlebihan pada jaringan kulit (Igarashi dkk.,
2005). Horny cells mengandung senyawa kimia khusus yang disebut
Natural Moisturizing Factor (NMF) yang juga memainkan peran penting
dalam mempertahankan kelembaban kulit. NMF terdiri atas natrium
PCA, spinolipid dan seramid, fosfolipid, asam lemak, gliserol, squalena
dan kolesterol (Igarashi dkk., 2005).
2. Stratum lucidum
Stratum lucidum terletak tepat di bawah stratum corneum berupa
lapisan pipih, tidak berinti, jernih. Lapisan ini terdapat pada telapak kaki
dan telapak tangan (Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Stratum granulosum
Lapisan stratum granulosum merupakan lapis sel yang intinya di
tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin
(Baumann dkk., 2009). Sel akan mengalami apoptosis dan kehilangan
nukleusnya serta mengalami proses keratinisasi keratinosit menjadi
keratin. Pada lapisan ini terdapat sel langerhans yang berfungsi
mengeluarkan respon imun sebagai bentuk perlindungan terhadap benda
asing (Barel dkk., 2009).
4. Stratum spinosum
Stratum spinosum terdiri atas 10-20 lapisan sel yang terletak tepat
dibawah stratum granulosum. Merupakan hasil keratinisasi dari stratum
basale yang membentuk lapisan yang lebih pipih. Lapisan ini
mengandung sel langerhans dan banyak glikogen (Baumann dkk., 2009).
5. Stratum basale
Stratum basale atau stratum germinativum merupakan lapisan
terdalam dari epidermis yang terdiri dari satu lapis sel basal. Stratum
basale membentuk batas antara lapisan epidermis dengan lapisan dermis.
Lapisan ini memiliki tugas untuk memproduksi keratinosit yang akan
mengalami keratinisasi menjadi lapisan diatasnya. Pada lapisan ini juga
terdapat melanosit yang berfungsi untuk memproduksi melanin yaitu
pigmen pada kulit (Igarashi dkk., 2005).

b. Dermis
Dermis terletak dibawah epidermis yang terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutan.
Dermis memiliki ketebalan 3-5 mm, berupa anyaman serabut kolagen dan
elastin yang bertanggungjawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Pada lapisan
10 ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, kelenjar lemak (sebasea),
3

kelenjar keringat, otot, serabut saraf, dan korpus pacini (Anief, 1997). Lapisan
dermis tersusun dari dua lapisan yaitu reticular layers dan papillary layers.
Reticular layers dibentuk oleh jaringan ikat yang kuat yang mengandung
kolagen dan jaringan elastin sedangkan papillary layers mengandung saraf dan
pembuluh kapiler yang menutrisi epidermis (McLafferty dkk., 2012).

c. Subkutan
Subkutan merupakan lapisan terdalam dari kulit atau yang bisa disebut
dengan hipodermis. Lapisan subkutan merupakan lapisan lemak yang terletak di
antara kulit dan dasar kulit. Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah yang
memasok pembuluh darah pada dermis, serta sel utama seperti fibroblas dan
makrofag (Walters, 2002).

2.1.2 Fungsi Kulit


a. Sebagai perlindungan tubuh
Lapisan kulit dari epidermis hingga subkutan memiliki fungsi untuk
melindungi tubuh dari benda asing diluar tubuh. Epidermis berfungsi untuk
menutupi jaringan tubuh dan mencegah masuknya kuman atau mikroorganisme
ke dalam tubuh. Lapisan stratum corneum dan lapisan lipid berfungsi sebagai
penahan penetrasi air dari luar dan menahan keluarnya cairan dari dalam tubuh.
Pada lapisan dermis dan subkutan terdapat serat elastis yang berfungsi untuk
mencegah gangguan mekanis dari luar yang mungkin diteruskan secara langsung
ke dalam tubuh. Selain itu permukaan kulit memiliki pH rendah berfungsi untuk
melindungi kulit dari bahan kimia yang bersifat toksin. Kulit juga melindungi
tubuh dari sinar UV dengan adanya mekanisme pigmentasi. Permukaan kulit
seperti lapisan keratohyalin, horny layer, dan granule, mempunyai peranan
sebagai penghambur sinar UV yang dapat membahayakan tubuh (Mitsui, 1997).

b. Termoregulator
Kulit merupakan organ yang menjaga suhu badan tetap stabil pada sistem
isoterm yaitu pada suhu 37oC. Mekanisme termoregulasinya adalah dengan
mengubah jumlah darah yang mengalir melalui kulit dengan cara dilatasi dan
konstriksi pembuluh darah kapiler dan dengan sekresi keringat. Pusat pengatur
suhu tubuh ditemukan di hipotalamus dengan mekanisme saat suhu tubuh turun,
hipotalamus akan meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor kulit untuk
menyempitkan pembuluh darah untuk mencegah panas sehingga kulit akan
memucat dan demikian pula sebaliknya (Anief, 1997).

c. Sensorik
Kulit memiliki beberapa reseptor yang dapat merasakan rangsangan
dari luar antara lain : Meissner’s corpusles merupakan reseptor untuk
merasakan sentuhan, Paccini corpusles untuk merasakan tekanan, Krause
corpusles untuk sensor dingin, Ruffini corpusles merupakan sensor suhu, dan
ujung saraf bebas untuk merasakan sakit (Mitsui, 1997).

d. Absorpsi
Beberapa senyawa dapat diabsorpsi tubuh melalui kulit seperti senyawa
lipofil yang larut dalam lemak. Senyawa lipofil dapat diabsorpsi kulit melalui
4

dua jalur absorpsi yakni melalui epidermis dan kelenjar sebaseus pada folikel
rambut. Kemampuan senyawa untuk diabsorpsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu kelarutan dalam lemak, usia tiap individu, temperatur kulit,
ketersediaan darah pada kulit, dan kelembaban yang berperan pada absorpsi
transdermal (Mitsui, 1997).

2.2 Manfaat Antioksidan Bagi Kulit


Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan olehnya. Antioksidan
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif (oxidative stress) adalah
ketidakseimbangan antara radikal bebas (prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh
dua kondisi umum yaitu kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas.
Tubuh manusia secara alami akan memproduksi antioksidan endogen yang berasal dari
dalam tubuh yang berfungsi sebagai donor elektron bagi ROS, sehingga dapat
menghambat dampak negatif yang akan dihasilkan oleh ROS. Dikarenakan banyaknya
akumulasi radikal bebas yang ada didalam tubuh ketika aktivitas fisik berat, maka untuk
membantu antioksidan endogen dan mencegah terjadinya stres oksidatif, dapat
dilakukan suplementasi antioksidan eksogen yang berasal dari luar tubuh (Sylviana et
al., 2017)

2.3 Krim
2.3.1 Pengertian
Menurut Farmakope Indonesia III, definisi Cream adalah sediaan
setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anonim, 1979).

2.3.2 Tipe - Tipe Krim


Tipe – tipe Krim Yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe
air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan
jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun
polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A
digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
a. Tipe M/A atau O/W
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk
maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Krim
M/A (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa
bekas. Pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi
campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya
merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan
kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.
Contoh:
Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan
lapisan berminyak/film pada kulit.
5

b. Tipe A/M atau W/O


Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik
seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau
garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim
A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda beda. Jika
emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh:
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim
pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

2.3.3 Bahan Penyusun Krim


a. Formula Dasar Krim
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat
asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin
solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil
alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA,
NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG,
Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol,
polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
b. Bahan Penyusun Krim
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi
5. Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki.
Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu
domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat,
polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim,
antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
6. Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar,
untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk
mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
2.3.4 Kekurangan dan Kelebihan Krim
a. Kelebihan Sediaan Krim
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
6

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat


5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun.
b. Kekurangan Sediaan Krim
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu
fase secara berlebihan.
2.3.5 Syarat Sediaan Krim
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen.
c. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan.
2.3.6 Metode Pembuatan Krim
a. Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi.
b. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan
lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C
1. sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang
larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen
lemak.
2. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke
dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan,
temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak.
3. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila
larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara
fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
2.3.7 Kerusakan Pada Krim
Kerusakan yang terjadi pada sediaan krim adalah:
1. Cracking, yaitu pemisahan fase terdispersi.
2. Creaming, yaitu terbentuknya emulsi yang terkonsentrasi sehingga
membentuk krim pada permukaan emulsi
3. Flokulasi/agregasi, yaitu terbentuknya partikel-partikel yang saling
berkumpul yang bersifat reversibel.
7

4. Koalesen, yaitu bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar


(Winarti,2013)
8

NO NAMA BAHAN ALASAN PEMILIHAN


1. VITAMIN C Antioksidan yang popular digunakan adalah
( Asam Askorbat ) asam askorbat atau vitamin C. Vitamin C
(antioksidan larut air) merupakan antioksidan
yang mampu menetralkan stres oksidatif
melalui proses donasi/ transfer elektron (Caritá
et al., 2020).
Vitamin C dengan dosis yang tepat mampu
mengurangi ROS. Selain itu, penelitian dengan
plasma manusia telah menunjukkan bahwa
vitamin C efektif dalam mencegah peroksidasi
lipid yang disebabkan oleh akumulasi ROS
(Sunil Kumar et al., 2017). Vitamin C
merupakan antioksidan kuat yang dapat
menetralkan dan menghilangkan oksidan,
seperti yang ditemukan pada polutan
lingkungan dan setelah terpapar radiasi
ultraviolet. Aktivitas ini nampaknya sangat
penting pada epidermis, dimana vitamin C
terkonsentrasi di kulit. Selain, memberikan
sifat antioksidan bagi kulit Vitamin C
memberikan efek peningkatan elastisitas kulit,
penurunan garis halus dan kerutan, warna kulit
menjadi lebih cerah, pengurangan noda hitam,
peningkatan hidrasi dan kelembapan kulit,
serta membantu kerja agen sun protector.
2. VITAMIN E ( α-takoferol) Vitamin E (antioksidan larut lemak)
merupakan antioksidan yang efektif karena
kelarutannya dalam lipid dan aktivitas
antioksidannya tinggi (Chow, 1979; Miller,
1993 Olson and Seidel, 2000). Vitamin E
juga scavenger radikal bebas dan berfungsi
melindungi sel terhadap stress oksidatif
(Martin, 1999).Selain itu vitamin E juga
berfungsi menjaga stabilitas dan integritas
membran sel serta melindungi sel dan
komponen-komponennya dari toksisitas
berbagai macam obat, logam berat dan zat
kimia lain yang akan membentuk radikal
bebas (Goodman’s and Gillman’s, 1991).
Vitamin E merupakan bagian integral dari
pertahanan antioksidan kulit , terutama
memberikan perlindungan terhadap radiasi
UV dan radikal bebas lainnya yang mungkin
bersentuhan dengan epidermis (memberikan
efek fotoprotektif).

KOMBINASI VITAMIN C Jika digunakan bersamaan, vitamin C dan E


DAN E bertindak sebagai bentuk alami perlindungan
9

terhadap sinar matahari. Bersama-sama, kedua


vitamin tersebut memiliki efektivitas yang
lebih besar dibandingkan jika kedua vitamin
tersebut diberikan secara terpisah. Oleh karena
itu, vitamin C mengurangi radikal tokoferol
dan dapat berubah menjadi non radikal dengan
cara dinetralisir sehingga meningkat efek
antioksidan.

3. BHT BHT merupakan suatu antioksidan yang biasa


(Butylated hydroxytoluene ) digunakan sebagai bahan tambahan pada
makanan, produk kosmetik, dan farmasi. Pada
bidang farmasi antioksidan ditambahkan untuk
mempertahankan kestabilan dari sediaan krim,
BHT ini dipilih sebagai suatu antioksidan
karena tidak beracun serta mempunyai
kelarutan yang baik dalam suatu minyak atau
lemak (Herawati Akhlus, 2006). Serta,
memperlambat oksidasilemak atau minyak dan
mencegah berkurangnya efektivitas vitamin
larut lemak.

Anda mungkin juga menyukai