Anda di halaman 1dari 32

QBL

PATOFISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI KULIT DAN TOKSIKOLOGI


PENCEMARAN LINGKUNGAN

1. Jelaskan anatomi, fisiologi serta proses biokimia pada kulit!


Jawab:
Anatomi Kulit Manusia
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas ukurannya yaitu
15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3
lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis. Tikus putih
(Rattus novergicus) memiliki struktur kulit dan homeostatis yang serupa dengan
manusia.

Anatomi kulit (Dikutip dari: surabayaplasticsurgery, 2008)


1. Epidermis
Terbagi atas beberapa lapisan yaitu:
a. Stratum basal
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak dibagian basal. Stratum germinativum menggantikan
sel-sel di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.
c. Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut
hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum lusidum
Langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma.
e. Stratum korneum
Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti
sel dan mengandung zat keratin.
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi
batas ini tidak jelas hanya yang bisa dilihat sebagai tanda, yaitu mulai terdapat
sel lemak pada bagian tersebut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian
atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah pars retikularis (stratum
retikularis).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti
yang terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak
disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat.
Fungsi penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila
terdapat tekanan trauma mekanis pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang terletak
dibagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda). Pleksus yang terdapat pada dermis bagian atas
mengadakan anastomosis di papil dermis, sedangkan pleksus yang di subkutis
dan di pars retikular juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh
darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat
saluran getah bening.
4. Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar
palit.Terdapat 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang berukuran
kecil, terletak dangkal pada bagian dermis dengan sekret yang encer, dan
kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih
kental (Djuanda, 2003).

Histologi Kulit

Histologi kulit (Yahya, 2005)


Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas
yang memisahkan dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora et al., 2009).
Histologis pada
bagian epidermis dimulai dari stratum korneum, stratum korneum adalah lapisan
kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda,
2003). Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. Pada bagian selanjutnya adalah stratum spinosum terdiri atas beberapa
lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses
mitosis.

Diantara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri
atas protoplasma dan tonofibril atau keratin dan diantara sel-sel spinosum terdapat
pula sel langerhans. Sel-sel ini makin dekat kepermukaan makin gepeng bentuknya
dengan inti terletak ditengah-tengah. Protoplasma sel berwarna jenrih pada stratum
spinosum karena mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003).

Stratum germinativum atau basal terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengalami
mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel
yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,
dihubungkan satu dengan lain oleh jembatan antar sel, dan sel pembentuk melanin
atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik
dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (Djuanda, 2003).

Pada bagian dermis, baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan
ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis
dan serabut retikulus. Serabut elastin biasanya bergelombang berbentuk amorf dan
mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu
dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus
adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan dan dilapisan ini terdapat ujung-ujung
saraf tepi, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening.

Pada bagian adneksa terdapat banyak kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Pada
bagian kelenjar kulit terbagi lagi seperti kelenjar keringat contohnya yang memiliki
kelenjar enkrin, saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di
permukaan kulit. Terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan
dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi
oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003).

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mamae,
pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas,
pada waktu lahir berukuran kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan
sekret, seperti keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH
sekitar 4-6,8.

BIOKIMIA KULIT

Epidermis kulit yaitu yang terdapat pada stratum korneum, protein utama penyusun terdiri atas
keratin yang mengandungan albumin (sklero protein), sifatnya sukar larut, terdapat enzim
proteolitik, mengandung sistin sebanyak 20% (merupakan asam amino utama), lemak, melanin
merupakan derivat tirosin serta distimulasi oleh MSH
Rambut, berbentuk α-keratin, dengan kandungan sistin terbanyak, berbentuk spiral yangdapat
membentuk rambut keriting. Pembentukan rambut disebabkan karena adanya ikatan disulfida yang
dapat disambung dan diputuskan

Ada 3 bagian jaringan ikat yaitu terdiri atas bahan dasar (Ground substance), sel khusus Berupa
serat/serabut. Bahan dasar ini yang disebut matriks ekstrseluler, bentuk terdiri atas gel -air, garam,
protein dan glikosaminoglikan.
Matriks ekstraseluler dalam membentuk jaringan ikat terdiri atas:
A. Protein struktural terdiri atas kolagen, elastin dan fibrilin
B. Protein khusus yang terdiri atas fibrilin, fibronektin dan laminin
C. Proteoglikan membentuk rantai panjang disakarida berulang (glikosaminoglikan)

Jaringan ikat terdiri atas dermis kulit, selaput tendon dan otot. Jaringan ikat sebagai penunjang
pembuluh darah dan limfa, tulang, tulang rawan, gigi dan jaringan serat. Peranan jaringan ikat
berfungsi dalam mempertahankan organ tubuh, sebagai barrier dan proses penyembuhan luka.

Protein Struktural yaitu yang memberikan struktur dan gerak, antara lain : kolagen dapat menahan
tekanan/regangan misal tulang, tendon, tulang rawan. Elastin dapat meregang dalam 2 arah
misalnya ligamen, karet dan dinding pembuluh darah. Keratin bersifat kaku tidak larut, tidak dapat
dicerna misalnya kuku, bulu dan tanduk. fibrolin terdapat pada serat sutra, sarang laba-laba dan
resilin sayap serangga.

Sel khusus terdiri atas sel fibroblast (osteoblas, osteosit, kondrosit dapat menghasilkan
serat kolagen dan glikosaminoglikan. Mast cell membuat dan menyimpan heparin (anti koagulan
guna mencegah pembekuan darah) berkaitan dengan homeostasis vaskuler, sel retikulo
endothelial.

Serat/serabut terdiri atas protein kolagen, sifatnya sukar larut, dapat dicerna namun lambat
oleh pepsin dan HCL. Serat mudah dicerna oleh tripsin setelah pemberian dicerna pepsin atau
pemanasan di atas 40°C. Serat dapat menghasilkan gelatin pada pemanasan dengan air atau HCL
(gelatin ini mudah larut membentuk struktur sekunder yang mudah putus dari ikatan).

Serat elastin terdiri jaringan kuning ligamentum, aorta, kulit, paru-paru seperti karet
bersifat skleroprotein, tidak larut, dapat dicerna, tidak membentuk gelatin, komposisi terdiri atas
90% asam amino leusin, isoleusin, glisin, prolin, valin dan 10% asam amino lainnya.
Kondroalbumoid mirip elastin yaitu mem bentuk retikulin dengan struktur mirip kolagen.

Kolagen (1) merupakan bagian dari kulit , tulang, gigi, pembuluh darah tendon, tulang
rawan dan jaringan ikat. Kolagen merupakan protein terbanyak karena lebih 30% protein tubuh
pada hati, kecuali kolagen lebih sedikit di tendo, berfungsi dalam proses penyembuhan, serta
memiliki komposisi asam amino glisin (33%), prolin (10%), hidroksi proli (10%), hidroksilisin
(1%) dan asam amino lain dalam jumlah sedikit (tirosin, triptofan, sistin). Komposisi unit
struktural dasar membentuk tropkolagen terbentuk 3 ranti polipeptida yang diselingi rantai α yang
mengandung + 1050 asam amino. Tropkolagen: molekul berbentuk batang, panjang + 300 nm.
Tebal 1,5 nm dan BM + 300.000.
Kolagen (2) mempunyai urutan setiap asam amino ke 3 dalam rantai α adalah pada glisin,
60 % dari rantai α terbentuk dari urutan Glisin-prolin-X (Protein lain) atau Gly-X-Hyp, 40%
merupakan berbagai urutan asam amino, dimana setiap asam amino ke3 adalah glisin dengan sinar
X diperlihatkan bahwa tiap rantai, polipeptida tropokolagen merupakan struktur heliks, yang
berbeda dengan α-heliks. Ketiga unit protein tropokolagen tidak mempunyai konformasi α-heliks
karena mengandung sejumlah, besar residu prolin dan hidroksi prolin menyebabkan konformasi
yang kaku dan berbelok-belok.
Kolagen mempunyai ketiga sulur rantai polipeptida saling melilit dengan ketat
mengelilingi sesamanya. Rantai ini dijembatani pada ikatan hidrogen dan ikatan kovelen.
Tropokolagen helix ganda 3 yang berdekatan juga saling berikatan silang. Kelekatan lilitan helix
ganda tiga tropkolegen dan ikatan silang dapat protein ini tidak dapat meregang. Tropokolagen
juga mengandung beberapa rantai samping karbohidrat yang berikatan dengan hidroksil. Makin
tua pada ikatan silang kovalen yang terbentuk di dalam dan diantara tropokolagen berlebih
menjadikan fibril kolagen lebih kaku dan rapuh, merubah sifat mekanis urat, tulang rawan menjadi
rapuh, kornea mata tidak jernih dan pembuluh darah menebal

Struktur protein kolagen dan struktur α Heliks

Sifat kolagen, dipanaskan dengan asam encer menyebabkan disosiasi menjadi larut, bila
didinginkan serat kembali seperti semula. Penambahan air dalam jumlah banyak transformasi dari
bentuk untaian tidak larut /tidak dapat dicerna membentuk gelatin. Sub-unit kolagen terdiri atas ß
(BM 2x α) dan δ (BM 3Xα) dan α (polipeptida dasar). Tipe kolagen didasarkan pada rumus
molekul [α1(I)]2 α2, polimer asli dalam bentuk fibril serta didistribusi ke jaringan kulit, tendo,
tulang, gigi, kornea. Sifat khusus sedikit mengandung hidroksilisin, sedikit glikosilasi
hidroksilisin, fibril lebar. Rumus [α1(II)]3 pada tulang rawan, diskus intervertebralis, [α1(III)]3
pada kulit janin, sistem kardiovaskular dan [α1(IV)]3 pada membran dasar.

2. Jelaskan patofisiologi dan pengobatan dari: Acne, Alopecia, Dermatitis, Psoriasis, Urticarial,
Infeksi jamur kuku dan kulit

Patofisiologi Acne Vulgaris

Untuk patogenesis acne vulgaris terdiri dari beberapa multifaktorial terdapat 4 dasar yang telah
diidentifikasi menjadi penyebab acne vulgaris yaitu:
1. Hiperpoliferasi epidermis
2. Produksi sebum yang berlebih
3. Inflamasi
4. Terdapat aktivitas bakteri P. acnes

Hiperpoliferasi epidermis menyebabkan peningkatan sel keratin. Sel-sel keratin ini dapat
menumpuk di bagian duktus menyebabkan pengeluaran sebum terganggu. Menyebabkan
timbulnya microcomedo. Peningkatan sekresi sebum bisa disebabkan banyak hal yaitu karena
adanya peningkatan hormon androgen. Beberapa penelitian intake makanan berlemak dapat
meningkatkan sekresi sebum namun hal ini belum diketahui dengan jelas
Lama kelamaan sebum dan keratin terus menumpuk di bagian duktus menyebabkan dilatasi folikel
menyebabkan komedo tertutup. Bila terdilatasi lebih lebar akan teroksidasi oksigen akan
membentuk black-head.

Sebum memiliki Trigliserida yang nantinya akan dipecah oleh bakteri P. acnes menjadi asam
lemak bebas yang menyebabkan meningkatkan kolonisasi bakteri ini Hadirnya bakteri P. acnes
dapat menyebabkan inflamasi yang akan menimbulkan peradangan pada kulit.
Alopecia areata adalah kerontokan rambut yang disebabkan oleh serangan sistem imunitas tubuh
sendiri (autoimun) terhadap folikel Kondisi ini umumnya terjadi pada kulit kepala, meski
dapat juga terjadi pada bagian tubuh lain yang ditumbuhi rambut, seperti alis, kumis, dan bulu
mata. Selain kebotakan berpola bulat, alopecia areata juga dapat menimbulkan kebotakan
menyeluruh.

Alopecia areata bisa diderita oleh siapa pun, baik laki-laki atau perempuan, dalam segala usia.
Namun umumnya kondisi ini lebih banyak dialami oleh orang-orang berusia 20 tahun ke bawah.
Alopecia areata merupakan penyakit autoimun di mana sistem imunitas tubuh yang bertugas
melindungi tubuh dari serangan virus atau bakteri justru melakukan kesalahan dengan menyerang
tubuh sendiri. Dalam kasus ini, yang diserang adalah folikel rambut. Akibatnya, folikel rambut
yang merupakan tempat tumbuhnya rambut menjadi mengecil lalu berhenti memproduksi rambut
sehingga terjadi kebotakan.

Gejala Alopecia Areata

Gejala utama yang ditunjukkan alopecia areata adalah kebotakan berpola bulat. Kebotakan ini
dapat terjadi di satu atau beberapa tempat yang tadinya ditumbuhi rambut. Terkadang, rambut baru
muncul di pinggir area yang botak. Namun batang rambut tersebut lebih tipis di bagian
pangkalnya, sehingga tampak seperti tanda seru. Pada beberapa penderita alopecia areata,
kebotakan dapat meluas hingga menyeluruh di kulit kepala (alopecia totalis). Meski jarang terjadi,
kebotakan juga dapat terjadi di seluruh tubuh sehingga tidak menyisakan satu helai rambut
pun (alopecia universalis). Terkadang, rambut dapat tumbuh kembali setelah beberapa bulan,
namun dengan tekstur yang lebih tipis dan berwarna putih, berbeda dengan rambut
sebelumnya. Kendati demikian, pada sekitar 10 persen penderita alopecia areata, kebotakan
bersifat permanen dan rambut tidak akan tumbuh kembali,

Selain pada kulit kepala dan bagian tubuh lain yang ditumbuhi rambut, alopecia areata juga dapat
ditandai dengan gangguan pada kuku jari tangan dan jari kaki, berupa kuku berlekuk dan memiliki
garis putih dengan permukaan yang tipis dan kasar. Terkadang kuku dapat berubah bentuk atau
terbelah, meski hal ini sangat jarang terjadi.

Penyebab dan Faktor Risiko Alopecia Areata

Penyebab kelainan autoimun pada kasus alopecia areata tidak diketahui penyebabnya, namun
diduga dipicu oleh infeksi virus, trauma, perubahan hormon, serta tekanan fisik atau psikis.
Penderita alopecia areata juga banyak ditemukan pada orang-orang yang menderita penyakit
autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis.

Diagnosis Alopecia Areata

Alopecia areata dapat terdiagnosis oleh dokter melalui pemeriksaan kondisi rambut, terutama
kerontokan yang terjadi. Guna menguatkan diagnosis, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
melalui analisis sampel kulit kepala dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memastikan penyebab kerontokan rambut. Jika terdapat kecurigaan kuat bahwa penderita
mengalami penyakit autoimun, maka dokter dapat menganjurkan tes darah untuk memeriksa
antibodi yang tidak normal, seperti antinuclear antibody (ANA). Tes darah lain juga dapat
membantu dokter untuk mengetahui penyebab kebotakan lainnya, seperti kadar C-reactive
protein, zat besi, hormon tiroid, testosteron, follicle stimulating hormone (FSH), dan luteinizing
hormone (LH).

Pengobatan Alopecia Areata

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan alopecia areata, dan terkadang rambut dapat
tumbuh kembali dengan sendirinya. Kendati demikian, obat-obatan tertentu dapat digunakan
untuk merangsang pertumbuhan rambut kembali secara lebih cepat. Obat-obatan yang dapat
diberikan, antara lain adalah:
 Minoxidil. Obat topikal ini dapat merangsang pertumbuhan rambut kembali dengan cara
dioleskan pada kulit kepala, janggut atau area yang botak dua kali sehari. Pertumbuhan
rambut baru dapat dilihat tiga bulan setelah pemakaian obat ini.
 Kortikosteroid. Kortikosteroid akan menekan sistem kekebalan tubuh dan tersedia dalam
bentuk obat suntik, oles, dan minum. Suntikan kortikosteroid diberikan pada kulit yang
mengalami kebotakan setiap 3-6 minggu. Rambut baru akan tumbuh sekitar satu bulan
setelah suntikan terakhir. Pemberian suntikan kortikosteroid dianggap lebih efektif
dibanding penggunaan kortikosteroid topikal. Pemberian kortikosteroid topikal mungkin
tepat diberikan untuk anak-anak, yang biasanya takut dengan jarum suntik. Sedangkan
konsumsi pil kortikosteroid ditujukan untuk penderita dengan area kebotakan yang luas
dan banyak. Namun konsumsi kortikosteroid jangka panjang berisiko menimbulkan efek
samping serius.
 Anthralin. Sama seperti kortikosteroid, obat ini akan memengaruhi sistem imunitas pada
kulit. Setelah dioleskan dan didiamkan selama maksimal satu jam, anthralin harus dicuci
sampai bersih agar kulit tidak mengalami iritasi.
 Diphencyprone (DPCP). Obat ini digunakan dengan dioleskan pada daerah yang
mengalami alopecia areata dan akan mengakibatkan reaksi alergi seperti kemerahan,
bengkak, dan gatal pada daerah yang mengalami kebotakan. Munculnya reaksi alergi
adalah efek yang diharapkan dari pemakaian obat ini, dan ditujukan untuk mengalihkan
sistem pertahanan tubuh agar melawan peradangan akibat alergi, alih-alih menyerang
folikel rambut.

Walaupun tidak berbahaya, tetapi terkadang alopecia areata dapat mengakibatkan


ketidaknyamanan pada kulit yang mengalami kebotakan. Mengoleskan krim tabir surya dan
menggunakan rambut palsu atau topi dapat melindungi kulit kepala yang mengalami kebotakan
dari sinar matahari. Penggunaan kacamata dan bulu mata palsu juga dianjurkan bagi pasien yang
mengalami alopecia areata pada bulu mata, hal ini untuk melindungi mata dari debu.

Komplikasi Alopecia Areata

Alopecia areata bukan penyakit yang dapat mengakibatkan kondisi serius. Alopecia areata juga
tidak dapat ditularkan kepada orang lain dan rambut yang botakpun dapat tumbuh kembali dengan
sendirinya dalam beberapa bulan. Namun pada sekitar 10% penderita, kebotakan yang terjadi
bersifat permanen.
Penderita alopecia areata memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita atau memiliki keluarga
dengan penyakit asma, alergi, dan penyakit autoimun lain, seperti penyakit tiroid dan vitiligo.

Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit, biasanya ditandai dengan ruam bengkak kemerahan
pada kulit yang terasa gatal.

Kulit yang terpengaruh oleh dermatitis dapat melepuh, bernanah, berkerak atau mengelupas.
Contoh dari dermatitis adalah dermatitis atopik (eksim), ketombe dan ruam yang disebabkan oleh
kontak dengan berbagai zat, seperti poison ivy, sabun, dan perhiasan logam.

Dermatitis adalah kondisi umum yang tidak menular, namun dapat menyebabkanmerasa tidak
nyaman dan tidak percaya diri. Kombinasi dari langkah perawatan dan pengobatan sendiri dapat
membantu mengatasi dermatitis.

Dermatitis adalah penyakit peradangan kulit umum kronis atau kambuh dan menyerang 15-20%
anak-anak dan 1-3% dari orang dewasa di seluruh dunia.

Ciri-ciri dan gejala

Tanda-tanda dan gejala dari dermatitis tergantung pada jenis penyakit kulit yang dimiliki, seperti:

a. Dermatitis atopik (eksim)

Biasanya muncul pada saat bayi, ruam yang merah dan gatal ini terjadi pada kulit bagian di dalam
siku, di belakang lutut dan di depan leher. Apabila tergores, ruam dapat mengeluarkan cairan dan
berkerak. Orang dengan eksim dapat mengalami perbaikan kondisi dan kemudian kambuh.

Dermatitis kontak

Ruam ini muncul pada area kulit yang terkena kontak dengan zat yang mengiritasi kulit atau
menyebabkan reaksi alergi, seperti poison ivy, sabun dan essential oil. Ruam merah dapat terasa
terbakar, perih atau gatal. Lepuhan dapat muncul.

Dermatitis seboroik (ketombe)


Kondisi ini menyebabkan bagian bersisik, kulit merah, dan ketombe yang membandel. Biasanya
kondisi ini menyerang area yang berminyak pada tubuh, seperti wajah, dada bagian atas, dan
punggung. Kondisi dapat berjangka panjang dengan periode remisi dan kambuh. Pada bayi,
gangguan ini disebut cradle cap.

Penyebab

Dermatitis atopik (eksim)

Jenis dermatitis ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kulit kering, variasi
gen, disfungsi sistem imun, bakteri pada kulit dan faktor lingkungan.

Dermatitis kontak

Kondisi ini berasal dari kontak langsung terhadap salah satu iritan atau alergen, seperti posion ivy,
perhiasan dengan nikel, produk pembersih, parfum, kosmetik dan bahkan pengawet pada banyak
krim dan losion.

Dermatitis seboroik

Kondisi ini dapat disebabkan oleh jamur (fungus) yang berada pada sekresi minyak pada kulit.
Orang dengan dermatitis seboroik dapat menyadari kondisi cenderung datang dan pergi tergantung
pada musim.

Faktor pemicu

1. Usia

Dermatitis dapat muncul pada usia berapapun, namun dermatitis atopik (eksim) biasanya muncul
pada bayi.

2. Alergi dan asma

Orang dengan riwayat keluarga terhadap eksim, alergi, atau asma lebih berkemungkinan terkena
dermatitis atopik.

3. Pekerjaan
Pekerjaan yang meliputi kontak dengan logam, pelarut, atau produk pembersih tertentu
meningkatkan risiko terhadap dermatitis kontak. Orang yang bekerja di bidang kesehatan juga
sering terkena eksim tangan.

3. Kondisi kesehatan

Berisiko tinggi terhadap dermatitis seboreik apabila memiliki salah satu dari kondisi seperti gagal
jantung kongestif, penyakit Parkinson, dan HIV.

Diagnosis

Apabila dokter menduga Anda memiliki kondisi ini, pemeriksaan fisik dan beberapa tes akan
direkomendasikan. Dokter juga dapat melakukan uji tempel pada kulit, dimana jumlah kecil dari
berbagai zat dioleskan pada kulit di bawah adhesive covering.

Saat kunjungan lanjutan dalam beberapa hari kemudian, dokter akan memeriksa kulit untuk
melihat apakah Anda mengalami reaksi terhadap zat-zat ini. Jenis tes ini paling baik dilakukan
setidaknya 2 minggu setelah dermatitis menghilang dan paling bermanfaat untuk melihat apakah
Anda memiliki alergi kontak tertentu.

Pengobatan

 Mengoleskan krim kortikosteroid


 Mengoleskan krim atau losion tertentu yang mempengaruhi sistem imun (calcineurin
inhibitors)
 Memaparkan area dengan jumlah cahaya alami atau buatan yang terkendali (phototherapy)

Psoriasis

adalah penyakit multisistem kronis yang merubah siklus hidup sel kulit, dengan dominasi gejala
di bagian kulit dan sendi.Psoriasis bermanifestasi sebagai plak / kerak kemerahan yang tertutupi
oleh skuama tebal berwarna putih keperakan dengan area predileksi terbanyak pada bagian
ekstensor tubuh dan kulit kepala, namun pada dasarnya psoriasis juga dapat timbul di daerah lain
pada kulit tubuh.
Psoriasis merupakan akibat dari hiperproliferasi keratinosit pada epidermis dengan peningkatan
kecepatan siklus hidup atau pergantian (turnover) sel epidermal, dimana etiologinya masih belum
diketahui pasti. Namun terdapat bukti bahwa faktor genetik, sistem imun, dan lingkungan berperan
penting sebagai bagian dari beberapa penyebab psoriasis.
Prevalensi dari psoriasis di berbagai negara bervariasi dengan rentang 0.09% sampai 11.43%,
membuat psoriasis menjadi permasalahan global yang serius dengan setidaknya sekitar 100 juta
jiwa di seluruh dunia mengalaminya. Sekitar 10%-25% pasien juga terkena artritis psoriatik yang
akan menyebabkan nyeri dan bengkak pada persendian. Psoriasis dapat terjadi baik pada wanita
maupun pria, pada usia berapapun, dan cenderung dapat kambuh berulang kali.

Psoriasis memiliki berbagai faktor penyebab dan gejala yang kerap sulit diprediksi. Psoriasis juga
memiliki faktor pencetus eksternal dan internal seperti trauma ringan, sinar matahari, stress, obat-
obatan sistemik dan infeksi. Komorbiditas pada psoriasis meliputi artritis, penyakit
kardiovaskular, sindrom metabolik, IBD (inflammatory bowel disease) dan depresi.

Psoriasis dapat diklasifikasikan berdasarkan deskripsi morfologinya, menjadi psoriasis plak,


psoriasis inverse (fleksural), psoriasis eritrodermik, psoriasis pustular, psoriasis guttate(tetesan),
psoriasis pada kuku, dan artritis psoriatik.
Tujuan utama dari pengobatan psoriasis adalah untuk memperlambat pertumbuhan sel kulit.
Pengobatan didasari oleh area permukaan kulit yang terlibat, lokasi tempat lesi, ada atau tidaknya
artritis, dan ketebalan dari plak juga skuama

Urtikaria
Urtikaria atau lebih dikenal dengan biduran adalah suatu gejala penyakit berupa gatal-gatal
pada kulit disertai bercak-bercak menonjol (edema) yang biasanya disebabkan oleh alergi.
Urtikaria merupakan gejala klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya
pembentukan bilur – bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang
terlihat.
Urtikaria yaitu keadaan yang ditandai dengan timbulnya urtika atau edema setempat yang
menyebabkan penimbulan diatas permukaan kulit yang disertai rasa sangat gatal.
Penyebab
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria
bermacam-macam, di antarany: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan fotosensitizer,
inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan penyakit
sistemik.
1) Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun
nonimunologik. Hampir semua obat sistemik dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe
I atau II. Contohnya ialah obat-obat golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon,
dan diuretik. Adapula obat yang secara nonimunologik langsung merangsang sel mast untuk
melepaskan histamin, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria
karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
2) Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya akibat reaksi
imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan kedalamnya seperti zat
warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh
makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei,
babi, keju bawang, dan semangka; bahan yang icampurkan seperti asam nitrat, asam benzoat, ragi,
salisilat, dan penisilin.
3) Gigitan/sengatan serangga
Gigitan/sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, agaknya hal ini lebih banyak
diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom an toksin bakteri, biasanya
dapat pula mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya menimbulkan
urtikaria bentuk papular di sekitar tempat gigitan. Biasanya sembuh dengan sendirinya setelah
beberapa hari, mingu atau bulan.
4) Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, dan sabun germisid sering
menimbulkan urtikaria
5) Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol,
umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I). Reaksi ini sering dijumpai pada
penderita atopi dan disertai gangguan nafas.
6) Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang,
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia misalnya insect repellent (penangki serangga), dan
bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan karena bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan
urtikaria.
7) Trauma fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau memegang benda yang
dingin; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar ultraviolet, radiasi dan panas pembakaran;
faktor tekanan, yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air,
vibrasi dan tekanan berulang-ulang contonya pijatan, keringat, pekerjaan berat, demam dan emosi
menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Klinis biasanya
terjadi pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria setekah goresan
dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermografisme atau fenomena Darier.
8) Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur,
maupun infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya pada infeksi tonsil, infeksi gigi, dan
sinusitis. Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau oleh
sensatisasi. Infeksi virus hepatitis, mononukleosis, dan infeksi virus Coxsackie pernah dilaporkan
sebagai faktor penyebab. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu dipikirkan kemungkinan
infeksi virus subklinis. Infeksi jamur kandida dan dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab
urtikaria. Infestasi cacing pita, cacing tambang, cacing gelang juga Schistosoma.
9) Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan
vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.
Penyelidikan memperlihatkan bahwa hipnosis dapat menghambat eritema dan urtikaria. Pada
percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat.
10) Genetik
Faktor genetik ternyata berperan penting pada urtikaria dan angioedema, walaupun jarang
menunjukkan penurunan autosomal dominan. Di antaranya ialah angioneurotik edema herediter,
familial cold urticaria, familial localized heat urticaria, vibratory angioedema, heredo-familial
syndrome of urticaria deafness and amyloidosis, dan erythropoietic protoporphyria.
11) Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering
disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan
dermatitis herpetiformis Duhring, sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus
eritematosus sistemik dapat mengelami urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai
urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam
reumatik, dan artritis reumatoid juvenilis.

Klasifikasi
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya serangan
berlangsung dibedakan menjadi urtikaria akut dan kronik. Disebut akut bila serangan berlangsung
kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari; bila melebihi
waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak
muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Urtikaria kronik lebih sering pada
wanita usia pertengahan. Penyebab urtikaria akut lebih mudah diketahui, sedangkan urtikaria
kronik sulit ditemukan. Ada kecenderungan urtikaria lebih sering diderita oleh penderita atopik.
Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya, yaitu urtikaria papular bila
berbentuk papul, gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan gurata bila ukurannya besar-besar..
Terdapat pula yang anular dan arsinar. Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena,
dibedakan menjadi urtikaria lokal, generalisata dan angioedema. Ada pula yang menggolongkan
berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya, maka dikenal urtikaria imunologik,
nonimunologik, dan idiopatik sebagai berikut:
1) Urtikaria atas dasar reaksi imunologik:
a. Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I)
i. Pada atopi
ii. Antigen spesifik (polen, obat, venom)
b. Ikut sertanya komplemen:
i. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
ii. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
iii. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik)
c. Reaksi Alergi tipe IV (urtikaria kontak)
2) Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik
a. Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator (misalnya obat golongan
opiat dan bahan kontras).
b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya aspirin, obat
anti-inflamasi nn-steroid, golongan azodyes).
c. Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan bahan
kolinergik.
3) Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan sebagai urtikaria idiopatik.

Jamur Kulit dan Kuku

Pengobatan jamur di kulit dan kuku pada umumnya bisa diobati dengan obat antijamur
seperti miconazole, clotrimazole, dan oxiconazole yang dapat membantu penyembuhan infeksi
pada kulit.

Untuk mempercepat proses penyembuhan infeksi jamur di kulit dan kuku, ada baiknya Anda
menjaga kedua bagian tubuh tersebut tetap kering dan tidak lembab. Bila infeksi jamur dan kuku
sudah parah, segera konsultasikan pada dokter untuk diberi obat sesuai resep dan tingkat keparahan
infeksi.

Lalu, infeksi kulit paa kulit yang parah, sering disebabkan oleh candidiasis invasif dan perlu
diobati oleh dokter. Candidiasis invasif adalah infeksi ragi serius yang memengaruhi darah,
jantung, mata, otak, dan tulang. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti orang
dengan HIV/ AIDS, lebih berisiko terkena dampak infeksi invasif ini. Anda harus segera mencari
bantuan medis untuk dirawat di rumah sakit.

Lalu bagaimana mencegah jamur di kulit dan kuku?

 Jaga agar kuku terhindar dari paparan zat kimiawi atau air terus menerus. Pakai sarung tangan
yang tahan air untuk melakukan tugas sehari-hari yang mengharuskan Anda bersentuhan dengan
air.
 Bisa mengobati dan memperkuat kuku dengan petroleum jelly atau losion yang berbahan dasar
minyak daripada yang berbahan dasar air.
 Jika infeksi kuku tidak bisa diobati, Anda harus melakukan operasi pengangkatan kuku.
Diharapkan kuku baru akan tumbuh, tapi ini akan membutuhkan proses yang lama.
 Konsumsi vitamin B dengan biotin agar kuku yang rapuh tampak kuat. Namun, ini adalah sebuah
perawatan jangka panjang dan harus dilakukan secara rutin.

3. Penilaian dan manajemen risiko terhadap pencemaran lingkungan


4. Jelaskan tentang karsinogenik dan kemopreventif

KARSINOGENIK
Adalah suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan kanker. Hal ini bisa terjadi karena
ketidakstabilan genomik atau gangguan pada proses metabolisme seluler.
Kanker adalah penyakit dimana sel-sel rusak di dalam tubuh penderita tidak mengalami program
kematian sel, dan tumbuh secara tidak terkontrol dengan metabolisme yang menyimpang.
Karsinogen mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker dengan mengubah metabolisme
seluler atau merusak DNA langsung di dalam sel sehingga mengganggu proses biologis dan
menginduksi pembelahan sel secara tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan terjadinya
pembentukan tumor.

Biasanya, sel yang mengalami perubahan DNA yang terlalu parah akan diarahkan untuk masuk
pada program kematian sel, tetapi jika jalur program kematian sel ini rusak maka sel akan
berubah menjadi sel kanker.

Agen Kemopreventif pada umumnya memiliki aktivitas penghambatan perkembangan kanker


serta dapat meningkatkan kemungkinan kesembuhan dan menurunkan rasa sakit yang dialami
oleh penderita kanker.
5. Jelaskan toksikologi terkait cemaran timbal (Pb), merkuri (Hg), dan arsen (Ar) serta cara
penanganan keracunan dari cemaran logam secara umum
Pengertian Timbal (Pb)
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan
nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum. Logam ini termasuk
dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada table periodik unsur kimia. Mempunyai
nomor atom (NA) 82 dengan bobot (BA) 207,2.
Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar
ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal dalam keseharian lebih dikenal
dengan nama timah hitam. Timbal terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara
biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika
terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh akan beredar mengikuti aliran darah,
diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.

Sifat Timbal (Pb)


Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut:
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau
dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Meruakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal
sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 °C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam bisa, kecuali
emas dan merkuri.
5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.
Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri
baterai, timbal digunakan sebagai grid yang meruapakan alloy (suatu persenyawaan) dengan
logam bismut (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7. Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam
industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Kemampuan
timbal dalam membentuk alloy dengan banyak logam lain telah dimanfaatkan untk meningkatkan
sifat metalurgi dari logam ini dalam penerapan yang sangat luas.
Kemampuan Pb untuk berikatan dengan atom N (nitrogen) untuk membentuk senyawa
azida. Senyawa ini merupakan suatu jenis senyawa mempunyai kemapuan ledakan dengan
pencaran energi yang besar. Karena itu, senyawa azida banyak digunakan sebagai denator (bahan
peledak). Bentuk-bentuk dari persenyawaan yang dibentuk oleh Pb dengan unsur kimia lainnya,
serta fungsi dari bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel Bentuk Persenyawaan Pb dan Kegunaannya

Bentuk Persenyawaan Kegunaan

Pb + Sb Kabel telepon

Pb + As + Sn +Bi Kabel listrik

Pb + Ni Senyawa azida untuk bahan peledak

Pb + Cr + Mo+ Cl Untuk pewarnaan pada cat

Pb – asetat Pengkilapan keramik & Bahan anti api

Pb + Te Pembangkit listrik tenaga panas

Aditive untuk bahan bakar kendaraan


Tetrametil – Pb & Tetraetil – Pb
bermotor

Senyawa tetrametil-Pb dan tertraetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua
senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-
Pb akan teruarai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan teruarai membentuk
trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari tetraetil-Pb tersebut memiliki bau
yang spesifik sepert bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa
turunan ini dapat larut dengan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat
terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saat bernapas, dan sebagian akan
menumpuk di kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan.
Sumber-sumber lain yang menyebabkan Pb dapat masuk ke udara ada bermacam-macam.
Di antara sumber alternatif ini yang tergolon besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik-
pabrik yang mengolah senyawa alkil-Pb, Pb-oksida, peleburan bijih Pn dan transfer bahan bakar
kendaraan bermotor, karena senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan
sangat mudah menguap
Air raksa (Hg), atau sering disebut juga sebagai merkuri merupakan satu dari lima unsur golongan
logam transisi (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair padasuhu
kamar dan mudah menguap. Kelimpahan Hg di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen
lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0),
merkuri monovalen (Hg1+), dan merkuri bivalen (Hg2+).
Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam merkuri digunakan dalam produksi gas khlor
dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai.
Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau
oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri
sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam
merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan
tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik.
Toksisitas merkuri dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Merkuri metal
Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80 % merkuri metal
disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan menjadi ion inorganik dan dieksresikan
dalam bentuk merkuri inorganik. Organ yang paling sensitif adalah system syaraf (peripheral dan
pusat). Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi (gugup, penurunan percaya
diri, mudah bersedih), insomania, penurunan daya ingat, sakit kepala, penurunan hasil pada tes
kognitif dan fungsi motorik. Gejala dapat bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan
atau dosis merkuri. Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu
kamar. Uap merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah.
Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar tubuh tanpa
mengakibatkan bahaya.

2. Merkuri anorganik
Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan histidil rantai samping dari
protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses seluler. Toksisitas
merkuri umumnya terjadi karena interaksi merkuri dengan kelompok thiol dari protein. Beberapa
peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ mampu menghambat kerja 50 jenis
enzim sehingga metabolisme tubuh bisa terganggu dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri
anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa, alat pencernaan, termasuk
mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal ataupun membran filter glomerulus, menjadi
lebih permeabel terhadap protein plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin.
Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut terasa tebal,
sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi,
dan stomatis. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat
pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan tekanan
darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system syaraf, antara
lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria, dan
gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.

3. Merkuri organik
Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena alkil
merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang mampu melintasi membran sel dan lebih mudah
diabsorbsi serta berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri organic sangat luas, yaitu
mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak permeabilitas membran, menghambat
beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan menghambat penggunaan substrat protein.
Namun demikian, alkil merkuri ataupun metil merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa
sehingga gejala toksisitas merkuri organic lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik. Merkuri
organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Senyawa organo merkuri
yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri)
di air dan tanah. Karena bakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung
konsentrasi merkurinya akan tinggi. Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia
karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Gejala toksisitas merkuri
organik meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan
pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi, paresis,
koma, dan kematian.
Sumber-Sumber Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang
terdapat di alam dalam bentuk senyawa dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk
elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air, dan
organisme hidup melalui proses fisika, kimia, dan biologi yang kompleks.
Beberapa sifat merkuri adalah:
1. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap.
2. Akan memadat pada tekanan 7.640 Atm
3. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (250C) dan
mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -390C.
4. Kisaran suhu dimana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar yaitu 3960C, dan kisaran
suhu ini merkuri mengembang secara merata.
5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua
logam lain.
7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan
amalgam.
8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup.
Dari sifat kimia dan fisika merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan
kimia dan industri yang jika penggunaannya tidak sesuai dengan aturan batasan standar yang
ditentukan maka akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan atau racun di
lingkungan. Pencemaran Hg yang pernah diidentifikasi bersumber dari pabrik plastik dengan
bahan baku vinylklorida dan asetaldehida.
Di Indonesia pencemaran merkuri ditemukan dibanyak tempat namun tidak ada investigasi atau
laporan adanya penderita penyakit minamata atau keracunan merkuri. Penambangan emas tanpa
ijin (PETI) ditemukan di berbagai tempat. Tidak adanya laporan tentang penyakit minamata di
indonesia mungkin disebabkan oleh karena pencatatan penyakit cacat bawaan yang tidak
didasarkan atas penyebab, dan cacat bawaan dapat disebabkan oleh banyak hal. Juga, laporan
keracunan dilaporkan menjadi satu kesatuan saja. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan
umumnya diakibatkan oleh buangan industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari
penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang pertanian. Penggunaan merkuri di dalam
industrti sering mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui
sistem ventilasi udara. Merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik dan
senyawa organic.

Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Oleh kegiatan perindustrian, seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic
soda
2. Oleh alam itu sendiri, melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi.

Toksisitas
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas
yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik. Penelitian telah menunjukkan bahwa
arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates
(pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan
70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh
unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali
lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air
liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan
berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare,
tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari
ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair.
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan
dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian

Mekanisme Terjadinya Toksisitas

Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah.
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat
dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu system enzim
tersebut ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi
piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana
enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.
Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk
asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril
sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat dapat
menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan
terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya pengikatan
arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-
fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH,maupun
gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat
sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan
As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena
eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan
tulang bebrapa tahun kemudian.

Gejala Toksisitas Arsen


Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh
adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel
(lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual,
muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang
putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala
hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar tubuh,
sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan
peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam
waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala rambut
rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan
anggota gerak bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
· Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal dalam
suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas,
bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah
populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l.
Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang
terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku,
terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan
adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-
paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti
menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme
(karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun
sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248
pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis,
hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan
tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akanlebih parah dari pada
saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat kecenderungan
terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang), terutama
neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran
basophilic stippling. Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen
pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker limfa, dan kanker kulit.

Penanganan keracunan dari cemaran logam secara umum

Khelasi (Chelation)

Berasal dari bahasa Yunani chele yang berarti sepit, merujuk kepada tangan kepiting atau
kalajengking. Khelasi merupakan suatu proses reversible pembentukan ikatan dari suatu ligan,
yang disebut khelator atau agen khelasi, dengan suatu ion logam membentuk suatu komplek metal
yang disebut khelat. Tipe ikatan yan terbentuk dapat berupa ikatan kovalen atau ikatan kovalen
koordinasi.

Terapi khelasi merupakan suatu metoda yang digunakan dalam mengatasi keracunan logam berat
seperti merkuri. Dalam metoda ini digunakan senyawa organik tertentu yang dapat mengikat
merkuri dan mengeluarkannya dari dalam tubuh manusia. Senyawa tersebut memiliki gugus atom
dengan pasangan elektron bebas, elektron tersebut akan digunakan dalam pembentukan ikatan
dengan merkuri. Beberapa senyawa organik yang bisa digunakan sebagai khelator adalah
dimercaprol, 2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA).
2,3-dimercapto-succinic acid (DMSA) merupakan senyawa organik larut dalam air, yang
mengandung dua gugus tiol (-SH). DMSA merupakan khelator yang efektif dan aman digunakan
dalam penanganan keracunan logam berat seperti timbal, arsen dan merkuri. Senyawa ini telah
digunakan dalam penanganan keracunan merkuri sejak tahun 1950-an di Jepang, Rusia dan
Republik Rakyat China, dan sejak tahun 1970-an digunakan di Eropa dan Amerika Serikat.

S E NYAWA 2,3 -DI ME RCA PT O -S UCC INIC ACID (D M S A )


Senyawa organik yang dikenal juga dengan nama dagang chemet ini merupakan khelator yang
efektif dalam penanganan keracunan logam berat seperti timbal, arsen dan merkuri. Serangkaian
penelitian menunjukkan bahwa DMSA mampu mengeluarkan 65 % merkuri dari dalam tubuh
manusia dalam selang waktu tiga jam (Patrick: 2002)

DMSA relatif aman digunakan sebagai khelator. Pada manusia normal, manusia, yang tidak
terkontaminasi merkuri, 90 % DMSA yang diabsorbsi tubuh, diekskresikan melalui urin dalam
bentuk disulfida dengan gugus thiol sistein. Sedangkan sisanya berada dalam bentuk bebas atau
tanpa ikatan dengan gugus lain.

Dalam upaya mempercepat proses pengeluaran merkuri dalam tubuh manusia, DMSA dapat
digunakan bersamaan dengan khelator lain seperti ALA (Alpha Lipoic Acid). DMSA juga dapat
digunakan bersamaan dengan anti oksidan, seperti vitamin E dan vitamin C, dalam upaya
mengurangi gangguan kesehatan sebagai akibat pembentukan radikal bebas oleh merkuri .

Anda mungkin juga menyukai