Anda di halaman 1dari 25

1

Skenario 3
Pertumbuhan Cepat
Seorang ibu membawa anaknya yang berumur 17 bulan ke poliklinik anak karena
merasa pertumbuhannya cepat, berat badannya 14,2 kg dan tinggi badan 94 cm.
Dia tumbuh 7 cm dalam 3 bulan terakhir. Wajahnya tampak kasar dengan dahi dan
rahang menonjol. Tangan dan kakinya tampak disproporsiyang melebar. Saat
menunggu dipanggil, ibu tersebut melihat pasien lain seorang anak yang tampak
cebol meskipun usianya sudah 3 tahun. Ibu tersebut merasa heran mengapa
keadaannya bisa terbalik dengan keadaan anaknya.
STEP 1
1. Disproporsi : Keadaan tubuh dimana keseimbangan tidak normal.
2. Pertumbuhan : Pertambahan ukuran volume, jumlah sel yang bersifat
Irreversibel.
3. Cebol
: Disporposi tubuh yang pertumbuhan dan
perkembangannya kurang dari normal dan gangguan
pertumbuhan akibat fungsi hormon yang terganggu.
4. Poliklinik
: Balai pengobatan umum tidak untuk perawatan atau
pasien inap.
STEP 2
1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ?
2. Apa fungsi hormon ?
3. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan ?
4. Faktor apa yang mempengaruhi disproporsi tubuh ?
5. Bagaimana pertumbuhan yang normal bagi anak yang berumur 17 bulan ?
6. Penyebab terjadinya cebol ?
7. Ciri-ciri cebol ?
8. Mengapa wajahnya tampak kasar dan rahangnya menonjol ?
STEP 3
1. Ada dua faktor, yaitu :
1) Faktor internal.
2) Faktor eksternal.
2. Sebagai proses pekembangan dan pertumbuhan
3. a. Growth hormone.
b. Hormon seks, androgen pada laki-laki dan estrogen, progesteron pada
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

perempuan.
Tiroid
Tiroksin
Somatotropic
Hormon Troteopic.
Hormon Adenofikotropic.
Hormon Gonadotropin.
Lutenizin Hormone.

4. a.
b.
5. a.
b.

Asupan gizi.
Hormon itu sendiri.
Tinggi badan bertambah 0.5 cm 1-6 bulan.
Terdiri dari 3 periode :
1) Sejak lahir 0-1 bulan.
Terjadi penyesuaian sirkulasi darah.
2) 1 bulan 1 tahun.
Terjadi pertumbuhan cepat dan maturasi terutama pada saraf.
3) 1 tahun 2 tahun.
Terjdi perkembangan motorik kasar dan halus. Kontrol fungsi

sekresi atau buang air besar.


6. a. Kekurangan Hormon Tiroksin.
b. Kekurangan Growth Hormone (GH).
c. Hiposekresi atau kekurangan sekresi.
7. a. Pendek.
d. Muka dan suara seperti anak kecil.
b. Gemuk.
e. Cara berjalan tidak simetris.
8. Karena ada hormon yang mempengaruhi tubuh.
STEP 4
1. a. Fungsi Internal :
1) Penurunan glukosa darah.
2) Penurunan lemak bebas dala darah.
3) Fungsi hormon tiroksin.
4) Fkator genetik.
5) Terganggu mtabolisme zat mineral.
6) Hormon somatotropic
b. Fungsi Eksternal :
1) Kekurangan vitamin D.
2) Lingkungan.
3) Stres.
2. a. Metabolisme tubuh.
b. Proses reproduksi.
c. Mengontrol sekresi dan aktivitas ke kelenjar tiroid.
d. Merngsang pertumbuhan tulang.
e. Menstimulasi sekresi estrogen dan progesteron.
f. Untuk pigmentasi kulit.
3. 1) Growth Hormone (GH)
a. Merangsang pertumbuhan sekresi.
b. Merangsang hipofisis untuk menghambat kerja insulin pada
metabolisme karbohidrat dan lemak.
2) Gonadotropic
1. Perempuan
a. FSH : Merangsang pertumbuhan folikel ovarium.
b. LH
: Menyebabkan ovulasi dan pembentukan gluteus
ovarium.
2. Laki-laki
a. FSH : Mengatur spermatogenesis dalam testis.

b. ICSH : Untuk memproduksi testosteron dan androgen.


3) Hormon GH
a. Mekanisme
Dihasilkan dari kelenjar hipofisis, mengalir dari pembuluh darah ke
organ hati, di dalam hati GH dirubah menjadi IGF1. Melalui peredaran
darah disalurkan lagi ke organ-organ tubuh. Sehingga berpngaruh pada
proses pertumbuhan.
b. Target organ :
a. Tulang
b. Jaringan lunak
Kelebihan growth hormone menyebabkan gigantisme. Dwarfisme
kurangnya growth hormone sehingga menyebabkan kretinisme. Ciricirinya : badan pendek, hipoglikemia dan muka dan suara sperti anak
kecil. Kelebihan growth hormone pada saat dewasa menyebabkan
membesarnya bagian tubuh tertentu sperti pada hidung atau telinga disebut
akromegali.
c. Organ-organ yang menghasilkan hormon
a. Hati
: Growth Hormone.
b. Mamae
: Prolaktin.
c. Usus
: Paratiroid.
d. Kelenjar hipofisis
: FSH, LH, GH, TSH, ACTH.
Makroskopis dan mikroskopis hipofisis.
a. Mikroskopis
1) Pars distalis (kapiler sinosoid, sel kromofob, asedofil, basofil)
2) Pars intermedian (folikel-folike)
3) Pars tuberalis (di dominan oleh gonadotropin)
Jenis jenis selnya :
a. Anterior.
1) Komofob
2) Asedofil : menghasilkan growth hormon dan prolaktin.
3) Basofil : FSH, LH, ACTH, TSH.
b. Posterior.
1) Jaringan saraf.
b. Makroskopis
1) Bentuk seperti kacang polong dengan panjang 1-1.5 cm dan berat 0.5 gr.
2) Dilapisi duramater yang membentuk simpai fibrosa sekitar hipofisis
bagian intersella.

3) Hipotalamus dan hipofisis terhubung melalui struktu seperti tangkai

yaitu infundibulum dan membentuk sistem fortal

hipotalamo-

hipofisis.
4) Sekresi hormon hipofisis diregulasi oleh ipotalamus.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sasaran belajar.
Sasaran belajar.
Sasaran belajar.
Sasaran belajar.
Sasaran belajar.
Fungsi hipofisis.

BAGAN

FUNGS

ADENOFIK
O-TROPIN

HORMO

GH
LH
MEKANISM

FSH

PERTUMBUHA

TIROID
TIROKSI
ORGA

HATI

REGULA

GINJA

SEKRE

KELENJAR
TIROID

KELENJAR
PARATIROI

STEP 5
1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ?
2. Bagaimana mekanisme hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tubuh ?
3. Hormon pertumbuhan menyebabkan apa saja ?
4. Makroskopis dan mikroskopis hipofisis ?
5. Bagaimana pertumbuhan yang normal bagi anak yang beumur 17 bulan ?
6. Penyebab terjadinya cebol ?
7. Ciri-ciri cebol ?
8. Mengapa wajahnya tampak kasar dan rahangnya menonjol ?
9. Fungsi hipofisis ?
10. Hubungan hipofisis dengan hipotalamus dan hormon pertumbuhan ?
11. Hormon yang dihasilkan dari hipofisis- hipotalamus ?
12. Mekanisme hormon yang mempengaruhi homeostatis ?
13. Macam-macam hormon pembagian hormon dan contohnya ?
14. Regulasi hormon dan sekresi hormon ?
15. Faktor yang mempengaruhi kerja hormon ?
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan
a. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon primer yang bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tubuh
keseluruhan.
b. Tyroid-stimulating-hormon TSH
Merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tyroid.
c. Hormon adrenatropik ACTH
Merangsang sekresi kartisol oleh korteks adrenal dan mendorong
pertumbuhan korteks adrenal
d. Follicle-stimulating hormone FSH
Memilikki fungsi yang berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita,
homon ini merangsang

pertumbuhan dan

perkembangan

dan

folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur. Pada pria
hormon ini untuk produksi.
e. Lutenezing-horone LH
fungsi hormon ini juga berbeda pada pria dan wanita. Selain faktor
hormon pertumbuhan juga di pengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
genetik menentukan kapasitas makasimal pertumbuhan seseorang. Diet
yang memedai, termasuk protein dan asam aminountuk memeadai

dalam proses fotosintesis, bebas dari penyakit kronik dan lingkungan


yang penuh stres (Lauralee Sheerwood, 2012).

2. Mekanisme hormon pertumbuhan


a. Mekanisme Hormone GH

Hormone pertumbuhan dilepaskan dari hipofisis anterior sebagai


respon terhadap keseimbangan antar 2 hormon hypothalamus GHRH &
GHIH yang juga disebut somatosinin GH bekerja dengan cara umpan balik
negative (-) pada hypothalamus untuk menurunkan pelepasan GHRH lebih
lanjut. (Sherwood, 2012).
Peningkatkan GHRH terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
kadar asam amino yang bersikulasi, hipoglikemia, puasa atau kelaparan,
stress fisik dan emosional, cara penurunan GH. Olahraga mentimulasi
pelepasan GHRH, secara langsung atau melalui hipoglikemia dan stress
fisik. Hormone reproduksi testrogen dan progesterone tampak meningkatkan
sekresi GH, baik dengan bekerja secara langsung pada hipofisis maupun
melalui stimulasi GHRH. (Sherwood, 2013).
Hipotahalamus melepaskan hormone inhibisi untuk GH yang disebut
somatostatin. Somatostatin dilepaskan sebagai respon terhadap glukosa
darah yang tinggi, asam lemak yang bebas, obesitas dan kortisol.
(Sherwood, 2013).
b. Mekanisme Hormone Gonadotropic

1) Reseptor hormone glikoprotein terdapat pada membrane plasma sel


target di gonad
2) Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda
3) FSH menyebabkan poliferasi sel granulose di sekitar folikel yang
sedang berkembang dan biosintesis estrogen oleh sel ini
4) Setelah ovulasi, sel thela sekeliling folikel ovarium yang sudah
menjadi corpus luteum
5) Corpus luteum merespon stimulus LH dengan memproduksi
progesterone
6) Pada pria, FSH

menstimulasi

spermatogenesis

dalam

epitel

seminiferus dan produksi androgen binding androgen terjadi


aromatase dan inhibin oleh sertoli
7) LH menstimulasi produksi testosterone oleh sel leydig
8) Testoteron meningkatkan maskulinisasi pada lokasi target perifer
setelah dikonversi menjadi metabolit yang lebih poten yaitu DHT.
(Sherwood, 2012).
c. Mekanisme Hormone Tyroid
1) Kelenjar tyroid menghasilkan hormone tiroksin (T4) dan triodotironin
(T3)
2) Hormone T3 dan T4 berikatan dengan reseptor dengan afinitas yang
tinggi di nucleus sel sasaran
3) Di sitoplasma hormone ini berikatan pada tempat dengan afinitas
rendah dengan reseptor spesifiknya
4) Hormone reseptor berikatan pada suatu region spesifik DNA,
menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan menurunkan
transkripsi DNA
5) Dari transkripsi gen-gen ini timbul dari tingkatan mRNA sehingga
mengubah dari produk protein gen memperantara respon tiroid.
(Sherwood, 2012).
d. Mekanisme Hormone Paratiroid
Hormon paratiroid sedikitnya memiliki tiga reseptor, yaitu :
Parathyroid hormone-related protein(PTHrP), PTH2, dan CPTH.
Reseptor hormon paratiroid terletak pada membrane sel maka dari itu
hormon ini menggunakan mekanisme second messenger untuk bekerja
pada target reseptor terkaitprotein G.

3. Penyebab mekanisme hormon pertumbuhan

a. Gigantisme
Cirinya, pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat sehingga pasien
akan menjadi seorang raksasa. Penyebabnya adalah produksi atau
sekresi GH yang berlebihan pada masa anak-anak.
b. Kreatinisme
Cirinya, pertulangannya pendek dan pertumbuhan selain tulang lebih
cepat dibandingkankan pertumbuhan tulang sehingga terlihat gemuk.
c. Dwarfisme
Cirinya, pertumbuhan tulang terhambat (tubuh pendek), otot yang
kurang berkembang (berkurangnya sintesis protein otot), lemak
subkutis

yang

berlebihan

(mobilisasi

lemak

yang

kurang).

Penyebabnya, hiposekresi GH pada saat anak-anak.


d. Hipopituitarisme
Disebabkan oleh kegagalan sekresi hormone hipofisis, memiliki
tingkat hormone basal yang rendah, tidak bisa merespon terhadap
pemberian hormone perangsang sekresi.
e. Hipertiroidisme
Disebabkan oleh kelebihan hormone tiroid.
f. Hipotiroidisme
Disebabkan oleh kekurangan hormone tiroid.
4. Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Hipofisis
a. Struktur Makroskopis Hipofisis
Kelenjar pituitari yang juga disebut sebagai hipofisis, merupakan
kelenjar kecil dengan diameter kira-kira 1 cm dan berat 0.5 sampai 1 gram
terletak di selatursika, ronggatulangdan basis otak, dan dihubungkan

dengan hipotalamus oleh tangkai pituitari (hipofisis). Secara fisiologis,


hipofisis dapat dibagi menjadi dua bagian yang berbeda yaitu hipofisis
anterior yang juga dikenal sebagai adenohipofisis, dan hipofisis posterior
yang juga dikenal sebagai neurohipofisis. Di antara kedua bagian ini
terdapat daerah kecil, yang relatif avaskuler yang disebut sebagai pars
intermedia, yang pada

manusia tidak terlalu berkembang tapi pada

beberapa jenis hewan tingkat rendah ukurannya lebih besar dan lebih
berfungsi (Guyton dan Hall, 2014).
Secarae mbriologis, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber
yang berbeda yaitu hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke bagian
dorsal yang merupakan invaginasi epitel faring saat pembentukan embrio
dan hipofisis posterior berasal dari penonjolan jaringan saraf hipotalamus.
Asal mula hipofisis anterior dari epitel faring ini dapat menjelaskan sifat
epiteloidselnya, sedangkan asal mulahi pofisis posterior dari jaringan
neural dapat menjelaskan adanya sejumlah besar sel tipe glia dalam
kelenjar ini.(Guyton dan Hall, 2014).

b. Struktur Mikroskopis Hipofisis


Pada lobus posterior, ujung akson supra optik dan para ventrikulasi
dapat diaamati berhubungan erat dengan pembuluh darah. Pituisit, yakni
sel stelata yang merupakan modifikasi astrosit. Lobus intermediet pada
manusia tidak berkembang, hanya pada spesies-spesies sebagian selnya

10

tergabung kedalam lobus anterior. Di sepanjang celah residu terdapat


folikel kecil mirip tiroid sebagian berisi sedikit koloid. Hipofisis anterior
dibentuk oleh kumpulan sel yang saling terjalin dan jaringan kapiler
sinusoid yang luas. Endotel kapiler memiliki pori, seperti organ endokrin
lain. Sel mengandung granula berisi hormon yang dikeluarkan melalui
proses seksositosis dan isinya akan masuk ke kapiler (Ganong W.F, 2010).

Gambar 17.2 pars distalis/anterior, pars intermedia, dan pars nervosa/ posterior.

Gambar 17.3 Pars distalisadenohipofisi; asidofil, basophil dankromofob.


Sel hipofisis anterior dibagi berdasarkan reaksi pewarnaan menjadi
kromofob dan kromofil. Sel kromofilik dibagimenjadi asidofil (selalfa)
yang terwarnai oleh perwarnaan asam dan basophil (sel beta) terwarnai
oleh pewarna basa. Sejumlah besar sel kromofobik merupakan sel

11

sekretorik yang inaktif dan memiliki sedikit granula sekretorik. Gambar ini
menunjukan adanya seldi antara kelompok- kelompok sel terlihat banyak
kapiler, pembuluh darah dan serat jaringan ikat. Jenis sel dengan
fiksasi khusus dan afinitas pewarnaan di granula sitoplasma Kromofob
biasanya memperlihatkan nucleus yang pucat dan sitoplasma yang pucat
dengan batas sel yang kurang jelas, Asidofil lebih banyak dan dapat
dibedakan dari granulanya yang berwarna merah di sitoplasmanya dan
nucleus biru, basophil lebih sedikit dan tampak sebagaisel yang
mengandung granula berwarna biru di sitoplasmanya (Victor P.
Eroschenko, 2013).
5.

Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada
masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut
mempunyai keinginan untuk mandiri. Setelah lahir faktor genetik lebih
berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan bayi. Konsekuensinya dua
per tiga bayi normal pertumbuhan linear terjadi selama 12 sampai 18
bulan. Selama tahun pertama kehidupan kecepatan tumbuh terjadi dengan
cepat , dimna pertambahan tinggi badan sangat bevariasi antara 23 sampai
28 cm / tahun.
Perkembangan motorik
Perkembangan kemampuan anak untuk menggunakan otot halusnya
terutama tangan dan jarinya. Misalnya : mengambil mainan, memegang
sendok, membalikkan halaman buku, menggunakan crayon untuk
menggambar (Tanjung, 2007).

6. Karena defisiensi growth hormone dapat disebbkan oleh defek hipofisis


(ketiadaan growth hormone) atau sekunder karena disfungsi hipotalamus
(ketiadaan GNRH). Hiposekresi pada anak adalah salah satu penyebab
dwarfism (cebol) (Sherwood, 2012).
7. Ciri ciri dwarfisme (cebol)
Pada umumnya, gambaran tubuh berkembang satu sama lain dalam
perbandingan yang sesuai, tetapi kecepatan perkembangan sangat
berkurang. Anak yang telah mencapai usia 10 tahun dapat mempunyai
perkembangan badan anak usia 4 sampai 5 tahun, sedangkan orang yang
sama telah mencapai usia 20 tahun dapat mempunyai pekembangan badan
anak usia 7 tahun sampai 10 tahun

12

Penderita dwarfisme tidak pernah melewati pubertas dan tidak


pernah menyekresi hormon gonadotropin dalam jumlah cukup untuk
perkembangan fungsi seksual dewasa. Akan tetapi, pada satu pertiga
dwarfisme, hanya terdapat defisiensi hormon pertumbuhan saja ; individu
ini mempunya seksual matang dan kadang-kadang mempunyai anak
(Guyton, 1996).
Gambaran utama adalah tubh pendek karena pertumbuhan tulang
yang terhambat. Karakteristik yang relatif kurang tampak adalah otot yang
kurang berkembang (berkurangnya sintesis protein otot)dan lemak
subkutis

yang

berlebihan

(mobilisasi

lemak

yang

kurang

(Sherwood,2012).
8. Wajahnya tampak kasar dan rahangnya menonjol
Akibat tumor asidofilik timbul sesudah masa remaja yakni,
sesudah epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang maka orang
itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, namun tulangnya dapat menjadi
lebih tebal dan jaringan lunaknya dapat terus tumbuh. Keadaan ini disebut
sebagai akromegali. Pembesaran tampak jelas terutama pada tulang tangan
dan kaki serta pada tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak,
hidung, penonjolan tulang dahi, tepi supraorbita, rahang bagian bawah,
dan bagian tulang vertebra, sebab pertumbuhan tulang-tulang ini tidak
berhenti pada masa remaja. Akibatnya, tulang rahang bagian bawah
tampak menonjol ke depan, kadangkala sampai setengah inci kedepan,
dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan tepi supraorbita yang
berlebihan, hidung membesar sampai dua kali ukuran normal, kakinya
membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan jari-jarinya
menjadi sangat tebal sehingga ukuran tangannya sampai dua kali ukuran
normal. Selain efek tersebut, perubahan pada vertebra biasanya
menyebabkan orang itu bungkuk, yang secara klinis disebut sebagai
kifosis. Akhirnya, banyak organ jaringan lunak, seperti lidah, hati, dan
khususnya ginjal, sangat membesar (Guyton,2014 dan Sherwood, 2012).
9. Fungsi Hipofisis
a. Merangsang sintesis protein dan pertumbuhan sebagai besar sel dan
jaringan

13

b. Merangsang sintesis dan sekresi hormon adrenakartikal ( kortosol,


androgen, aldosteron)
c. Meningkatkan peningkatan payudara perempuan dan sekresi susu
d. Meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan menimbulkan
vasokontraksi serta peningkatan hormon darah
e. Merangsang ejeksi air susu dari payudara dan kontraksi rahim (Hall
and Guyton, 2014).
10. Hubungan Hipotalamus dengan Hipofisis
Hipofisis Anterior Dengan Hipotalamus
Kelenjar pituitaria, juga dinamakan kelenjar hipofisis, merupakan
kecil-garis tengah kurang dari 1 cm. Dan berat sekitar 0,5 sampai 1gramyang terletak dalam sella tursica pada basis otak dan dihubungkan dengan
hipitalamus oleh tangkai pituitaria, atau infundibuklum hipotalami. Secara
fisiologis hipofisis dibagi dalam dua bagian:
a. Hipofisis anterior atau adenohipofisis dan
b. Hipofisis posterior atau neurohipofisis. (Guyton, 1996)
Hipofisis

anterior

menyeksresikan

lima

hormon

hipofisis

sedangkan hipofisis posterior menyeksresikan dua hormon hipofisis.


Hormon-hormon hipofisis anterior memegang peranan utama mengatur
fungsi metabolisme diseluruh tubuh. Hormon-hormonnya diantaranya:
1. Hormon pertumbuhan
Bertugas meningkatkan

pertumbuhan

tubuh

dengan

mempengaruhi banyak fungsi metabolisme diseluruh tubuh,


khususnya pembentukan protein.
2. Adrenokortikotropin
Bertugas mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal,
yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein
dan lemak.
3. Hormon perangsang tiroid
Bertugas mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjar
tiroid, dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian
besar reaksi-reaksi kimia seluruh tubuh.
4. Prolaktin
Untuk meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan
pembentukan susu.
5. Gonadotropin

14

Ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Hormon perangsang folikel


dan 2. Hormon buteinisasi, yaitu pengatur pertumbuhan gonad
serta aktivitas produksinya. (Guyton, 1996).

Gambar. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian anterior.


Sedangkan hipofisis posterior menyekresikan hormon hipofisisnya yaitu:
1. Hormon antidiuretik
Untuk mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urina dan dengan cara
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
2. Oksitosin
Bertugas dalam mengkontraksi alvelous payudara, sehingga mengalirkan
susu dari kelenjar mammae dan mengkontraksi uterus, untuk membantu
melahirkan bayi pada akhir kehamilan. (Guyton, 1996)
Pengaturan Sekresi Hipofisis Oleh Hipotalamus
Sekresi hipofisis posterior diatur oleh serabut saraf yang berasal
dari hipotalamus dan berakhir pada hipofisis posterior. Sebaliknya, sekresi
hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakan releasing dan
inhibitory hormon hipotalamus yang disekresikan dalam hipotalamus
sendiri dan kemudian dihantarkan ke hipofisis anterior melalui pembuluh
darah kecil yang dinamakan portal hipotalamik-hipofisial. Pada

15

hipofisis anterior, releasing dan inhinitory factor ini bekerja pada sel
kelenjar untuk mengatur sekresinya. (Guyton, 1996)
Hipotalamus menerima isyarat dari hampir semua sumber dalam
sistem saraf. Jadi, bila seseorang menderita nyeri, sebagian isyarat nyeri
dihantarkan ke hipotalamus. Hal yang sama, bila seseorang mengalami
pikiran yang sangat menekan atau merangsang, sebagian isyarat
dihantarkan ke hipotalamus. Rangsangan penciuman yang menyatakan bau
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan menghantarkan komponen
isyarat yang kuat melalui nukklei amigdala ke hipotalamus. (Guyton,
1996).
Kelenjar Hipofisis Anterior dan Pengaturannya Oleh Releasing
Factor Hipotalamus
Jenis-jenis sel hipofisis anterior. Kelenjar hipofisis anterior terdiri atas
beberapa jenis sel. Pada umumnya, terdapat satu jenis sel untuk setiap
jenis hormon yang dibentuk pada kelenjar ini; dengan teknik pewarnaan
khusus, berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satu sama lain. Satu-satunya
kemungkinan pengecualiannya adalah sel dari jenis dari jenis yang sama
mungkin menyekresi hormon luteinisasi dan hormon perangsang folikel.
(Guyton, 1996).
Fungsi-Fungsi Fisiologis Hormon Hipofisis Anterior
Semua hormon hipofisis anterior disamping hormon pertumbuhan
menimbulkan efeknya dengan merangsang kelenjar sasaran kelenjar
tiroid, korteks adrenal, ovarium, testis, dan kelenjar mammae. Fungsi
masing-masing hormon hipofisis anterior dikenal baik berhubungan
dengan fungsi kelenjar sasaran. Berbeda dengan hormon-hormon lain,
hormon pertumbuhan tidak berfungsi melalui kelenjar sasaran tetapi
menimbulkan efek pada semua atau hampir semua jaringan tubuh.
(Guyton, 1996).

16

Hormon Pertumbuhan
Hormon

pertumbuhan

atau

growth

hormone

juga

dinamakan

somatotropic hormone (SH) atau somatotropin, merupakan molekul


protein kecil yang mengandung 191 asam amino dalam satu rantai dan
mempunyai berat molekul 22.005. ia menyebabkan pertumbuhan semua
jaringan tubuh yang mampu tumbuh. Ia meningkatkan penambahan ukuran
sel dan meningkatkan mitosis bersama peningkatan jumlah sel. (Guyton,
1996).
Efek dasar metabolisme hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan
diketahui mempunyai efek dasar proses-proses metabolisme tubuh sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kecepatan sintetis protein dalam semua sel tubuh.
2. Menurunkan kecepatan penggunaan karbohidrat diseluruh tubuh.
3. Meningkatkan mobilisasi lemak dan penggunaan lemak untuk energi.
Jadi, sebenarnya hormon pertumbuhan menambah protein tubuh,
menghemat karbohidrat dan menggunakan cadangan lemak. Peningkatkan
kecepatan pertumbuhan terutama akibat peningkatan kecepatan sintetis
protein. (Guyton, 1996).
Efek Hormon Pertumbuhan Dalam Meningkatkan Penggunaan Lemak
Untuk Energi
Hormon pertumbuhan mempunyai efek spesifik dalam menyebabkan
pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa, sehingga meningkatkan
konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. (Guyton, 1996).
Efek Hormon Pertumbuhan Pada Metabolisme Karbohidrat
Hormon pertumbuhan mempunyai tiga efek utama pada metabolisme
glukosa sel. Efek-efek nya yaitu:

17

1. Pengurangan penggunaan glukosa untuk energi.


Sampai saat ini belum diketahui pasti mekanisme tepat hormon
pertumbuhan mengurangi penggunaan glukosa oleh sel. Akan tetapi,
penurunan ini mungkin sebagian akibat dari peningkatan mobilisasi dan
penggunaan asam lemak untuk energi yang disebabkan oleh hormon
pertumbuhan.
2. Peningkatan pengendapan glikogen.
Karena glukosa dan glikogen tidak dapat digunakan untuk energi, glukosa
yang masuk ke sel dengan cepat mengalami polimerasimenjadi glikogen
dan menyebabkan suatu pengendapan.
3. Pengurangan ambilan glukosa oleh sel.
Bila hormon pertumbuhan pertama kali diberikan pada binatang, ambilan
glukosa oleh sel meningkat dan konsentrasi glukosa darah sedikit
menurun. Akan tetapi, bila sel menjadi jenuh dengan glikogen dan
penggunaan glukosa untuk energi berkurang, ambilan glukosa selanjutnya
menjadi sangat berkurang. (Guyton, 1996).
Hipofisi Posterior dan Hubungannya Dengan Hipotalamus
Kelenjar hiofisis posterior atau neurohipofisis. Terutama terdiri atas sel-sel
seperti sel glia yang dinamakan pituisit. Akan tetapi, pituisit ini tidak
menyekresi hormon, mereka bekerja sebagai penyokong untuk serabut saraf
terminal yang jumlahnya banyak dan ujung-ujung saraf terminal dari traktus
saraf yang berisal dari nuklei supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus.
Ujung saraf merupakan tempat menyekresi hormon-hormon hipofisi
posterior, dimana hormonnya yaitu:
1. Hormon antidiuretik (ADH)
2. Oksitosin.

18

Gambar hipofisis bagian posterior dan hormon yang dihasilkannya.


(Guyton, 1996).
ADH terutama dibentuk pada nuklei supraoptikus, sedangkan oksitosin
terutama dibentuk pada nuklei paraventrikus. Akan tetapi, masing-masing
nuklei ini dapat mensintetis kira-kira sebanyak satu per enam hormon kedua
dibandingkan hormon primernya. (Guyton, 1996).
Fungsi Fisiologi Hormon Antidiuretik
Hormon ADH dalam jumlah sedikit sekali-sekecil 2 nanogram- bila
disuntikan ke manusia dapat menyebabkan antidiuresis, yaitu penurunan
ekresi air oleh ginjal. Tanpa adanya ADH, duktus koligens hampir tidak tak
permeabel sama sekali terhadap air, yang mencegah reabsorpsi bermakna air
dan oleh karena itu memungkinkan kehilangan air dalam jumlah besar
kedalam urina. (Guyton, 1996).
Hormon Oksitosin
Pengaruhnya pada uterus. Suatu zat oksitosik adalah zat yang
menyebabkan kontraksi uterus yang hamil. Hormon oksitosin, sangat kuat
merangsang uterus, khususnya menjelang akhir kehamilan. (Guyton, 1996).
Efek oksitosin pada ejeksi susu. Oksitosin khususnya memegang peranan
penting dalam proses laktasi, karena hormon ini menyebabkan susu diperas

19

dari alveoli masuk ke duktus sehingga bayi dapat mendapatkannya dengan


menghisap. (Guyton, 1996).
11. Hormon yang dihasilkan di Hipothalamus dan Hipofisis
Kelenjar

Hormon

Sel Sasaran

Fungsi Utama Hormon

Endokrin
Hipothalam Releasing

Hipofisis

Mengontrol

us

anterior

hormone-hormon

hormone dan
inhibiting

pengeluaran
hipofisis

anterior

hormone
(TRH,

CRH,

GnRh, GHRH,
GHIH,

PRH,

Hipofisis

PIH)
Vasopresin

Tubulus

Meningkatkan

posterior

(hormone

Ginjal

H2O

Uterus
Kelenjar

Menyebabkan vasokontriksi
Meningkatakan kontratilitas
Menyebabkanpenyemprotan

mamaria

susu

antiduretik)
Ateriol
Oksitosin

reabsopsi

Hipofisis

Thyroid-

(payudara )
Sel
folikel Merangsangsekresi T3 dan

anterior

stimulating

tiroid

T4

(TSH)
Adrenocorticot

Zona

Merangsang sekresi kortisol

ropic hormone

fasikulata

(ACTH)

dan

hormone

zona

retikulaskorte
Hormon

ks adrenal
Tulang:

Esential tetapi pertumbuhan

pertumbuhan

Jaringan

tidak

lunak

padanya:

merangsang

pertumbuhan

tulang

hanya

bergantung
dan

20

jaringan
metabolik

lunak:

efek

mencakup

anabolisme
mobilisasi

protein,
lemak,

dan

Follicle-

Hati
Wanita :

penghematan glukosa.
Merangsang sekresi hati.
Mendorong
pertumbuhan

stimulating

folikel

dan perkembangan folikel:

hormone

ovarium

merangsang

(FSH)
Follicle-

Pria: tubulus

estrogen
Merangsang pertumbuhan

stimulating

seminiferus

sperma.

hormone

di testis

(FSH)
Luteinizing

Wanita:

Merangsang ovulasi,

hormone(LH)

folikel

perkembanagn kopus

(interstitial

ovarium dan

luteum, dan sekresi

cell-

korpus

esktrogen dan progesterone

stimulating

luteum

hormone,
ICSH)

Pria : sel

Merangsang

sekresi

seekresi

testosterone

interstisium
leydif di

Prolaktin

testis
Wanita :

Mendorong perkembangan

kelenjar

payudara : merangsang

mamae

sekresi susu

pria
Tidakjelas
Sumber : (Sherwood,2012)
12. Mekanisme hormon mempengaruhi homeostatis
Peran Biomedis
Adaptasi homeostatis suatu organisme terhadap lingkungan terus
berubah dan sebagian besar terlaksana melalui perubahan aktivitas dan
jumlah protein. Hormon adalah bagian penting yang memfasilitasi

21

perubahan ini. Interaksi hormone-reseptor menyebabkan terbentuknya


sinyal intrasel yang dapat mengukur aktivitas gen-gen tertentu sehingga
mengubah jumlah protein tertentu di sel targer, atau mempengaruhi
aktivitas protein spesifik, termasuk enzim dan pengangkut atau protein
kanal (proteins channel) (Murray, 2009).
HORMON MENYALURKAN SINYAL UNTUK MEMPENGARUHI
MEKANISME HOMEOSTATIS
Tahap-tahap umum yang berperan menghasilkan terspons terpadu terhadap
rangsangan tertentu. Rangsang tersebut dapat berupa tantangan suatu
ancaman terhadap organisme, organ atau intergritas sebuah sel di dalam
organisme tersebut. Pengenalan rangsang adalah tahap pertama dalam
respona diptif. Ditingkat organisme, hal ini umumnya melibatkan sistem
saraf dan indera khusus (pengluhatan, pendengaran, nyeri, penciuman, dan
pengecapan). Di tingkat organisme atau sel, pengenalan melibatkan factorfaktor fisikokimiawi, misalnya pH, Tekanan O2, suhu, pasokan nutrient,
metyabolit yang menggangu, danosmolitas. Pengenalan yang tepat akan
menyebabakan pelepasan satu atau lebih hormon yang akan mengelola
pembentukan respons adapif yang diperlukan, Hormon kelomok I
berinnteraksi dengan reseptor intasel dan hormone kelompok II dengan
tempa tpengenalan reseptor yang terletak pada permukaan ekstrasel
membrane plasma seltarge. Sitokin, interleukin, dan factor pertumbuhan
juga harus dipertimbangkan dalam kategori ini. Molekul-molekul ini
sangat penting dalam adaptasi homeostatis, adalah hormone dalam arti
bahwa senyawa tersebut dihasilkan di sel spesifik, memiliki

kerja

autokrin, parakrin, dan endokrin, berikatan dengan reseptor di permukaan


sel, dan mengaktifkan banyak jalur transduksi sinyal yang digunakan oleh
hormon kelompok II (Murray,2009).
13. Hormon dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara
Hormone dapat diklasifikasikan sesuai komposisi kimia, sifat kelarutan,
letak reseptor, dan jenis sinyal yang digunakan untuk menyampaikan efek
hormone di dalam sel.
a) Klasifikasi hormone berdasarkan mekanisme kerja.
I.
Hormon yang berkaitan dengan reseptor intrasel

22

II.

a. Androgen
b. Kalsitrol (1,25[OH]2-D3)
c. Estrogen
d. Glukokortikoid
e. Mineralokortikoid
f. Progestin
g. Asamretinoat
h. Hormone tiroid (T3dan T4)
Hormone yang berikatan dengan reseptor dipermukaan sel.
A. Second messenger berupacAMP
a. Katekolamin -adrenergik
2

b. Katekolamin -adrenergik
c. Hormone adrenokotikotropik
d. Hormone antidiuretik
e. Kalsitonin
f. Gonadotropin korionmanusia
g. Corticotrophin-releasing hormone
h. Follicle-stimulating hormone
i. Glucagon
j. Lipotropin
k. Luteinizing hormone
l. Melanocyte-stimulating hormone
m. Hormone paratiroid
n. Somatostatin
o. Thyroid-stimulating hormone
B. Second messenger berupacAMP
a. Faktornatriuretik atrium
b. Nitrogen oksida
C. Second messenger berupa kalsium atau fosfatidilinositol (atau
ke duanya)
a. Asetilkolin (muskarinik)
b. Katekolamin -adrenergik
1

c. Angiotensin II
d. Hormone antidiuretic (vasopresin)
e. Kalesistokonin
f. Gastrin
g. Gonadotropin-releasing hormone
h. Oksitosin platelet-derived growth factor
i. Substansi P
j. Thyrotropin-releasing hormone
D. Second messenger berupa kaskade kinase atau fosfatase
a. Adiponektin
b. Somatomamotropinkorion
c. Faktorpertumbuhan epidermis
d. Hormonpertumbuhan
e. Insulin

23

f.
g.
h.
i.
j.

Faktorpertumbuhanmirip-insulin I dan II
Leptin
Faktorpertumbuhansaraf
Platelet-derived growth factor
Prolactin

b) Kelompok-kelompok hormon
Kelompok I
Steroid, Iodotironin,

Kelompok II
Polipeptida, protein,

Kalsitriol, retinoid

glikoprotein,

Kelarutan
Protein pengangkut
Waktu-paruh plasma

Lipofilik
Ya
Lama (jam sampaihari)

katekolamin
Hidrofilik
Tidak
Singkat (menit)

Reseptor
Mediator

Intrasel
Kompleks hormone-

Membrane plasma
cAMP, cGMP, Ca2+,

reseptor

metabolit kompleks

Tipe

fosfainositol, kaskade
kinase
(Murray, 2009).
14.

Sekresi hormon pertumbuhan (GH) di regulasi oleh terutama oleh


hipotalamusyang memproduksi hormon pelepas hormon pertumbuhan
(growt hormone- reasing hormone, GHRH). Kerja ini terintegrasi dengan
kerja hormon yang disebut ghrelin, yang disekresi terutama oleh sel epitel
yang melapisi bagian fundus lambung. Ghrelin merupakan pelepas GH
dari kelenjar hipofisis anterior yang bersifat poten dengan berikatan pada
reseptor GH hipofisis dan juga dalam berperan dalam keseimbangan
energi.
GHRH pada manusia merupakan peptida yang terdiri dari 44 asam
amino, yang dilepaskan ke sisitem portal dan berikatan dengan reseptor
spesifik pada somatotrop hipofisis anterior untuk menstimulasi GH.
Second massenger yang di aktifasi oleh GHRH adalah cAMP, walaupun
sistem IP3 juga dapat teraktifasi. Hipotalamus juga memproduksi inhibator
yang disebut somastotatin, yang menghambat pelepasan GH dari

24

somatotrop. Somastotatin merupakan peptida yang terdiri dari 14 asam


amino, yang juga terdapat di hipotalamus dalam bentuk rangkaian 28 asam
amino. Keduannya aktif menghambat sekresi GH, dengan menghambat
produksi cAMP. Baik GHRH maupun somatostatin telah dilokalisasi di
nukleus arkuartus. GH dilepaskan secara pulsatil dengan puncak sekresi
utama terjadi sekitar satu jam setelah tidur. Pada orang dewasa, biasanya
kadar GH yang bersirkulasi rendah atau tidak terdeteksi dengan lonjakan
sekresi yang intermiten. Tonus somatostosinergik di duga merupakan
penentu paling penting bagi puncak produksi GH, produksi somastostatin
dihubungkan dengan puncak GHRH dan pelepasan GH. Kontrol umpan
balik fisiologis pada pelpasan GH dimediasi oleh faktor pertumbuhan
menyerupai insulin (IGF-1) yang menstimulasi sekresi somastostatin dari
hipotalamus dan menghambat skeresi GH secara langsung. ( At a Glance
Sistem Endokrin, 2006).
15. Faktor yang mempengaruhi kerja hormon.
a. Penentu Konsentrasi Hormon di Sel Target.
1. Laju sintesis dan sekresihormon.
2. Letaksel target dengan sumber hormon.
3. Konstanta disosiasi hormon.
4. Hormoninaktif/aktif suboptimal menjadiaktif.
5. Laju bersihan hormon.
b. Penentu Respon Sel Target.
1. Jumlah aktifitas relatif respon.
2. Metabolisme hormone di sel target.
3. Adanya faktor lain dalamsel.
4. Regulasi reseptor sebagai konsenkuansi ligan.
5. Desensitisasi sel setelah ligan (Hall dan Guyton, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

25

Ganong, W.F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis


Edisi 5. EGC. Jakarta.
Greenstein, Ben and Wood, F. Diana. 2010. At a Glance Sistem Endokrin Edisi 2.
Erlangga. Jakarta.
Guyton, C Arthur. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.
EGC. Jakarta.
Hall dan Guyton.2014. Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Elsevier. Singapore.
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC. Jakarta.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi volume 2. EGC. Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
Tanjung, Indra W. 2007. Perbedaan Kecepatan Tumbuh Pada Anak Usia 6-10
Tahun di Daerah Endemik dan Non Endemik. Tesis. Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran USU. Sumatera Utara. 33 Hal.
Victor P. Eroschenko. 2013. Atlas Histologi dengan Korelasi Fungsional Edisi 11.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai