A.
Pengetian Hormon
Substansi kimia yang dihasilkan dalam tubuh yang memiliki efek regulator spesifik pada
aktifitas sel tertentu atau organ-organ tertentu. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu
macam hormon atau hormon ganda.
B.
Kelenjar Hipofisis
Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak yang memegana peranan
Hormon Somatotropin
Hormon samatotropin adalah hormon pertumbuhan dan sel sasarannya ialah tulang, hati,
dan jaringan ikat. Fungsi hormon somatotropin ialah merasangsan pertumbuhan tulang dan
jaringan lunak pengaruh metabilik, mencakup anabolisme protein, mobilisasi lemak dan
konservasi glukosa.
a.
Hormon tirotropik
Sel sasarannya ialah sel folikel tiroid. Fungsi hormon ini adalah mengendalikan kegiatan
kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin.
3.
memelihara pertumbuhan dan perkembangan normal kortes adrenal dan merangsang untuk
mengkresikan kortisol dan glucocorticoid.
4.
wanita hormon ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, tempat
berkembangnya ovum. Selain itu FSH mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada
pria FSH diperlukan untuk produksi sperma.
5.
Luteinizing Hormon
Sel sasarannya ialah folikel ovarium, korpus luteum dan sel interstisium di testis. Fungsinya
ialah merangsang ovulasi, perkembangan korpus luteum, serta sekresi estrogen dan progesteron.
Pada pria, merangsang sekresi testosteron.
6.
Prolaktin
Sel sasarannya ialah kelenjar mammae merangsang sekresi susu. Fungsinya mendorong
b.
penatalaksanaan
1.
Hormon
Hormon Estrogen
Sel sasarannya yaitu uterus. Fungsinya ialah merangsang dan menguatkan kontraksi uterus
sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.
2.
Kelenjar Tiroid
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise
lobus anterior,
b.
Gagal jantung pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit trauma / gondok eksoptalmus
Mata menonjol.
3.
Kelenjar paratiroid
Kelenjar ini menghasilkan hormon paratiroid. Sel sasarannya yaitu tulang, ginjal, dan
usus.
Fungsinya yaitu mengatur metabolisme fospor dan mengatur kadar kalsium dalam
darah.
a.
b.
Penyakit tulang
Gagal ginjal
4.
Kelenjar timus
Kelenjar ini menghasilkan hormon timosin yang sel sasarannya yaitu limpfosit T. Berfungsi
untuk
5.
a.
Hormon Aldesteron
Sel sasarannya yaitu tubulus ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi Na dan
sekresi k.
2.
Hormon kortisol
Sel sasarannya yaitu sebagian sel besar dan berfungsi meningkatkan glukoso darah dengan
mengorbankan simpanan protein dan lemak dan beperan dalam adaptasi terhadap stress.
3.
Hormon Androgen
Sel sasarannya yaitu pada wanita pada bagian tulang dan otak. Berfungsi dalam lonjatan
Berfungsi membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari
hati
a.
Berfungsi menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding
pembuluh darah untuk berkontraksi.
6.
Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini menhasilkan 3 hormon yaitu
a.
Hormon Somatostatin
Sel sasarannya yaitu sistem pencernaan dan berfungsi untuk menhambat pencernaan dan
penyerapan nutrien.
b.
bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi
Mengakibatkan hiperglikemi
Hipoglikemi
7.
Kelenjar Kelamin
Kelenjar ini terbagi menjadi 2 kelenjar yaitu
a.
Kelenjar testik terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan hornon
Kelenjar ovarium terdapat pada wanita, terletak pada ovarium kiri dan kanan uterus.
Hormon Estrogen
Sel sasarannya yaitu organ seks wanita dan tulang. berfungsi untuk mendorong
perkembangan folikel, berperan dalam pengembangan karekteristik seks sekunder, merangsang
pertumbuhan uterus dan payudara. Mendorong penutupan lempeng epifisis.
2.
Hormon Progesteron
Sel sasarannya yaitu uterus dan berfungsi mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
7.
Jantung
Jantung menghasilkan hormon peptida natriuretik. Sel sasarannya yaitu tubulus ginjal dan
Hati
Hati menghasilkan hormon somatomedin. Sel sasarannya yaitu tulang dan jaringan lunak
Ginjal
Ginjal menghasilkan hormon renin ( angiotensin ) dan berfungsi merangsang sekresi
aldosteron.
Gangguan Kelebihan Dan Kekurangan Hormon. HORMON mengontrol sejumlah fungsi esensial
tubuh, termasuk aktivitas kimia sel-sel, pertumbuhan, keseimbangan garam dan cairan,
perkembangan seksual, dan respon terhadap penyakit dan stres. Kelenjar endokrin (kelenjar dari
sistem endokrin yg mengeluarkan hormon langsung ke dlm darah) utama adl kelenjar
hipotalamus, kelenjar pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal (ginjal), ovarium dan plasenta
pada perempuan hamil. Gangguan kelenjar endokrin mempunyai efek luas di seluruh tubuh.
Gangguan fungsi kelenjar memengaruhi semua bagian tubuh yg distimulasi dan dikontrol oleh
hormon-hormon yg dikeluarkan kelenjar tersebut. Berikut beberapa gejala penyakit akibat
kekurangan atau kelebihan hormon yg diproduksi kelenjar endokrin:
Hormon pertumbuhan (growth hormone) Terlalu sedikit. Gangguan ini ditandai dengan gagalnya
pertumbuhan, yg seringkali dikaitkan dengan kegagalan kematangan seksual. Penanganan:
Gangguan ini bisa diobati dengan pemberian hormon pertumbuhan (dalam jumlah yg sangat
sedikit). Terlalu banyak. Terlalu banyak hormon pertumbuhan memicu pertumbuhan berlebih.
Pada anak, hal ini bisa menyebab anggota tubuh (seperti tangan) tumbuh terlalu panjang. Pada
orang dewasa, hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan berlebih pada tulang tengkorak, tangan,
kaki, pembesaran laring, penebalan kulit dan suara yg kedengaran semakin dalam.
Penanganan: kondisi ini bisa diatasi dengan radioterapi atau pengangkatan sebagian dari kelenjar.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
my wordpress
Rumah Sakit DH
logo Stikes DH
my facebook
Oeoel Ajhee InsyaAllah
2013 (17)
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
Jan
14
Download
SISTEM KOMUNIKASI
Sistem saraf dan endokrin merupakan sistem komunikasi yang mengatur aktivitas
metabolisme
Sistem endokrin menyampaikan pesan melalui impuls zat kimia yang disebut hormon
Hormon adalah derivat protein (glikoprotein, polipeptide atau asam amino) atau derivat
kolesterol (steroid)
Hormon adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui darah
Macam hormon:
MACAM HORMON
Hormon steroid dan tironin (larut lemak) berdifusi melalui membran sel bergabung
dengan reseptor dalam sitoplasma mengirim mRNA untuk sintesa protein
Hormon polipeptide dan katekolamin (larut air) bergabung dengan reseptor dalam
membran sel mengaktifkan adenil siklase untuk mengubah ATP siklik AMP
respon fisiologi
KARAKTERISTIK HORMON
1. Disekresi dalam jumlah kecil
2. Pelepasan pulsatif dalam irama sirkadian (pagi tinggi siang rendah sore tinggi
malam rendah)
3. Bekerja sesuai respon fisiologi
4. Sebagian besar dinonaktifkan dalam hati dan diekskresi dalam urine
PENYAKIT ENDOKRIN
Resistensi reseptor sel target: defek reseptor (DM tipe2), cedera atau destruksi
autoantibodi, herediter, tidak ada sel target terapi dengan meningkatkan interaksi
hormon reseptor (contoh sulfoniluria untuk DM tipe2)
GLANDULA PITUITARIA
Gejala dan tanda tumor hipofisis tergantung hormon yang diproduksi (hiperfungsi atau
hipofungsi)
KLASIFIKASI ADENOHIPOFISIS
Somatotropik GH Akromegali
Gigantisme
Prolaktin
Galaktore
Impotensi
KELAINAN HIPOFISIS
Hemianopia buta separo lapangan pandang akibat tumor di sella tursika menekan
kiasma optikum
HIPERPITUTARIA
Adenoma sel eosinofil pada masa pertumbuhan Gigantisme (pada anak), jika
pertumbuhan tulang telah berhenti Akromegali (pada dewasa)
GIGANTISME
Kelebihan hormon yang dihasilkan oleh sel eosinofil merangsang pertumbuhan tulang
tumbuh luar biasa tinggi berlebihan
AKROMEGALI
Kelebihan hormon tidak dapat merangsang pertumbuhan panjang tulang lagi (epifisis
tulang telah habis), tetapi merangsang pertumbuhan tulang melebar akibat rangsangan
proses penulangan intramembran oleh periosteum
Gambaran Klinik:
1. Rahang membesar
2. Hidung dan dahi menonjol
HIPOPITUITARISME
SINDROMA CHUSING
Gejala klinik:
1. Osteoporosis
2. Obesitas dengan Moon Face
3. Pertumbuhan rambut berlebihan
4. Hipertensi
DIABETES INSIPIDUS
GLANDULA THYROIDEA
Hormon gl.Thiroid
1. H. Tiroksin (T4)
2. H. Tri-iodotironin (T3)
3. H. Calsitonin
Morfologi:
Fungsi:
1. Uji metabolisme
2. Uji fungsi tiroid, kadar hormon
3. Antibodi tiroid
Diagnostik patologik:
PENYAKIT GRAVES
Kelainan mata akibat reaksi autoimun pd jaringan ikat didalam rongga mata jaringan
ikat hiperplastik mendorong mata keluar eksoftalmus
PENYEBAB HIPERTIROIDISME
1. Stroma toksik difus (penyakit Graves)
2. Stroma nodus toksik
3. Pengobatan berlebihan dengan tiroksin
4. Tiroiditis
5. Metastasis karsinoma tiroid
GEJALA HIPERTIROID
Metabolik:
Kardivaskuler:
1. Palpitasi
2. Tekanan denyut besar/ pulses seler
3. Takikardi juga sewaktu tidur atau istirahat
4. Fibrilasi atrium
Neuropsikiatrik;
1. Hiperkinesia
2. Insomnia
3. Kurang stabil emosi
4. Tremor
5. Kelemahan otot
Mata
Kulit
1. Miksedema
2. Udema pretibia
PENANGANAN GRAVES
HIPOTIROIDISME
Manifestasi Klinis tergantung: derajat kekurangan; mula terjadi; dan lama kelainan
berlangsung
Bentuk berat Kretinisme: bentuk tubuh sangat pendek disertai retardasi mental
Pada tulang panjang akan terjadi: disgenesia epifisis fragmentasi pusat pertumbuhan
tulang dan tulang rawan yang persisten
Penyebab:
1. Penyakit Hipotalamus
2. Kerusakan kelenjar Hipofisis
3. Defisiensi Jodium
4. Obat antitiroid
5. Tiroiditis
6. Struma Hasimoto gangguan autoimune
Hipotiroidisme ianogenik hipotiroid setelah tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif
(ablasio radioaktif)
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
0
Tambahkan komentar
arwanifoundation
HOME
Materi Kuliah
Contact
1.
Jan
15
ANATOMI CEREBRUM
Otak besar (cerebrum)
Otak kecil (cerebellum)
Batang otak (truncus enchepali), terdiri mesencephalon, pons, medulla oblongata
LOBUS CEREBRUM
Lobus frontalis (depan)
Lobus parietalis (atas)
Lobus temporalis (samping)
Lobus oksipitalis (belakang)
PERMUKAAN CEREBRUM
Sulkus sentralis (tengah)
Sulkus lateralis (samping)
Girus prasentralis (area motorik)
Girus pascasentralis (area sensorik)
MEDULLA SPINALIS
Radix ventralis: cabang saraf yang keluar dari medulla spinalis bagian depan
Radix dorsalis: cabang saraf yang keluar dari medulla spinalis bagianbelakang
Ganglion radix posterior: bagian dari radix posterior yang membesar (tempat badan sel)
Cornu anterior: bagian dalam dari medulla spinalis yang berwarna abu-abu dan berbentuk
seperti tanduk di bagian depan
Cornu posterior: bagian dalam dari medulla spinalis yang berwarna abu-abu dan
berbentuk seperti tanduk di bagianbelakang
Duramater: lapisan terluar
Arachnoid mater: lapisan tengah
Piamater: lapisan dalam
Filum terminale: ujung daripada medulla spinalis yang berbentuk lancip seperti jarum
Cauda equine: kumpulan nervi spinalis yang berbentuk seperti ekor kuda, pada bagian
akhir medulla spinalis
JARAS MOTORIK
Jaras mulai dari cortex motorik cerebri sampai efektor (otot, kelenjar)
Jaras menyilang di medulla oblongata
Dibagi dua:
UMN (upper motor neuron) jaras mulai cortex motorik cerebri sampai cornu anterior
medulla spinalis
LMN lower motor neuron) jaras mulai cornu anterior medulla spinalis sampai efektor
JARAS SENSORIS
Jaras mulai dari reseptor sampai cortex sensoris cerebri berfungsi membawa impuls dari
reseptor ke SSP
Badan sel saraf sensoris ada di Ganglion radik posterior dekat medulla spinalis
Kerusakan pada jaras sensoris menyebabkan anesthesia
NERVI CRANIALIS
N. Olfaktorius(1)
N. Opticus(2)
N. Okulomotorius (3)
N. Trochlearis(4)
N. Trigeminus(5)
N. Abdusen(6)
N. Fasialis(7)
N. Vestibulo-cochlearis(8)
N. Glosofaringius(9)
N. Vagus(10)
N. Aksesorius(11)
N. Hipoglosus(12)
NERVI SPINALIS
N. Cervicalis = 8
N. Thoracalis = 12
N. Lumbalis = 5
N. Sakralis = 5
N. coxcigeus = 1
SARAF SIMPATIS
SSO yg berasal dari saraf spinal T1 L2
Saraf simpatis memulai reaksi melawan/kabur
S.simpatis bersinap di trunkus simpatis
Serabut preganglionik
Serabut postganglionik
SARAF PARASIMPATIS
REFERENSI
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston,
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company
Gienview
Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta
Lutjen, et all, 2001, Atlas foto anatomi: struktur dan fungsi tubuh manusia, edisi 2, EGC,
Jakarta
Anus
ORIS
Philtrum: cekungan yang terletak di tengah di bibir atas
Labium superior: bibir atas
Labium inferior: bibir bawah
Rima oris: garis yang terbentuk pada tautan bibir atas dan bibir bawah
CAVUM ORIS
Palatum durum (langit-langit keras, terbuat dari tulang)
Palatum molle (langit-langit lunak, terbuat dari membran)
Uvula (Jawa: intil-intil)
Arcus palatofaringius anterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink,
bagian depan
Arcus palatofaringius posterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink,
bagian belakang
Tonsila palatine (amandel)
Lingua (lidah)
Dents (gigi)
DENTS
Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra
dan inferior sinistra
Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8
Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah
Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2
Dents caninus: gigi taring, nomor 3
Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6
Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8
GLANDULA SALIVATORIUS
Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi
menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)
Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah
Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)
LINGUA
Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah,
tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis,
diberi nama berdasarkan bertuknya:
Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuit
Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
Tonsila lingualis: tonsil duduk
OESOFAGUS
Merupakan saluran yang menghubungkan farink dan gaster
GASTER
Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan, bagian dari lambung:
Kardia: tempat pertemuan antara gaster dan esofagus
Fundus: bagian dari lambung yang berbentuk seperti kubah (bagian atas)
Corpus: badan lambung
Pilorus: bagian ujung (ekor) lambung
Kurvatura major: lengkung lambung yang panjang
Kurvatura minor: lengkung lambung yang pendek
Antrum piloricum: ruangan dalam pilorus
Pada kardia terdapat sfinkter oesofagus inferior berfungsi mencegah refluk makanan ke
oesofagus
Pada antrum pilorikum terdapat Sfinkter pilorikum yang berfungsi mengatur makanan ke
duodenum (satu porsi akan habis selama 6 jam)
Plika gastrika merupakan lapisan mucosa bagian dalam lambung yang berfungsi sebagai
kelenjar yang menghasilkan getah lambung
PLIKA GASTRIKA
Plika gastrika merupakan lipatan mukosa pada ruang dalam gaster yang berfungsi sebagai
kelenjar dan menghasilakan getah lambung
Lapisan Lambung: terdiri 3 lapisan
1. Tunica mucosa
2. Tunica submucosa
3. Tunica muscularis (otot)
M. sircularis (internal) berfungsi untuk gerak menyempit
M. longitudinal (eksternal) berfungsi untuk gerak memendek
INTESTINUM TINUE
Usus halus dibagi 3 bagian
1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ilium
Secara anatomis ketiganya sama, bedanya hanya ada pada besarnya lumen, makin
kebawah makin besar, dan setiap tambah besar diberi nama berbeda, secara fisiologis
ketiganya mempunyai fungsi yang sama
sinistra)
4. Ductus sisticus (saluran empedu)
5. Ductus choleducus (saluran gabungan antara ductus sisticus dan ductus hepaticus
communis)
6. Vesica biliaris/felea (kandung empedu)
7. Ductus pancreaticus (saluran pancreas)
8. Ampula vateri (pertemuan antara ductus choleducus dan ductus pankreaticus)
9. Papilla vateri (tonjolan ampula Vateri, tempat bermuaranya getah empedu dan pancreas
kedalam duodenum
Duodenum (usus dua belas jari)
INTESTINUM CRASUM
Intestinum crasum atau colon hdala usus besar, permukaannya bergelombang yang
disebut Haustra, bagian dari usus besar hdala:
1. Caecum: bagian colon yang terletak dibawah ileum, didalam cecum terdapat appendix
vermicularis (usus buntu)
2. Colon ascenden: bagian colon yang naik keatas, diatas ileum
3. Colon transversum: bagian colon yang berjalan mendatar
4. Colon descenden: bagian colon yang berjalan menurun, terletak disebelah kiri
5. Colon sigmoid: bagian colon yang berbelok, membentuk huruf s (sigmoid)
6. Rectum; bagian terakhir dari colon yang terletak pada ujung coclon sebelum anus
7. Anus: merupakan pintu keluar dari colon
Permukaan colon yang menggembung disebut haustra, serta ada bentukan seperti cacing
pada permukaan colon yang disebut: taenia coli, ini merupakan kumpulan otot colon
longitudinal (tidak semua permukaan colon ada otot tsb, hanya ada di tiga tempat)
Sepanjang taenia coli terdapat tonjolan jaringan yang disebut: appendix epiploika
Tempat pertemuan antara ileum dan colon, terdapat sfinkter yang disebut: sfinkter
ileosecal, yang berfungsi mencegah refluk sisa makanan yang sudah masuk colon
kembali ke ileum
ANUS
Anus merupakan pintu keluar dari colon, anus selalu tertutup karena dijaga oleh dua
sfinkter, yaitu:
1. Sfinkter ani internum, yang terletak sebelah dalam, sifatnya involunter (tidak sadar,
artinya diluar kendali otak) dan membuka secara reflek, jika ada feses masuk rectum,
terjadi reflek defekasi
2. Sfinkter ani eksternum, yang terletak disebelah luar sfinkter ani internum, sifatnya
volunter (sadar, artinya gerakannya atas perintah otak)
REFERENSI
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston,
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company
Gienview
Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta
Diposkan 15th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: ANATOMI SISTEM DIGESTIVUS (DIGESTIVE HUMAN ANATOMY)
0
Tambahkan komentar
3.
Jan
15
oleh: Dr.Suparyanto,M.Kes
DENTES
ANATOMI DENTES
Corona dentes: mahkota gigi, bagian gigi yang kelihatan berwarna putih
Colum dentes: leher gigi
Radix dentes: akar gigi, tertanam dalam gingiva
Pulpa dentes: ruangan dalam gigi
Dentin: lapisan gigi
Enamel: lapisan gigi pada corona dentis yang berwarna putih
Semen: perekat antara dentin dan ginngiva
Ginggiva: gusi
LINGUA
Permukaan lidah kasar, karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut: papilla lingualis,
tempat reseptor gustatorius (reseptor pengecapan)
Papilla lingualis: tonjolan pada permukaan lidah, diberi nama berdasarkan bentuknya:
GLANDULA SALIVATORIUS
HEPAR
PANKREAS
Papilla vateri : tonjolan ampula vateri kedalam duodenum, sebagai muara masukanya
getah pancreas dan getah empedu kedalam duodenum
REFERENSI
Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston,
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company
Gienview
Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta
Diposkan 15th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: DIGESTIVE HUMAN ANATOMY (ANATOMI DIGESTIVUS) 2
0
Tambahkan komentar
4.
Jan
15
BENTUK JANTUNG
LAPISAN JANTUNG
o Perikardium: lapisan pembungkus jantung, ada dua macam
1. Perikardium Viseralis: pembungkus jantung yang melekat pada jaringan jantung
2. Perikardium Parietalis: pembungkus jantung yang terletak disebelah luar
perikardium parietalis
o Cavum Pericardial: rongga antara perikardium visceralis dan perikardium
parietalis
o Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:
1. Epikardium: lapissan jantung paling luar
2. Miokardium: lapisan jantung bagian tengah, yang terdiri dari otot jantung
3. Endokardium: lapisan sebelah dalam, yang melapisi rongga jantung
RUANG JANTUNG
o Jantung dibagi menjadi 4 ruangan:
o Atrium dextra: serambi kanan
o Atrium sinistra: serambi kiri
o Septum intratrial: jaringan pemisah antara atrium dextra dan atrium sinistra
o Ventrikel dextra: bilik kanan
o Ventrikel sinistra; bilik kiri
o Septum interventrikular jaringan pemisah antara ventrikel dextra dan ventrikel
sinistra
o Vena cava superior: pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas
jantung menuju atrium kanan
o Vena cava inferior pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah
jantung menuju atrium dextra
o Vena pulmonalis: pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menuju
atrium sinistra
o Arteri coronaria dextra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk
jantung kanan
o Arteri coronaria sinistra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk
jantung kiri
KATUB JANTUNG
o Valvula trikuspid: katub tiga lembar, yang memisahkan antara atrium kanan dan
ventrikel kanaan
o Valvula bikuspid (mitral): katub dua lembar, yang memisahkan aantara atrium kiri
dan ventrikel kiri
o Valvula aorta: katub yang memisahkan antara ventrikel kiri dan aorta
o Katup pulmunal: katub yang memisahkan antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis
o Chorda tendinae: jeringan (ligamen) yang melekat pada lembar katub jantung
yang berbentuk seperti jari
o Musculus papilaris: tonjolan otot (pangkal dari chorda tendinae)
SIRKULASI PULMONAR
o Truncus pulmonar: arteri yang keluar dari ventrikel kanan, kemudian bercabang
jadi dua
o Arteri pulmonalis dextra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelah
kanan
o Arteri pulmonalis sinistra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru
sebelah kiri
o Vena pulmonalis dextra: vena dari paru kanan menuju ke atrium kiri
o Vena pulmonalis sinistra: vena dari paru kiri menuju ke atrium kiri
AORTA
o Aorta ascenden: aorta yang berjalan lupus keatas (dari ventrikel kiri)
o A. Coronaria sinistra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kiri
o A. Coronaria dextra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kanan
o Arcus Aorta: bagian dari aorta yang melengkung (diatas aorta ascenden), keluar
tiga cabang:
1. A. Brakiosefalika
2. A. Karotis comunis sinistra
3. A. Subklavia sinistra
AORTA TORAKSIKA
o A. Pericardial: menuju perikardium
o A. Bronkial: menuju bronkus
o A. Esofagial: menuju esofagus
o A. Intercostalis: menuju ruang antar costa
o A. Frenika
AORTA ABDOMINALIS
o A. Seliaka: bercabang tiga:
o V. jugularis interna
o V. Aksilaris: dari ketiak
o V. Brakialis: dari lengan atas
o V. Radialis: dari lengan bawah searah ibu jari
o V. Ulnaris: dari lengan bawah searah kelingking
o V. Sefalika
o V. Basilika
o V. Medial kubiti
VENA THORAX
o V. Brakiosefalika
o V. Azigos
o V. Hemiazigos
o V. Porta hepatik
REFERENSI
1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher
Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
2. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta,
EGC
3. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
4. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and
Company Gienview
5. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New
Jersey
6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
7. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
8. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
9. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
10. Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta
Diposkan 15th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: ANATOMI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
0
Tambahkan komentar
2
Jan
14
PATOFISIOLOGI IMUNOLOGI 2
Download
>10% Pasien yang minum obat, mengalami efek merugikan yang tidak terduga dari
pengobatannya
Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendasar dan menyebabkan
pemborosan bahan material yang serius dan merugikan manusia
Respon IgE terhadap antigen yang disuntikan (mis:penisilin) mungkin terjadi pada
sebagian individu, risiko reaksi urtikaria dan sistemik cepat, tidak terbatas pada populasi
atopik
Uji kulit (skin test) menggunakan produk penisiloil polilisin (PPL) sekarang digunakan
secara luas untuk menilai adanya hipersensitivitas terhadap penisilin
Hati tempat metabolisme obat yang utama dan menunjang reaksi merugikan yang
paling berat pada terapi
Jumlah terbanyak dari reaksi obat yang merugikan pada kulit terdiri dari makula (bintik
merah datar) atau papula (bintik merah meninggi) yang terasa gatal dan cenderung
bersatu menjadi suatu erupsi morbiliformis (mirip rubela)
Pengawasan ketat adanya tanda-tanda dini reaksi obat yang merugikan memudahkan
penghentian obat pencetus membatasi morbiditas
Tindakan terbaik adalah menemukan adanya riwayat penyakit alergi sebelumnya yang
memberi petunjuk adanya risiko tinggi
DEFISIENSI IMUN
Fungsi sel T yang tidak sempurna, pada banyak penyakit, juga sebagai defek primer
atau disebabkan oleh beberapa gangguan seperti: AIDS, sarkoidosis, penyakit Hodgkins,
neoplasma non-Hodgkins dan uremia
Fungsi sel T yang gagal terjadi bila timus gagal berkembang (sindrom DiGeorge)
diperbaiki dengan transplantasi jaringan timus fetus
Perhatian yang serius terhadap setiap orang yang menderita defisiensi sel T yang jelas
adalah pd ketidakmampuanya untuk membersihkan sel-sel asing termasuk leukosit viabel
dari darah lengkap yang ditransfusikan
AIDS
Target utama HIV-1 adalah reseptor CD4+ yang terdapat di membran sel T helper,
makrofag, sel dendritik (saraf) dan limfoid
Virus HIV masuk ke sel T helper melalui perlekatan gp 120 (epitop virus HIV) ke
reseptor sel CD4+ mengambil alih metabolisme sel T, untuk mensintese virus baru
Penularan HIV: melalui seks (homoseks atau heteroseks), transfusi darah, penyalah
gunaan obat terlarang IV, plasenta
Uji penapisan standart adalah ELISA (enzyme-linked immuno sorbent assay) dan uji
konfirmasi yang tersering adalah Western blot
Tanda utama infeksi HIV adalah deplesi progresif sel-sel T CD4+, termasuk sel T helper
dan makrofag
Pada sistem imun yang masih utuh, jumlah normal sel T CD4+ berkisar dari 600 sampai
1200/mm3
Pada infeksi HIV, respon imun seluler maupun humoral ikut terlibat
Fase asimptomatik
Fase simptomatik dini
Fase simptomatik lanjut
Setelah fase awal infeksi HIV, individu mungkin tetap seronegatif selama beberapa bulan
(masa jendela/ window period) saat ia mungkin menularkan virus kepada orang lain
Infeksi akut terjadi pada tahap serokonversi dari status antibodi negatif menjadi positif
Pada tahap post serokonversi: banyak pasien mengalami penyakit mirip-influenza, ruam
atau limfadenopati yang berkaitan dengan penurunan limfosit T CD4+
Fase asimptomatik infeksi HIV merupakan suatu periode laten klinis (tahunan) dengan
sistem imun relatif utuh, namun replikasi virus HIV terus berlangsung terutama di
jaringan limfoid
Pasien HIV dengan hitung sel T CD4+ < 200/mm3, baik asimptomatik atau simptomatik
diklasifikasikan sebagai pengidap AIDS
Pasien AIDS rentan infeksi protozoa, bakteri, jamur dan virus karena menurunya
surveilans dan fungsi sistem imun
Pneumonia Pneumocystic carinii (PPC) adalah infeksi oportunitik serius yang paling
sering didiagnosis pada pasien dengan AIDS, yaitu fase akhir infeksi HIV
Timbulnya keganasan merupakan gambaran yang sering dijumpai pada pasien AIDS,
termasuk sarkoma kaposi (SK), limfoma tipe sel B derajat tinggi, dan karsinoma serviks
invasif
Sarkoma Kaposi; merupakan tumor berwarna ungu di semua organ, tetapi paling khas di
kulit
Infeksi SSP oleh HIV menimbulkan ensefalitis yang menyebabkan sindrom demensia
(complex dementia AIDS), neuropati perifer, dan mielopati pada sebagian besar pasien
dalam fase lanjut penyakit.
Waktu median dari serokonversi sampai kematian akibat AIDS adalah sekitar 11 tahun
Bayi yang lahir dari ibu positif HIV memperlihatkan antibodi positif hingga umur 10
18 bulan, karena itu status HIV anak tidak dipakai uji ELISA atau Western blot, tetapi
menggunakan: uji antigen p24 atau RNA HIV
Antibodi HIV bayi mengindikasikan ibu bayi tersebut positif HIV
Angka penularan HIV dari ibu ke bayi dpt dikurangi dengan obat antiretrovirus
(zidovudin oral) selama kehamilan, zidovudin IV sewaktu persalinan termasuk SC, dan
sirup zidovudin untuk bayi dan pemberian susu formula pada bayi, bukan ASI
Anak dengan AIDS perkembangan penyakitnya lebih cepat dan parah dibanding dewasa
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC,
edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: PATOFISIOLOGI IMUNOLOGI 2
0
Tambahkan komentar
3
Jan
14
PATOFISIOLOGI IMUNOLOGI 1
Download
IMUNOLOGI
o Imunologi: ilmu tentang sistem kekebalan tubuh
Fungsi sitem imun (3):
1. Pertahanan (destruksi zat asing seperti virus atau bakteri, untuk mencegah infeksi
dari patogen)
2. Homeostasis (membersihkan sel yang rusak, mencegah sisa sel berkembang jadi
ancaman)
3. Surveilans (mengenali dan menghancurkan sel yang bermutasi misal Kanker)
o Antigen atau imunogen: molekul atau sel yang mampu merangsang respon imune
o Antibodi (imunoglobulin): glikoprotein plasma yang dihasilkan limfosit B (sel
plasma) yang bereaksi melawan antigen
o Sistem limfoid mempertahankan tubuh dari agen penginvasi, melalui imunitas
seluler dan humoral
o Organ limfoid primer: sumsum tulang tempat perkembangan sel T, dan timus
tempat perkembangan sel B
o Organ limfoid skunder: kelenjar getah bening, tonsil, limpa, jaringan terkait
mukosa di kulit, saluran nafas, cerna, urine
o Respon imun seluler bersifat langsung dilaksanakan oleh limfosit T
o Respon imun humoral bersifat tidak langsung, dilaksanakan oleh imunoglobulin
spesifik (antibodi) yang dihasilkan sel plasma (sel B)
Penyakit imunologik:
1. Penyakit imunodefisiensi: AIDS
GANGGUAN IMUNOLOGI
o Contoh hipersensitivitas tipe 1 (IgE), adalah: rinitis alergika, asma alergi
(ekstrinsik), dermatitis atopik
o Hipersensitivitas tipe 1 ditandai dengan produksi IgE yang meningkat akibat
terpapar dengan antigen merupakan ciri khas atopi
o Rinitis alergi merupakan kondisi atopik yang paling sering ditemukan
o Obat antihistamin (CTM) yang paling sering digunakan. Pengobatan utama
seharusnya adalah menghindari alergen
o Asma adalah keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang penyempitan
bronkus yang reversibel, diantara episode adalah nafas normal
o Dermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik, yang sering ditemukan
pada penderita rinitis alergika dan asma serta diantara anggota keluarga mereka
o Dermatitis atopik seringkali timbul akibat garukan pada bayi usia 1 tahun (eksema
infantilis) dengan kulit yang merah, gatal, meninggi dan mengelupas
o Eksema infantilis umumnya hilang setelah 5 tahun
o Peyebab ketidak nyamanan dermatitis atopik adalah gatal yang membandel
disertai retakan kulit yang nyeri
o Pengobatan dermatitis bersifat simptomatis: antipruritus dephenhidramin,
kortikosteroid, antiinflamasi non steroid
o Biduran (urtikaria): lesi kulit yang mencerminkan adanya proses imunologis yang
melibatkan IgE
o Sebagaian besar urtikaria cepat sembuh dan swasirna, pada anak sering
disebabkan oleh virus
o Urtikaria sering disebabkan oleh udara dingin
o Pruritus pada urticaria tambah parah jika mandi air panas, stress, gerak,
lingkungan fisik yang tidak mendukung
o Sebagaian besar respons antibodi memerlukan antigen yang pertama kali diproses
untuk menghasilkan antibodi (imunoglobulin)
o Gangguan
autoimun
yang
bergantung
antibodi
manusia
terutama
hemolitik
reaksi
yang
merupakan
suatu
bentuk
proses
mempertimbangkan
akibat
yang
mengerikan
ini,
maka
harus
o DTH juga mengalami respon yang kurang pada setiap fungsi protektif yang
berlangsung;
o Contoh DTH yang paling lazim adalah dermatitis kontak eksema alergika
(AECD)
REFERENSI
o Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Jakarta: EGC, edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: PATOFISIOLOGI IMUNOLOGI 1
0
Tambahkan komentar
2
Jan
14
PATOFISIOLOGI DARAH 2
Download
LEUKOSIT
jumlah
GANGGUAN
Leukemia
leukosit
kurang
dari
normal
(<5.000/mm3)
LEUKOSIT
penyakit
neoplastik
LEUKEMIA
sumsum
tulang
(proliferasi
lekopetik)
Tanda: diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoitik (sel limfoblast) di sumsum
tulang Klasifikasi berdasarkan FAB (French-American-British) Leukemia Limfoblastik
akut (banyak pada anak) Leukemia Mieloblastik akut (banyak pada dewasa)
ETIOLOGI LEUKEMIA Penyebab dasar tidak diketahui Jarang familial (meningkat pada
saudara kandung) Radiasi Zat kimia (benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon,
agen
antineoplastik)
leukemia
limfoid
atau
mielositik
akut
sumsum
LIMFOMA
Limfoma
tulang
keganasan
sistem
limfatik
limfoma
STADIUM
Hodgkin
dan
non-Hodgkin
LIMFOMA
Stadium
1:
mengenai
satu
HODGKIN
regio
kelenjar
limfe
Stadium 2: mengenai dua atau lebih kelenjar limfe berdekatan atau 2 kel limfe berjauhan
Stadium 3: mengenai diatas dan dibawah diafragma, tetapi masih terbatas pada kel limfe
Stadium
4:
keterlibatan
difus
organ
ekstralimfatik
(sumsum
tulang,
hati)
kelelahan
Pengobatan:
kemoterapi
LIMFOMA
NON HODGKIN 70% berasal dari sel B Gejala: demam, penurunan BB, keringat
malam, limfadenopati difus tanpa sakit, efusi pleura, anoreksi, mual, hematemesis
Pengobatan:
kemoterapi
Gejala:
HEMOSTASIS
FAKTOR PEMBEKUAN
I Fibrinogen
II protrombin
III Tromboplastin
IV kalsium
V Akselerator plasma globulin
VII Akselerator konversi proteombin serum
VIII Globulin anti hemolitik
IX Faktor Christmas
X Faktor Stuart Prower
XI Pendahulu Tromboplastin Plasma
XII Faktor Hageman
XIII Faktor Penstabil Fibrin
Faktor pembekuan, kecuali faktor III (tromboplastin jaringan) dan faktor IV (Calsium)
merupakan protein plasma yang berada dalam sirkulasi
Tromboplastin jaringan (Faktor III) dilepas oleh pembuluh darah yang cedera
disebut Faktor Ekstrinsik
Faktor Instrinsik faktor pembekuan yang ada dalam plasma darah
HEMOSTASIS
Hemostasis dan koagulasi melindungi individu dari perdarahan masif akibat trauma
Pada keadaan abnormal, dapat terjadi perdarahan yang mengancam jiwa atau trombosis
yang menyumbat cabang pembuluh darah
Pada saat cedera, tiga proses utama yang menyebabkan hemostasis adalah:
Vasokonstriksi sementara
Reaksi trombosit yang terdiri atas adhesi, reaksi pelepasan, dan agregasi trombosit
Aktivasi faktor pembekuan
HEMOSTASIS
Setelah pembentukan bekuan, penghentian pembekuan darah lebih lanjut penting untuk
menghindari keadaan trombotik yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
pembentukan bekuan sistemik yang berlebihan
Antikoagulan yang terdapat secara alami adalah antitrombin III (ko-faktor heparin),
protein C dan S
Sistem fibrinolitik diaktivasi oleh trombin yang ada didalam sirkulasi, yang memecah
fibrinogen menjadi monomer fibrin
Aktivasi
trombin
yang
berlebihan
mengakibatkan
berkurangnya
fibrinogen,
HEMOFILIA
DIC merupakan sindrom kompleks, dimana plasma darah yang harusnya cair berubah
jadi bekuan akibat terbentuknya trombi fibrin difus, yang menyumbat mikrovaskuler
tubuh
DIC disebabkan masuknya aktivator koagulasi (tromboplastin) kedalam sirkulasi: solusio
plasenta, tumor, luka bakar, cedera remuk
Pengobatan: Heparin (antikoagolan)
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC,
edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: PATOFISIOLOGI DARAH 2
0
Tambahkan komentar
3
Jan
14
Patofisiologi Darah 1
Download
DARAH
Darah merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel didalam tubuh dan
lingkungan interna
Darah terdiri komponen sel dan cairan
Cairan darah disebut plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
Fungsi plasma sebagai medium transport
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis: proses pembentukan dan pematangan sel darah
Induk sel darah: sel pluripoten
Proeritroblas calon eritosit
Megakarioblast calon trombosit
Monoblas calon monosit
Meiloblas calon lekosit bergranula (neutrofil, basofil, eosinofil)
Limfoblas calon leukosit B dan T
Sel pluripoten proeritroblas normoblas basofilik normoblas polikromatofilik
normoblas ortokromatik retikulosit eritrosit
Sel pluripoten megakarioblas promegakariosit megakariosit trombosit
Sel pluripoten promonosit monosit
PEMERIKSAAN DARAH
Hitung sel darah
Eritrosit: 3,6 5,4 juta /mm3. (polisitemia diatas normal, anemia dibawah normal)
Leukosit: 5.000 10.000 /mm3, (lekositosis diatas normal, lekositopenia dibawah
normal)
Trombosit: 150.000 350.000 /mm3 (trombositosis diatas normal, trombositopenia
dibawah normal)
HEMOGLOBIN
PEMERIKSAAN DARAH
Hematokrit / volume packed sel: volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit
Normositik: ukuran sel normal
Mikrositik: ukuran sel kecil
Makrositik: ukuran sel besar
Hitung retikulosit: mencerminkan aktifitas sumsum tulang
Retikulosit: eritrosit imatur
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang: untuk memperkirakan dosis kemoterapi dan terapi
radiasi pada penderita keganasan hematologik
Analisis sitogenetik perlu untuk diagnosis, pengobatan, respon pengobatan dan potensi
remisi (penyembuhan)
ERITROSIT
Bentuk lempeng bikonkaf, tidak berinti, dilapisi membran tipis.
GANGGUAN ERITROSIT
Anemia: jumlah kurang dari normal
Polisitemia: jumlah eritrosit yang terlalu banyak
Anemia bukan diagnosa, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
Gejala anemia: pucat, tachikardi, bising jantung, angina, iskemia miokard, dispnea,
kelelahan
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik gangguan pada sel induk di sumsum tulang, produksi sel-nya tidak
mencukupi
Mengancam jiwa
Causa: kongenital, idiopatik, virus
Pansitopenia
Eritrosit normokromik normositik
Gejala:
Anemia: lelah, lemah, nafas pendek
Trombositopenia: ekimosis dan petekie (perdarahan dibawah kulit), epistaksis (mimisan),
perdarahan saluran cerna, kemih dan kelamin, sistem saraf
Lekopenia: kerentanan dan keparahan infeksi (bakteri, virus dan jamur)
Pengobatan:
Transplantasi sumsum tulang
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Morfologis: makrositik normokromik
Causa: defisiensi vitamin B12, asam folat, malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit
(cacing), penyakit usus, keganasan
Sumber asam folat: daging, hati, sayuran hijau
Gejala: anemia, glositis (lidah meradang dan nyeri), diare, anoreksia
Pengobatan: asupan asam folat
POLISITEMIA
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC,
edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: Patofisiologi Darah 1
0
Tambahkan komentar
4
Jan
14
PATOFISIOLOGI ENDOKRIN 2
Download
o Medulla Adrenal
1. H. Adrenalin
2. H. Noradrenalin
PEMERIKSAAN
o Tumor atau hiperplasia kortek dan medulla kel. Adrenal sering tidak dapat
ditemukan pada pemeriksaan fisik sebab letaknya tersembunyi
o Kelainan kel. Adrenal yang memerlukan tindakan bedah sebagian besar
disebabkan hipersekresi
o Pemeriksaan khusus: pemeriksaan kadar hormon, CT Scan menentukan letak
tumor, dan pemeriksaan radioaktif dng jodium 131
PENYEBAB HIPERKORTISISME
1. Adenoma basofil hipofisis
2. Hiperplasia kelenjar adrenal
3. Adenoma atau karsinoma kel adrenal
4. Penggunaan kortikosteroid yang lama
SINDROM CUSHING
o Disebabkan sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan
o Kelebihan stimulasi ACTH hiperplasia korteks arenal
o Adenoma korteks adrenal, hiperaktifitas hipofisis atau tumor laian yang
mengeluarkan ACTH
11. Komplikasi
12. Gangguan ginjal atau strok hipertensi
13. Hiperglikemia, infeksi DM
14. Lumpuh kelemahan otot
4. Kelemahan otot
5. Tetani
o Laboratorium:
1. Hipokalemia
2. Alkalosis
3. Kadar aldosteron tinggi di urine dan plasma
4. Letak tumor:
5. Roentgen negatif jika tumor kecil
6. CT Scan
VIRILISASI
o Sekresi androgen yang berlebihan pada wanita menyebabkan virilisasi
o Gejala: jerawat, suara memberat, pembesaran klitoris, kebotakan, oligomenorea,
amenorea, hirsutisme: pertumbuhan rambut kasar yang berwarna gelap berlebihan
dengan distribusi maskulin pada wajah, putting susu dan daerah pubis
PANKREAS
o Letak: membentang secara transversal pd dinding abdomen posterior. Kepala pada
curva duodenum ekor samapi limpa
o Dibagi 2 bagian: Asinus dan Pulau Langerhans
o Acinus kel. Eksokrin getah pankreas (enzim)
o Pulau Langerhans kel. Endokrin ada 3 macam sel , , hormon
HORMON PANKREAS
1. Sel H.glukagon
2. Sel H.Insulin
3. Sel H.Somatostatin (belum jelas)
DIABETES MELLITUS
o Batasan penyakit metabolik akibat menurunya hormon insulin, yang ditandai
dengan hiperglikemia dan glukosuria
o Penyakit DM primer gangguan metabolisme KH, sekunder gangguan
metabolisme lemak dan protein
o DM tipe 1: tergantung insulin
o Kekurangan insulin endogen akibat destruksi autoimune pd sel beta pancreas
o Idiopatik
o DM tipe 2: tidak tergantung insulin
o Resistensi insulin perifer (reseptor)
o Gangguan sekresi insulin
o Produksi glukose hati yang berlebihan
o Tidak ada bukti detruksi sel beta pancreas
o Obesitas berhubungan dengan tipe ini
FUNGSI INSULIN
o Glukose tidak dapat langsung diffusi ke sel
o Glukose harus berikatan dulu dengan carrier: G + C GC GC dapat
berdiffusi kedalam sel
o Didalam sel GC G + C
o C keluar sel lagi untuk mengikat G yang lain sampai semua G masuk sel
o Proses ini dipercepat oleh H. Insulin
o Jika H. Insulin kurang proses masuknya G kedalam sel lambat G
menumpuk didalam darah DM
KRITERIA DIAGNOSIS
o Menurut WHO:
1. Random 200 mg%
2. Puasa 140 mg%
3. 2 jam PP 200 mg% (75 gr glukose)
o Darah (normal)
o SDP < 110 mg%
o 2 jam PP , 140 mg%
o Urine (normal)
o Reduksi negatif
GEJALA KLINIS
o Mula-mula 3P (Poliuria = banyak kencing, Polidipsia = banyak minum dan
Poliphagia = banyak makan)
o BB naik sel beta masih dalam keadaan kompensasi hiperinsulinemia
lipogenesis BB naik
o Nafsu makan menurun tinggal 2P (poliuria dan polidipsia) BB turun
(sindroma Diabetes akut) mual menuju Ketoasidosis Diabetik
o Lemah, capai komplikasi gangguan metabolisme KH
o Kesemutan, rasa panas di tungkai, rasa tebal di telapak kaki, kram, nyeri otot,
gangguan seksual komplikasi saraf
o Pandangan kabur, sering ganti kaca mata komplikasi retina
KOMPLIKASI DM
o Retinopati diabetik akibat mikroangiopati perdarahan jaringat parut
kebutaan
o Glumerulosklerotik diabetik penyebab GGK stadium akhir (ESRD, End
Stadium Renal Disease) hipertropi ginjal, penebalan membran basal kapiler
glomerulus, peningkatan GFR, mikroalbuminuria, hipertensi, nefropati denga
proteinuria, penurunan cepat GFR ESDR
o Neuropati perifer penyebab ulcerasi yang sulit dikontrol pada kaki penderita
DM
o Gangguan atau hilangnya sensasi nyeri menyebabkan hilangnya rasa nyeri akibat
penekanan sepatu atau trauma
o Bertambah parah jika disertai gengguan vaskularisasi
o Penyakit makrovaskuler mengacu pada aterosklerosis PJK, Stroke, IMA
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: PATOFISIOLOGI ENDOKRIN 2
0
Tambahkan komentar
2
Jan
14
Download
SISTEM KOMUNIKASI
Sistem saraf dan endokrin merupakan sistem komunikasi yang mengatur aktivitas
metabolisme
Sistem endokrin menyampaikan pesan melalui impuls zat kimia yang disebut
hormon
Hormon adalah derivat protein (glikoprotein, polipeptide atau asam amino) atau
derivat kolesterol (steroid)
Hormon adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan
diedarkan ke seluruh tubuh melalui darah
Macam hormon:
MACAM HORMON
Contoh
Hormon
polipeptide:
Hormon
hipotalamus,
hormon
hipofisis,
Hormon steroid dan tironin (larut lemak) berdifusi melalui membran sel
bergabung dengan reseptor dalam sitoplasma mengirim mRNA untuk sintesa
protein
KARAKTERISTIK HORMON
1
Pelepasan pulsatif dalam irama sirkadian (pagi tinggi siang rendah sore
tinggi malam rendah)
PENYAKIT ENDOKRIN
Resistensi reseptor sel target: defek reseptor (DM tipe2), cedera atau destruksi
autoantibodi, herediter, tidak ada sel target terapi dengan meningkatkan
interaksi hormon reseptor (contoh sulfoniluria untuk DM tipe2)
GLANDULA PITUITARIA
Gejala dan tanda tumor hipofisis tergantung hormon yang diproduksi (hiperfungsi
atau hipofungsi)
KLASIFIKASI ADENOHIPOFISIS
Somatotropik GH Akromegali
Gigantisme
Prolaktin
Galaktore
Impotensi
KELAINAN HIPOFISIS
HIPERPITUTARIA
Adenoma sel eosinofil pada masa pertumbuhan Gigantisme (pada anak), jika
pertumbuhan tulang telah berhenti Akromegali (pada dewasa)
GIGANTISME
AKROMEGALI
Gambaran Klinik:
1. Rahang membesar
2. Hidung dan dahi menonjol
3. Tulang tangan dan kaki membesar
4. Jika terjadi pada vertebra dapat terjadi kifosis
HIPOPITUITARISME
SINDROMA CHUSING
Gejala klinik:
1. Osteoporosis
DIABETES INSIPIDUS
GLANDULA THYROIDEA
Hormon gl.Thiroid
1. H. Tiroksin (T4)
2. H. Tri-iodotironin (T3)
3. H. Calsitonin
Morfologi:
Fungsi:
1. Uji metabolisme
2. Uji fungsi tiroid, kadar hormon
3. Antibodi tiroid
hipofungsi atau normal, yang umumnya disebut: nodul panas, nodul dingin dan
nodul normal
Diagnostik patologik:
PENYAKIT GRAVES
Kelainan mata akibat reaksi autoimun pd jaringan ikat didalam rongga mata
jaringan ikat hiperplastik mendorong mata keluar eksoftalmus
PENYEBAB HIPERTIROIDISME
1. Stroma toksik difus (penyakit Graves)
2. Stroma nodus toksik
3. Pengobatan berlebihan dengan tiroksin
4. Tiroiditis
5. Metastasis karsinoma tiroid
GEJALA HIPERTIROID
Metabolik:
Kardivaskuler:
1. Palpitasi
2. Tekanan denyut besar/ pulses seler
3. Takikardi juga sewaktu tidur atau istirahat
4. Fibrilasi atrium
Neuropsikiatrik;
1. Hiperkinesia
2. Insomnia
3. Kurang stabil emosi
4. Tremor
5. Kelemahan otot
Mata
Kulit
1. Miksedema
2. Udema pretibia
PENANGANAN GRAVES
HIPOTIROIDISME
Bentuk berat Kretinisme: bentuk tubuh sangat pendek disertai retardasi mental
Penyebab:
1. Penyakit Hipotalamus
Patofisiologi Ginjal
Download
FUNGSI GINJAL
Ginjal mengatur keseimbangan: cairan tubuh, elektrolit, asam basa dengan cara
filtrasi darah
Ginjal juga berfungsi mengekskresi sisa metabolisme (urea, kreatinine dan asam
urat), metabolit (hormon) dan zat kimia asing (obat)
MEKANISME ADH
RBF atau aliran darah ginjal adalah 1000 1200 ml/menit atau 20 25% dari
curah jantung
GFR (Glomerulus Filtration Rate) indek fungsi ginjal = 125 ml/menit pada
pria dan 115 ml/menit (wanita)
Metode Biokimia:
Metode Morfologik:
Pemeriksaan radiologi
Biopsi Ginjal
PROTEINURIA
Ekskresi protein normal dalam urine kurang dari 150 mg/hari jika lebih
Patologis
Penyebab Proteinuria:
Fungsional
Glomerulus
Tubulus
Sindrom neprotik hilangnya protein sebanyak 3,5 g/hr atau lebih dalam urine
HEMATURIA
BATU GINJAL
Jenis batu ginjal tersering: kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran
Yang merangsang pembentukan batu: statis urine, infeksi atau pemakaian kateter
menetap
Batu asam urat terbentuk dalam urine asam dan uropati obstruktif akibat
kristalisasi asam urat
GFR
GFR indeks fungsi ginjal yang terpenting dan diukur secara klinis dengan uji
bersihan creatinin
Kadar kreatinin serum (normal: 0,7 1,5 mg/dl) dan BUN (normal: 10 20
mg/dl) berbanding terbalik dengan GFR dan dapat digunakan untuk penilaian
krisis gagal dan insufisiensi ginjal
BUN (Blood Urea Nitrogen) kurang akurat dibanding kreatinin karena asupan
protein dalam diet dan keadaan katabolisme dapat mempengaruhi BUN
Fungsi tubulus adalah: reabsorbsi selektif dari cairan tubulus dan sekresi kedalam
lumen tubulus
SEDIMEN URINE
Unsur abnormal urine: eritrosit, leukosit, bakteri, silinder (protein yang terbentuk
dalam tubulus dan duktus koligen)
USG
USG memberikan info tentang ukuran dan anatomi ginjal, termasuk kista dan
dilatasi kalix
RADIOGRAFI
BIOPSI
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC,
edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: Patofisiologi Ginjal
0
Tambahkan komentar
2
Jan
14
PATOFISIOLOGI RESPIRASI 1
Download
ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi utama saluran nafas atas: menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
nafas
Saluran nafas dilapisi mukosa bersilia mukus dihasilkan oleh sel goblet
Asinus: unit respirasi (tempat pertukaran gas) bronkiolus respiratorius, duktus
alveolus, sakus alveolus dan alveolus
Pusat nafas ada di medulla oblongata, reseptor O2 ada di aorta (glomus aorticus) dan a.
karotis (glomus karoticus)
Rangsangan parasimpatis (kolinergik) menyebabkan bronkokontriksi dan peningkatan
sekresi mukus
Rangsangan simpatis (adrenergik) menyebabkan bronkodilatasi dan penurunan sekresi
mukus
Bronkokonstriksi reflek
Makrofag alveolar dan IgA
Ventilasi kolateral (antar alveolus) melalui pori Kohn
PROSEDUR DIAGNOSIS
Prosedur morfologis: radiologi, biopsi, bronkoskopi, uji sputum, CT scan, MRI (magnetic
resonance imager), angiografi
Uji fungsi paru: Pulmo Function Test (PFT) dengan alat spirometer
Pola obstruktif yang ditandai dengan obstruksi aliran udara
Pola restriktif ada penurunan volume paru tetapi tidak ada obstruksi aliran paru
Pola obstruktif ventilasi: bronkitis kronis, emfisema, asma ada penurunan FEV (force
expires volume), MMFR (maximum medium force respires) serta tingginya RV (residue
volume) dan FRC (force residue capacities)
Pola restriktif ventilasi: gangguan parenkim, pleura, neuromuskular, dinding dada
Pola restriktif ditandai: penurunan VC (vital capacities), TLC (total lung capacities), FRC
(force residue capacities) dan RV (residue volume) mencerminkan hilangnya
elastisitas dinding dada atau paru
Penyebab hipoksia:
Ventilasi/perfusi tidak seimbang
Hipoventilasi alveolar
Gangguan difusi
Anastomose arterivenosa intra pulmonar
Batuk: reflek protektif yang disebabkan iritasi tracheobronkial oleh mekanik, kimia,
peradangan
Sputum berlebihan terjadi pada peradangan akut dan kronik cabang tracheobronkial
Sputum kuning atau hijau: mencerminkan adanya leukosit dan proses supuratif yang
menyerang saluran nafas atau parenkim
Penyebab dispnae: penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru interstitial atau
alveolar, paru obstruktif, gangguan dinding dada, otot nafas dan kecemasan
Nyeri dada: dinding dada, pleura, saluran nafas dan struktur mediastinum
Nyeri pleuritik: nyeri menusuk, nyeri terlokalisir yang diperberat dengan inspirasi dalam
dan batuk serta berkurang saat menahan nafas
Jari tabuh: perubahan bentuk normal falang distal dan kuku (tangan dan kaki) yang
ditandai: kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, ujung jari menjadi
besar
Jari tabuh berhubungan dengan: penyakit paru (TB, abses paru, kanker paru), penyakit
kardiovaskuler (tetralogi Fallot, endokarditis), penyakit hati kronik, penyakit saluran
cerna
Sianosis: berubahnya warna kulit menjadi kebiruan (terutama dibawah kuku) dan
membran mukosa akibat meningkatnya jumlah Hb tereduksi (deoksigenasi) dalam kapiler
Sianosis sentral akibat PaO2 rendah, sianosis perifer akibat vasokontriksi perifer
(lingkungan dingin), obstruksi aliran darah, curah jantung rendah
Penyakit obstruktif: gangguan jalan nafas atau asinus yang ditandai dengan menurunya
kemampuan menghembuskan udara
Bronkitis kronis: batuk kronis dengan pengeluaran sputum minimum 3 bulan setiap
tahunya, sekurang-kuranganya selama 2 tahun
Emfisema: anatomi patologik, dilatasi dan destruksi rongga udara sebelah distal
bronkiolus terminalis, ductus alveolaris, dan dinding alveolar
CPOD emfisema predominan: diafragma menjadi tipis, datar dan berbentuk seperti tong
karena udara terperangkap dan peningkatan TLC (total lung capacities) dan RV
(residue volume), dispnae, batuk dan sputum minimal
CPOD bronkitis predominan: pasien gemuk, diameter anteroposterior dada normal,
batuk, sputum, hipoksia, hiperkapnia, polisitemia kompensatoris, sianotik, hipertensi
Bronkiektasis: dilatasi abnormal bronkus dan bronkiolus ukuran sedang yang permanen
dan disertai peradangan dan infeksi
Merupakan komplikasi: campak, pertusis, influenza, bronkitis, pneumonia
Gejala: batuk kronik, sputum mukoporulen, sputum busuk, malnutrisi dan jari tabuh
Penyakit restriktif paru ditandai: peningkatan kekakuan paru atau thorax, yang
menyebabkan penurunan peregangan, penurunan VT, VC, dan TLC
Disfungsi inspirasi, kerja nafas meningkat, pola nafas cepat dan dangkal
Penyebab: ekstrapulmonal (gangguan SSP, neuromuskuler, deformitas rongga thorax,
trauma rongga thorax), intrapulmonar (gangguan pleura dan parenkim)
Cairan pleura dapat berupa eksudat (cairan tinggi protein) disebut fibrothorax
banyak mengandung fibrinogen atau fibrin karena peradangan dan keganasan
Cairan pleura berupa nanah disebut: empiema karena pneumonia, abses paru,
neoplasma yang meluas sampai pleura
Respirasi 2
Download
Emboli paru: terjadi bila sebuah embolus, biasanya bekuan darah, terlepas dari
tempatnya, masuk sirkulasi ke jantung bagian kanan, dan tersangkut pada arteri
pulmonalis atau salah satu percabanganya
Infark paru (nekrosis) jarang menyertai PE karena paru dilindungi oleh aliran darah
ganda
PE bisanya terjadi setelah trombosis vena profunda (DVT) pada vena tungkai
PE yang masif adalah salah satu penyebab kematian mendadak yang paling sering dan
penyebab kedua terhadap trombosis koronaria
Trombosis pada vena dicetuskan oleh tiga penyebab (Trias Virchow):
Venostatis
Hiperkoagulabilitas
Peradangan dinding pembuluh darah
EDEMA PARU
Edema paru adalah gerakan cairan berlebih dari sistem vaskuler paru ke interstitium paru
dan bahkan ke rongga alveolar
Penyebab: kongesti kapiler paru akibat: gagal ventrikel kiri
Gagal ventrikel kiri akibat: PJK, penyakit katub jantung, hipertensi, kardiomiopati
KOR PULMONALE
Kor pumonale: adanya hipertropi atau gagal ventrikel kanan yang disebabkan oleh
gangguan pada paru, pembuluh darah paru atau dinding dada
COPD adalah penyebab kor pulmonale paling sering
Prekusor kor pulmonale yang sering adalah peningkatan resistensi vaskuler paru dan
hipertensi a.pulmonalis
Etiologi (gangguan restriktif paru, gangguan obstruktif paru, gangguan vaskuler primer)
menyebabkan:
(1) Perubahan pembuluh darah paru berkurangnya jaringan vaskuler paru
meningkatnya resistensi vaskuler paru hipertensi pulmonal hipertropi ventrikel
kanan kor pulmonale
Etiologi (gangguan restriktif paru, gangguan obstruktif paru, gangguan vaskuler primer)
menyebabkan:
(2) Perubahan fungsional pada paru (hipoksemia, hiperkapnae, asidosis) vasontriksi
arteriole paru meningkatnya resistensi vaskuler paru hipertensi pulmonal
hipertropi ventrikel kanan kor pulmonale
Manifestasi klinis:
GAGAL NAFAS
Gagal nafas: paru tidak dapat melakukan fungsi primernya yaitu oksigenasi darah arteri
dan eliminasi karbon dioksida
Gagal nafas akut (ARF): gas darah arteri (PaO2 50 mm Hg dan PaCO2 50 mm Hg)
Penyebab:
Gangguan ekstrinsik paru ( penekanan pusat nafas, gangguan neuromuskuler, gangguan
pleura dan dinding dada)
Penyebab:
Gangguan instrinsik paru (gangguan obstruksi difus, gangguan restriktif paru, gangguan
pembuluh darah paru)
Faktor pencetus:
Pneumotoraks
Gambaran klinis:
Hipoksia
Hiperkapnae
Sakit kepala
Kekacauan mental
Gangguan penilaian
Bicara kacau, gangguan fungsi motorik, agitasi, gelisah, delirium, tidak sadar
Sekret yang tertahan: hidrasi yang memadai, ekspektoran, aspirasi kateter, trakeostomi
Hipoksemia: terapi O2 bertahap
Hiperkapnae: perangsang respiratorik, hindari sedasi, ventilasi buatan (trakeostomi)
Infeksi: antibiotik
Bronkospasme; bronkodilator
Gagal jantung: diuretik, digoksin
ARDS
Sindrom gawat nafas akut (ARDS): bentuk khusus gagal nafas yang ditandai dengan
hipoksemia yang jelas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional
Penyebab: syok, sepsis, trauma berat, cedera aspirasi/inhalasi
Gambaran klinis: dispnae, takipnae, ronki basah, penurunan PaO2, penurunan PaCO2,
atelektasis difus (rontgen)
KANKER PARU
Gejala: batuk persisten, dispnae, hemoptisis, nyeri pleura, jari tabuh, anoreksia penurunan
BB, kelelahan
Diagnosis: radiologi, bronkoskopi dan sitologi
Stadium kanker berdasarkan TNM
Pengobatan: kombinasi operatif, radiasi dan kemoterapi
TB PARU
Lesi primer pada TB disebut: fokus Ghon, dan kombinasi antara kel limfe yang terlibat
dengan lesi primer disebut kompleks Ghon
Insiden TB meningkat karena adanya: HIV/AIDS, alkohol, tunawisma
Gejala: batuk lama produktif >3mgg, nyeri dada, hemoptisis
Gejala sistemik: demam, menggigil, keringat malam, lemas, anoreksia, penurunan BB
Reaksi positif Tuberkulin test (test mantoux) mengindikasikan adanya infeksi tetapi tidak
berarti ada penyakit secara klinis
Prinsip pengobatan TB:
Multifarmasi
Rutinitas
Jangka panjang
Gagal Ginjal
Download
MACAM GAGAL GINJAL
Gagal Ginjal Akut (GGA):
Sering berkaitan dengan penyakit kritis
Berjalan cepat dalam hitungan hari minggu
Biasanya reversibel bila penderita dapat bertahan dengan penyakit kritisnya
Gagal Ginjal Kronik (GGK):
Dimulai dengan kerusakan yang progresif pada nefron dalam waktu lama dan ireversibel
GGA INTRINSIK
Nekrosis Tubular Akut (ATN)
Pasca iskemik: syok, sepsis, bedah jantung terbuka
Nefrotoksik endogen: hemoglobin, mioglobin, multiple mieloma, asam urat
Nefrotoksik eksogen: antibiotik (aminoglikoside, amfoterisin B), logam berat (merkuri,
arsen), pelarut (metanol, etilen glikol, karbon tetraklorida)
Penyakit vaskular/glomerular: infeksi, alergi, maligna
SINDROMA UREMIA
Sindrom uremia adalah kumpulan tanda dan gejala pada insufisiensi ginjal progresif dan
GFR menurun hingga < 10 ml/menit (<10% dari normal) dan puncaknya pada ESRD
(end stage renal disease)
Pada titik ini nefron yang masih utuh, tetapi tidak mampu lagi mengkompensasi dan
mempertahankan fungsi ginjal normal
AZETOMIA
Azetomia: adanya zat nitrogen dalam darah, diindikasikan dengan tingginya kadar
kreatini serum dan BUN diatas nilai normal
Merupakan tanda awal ESRD atau sindrome uremia
Glomerulonefritis (GN)
Penyakit Ginjal Polikistik (PKD)
PENATALAKSANAAN GGK
Konservatif:
Penentuan dan pengobatan penyebab
Pengoptimalan dan maintanance keseimbangan garam dan air
Koreksi obstruksi saluran kemih
Deteksi awal dan pengobatan infeksi
Pengendalian hipertensi
Diet rendah protein, tinggi kalori
Deteksi dan pengobatan komplikasi
PH URINE
Urine asam asidosis metabolik, respiratorik dan pireksia (demam) serta diet banyak
protein hewani
Urine basa infeksi saluran kemih (pengurai urea), diet banyak sayur
Batu dalam urine asam: kalsium oksalat, asam urat, sistin
Batu dalam urine basa: kalsium fosfat, Mg-Amonium fosfat (batu triple fosfat/ struvit)
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC,
edisi 6
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL
0
Tambahkan komentar
5
Jan
14
Percobaan 1
Pengenalan Alat dan sterilisasi
Download
BAB I
PENDAHULUAN
I. Maksud dan Tujuan
Maksud dari adanya praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat mengenal
alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi nantinya. Sedangkan
tujuannya adalah agar praktikan dapat mengenal alat-alat yang digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi, serta mengetahui bagaimana cara pembersihan, penyiapan
maupun penggunaan alat.
II. Prinsip praktikum
Dapat memahami prinsip kerja, kegunaan, dan fungsi dari masing-masing
alat, beserta bagaimana cara mensterilkan dari masing-masing alat..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat
mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang
mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan
pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi merupakan ilmu yang
sangat penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan
sehingga dapat diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk
menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting
dalam fermentasi makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya. Adanya
jasad renik di dalam makanan mungkin tidak diinginkan jika jasad renik tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan kebusukan makanan, atau menyebabkan keracunan bagi
yang mengkonsumsinya. Tetapi dalam fermentasi makanan dan minuman, pertumbuhan
jasad renik justru dirangsang untuk mengubah komponen-komponen di dalam bahan
pangan tersebut menjadi produk-produk yang diinginkan.
(Kardiaz & Srikandi,1992)
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-alat
yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang fungsi dan
sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada laboratorium
mikrobiologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di
laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara lain : tabung reaksi, cawan petri,
pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur (tentukur), labu erlenmeyer, gelas piala, pH
meter, gelas arloji, termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat
asbes dan rak tabung.
untuk
membiakkan
mikroorganisme
dengan
suhu
yang
konstan,
spektrofotometer untuk mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk
mencairkan medium, maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk
penelitian fermentasi.
Di dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat
mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop
merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran
kecil. Mikroskop dalam bahasa Yunani dari micron yaitu kecil dan scopos yaitu tujuan.
Jadi, mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil. Ilmu yang
mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata
mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Daya pembesaran
mikroskop menyebabkan kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat
terlihat dengan mata telanjang. Pembesaran yang dapat mikroskop adalah sekitar 100 kali
sampai 400.000 kali. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi
(mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan
menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron.
Http://bima.ipb.ac.id/
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, maka mikroskop cahaya dibagi
menjadi biological microscope (mikroskop biologis) dan stereo microscope (mikroskop
stereo). Berdasarkan cahaya yang melewati mikroskop maka mikroskop cahaya dibagi
menjadi mikroskop stereo, mikroskop medan terang, mikroskop fourensensi, mikroskop
fase kontras, mikroskop interferensi, mikroskop polarisasi, dan mikroskop ultraviolet.
( Gabriel,1998 )
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop adalah hasil kerja dua sistem
lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif yang terdekat dengan spesimen,
dan lensa okuler, terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa
objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang
kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tersebut, pada gilirannya,
diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan pada mikroskop.
( Hadioetomo & ratna siri, 1993 )
Pada mikroskop cahaya atau mikroskop monokuler mempunyai perbesaran
maksimum 1000 kali. Mikroskop ini mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa
yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa okuler bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat
tempat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung
mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang
ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa
mikroskop yang lain.
Http://bima.ipb.ac.id/
Kondensor adalah sistem lensa pengumpul cahaya di bawah pentas yang
memusatkan cahaya yang tersedia pada spesimen. Kondensor dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah oleh pengatur kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendukung
terciptanya pencahayaan pada objek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya
tepat akan diperolehdaya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda
akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik
(Http://bima.ipb.ac.id/).
Pada pengerjaan mikrobiologi, diperlukan suatu kondisi yang benar-benar
aseptik dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat harus benar-benar steril. Hal ini
berarti mikroba kontaminan harus dimatikan. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 oC
selama 30 menit, yaitu agar spora atau mikroba dapat dimatikan. Spora adalah sel
istirahat yang resisitan terhadap panas dan lingkungan yang berfungsi sebagai tunas
untuk berkembang biak selanjutnya. Udara tekan yang digunakan juga harus dalam
kondisi steril. Substrat yang berisi nutrien tidak peka terhadap suhu, maka sterilisasi
media substrat dilakukan pada 138 oC selama 5 menit. Pada substrat yang berisi nutrien
tetapi peka terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan dengan penyaringan
bertekanan melalui saringan milipore diameter 0,22 m .
( Suharto,1995 )
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk
pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal
itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan
peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi
rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif .
( Hadioetomo & ratna siri, 1993 )
Sterilisasi diperlakukan pada :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol, dan kemasan lain.
2. Sterilisasi media cair dan nutrien untuk industry bioteknologi misalnya, obat-obatan dan
enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan pemonitor.
( Suharto,1995 )
Jenis-jenis sterilisasi berdasarkan cara sterilisasi dapat dibedakan atas:
1. Sterilisasi secara fisik
medium biakan yang umum, air suling,peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang,
medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet
( Hadioetomo & ratna siri, 1993 )
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah ;
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang
sterilisator.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap, karena itu tabung dan labu
kosonga harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh thermometer harus mencapai 121
C dan
kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di atasnya, sedangkan
filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa
disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium
sintetik tertentu, dan antibiotik.
( Hadioetomo & ratna siri, 1993 )
BAB III
METODE KERJA
Cara Kerja
Mengamati alat-alat yang akan digunakan dalam laboratorium mikrobiologi,
serta dapat memahami prinsip kerja dan fungsi dari masing-masing alat, dan dapat
menggambar masing-masing alat yang digunakan.
BAB V
PEMBAHASAN
1. Alat-alat Sterilisasi
Alat-alat sterilisasi meliputi Otoclaf, Oven, Ozonsterilizer, dan Lampu
Spritus. Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering,
dimana oven berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak bersekala. Perinsip dari
oven ini sendiri adalah menghancurkan lisis mikroba menggunakan udara panas kering.
Ozonsterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak bersekala.
Ozonsterilizer terdiri atas dua bagian, yakni bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas
ozonsterilizer mempunyai prinsip kerja membunuh mikroba menggunakan ozon (O3),
dimana ozon dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel protein pada mikroba
mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba,
dan ozon (O3) itu sendiri bersifat racun. Bagian bawah dari ozonsterilizer (elektra)
berfungsi mensterilisasikan medium menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi,
dimana cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Otoclaf berfungsi mensterilisasikan alat-alat bersekala menggunakan uap air
panas. Dimana uap air panas akan merusak protein mikroba hingga mengalami koogulasi,
pada saat itu protein akan mengendap (denaturasi) dan menyebabkan kematian pada
mikroba. Saat penggunaan otoclaf penutupan harus benar-benar rapat agar uap air yang
bertekanan tinggi masuk kedalam atau beruduksi ke alat.
Lampu spritus merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk
mensterilisasikan mikroba. Lampu spritus juga mempunyai fungsi lain, yakni
mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium.
2. Alat-alat perhitungan koloni mikroorganisme.
Alat-alat yang tergolong dari alat perhitungan koloni adalah coloni counter
dan cawan petri. Coloni counter merupakan alat yang berfungsi sebagai penghitung
jumlah mikroba pada cawan petri menggunakan sinar dan luv. Perhitungan mikroba dapat
dilakukan dengan perbesaran menggunakan luv atau dengan menandai beberapa koloni
yang terdapat pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada coloni counter
dan juga menggunakan tombol check.
Cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan mikroba secara
kuantitatif dan sebagai tempat pengujian sampel.
3. Alat lainnya
Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat mikroorganisme yang
tak dapat dilihat oleh mata. Cara penggunaan mikroskop adalah dengan membelakangi
bagian belakang mikroskop. Mikroskop yang digunakan antara lain elektron, mikroskop
cahaya, dan mikroskop kemera. Mikroskop cahaya (Monokoler) berfungsi untuk melihat
objek dengan bantuan cahaya. Mikroskop ini digunakan dengan satu mata, sehingga
bayangan yang terlihat hanya memilki panjang dan lebar, dan memberikan gambaran
mengenai tingginya. Prinsip kerja dari mikroskop ini adalah dengan memantulkan cahaya
melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di lensa objektif bayangan yang
dihasilkan adalah maya, terbalik dan diperbesar. Kemudian bayangan akan diteruskan dan
menghasilkan bayangan tegak, nyata dan diperbesar oleh mata pengamat. Semakin
banyak cahaya yang dipantulkan melalui cermin, maka akan semakin terang pula
mikroorganisme yang dilihat. Mikroskop ini memiliki pembasaran objektif (10x dan 40x)
serta pembesaran okuler (10x). Mikroskop elektron (Biokuler) berfungsi untuk melihat
objek dengan bantuan elektron atau cahaya lampu. terdiri atas empat lensa objektif
dengan empat pembesaran, 10x, 25x, 40x dan 100x. Saat pengunaan menggunakan
pembesaran 100x, ditambahkan minyak emersi di atas gelas objek. Tujuannya adalah
untuk mengurangi sudut bias akibat banyaknya cahaya yang dipantulkan. Tanpa minyak
emersi, maka objek yang akan diteliti, tidak akan terllihat. Mikroskop ini digunakan saat
melihat struktur dan melakukan pewarnaan bakteri. Mikroskop kamera (Triokuler)
berfungsi sebagai pengambil gambar (objek). Lensa okuler yang terdapat dalam
mikroskop ini sejumlah tiga lensa okuler. Mikroskop ini dapat mengambil gambar dari
preparat. Maka dari itu, mikroskop ini hanya akan digunakan bila ingin mengambil
gambar objek yang akan diamati. Prinsip kerjanya sama seperti mikroskop cahaya, hanya
ada sedikit perbedaan dalam mengoperasikannya.
Centrifuge merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah zat dalam cairan
yang diduga dapat mengendap dengan cara pemutaran menggunakan kekuatan rotasi.
Dengan pemutaran kecepatan tertentu, zat-zat yang tidak terlarut akan mengendap.
Satuaan yang digunakan pada centrifuge adalah Rpm (Rotation per meter). Perinsip kerja
dari alat ini adalah zat yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam tabung yang terdapat
pada centrifuge, kemudian menutup lubang pada centrifuge agar udar yang masuk tidak
mempengaruhi zat yang akan dipisah. Setelah itu tentukan waktu dan rotasi putaran yang
diinginkan, dengan memutar tombol Timer dan Rotation.
Sepektrometri adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kepekatan dalam
larutan menggunakan cahaya. Prinsip kerja alat ini adalah membiaskan cahaya kedalam
kupet yang berisi sampel (zat), sebagian sinar akan ada yang diteruskan dan sebagian lagi
akan diserap. Saat pemasangan kupet ke dalam sepektometri tidak boleh menggunakan
tangan, karena minyak yang terdapat pada tangan akan menempel pada kupet dan
mempengaruhi hasil akhirnya.
Pipet volume adalah alat yang berfungsi sebagai pengambil larutan atau
sampel sesuai dengan jumlah yang kita tentukan. Pipet gondok berfungsi sama seperti
pipet volum, hanya saja pengambilan larutan sudah ditentukan. Cara sterilisasinya
menggunakan otoklaf.
Lumpang dan Alu berfungsi sebagai tempat menggerus bahan yang akan
diuji, disterilisasi dengan cara dimasukkan alkohol 70%, lalu dimasukkan api sampai
padam. Objek gelas digunakan dalam meneliti kapang dan cover glass berfungsi
melindungi sampel.
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat media pertumbuhan mikroba alam
bentuk media tegak atau miring yang disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu disterilkan
dengan kapas berada tetap di atasnya dan diikat, sedangkan rak tabung sebagai tempat
untuk meletakkan tabung reaksi.
Tabung Durham berfungsi untuk menangkap gas O2 yang dihasilkan dari hasil
fermentasi mikroorganisme biasa digunakan dalam medium cair. Cara sterilisasinya
menggunakan alat otoklaf.
Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores MO, terdiri dari ose lurus
untuk menanam MO dan ose bulat untuk menggores MO yang biasanya berbentuk zigzag.
Paper Disk merupakan alat yang terbuat dari kertas saring dan dicelupkan ke
dalam cairan antibiotik, disterilisasi dengan oven.
Pinset berfungsi untuk menjepit atau mengambil pencadang, sterilisasinya
dapat dilakukan dengan dibakar menggunakan lampu spiritus. Sedangkan pencadang
berfungsi untuk melihat daerah hambatan atau zona halo yang diisi dengan antibiotik.
Ukurannya yaitu diameter luar = 8 mm, diameter dalam = 6 mm, panjang = 10 mm.
Pencadang disterilisasi dengan dimasukkan ke dalam cawan petri lalu dimasukkan ke
dalam oven.
Timbangan Analitik berfungsi untuk menimbang bahan kimia. Timbangan ini
memiliki batas maksimal penimbangan. Jika melewati batas tersebut, maka ketelitian
perhitungan akan berkurang.
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan bahan, menampung
larutan, dan tempat untuk mencampurkan bahan lalu dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Alat ini dapat disterilisasikan dengan dibungkus terlebih dahulu dengan
kertas saring bagian atasnya lalu dibungkus dengan kertas dan diikat, lalu dimasukkan ke
dalam otoklaf.
Labu
erlenmeyer
berfungsi
sebagai
tempat
penyimpanan
medium,
memanaskan larutan, dan menampung hasil dari penyaringan. Alat ini dapat
disterilisasikan dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu disterilisasi
dengan menggunakan otoklaf.
Neraca Ohauss 311 merupakan alat yang digunakan untuk menimbang
medium. Pada saat dilakukan penimbangan, digunakan kertas timbang.
Spoid berfungsi untuk mengambil larutan, zat hasil pengukuran, atau zat yang
mau diuji. Alat ini dapat disterilisasikan dengan menggunakan otoklaf (uap air
bertekanan) dimana sebelum disterilisai dibungkus terlebih dahulu.
Mikrometer skrup berfungsi untuk mengukur tebal dan tipis (diameter) atau
luas daerah anti bakteri. Alat ini memiliki dua skala, sehingga memiliki tingkat ketelitian
yang lebih tinggi dan tidak perlu disterilisasikan.
BAB VI
PENUTUP
I. Kesimpulan
Alat-alat Sterilisasi : Ozontsterilizer, Oven, Otoclaf, Lampu spiritus, Alat-alat
Perhitungan Koloni Mikroorganisme, Coloni counter.
Alat-alat lainnya : Centrifu, Gelas ukur, Gelas kimia, Labu ukur, Labu erlenmeyer,
Lumpan dan alu, Neraca ohauss, Pipet volume, Pipet gondok, Mikropipet, Mukrometr
skrub, Pinset, Spoid, Glass objek, Cover glass, Inkubator, Kulkas, Tabung reaksi,Tabung
durham, Ose lurus, Ose bulat, Peperdisk.
Timbangan analitik : Spektrofotometri, Pencadang, Mikroskop cahaya, Mikroskop
elektron, Mikroskop kamera
II.Saran
Alat yang akan digunakan terlebih dahulu harus disterilisasikan atau benarbenar steril. Praktikan sudah dapat mengetahui pengelompokkan alat-alat yang akan
distrilisasi dan cara mensterilisasi, seperti perlakuan khusus pada alat-alat berskala
maupun lainnya. Saat memegang alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar
dipastikan alat benar-benar steril.
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel, J.F., 1988, Fisika Kedokteran, EGC; Jakarta, hal.
Hadioetomo, Ratna Siri, 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta,
hal. 6, 9, 55-58.
Http://bima.ipb.ac.id/
Kardiaz, Srikandi, 1992, Mikrobiologi Pangan I, Gramedia; Jakarta, hal. 3.
Suharto, Ign., 1995, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset;Yogyakarta, hal. 11, 194-195.
Diposkan 14th January 2012 oleh arwanifoundation
Label: Praktikum Mikrobiologi " Pengenalan Alat dan sterilisasi "
0
Tambahkan komentar
Memuat
ArwaniFoundation 2011. Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.
Kelenjar
.
1
Hipofisis
Hormon yang
Gangguan /
dihasilkan
kelainan
Kekurangan
Dwarfisme
Ciri - ciri
hormon
(hiposekresi)
hormon
pertumbuhan
yang normal
(growth
hormone)
Kelebihan
Gigantisme
hormon
(giantism)
(hipersekresi)
pertumbuhan berlebihan
hormon
pertumbuhan
8 kaki
(growth
hormone)
Akromegali
2.
Tiroid
Hipersekresi
Graves disease/
hormone tiroksin
morbus basedow
(Hipertiroidisme)
Hiposekresi
Kretinisme
hormon tiroid
(Kerdil)
(Hipotiroidisme)
(Miksedema)
Paratiroi
Hipersekresi
hormon
paratiroid
Hiposekresi
Hipoparathormon
hormon
(tetani)
paratiroid
4
Pankreas
Hiposekresi
Diabetes tipe I
hormon insulin
Korteks
Hipersekresi
Cushings
penderita mengalami
Adrenal
hormon kelenjar
syndrome
adrenal
Hiposekresi
hormon kelenjar
adrenal
Addisons disease
Gejala berupa
Kelenjar
Hiposekresi
gonad
hormon kelenjar
gonad
reproduksi manusia.
orang dewasa, hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan berlebih pada tulang tengkorak, tangan,
kaki, pembesaran laring, penebalan kulit dan suara yg kedengaran semakin dalam.
Penanganan: kondisi ini bisa diatasi dengan radioterapi atau pengangkatan sebagian dari kelenjar.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
my wordpress
Rumah Sakit DH
logo Stikes DH
my facebook
Oeoel Ajhee InsyaAllah
2013 (17)
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
KELENJAR ENDOKRIN
Organ utama dari sistem endokrin adalah:
# Hipotalamus
# Kelenjar hipofisa
# Kelenjar tiroid
# Kelenjar paratiroid
# Pulau-pulau pankreas
# Kelenjar adrenal
# Buah zakar
# Indung telur.
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.
HORMON
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang
yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari
kolesterol.
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas.
Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan
reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon
mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan:
# Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri
seksual
# Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energi
# Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya
mempengaruhi seluruh tubuh.
Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel
di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau pankreas dan mempengaruhi metabolisme
gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
PENGENDALIAN ENDOKRIN
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa
menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batasbatas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit
hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar
hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target.
Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar
hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan
hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa.
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki jadwal
tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH
oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga
kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini masih
belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam
jam biologis.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon.
Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar susu di
payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa untuk
menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang
menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa.
Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau
lebih sedikit hormon.
Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari
makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah.
Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas.
Kadar kortikosteroid dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah
pada senja hari. Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
dengan memenangkan Sukoharjo dalam lomba KB tingkat Jateng," terang Sutarmo, Rabu (16/5).
Sutarmo mengungkapkan, penilaian lomba KB MKJP meliputi kebijakan yang mendukung KB
misalnya Peraturan Daerah (Perda), pelayanan KB Jampersal, dan pencatatan pelaporan KB.
Selain itu lanjut dia, indicator penilainnya adalah sumber daya manusai (SDM) yang
memberikan pelayanan KB seperti tenaga konselor KB, provider KB IUD dan provider KB
Implant.
"Termasuk ketersediaan kontrasepsi dan peralatan yang meliputi implant kit, IUD kit, Obgyn bed
dan sterilisator," ujarnya.
Atas prestasi ini, ke depan pelayanan KB MKJP di Mojolaban diusulkan mengikuti lomba KB
secara nasional melalui BKKBN Provinsi Jateng. Dan untuk menuju kesana lanjut Sutarmo,
pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Klinik KB Kecamatan
Mojolaban untuk melakukan pembenahan administrasi.
Persyaratan yang dipenuhi antara lain, laporan peserta KB jaminan persalinan (Jampersal),
standart operating procedure (SOP), inform concern dan laporan bulanan. "Khusus untuk
kekurangan administrasi yang diminta provinsi tersebut sudah kami kirim semua ke provinsi,
pada Selasa (15/5) lalu," katanya.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!