Anda di halaman 1dari 65

P E N G A R U H P E R L A K U A N PA N A S

TERHADAP KEKERASAN DAN LAJU


K O R O S I PA D A I M P L A N P E D I C L E
SCREW Ti-6Al-4V

Deri Andika
Bangun
13713014
Pembimbing:
Dr. Ir. Husaini Ardy
J u r u s a n Te k n i k M a t e r i a l
F a k u l t a s Te k n i k M e s i n d a n D i r g a n t a r a
I n s t i t u t Te k n o l o g i B a n d u n g
2017
2 OUTLINE

Kesimpulan
Tinjauan Metodologi dan Saran
Pustaka Penelitian

Latar Teori Data


Belakang Dasar Penelitian
Latar Belakang
Cacat Anggota Gerak & Bone Trauma
Spinal Fusion Surgery
Pedicle Screw
Paduan Titanium
Tujuan Penelitian
Batasan Penelitian
3
4

Latar
Belakang
http://www.spinemd
https://upload.wikime .com/cache/images
dia.org/wikipedia/com
mons/thumb/a/a7/Bla /cartoon_kyphosis_
usen_0785_Scoliosis 156_249_80.jpg
_01.png/180px-
Blausen_0785_Scolio
sis_01.png

http://spine- http://orthoinfo.aao
practice.com/images/ s.org/figures/A0036
treatment-trauma-3.png 8F05.jpg
Spinal Fusion
http://www.newhe
althadvisor.com/i
mages/1HT04151
/fusion.jpg

5
Latar
Surgery
Belaka
ng
Pedicle
▹ Spinal Fusion
Surgery : Proses Screw
penyatuan dua atau
lebih tulang
belakang
(vertebrae).
▹ Proses spinal fusion
surgery meliputi
pemasangan rod
yang ditahan
menggunakan
pedicle screw yang
ditanam ke tulang https://en.wikip
edia.org/wiki/Fil
e:Roe_LWS_Sp

belakang ondylodese_L5-
S1_seitlich.jpg
6
Latar
Pedicle Screw
Belaka
ng

▹ Pedicle Screw yang dipakai


untuk menahan rod akan
mengalami beban mekanik,
seperti :
• Beban torsional
• Beban lentur
• Beban tarik
▹ Persyaratan pedicle screw
http://img.medicalexpo.co
untuk medical implant: m/images_me/photo-
m2/68110-8692912.jpg

• Biocompatible
• High Strength
7
Latar
Paduan Titanium
Belaka
ng

http://www.biomet.com/wps/wcm/connect/internet/adfe03ce-cf38-4f0b-953d-fc54d7539882/array_st_607.pdf?
MOD=AJPERES
8
Latar
Tujuan Penelitian
Belaka
ng 1. Menentukan jenis desain sampel implan pedicle screw
2. Menentukan efek perlakuan panas terhadap kekerasan
material implan Ti-6Al-4V.
3. Menentukan efek perlakuan panas terhadap laju korosi
implan Ti-6Al-4V pada larutan NaCl.
4. Menentukan efek perlakuan panas terhadap laju korosi
implan Ti-6Al-4V pada simulated body fluid (larutan
Hank).
9
Latar
Batasan Penelitian
Belaka 1. Sampel implan pedicle screw berjumlah 2 sampel dengan
ng
perincian yang tertera di bungkus sampel antara lain:
1. Sampel 1 : Mono Axial Single Lock Screw 5.5 mm, Size: 40
mm. Material terbuat dari titanium
2. Sampel 2: Mono Axial Single Lock Screw Ø4.5 mm x 40 mm.
Material terbuat dari titanium
2. Kondisi keadaan sampel sudah terpotong pada bagian ujung
sepanjang 5 mm.
3. Proses karakterisasi yang dilakukan ialah penentuan komposisi
kimia menggunakan SEM-EDS.
10
Latar
Batasan Penelitian
Belaka
ng
4. Proses pemanasan sampel dilakukan pada temperatur 600,
700, 900, dan 1050 ºC yang diatur pada tungku listrik
bermerek Nabertherm.
5. Penentuan laju korosi pada implan pedicle screw menggunakan
alat polarisasi VersaStat®.
6. Analisa data polarisasi menggunakan software VersaStudio®.
7. Larutan elektrolit yang digunakan dalam penentuan lajukorosi
adalah larutan NaCl 2.5% dan Larutan simulated body fluid
(larutan Hank) yang dibuat sendiri.
Tinjauan
Pustaka
Biokompatibilitas Implan
Biomekanika Implan Pedicle Screw
Metalurgi Titanium dan Paduan Titanium
Diagram Fasa Paduan Titanium
Perlakuan Panas Pada Paduan Titanium
Elektrokimia dan Korosi
11 Simulated Body Fluid
Biokompatibilitas
12
Tinjau
an
Implan
Pusta
ka

▹ Biokompatibilitas merujuk pada kemampuan biomaterial


untuk melakukan fungsi yang ditentukan dalam hal terapi
medis, tanpa menimbulkan efek yang tidak diinginkan secara
lokal atau sistemik pada penerima terapi tersebut, tetapi
menghasilkan respon yang paling sesuai pada jaringan atau
sel dan mengoptimalkan fungsi kerja klinis terapi tersebut †

▹ Biokompatibilitas adalah sifat suatu material berdasarkan dua


faktor:
⬩ respon tubuh terhadap material
⬩ degradasi material di dalam tubuh/tidak meracuni tubuh.
▹ Contoh material yang memiliki sifat biokompatibilitas adalah
D. F. Williams, "On the mechanisms of biocompatibility," Elsevier Biomaterials, vol. 29, p. 2941–2953, 2008

Biomekanika Implan Pedicle
13
Tinjau
an
Screw
Pusta
ka
▹ Pemakaian pedicle screw di tulang belakang berfungsi
sebagai tempat menaruh rod yang akan menahan beban
dari tulang.
▹ Beban ini kemudian disalurkan ke sekrup yang
ditanamkan ke tulang.
▹ Beban mekanik yang diterima oleh screw diantaranya:
⬩ Pullout stress
⬩ Driving torque/Insertion Torque
14
Tinjau
an
Pusta
ka

http://www.jfe-tec.co.jp/en/implant/spinal-fusion.html
15
Tinjau
an
Pusta
ka

OpenI, "Comparison of expansive ASTM, "Standard Specifications and Test


pedicle screw and Methods for Components Used in the
Surgical Fixation of the Spinal Skeletal
polymethylmethacrylate-augmented System," in ASTM 2004 Volume 13.01
pedicle screw in osteoporotic sheep Medical and Surgical Materials and
lumbar vertebrae: biomechanical and Devices_ Anesthetic and Respiratory
interfacial evaluations," 2013 Equipment, ASTM International, 2004
16
Tinjau
an
Metalurgi Titanium dan Paduan Titanium
Pusta
ka

C. Leyens and M. Peters, Titanium and Titanium Alloys : Fundamentals and Application, Germany: Wiley, 2003
▹ Two crystal structure of titanium
17
Tinjau
an
▸ Alpha- titanium (Hexagonal closed packed)
Pusta
ka ▸ Beta –titanium (body centered cubic)

C. Leyens and M. Peters, Titanium and Titanium Alloys : Fundamentals and Application, Germany: Wiley, 2003
Diagram Fasa Paduan
18
Tinjau Titanium
an
Pusta
ka

C. Leyens and M. Peters, Titanium and Titanium Alloys : Fundamentals and Application, Germany: Wiley, 2003
19
Tinjau
an
Pusta
ka

C. Leyens and M. Peters, Titanium and Titanium Alloys : Fundamentals and Application, Germany: Wiley, 2003
20
Tinjau Perlakuan Panas pada Paduan Titanium
an
Pusta
ka

▹ Proses perlakuan panas adalah proses


yang bertujuan untuk mengubah sifat
mekanik melalui pengubahan struktur
mikro dengan memberi pemanasan dan
mengatur laju pendinginan†.
▹ Proses perlakuan panas pada implan
dilakukan pada daerah α+ β untuk
mendapatkan struktur alpha dan β yang

berbentuk ekuiaksial.
R. Suratman, Dasar-Dasar Perlakuan Panas pada Baja, Bandung: Penerbit ITB, 2015
21
Tinjau
an
Elektrokimia dan Korosi
Pusta
ka

▹ Korosi adalah peristiwa degradasi atau perusakan


material logam dan paduannya pada suatu lingkungan
akibat reaksi kimia atau elektrokimia.

W. D. Callister, Materials
Science and Engineering
: An Introduction 8th
Ed., USA: John Wiley &
Sons, 2010.

Sel Elektrokimi dengan Besi sebagai Anoda, dan


Tembaga sebagai Katoda
Elektrokimia dan
22
Tinjau Korosi (2)
an
Pusta
ka ▹ Peristiwa polarisasi pada reaksi elektrokimia dapat dimanfaatkan
untuk menghitung laju korosi dengan menentukan rapat arus
pertukaran korosi (icorr) ketika terjadi korosi. Perhitungan laju korosi
dengan memanfaatkan rapat arus pertukaran korosi
menggunakan ekstrapolasi Tafel.
 

Icorr = rapat arus pertukaran korosi (µA/cm 2)


D = massa jenis (g/cm3)
a = berat atom (g/mol)

https://download.e-
n = jumlah elektron yang terlibat.
bookshelf.de/downl
oad/0000/6829/73/L
-X-0000682973- EW = Equivalent weight
Kurva Polarisasi Tafel 0001487876.XHTML
/images/c01f010.jp
Simulated Body
23
Tinjau Fluid
an
Pusta
ka

▹ Tubuh manusia sebagian besar didominasi oleh molekul air.


Air berkontribusi terhadap 60% dari berat badan manusia. Air
dalam tubuh manusia terbagi atas 3 jenis. Yaitu Interstitial
Fluid, Extracellular Fluid, dan Plasma

http://www.austincc.ed
u/apreview/EmphasisIt
ems/Electrolytefluidbal
ance.html
24
Tinjau
an
Pusta
ka

Komposisi Ion-Ion dalam Cairan Tubuh


Simulated Body Fluid
25
Tinjau
an
Pusta
ka

▹ Beberapa jenis simulated body fluid yang


biasa dipakai sebagai media kultur sel dan
larutan elektrolit untuk mengevaluasi perilaku
korosi implan diantaranya:
▹ Larutan Hank
▹ Larutan Ringer
▹ Phosphate Buffered Saline
▹ Artificial Saliva
▹ Larutan buatan yang dibuat tersebut
Metodologi
Penelitian
Diagram Alir Penelitian
Data Kualitatif Desain Sampel Pedicle Screw
Karakterisasi Sampel Pedicle Screw
Proses Perlakuan Panas
Pengujian Kekerasan Sampel
Pengukuran Polarisasi
Metalografi
26 Perhitungan Fasa β di Sampel
Penelitian

27
27
Metodol
ogi
Peneliti
an
Data Kualitatif Sampel Pedicle
28
Metodol
Screw
ogi
Peneliti
an

▹ Data Kualitatif / Pengamatan pada sampel


yang diamati:
▸ Tipe screw
▸ Sumbu kepala screw terhadap ulir
▸ Ada tidaknya lubang di ulir (radial hole)
▸ Jenis thread/ulir
▸ Jenis inti/core
Karakterisasi Sampel Pedicle
29
Metodol
Screw
ogi
Peneliti
an

▹ Proses karakterisasi pada sampel dilakukan


menggunakan Energy Dispersive X-Ray
Spectroscopy (EDS).

▹ Proses persiapan sampel untuk dikarakterisasi


ialah pemotongan spesimen sepanjang 5 mm
dengan gergaji, dan dilanjutkan dengan proses
pengamplasan untuk meratakan permukaan
sampel.
Proses Perlakuan
30
Metodol
Panas
ogi
Peneliti
an
▹ Sampel implan dilakukan perlakuan panas. Proses perlakuan
panas yang dilakukan pada sampel ialah :
Sampel Spesimen Temperatur Daerah Lama Laju
Pemanasan Pemanasan Pendingina
n
Sampel 1 01 600ºC 1 jam Furnace
cooling
02 750ºC 1 jam Furnace
α+β
cooling
03 900ºC 1 jam Furnace
cooling
04 1050ºC β 1 jam Air Cooling
Sampel 2 01 600ºC 1 jam Furnace
cooling
02 750ºC 1 jam Furnace
α+β
cooling
Pengujian Kekerasan
31
Metodol
Sampel
ogi
Peneliti
an

▹ Pengujian kekerasan sampel dilakukan dengan


mesin uji keras Vickers bermerek Zwick®.

▹ Pembebanan pada pengujian kekerasan


menggunakan beban sebesar 0.5 kg
Pengukuran Laju
32
Metodol
Korosi
ogi
Peneliti
an
▹ Pengukuran laju korosi sampel menggunakan
alat polarisasi VersaStat®. Alat polarisasi yang
dipakai menggunakan 3 elektroda.
▹ Parameter Polarisasi
Luas Area Sampel Tergantung sampel
Massa Jenis Sampel 4.42 g/cm
Equivalent Weight Sampel Sampel 1 : 11.9604
Sampel 2 : 11.94419
Elektroda Standar Standard Calomel Electrode
(SCE)
Pengukuran Laju
33
Metodol
Korosi (2)
ogi
Peneliti
an

▹ Komponen yang dibutuhkan


untuk pengukuran
polarisasi menggunakan
VersaStat® ialah sebagai
berikut:
▹ Working Electrode ( benda
kerja ) Rangkaian 3 Elektroda

▹ Standard Electrode
▹ Reference Electrode
34
Metodol
Larutan Polarisasi
ogi Tabel Komposisi Kimia Larutan Hank
Peneliti
an Senyawa Komposisi (gram)
▹ Larutan 1 KH2PO4 0.6089
▸ NaCl 2.5 % NaHCO3 0.3518

▹ Larutan 2 MgCl.6H2O 0.611


CaCl.2H2O 0.426
▸ Hank’s Solution
KCL 0.4114
NaCl 8.0023
MgSO4.7H2O 0.0612
Glukosa 1.0147
NaHCO3 (Pengatur pH) 0.1975
Metalografi
35
Metodol
Sampel
ogi
Peneliti
an
Analisa Persentase Fasa β
36
Metodol
pada Sampel
ogi
Peneliti
an

▹ Persentase fasa ditentukan dengan analisis gambar


menggunakan software
▹ Software yang digunakan adalah ImageJ® dan plugin
Fiji®
▹ Prinsip perhitungan
1. Gambar diolah menjadi binary file
2. Partikel yang berwarna hitam dihitung jumlahnya dan
fraksi luasnya
Analisa Persentase Fasa β pada
37
Metodol
Sampel (2)
ogi
Peneliti
an
Data Hasil Penelitian
dan Analisis

Desain Sampel Pedicle Screw


Hasil Karakterisasi Sampel
Hasil Pengujian Kekerasan Sampel
Hasil Pengukuran Polarisasi Sampel
38
Jenis : Monoaxial Standard Screw

39 Desain Sampel 1Panjang screw : 40 mm


Data
dan Outer diameter : 5.5 mm Cylindrical
Analisis
Inner Dameter : 3.70 mm (diukur menggunakan
jangka sorong)

Jenis inti : Conical Core

Jenis Ulir : Buttress

Sampel diterima dalam keadaan sudah dipotong


bagian ujung bawahnya. Pada kepala ulir terdapat
label yang di-imprint di permukaan implan. Label
bertuliskan merk implan (SHARMA), ukuran implan
(5.5 x 40 ), dan nomor LOT produk (LES5287)

Sampel dicoating berwarna coklat gelap dengan


Jenis : Monoaxial Standard Screw

Panjang screw : 40 mm
40 Desain Sampel 2
Data Outer diameter : 4.0 mm Cylindrical
dan
Analisis
Inner diameter : 3.75 (diukur menggunakan jangka
sorong)

Jenis Inti : Cylindrical Core

Jenis Ulir : Square Shape

Sampel diterima dalam keadaan sudah dipotong


bagian ujung bawahnya. Pada kepala ulir terdapat
label yang di-cetak berbentuk relief di permukaan
implan. Label bertuliskan merk implan (ASCO),
ukuran implan (40 mm ), nomor LOT produk
(264823) dan Reference Number (720.040).
Analisis Desain
41 Implan
Data
dan
Analisis

Hasil Pullout Strength 
Hasil Pullout Strength 
Berdasarkan Jenis Ulir
Berdasarkan Desain Ulir dan Inti
Analisis Desain
42 Implan (2)
Data
dan
Analisis

Sampel Jenis Ulir Bentuk Jenis Inti / Kode


ulir core
1 Buttress Cylindrica Conical Cy/Co
(B) l
2 Square Cylindrica Cylindrica Cy/Cy
(S) l l

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara


statistik antara jenis ulir Buttress dan Square
2. Desain implan 1 (Cy/Co) memberikan pullout
strength yang lebih besar dan signfikan di setiap
jenis densitas tulang
43 Hasil Karakterisasi Sampel
Data
dan
Analisis

Unsur Sampel 1 Sampel 2


(%mass)
Titanium 91.66 89.04
Aluminium 4.12 5.57
Vanadium 4.22 5.39
Hasil Pengujian Kekerasan
44 Sampel 1
Data
dan
Analisis

Sampel 1 Sampel 1
400
371

Kekerasan (HVN)
Kekerasan (HV)

338.67 350 f(x) =  - 0.23x + 509


322 302.33
R² = 1
300

250

200
As Receive 600 750 900 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950

Temperatur (ºC) Temperatur (ºC)


45
Data
dan
Analisis

As Receive 600 °C

750 °C 950 °C
Hasil Pengujian Kekerasan Sampel
46 2
Data
dan
Analisis

Sampel 2 Sampel 2
400

Kekerasan (HVN)
Kekerasan (HV)

371 350 f(x) =  - 0.07x + 412.67


361.67 R² = 0.97
357.33 300
349.67
250

As Receive 600 750 900 200


500 550 600 650 700 750 800 850 900 950
Temperatur (ºC) Temperatur (ºC)
47
Data
dan
Analisis

As Receive 600 °C

750 °C 950 °C
Perbandingan Perubahan Nilai Kekerasan Sampel 1 dan Sampel 2
48 400
Data
dan 380
Analisis
360 f(x) =  - 0.23x + 509
f(x) =  - 0.07x + 412.67
R² = 1
R² = 0.97
340
Kekerasan (HV)

320

300

280

260

240

220

200
500 550 600 650 700 750 800 850 900 950
Temperatur Pemanasan (ºC)
Sampel 1 Linear (Sampel 1) Sampel 2
49 Persentase Fasa β

Tabel Persentase fasa β
Persentase luas fasa β (%)
Kondisi
Sampel 1 Sampel 2
As Receive 34.089 45.795
Annealing 600º 36.917 43.820
Annealing 750º 49.093 45.579
Annealing 900º 28.933 40.919
Struktur Mikro Spesimen dengan Pemanasan
50 pada Daerah β

Sampel 2
Sampel 1

Pemanasan pada temperatur di daerah β yang dilanjutkan dengan


pendinginan di udara menghasilkan struktur mikro yang berbentuk
lamellar halus dan alpha network disekitar prior β grain boundary
Hasil Pengukuran Laju Korosi Sampel
51 pada Larutan NaCl 2.5%
Data
dan
Analisis
Perbandingan Kurva Polarisasi Sampel 1
1.5

0.5
600ºC; Furnace Cooling
Potensial (V)

0 750ºC; Furnace Cooling
-10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 900ºC; Furnace Cooling
-0.5 1050ºC; Air Cooling
As-Receive

-1

-1.5

-2

Log i (µA/cm^2)
52
Data Perbandingan Kurva Polarisasi Sampel 2
dan
Analisis 1

0.5

0 600ºC; Furnace Cooling
-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2
Potensial (V)

750ºC; Furnace Cooling
-0.5 900ºC; Furnace Cooling
1050ºC; Air Cooling
As-Receive
-1

-1.5

-2

Log i (µA/cm^2)
Laju Korosi Sampel 1 dan 2 di
53 NaCl 2.5%
Data
dan
Analisis
Perbandingan Laju Korosi Sampel 1 dan Sampel 2
2 1.72
1.8
1.6
1.4
1.2 0.88
1 0.7 0.7
0.8 0.59 0.63
Laju Korosi (mpy)

0.6 0.32 0.41


0.4 0.21 0.24
0.2
0

Spesimen

Sampel 1 Sampel 2
Analisis
54
Data
dan
Analisis
▹ Pada Sampel 1 dalam kondisi awal menunjukkan fenomena
pasivasi tetapi pada sampel 2 tidak menunjukkan fenomena
pasivasi. Disimpulkan bahwa ketahanan korosi sampel 1
lebih baik daripada sampel 2 jika tanpa perlakuan panas.
▹ Sampel 1 dalam keadaan awal, di anneal pada 900ºC, dan
sampel 2 yang di anneal pada 900ºC memiliki karakteristik
struktur mikro yang sama sehingga menunjukkan fenomena
pasivasi pada pengukuran polarisasi.
▹ Ketiga spesimen tersebut menunjukkan struktur mikro yang
terdiri atas fasa α yang lebih banyak dibandingkan dengan
spesimen lain. Hal ini yang membuat pengukuran polarisasi
menunjukkan ketiga spesimen tersebut lebih mudah
mengalami pasivasi dibandingkan spesimen lainnya
55

▹ Terjadi penurunan laju korosi saat dianneal pada 600ºC


dan semakin meningkat saat temperatur dinaikkan. Pada
sampel yang dilakukan annealing pada temperatur 1050ºC
terlihat penurunan laju korosi dibandingkan dengan semua
sampel.
▹ Penurunan laju korosi disebabkan karena karakteristik
morfologi struktur mikro masing-masing spesimen.
▹ Hipotesis yang dapat diambil dari data struktur mikro dan
laju korosi ialah tingginya laju korosi pada sampel berikut
disebabkan karena fasa β yang lebih aktif terkorosi akibat
berada pada batas butir α
Hasil Pengukuran Laju Korosi Sampel pada
56 Larutan Hank (Simulated Body Fluid)
Data
dan
Analisis

Perbandingan Hasil Polarisasi Sampel 1 
1

0.5
As Received
0
-11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 600°C; Furnace 
Potensial (mV)

Cooling
-0.5
750°C; Furnace 
-1 Cooling

900°C; Furnace 
-1.5
Cooling

-2 1050°C; Air 
Cooling
-2.5

log i (µA/cm2)
57
Data
dan
Analisis Perbandingan Kurva Polarisasi Sampel 2
1.5
Potensial (V)

0.5

0 As Receive
-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1
600C
-0.5 700C
900C
-1
1050C
-1.5

-2

-2.5

Log A (mA)
Laju Korosi Sampel 1 dan 2 di Larutan Hank
58 (Simulated Body Fluid)
Data
dan
Analisis Perbandingan Laju Korosi Sampel 1 dan 2
10
9
8
7
6
5
Laju korosi (mpy)

4
3
2
1
0
e g g g g
e iv l in l in l in l in
ec oo oo oo oo
C C C C
 -R e  e  e  ir 
As na
c
na
c
na
c ; A
ur ur ur 0 ºC
; F ; F ; F 05
C C C 1
0º 0º 0º
60 75 90

Sampel 1 Sampel 2
59 Analisis
Data
dan
Analisis

▹ Fenomena pasivasi terlihat pada Sampel 1 As-


Received, Anneal 900°C, Sampel 2 yang
dianneal 900°C
▹ Sampel 1 dalam keadaan awal, di anneal pada
900ºC, dan sampel 2 yang di anneal pada
900ºC memiliki karakteristik struktur mikro
yang sama
60
Data
dan
Analisis

▹ Laju korosi pada larutan Hank, pada sampel As-


received, didapat data yang lebih besar.
Hipotesis awal atas fenomena ini karena ion-ion
pada larutan Hank lebih kompleks daripada
larutan NaCl contohnya ion sulfat dan ion
karbonat. Hal ini juga dikarenakan temperatur
lingkungan ketika diuji polarisasi lebih tinggi
daripada larutan NaCl.
Kesimpulan dan
Saran
Kesimpulan
Saran

61
62 Kesimpulan
Kesimpula
n dan
saran
1. Material masing-masing sampel disimpulkan dari hasil
karakterisasi EDS adalah paduan titanium Ti-6Al-4V.
2. Desain Sampel 1 ialah (Cylindrical/Conical) dan
Sampel 2 ialah (Cylindrical/Cylindrical)
3. Perlakuan panas annealing pada temperatur 600ºC
menghasilkan nilai kekerasan yang paling tinggi
sebesar 371 HVN pada Sampel 1 dan Sampel 2
63 Kesimpulan (2)
Kesimpula
n dan
saran
4. Laju korosi pada larutan NaCl yang paling rendah
terdapat pada sampel yang di annealing pada
temperatur 600ºC yaitu sebesar 0.212 mpy pada
Sampel 1 dan 0.24162 pada Sampel 2.
5. Laju korosi pada larutan Hank yang paling rendah
terdapat pada sampel yang di annealing pada
temperatur 600ºC yaitu sebesar 0.091361 mpy pada
Sampel 1 dan 0.44205 pada Sampel 2.
64 Saran
Kesimpula
n dan
saran ▹ Saran berkaitan dengan studi implan dengan material
Ti-6Al-4V diantaranya:
1. Pembuatan implan pedicle screw dengan menggunakan
material Ti-6Al-4V hendaknya melewati proses
perlakuan panas annealing pada temperatur 600°C
agar mendapatkan kekerasan yang paling tinggi dan
laju korosi yang paling rendah.
2. Proses perlakuan panas sebaikanya dilakukan pada
tungku yang vakum atau tungku dengan gas inert agar
mengurangi reaksi material terhadap oksigen dari
lingkungan.
3. Proses penentuan laju korosi implan hendaknya diikuti
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai