PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktivitas pembelahan sel di dalam tubuh berlangsung secara terus
menerus dan konsisten. Ketika suatu sel mengalami replikasi, maka sel anak
(daughter cell) memperoleh satu set gen yang lengkap sehingga sel anak hasil
pembelahan tersebut memiliki kode genetik yang sama persis dengan sel
induknya. Bila ada beberapa unit gen yang hilang, maka sel tersebut akan
mengalami gangguan fungsi (malfunction) dan bahkan bisa sampai mati.
DNA polimerase yaitu suatu enzim yang berperan dalam replikasi
DNA ternyata tidak bisa menyalin seluruh panjang kromosom, ada suatu
daerah di bagian ujung kromosom (telomer) yang tidak disalin, sehingga
telomer akan menjadi semakin pendek pada sel anak, akibatnya akan
mengancam kehidupan dan proses replikasi sel. Oleh karena itu pada telomer
terdapat subunit DNA yang harus tetap dibuat untuk dapat menyalinnya agar
panjang kromosom tetap dan sel dapat bertahan untuk terus mengalami
mitosis. Keadaan ini disebut sebagai "end replication problem" dan hal ini
dapat ditangani oleh enzim telomerase. Sebuah sistem pembelahan sel juga
memiliki sebuah kelemahan yaitu panjang telomer yang semakin memendek
pada setiap kali pembelahan.
Penuaan merupakan penurunan keadaan homeostatis secara progresif
setelah fase reproduktif kehidupan tercapai sehingga menimbulkan risiko
peningkatan penyakit atau kematian. Penuaan dapat terjadi karena beberapa
faktor yakni faktor intrisik dan faktor ekstrinsik. Penuaan juga dapat terjadi
secara tidak terprogram akibat stres oksidatif atau terprogram karena
pemendekan telomere setiap kali sel membelah.
Adanya pengaruh telomer dalam proses penuaan menjadi latar
belakang paper ini. Dimana penuaan merupakan proses alamiah yang sering
kali tak diinginkan oleh sebagian orang. Melalui paper ini yang
dilatarbelakangi oleh adanya antusias masyarakat mengenai penuaan,
diharapkan mampu menambah wawasan mengenai penuaan yang dapat
disebabkan oleh pemendekan pada telomer.
1.2. Rumusan Masalah
1.4.2
2.4. Aging
Penuaan merupakan penurunan keadaan homeostatis secara progresif
setelah fase reproduktif kehidupan tercapai sehingga menimbulkan risiko
peningkatan penyakit atau kematian. Penuaan secara biologis dikaitkan dengan
usia secara kronologis, namun penuaan secara dini dapat terjadi diawal kehidupan
sebagai kegagalan dalam merawat serta memperbaiki sel dan organ karena
kerusakan DNA (deoxyribose nucleic acid). Penuaan dapat terjadi karena
beberapa faktor yakni faktor intrisik dan faktor ekstrinsik. Faktor intriksik
merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan
berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal dan ras.
Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu paparan sinar matahari yang lama dan bahan
polusi seperti merokok. Penuaan juga dapat terjadi secara tidak terprogram akibat
stres oksidatif atau terprogram karena pemendekan telomer setiap kali sel
membelah.
Renta, Cacat, Sakit
Anti
as
m
fa
n
I
i
Infamasi
Akumulasi Defek Seluler
Nutrisi
Gaya
Hidup
Stress
Lingkung
an
Sehat
si
tri
u
N
k
ru
Bu
defek seluler yang terjadi, selanjutnya akumulasi defek seluler berakibat pada
kejadian inflamasi.
Proses inflamasi yang terjadi ini merupakan respons terhadap defek
yang tidak dapat diperbaiki, dan bukan sebagai respons lini pertama terhadap
stress lingkungan. Akumulasi defek seluler pada akhirnya mengakibatkan
organisme menjadi renta, cacat dan sakit
2.5. Telomerase dan Aging
Ada sedikit bukti bahwa perubahan umum diamati pada orang yang lebih
tua, seperti anemia dan gangguan penyembuhan luka, hasil dari proliferasi sel
terganggu. Meskipun kurangnya bukti yang jelas untuk proliferasi gangguan
dalam penuaan sebenarnya ada, bukti yang baik untuk progresif pemendekan
telomere dalam berbagai jenis sel manusia, termasuk sel-sel darah putih perifer,
sel otot polos, sel endotel, sel epitel lensa, sel-sel satelit otot, dan sel
adenokortikal, antara lain. Jadi pemendekan telomer memang terjadi dalam tubuh
manusia selama penuaan.
Menurut Bachetti, Silvia dalam Ratnawati, Hanna (2002), aktivitas
telomerase pada sel normal terutama ditemukan pada sel-sel dari sistem
reproduksi karena sel-sel tersebut mempunyai daya proliferasi yang tak terbatas.
Sedangkan pada sel-sel hematopoietik ada sedikit aktivitas telomerase yang
diperlukan untuk pembentukan berbagai tipe sel darah. Pada keratinosit di kulit
dan sel-sel mukosa intestinal, aktivitas telomerasenya rendah. Juga ditemukan
aktivitas telomerase pada sel limfosit dan sel hepar. Pada masa pertumbuhan
aktivitas telomerase dapat di deteksi hampir pada semua jaringan, tetapi pada
hampir semua sel normal dewasa aktivitas telomerase direpresi. Pemendekan
telomer juga terjadi pada sel somatik normal, termasuk 'stem cell' dengan maksud
untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel somatik mempunyai program proses
penuaan.
Pemendekan telomer akibat tidak adanya aktivitas telomerase
mungkin menjadi faktor dalam menentukan beberapa hal yang berkaitan dengan
usia organ pada manusia. Reaktivasi telomerase dapat berguna dalam beberapa
bentuk terapi sel dan tidak dapat diketahui keamanan dari penggunaannya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Telomer terdapat pada bagian akhir dari setiap kromosom. Bagian ini
tersusun atas untaian pendek pengulangan dari sekuen TG-. Telomer pada
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
ed, New York, Lange Medical Books / McGraw-Hill, 2007, 322 - 347 (B2)
Morgan, Garrett. 2013. Telomerase regulation and the intimate relationship
with aging. Dovepress, research and Reports in Biochemistry 2013:3 7178
3.
Hornsby, Peter J. 2008. Telomerase and the aging process. NIH Public Access
4.
5.