Anda di halaman 1dari 6

Latihan Tugas Mandiri (LTM) 4

Kelompok HG 1

Umat Islam diperintahkan untuk bekerja mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kita dibolehkan melakukan pekerjaan apapun selama itu halal dan tidak melanggar aturan syariat.
Dalam surat al-Baqarah ayat 188, Allah SWT berfirman:

ُُ َْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ َْ َْ
‫م تأكلوا َوال‬ْ ‫م أموالك‬ ْ ‫ل بينك‬ ْ ِ ‫اط‬
ِ ‫ِبالب‬

“Danْjanganlahْsebahagianْkamuْmemakanْhartaْsebahagianْyangْlainْdiْantaraْkamuْdenganْjalanْ
yangْbathil….”

Imam al-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menjelaskan maksud ayat ini adalah larangan untuk mencari
makan dengan cara yang diharamkan dalam syariat, seperti mendapatkan makanan dengan cara
mencuri dan merampas harta orang lain.

Merujuk pada ayat ini, praktek jual-beli jabatan yang akhir-akhir ini menjadi berita populer di Indonesia
termasuk perbuatan yang diharamkan syariat, karena termasuk bagian dari suap atau sogok. Suap
adalah memberi imbalan atau bayaran tertentu kepada seseorang untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kebenaran dan berujung pada kejahatan. Dalam hal ini, suap selain bertentangan
dengan syariat, juga bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Karenanya, orang yang
melakukannya akan mendapatkan sanksi dan hukuman.

Rasulullah SAW sangat melarang praktek suap. Dalam sebuah riwayat beliau mengatakan:

‫الحكم فْ والمرتشْ الراشْ سلم و عليه هللا صىل هللا رسول لعن‬

“RasulْSawْmelaknatْpenyuapْdanْpenerimaْsuapْdalamْsuatuْpenghukuman.”ْ(HR:ْal-Tirmidzi)
Dalam riwayat yang lain disebutkan Rasul tidak hanya melaknat penyuap dan penerima suap, tetapi
orang yang menjadi perantara di antara keduanya. Rasulullah melarang praktik suap karena memiliki
dampak negatif dan bahaya besar bagi tatanan masyarakat.

Misalnya, dengan adanya praktik suap ini bisa berujung pada maraknya pemimpin dan pejabat yang
tidak kompeten dan tidak ahli di bidangnya. Mestinya orang yang menduduki jabatan tertentu mesti ahli
di bidangnya dan mengerti apa yang harus dikerjakan ketika menjabat posisi tersebut agar bermanfaat
bagi orang banyak.

Rasulullah sudah mewanti-wanti perihal ini jauh-jauh hari. Rasul mengatakan:

‫الساعة فانتظر األمانة ضيعت إذا‬، ‫قال هللا؟ رسول يا إضاعتها كيف‬: ‫الساعة فانتظر أهله غيْ إىل األمر أسند إذا‬

“Apabilaْamanahْdisepelekan,ْtunggulahْkehancuran.ْ‘Bagaimanaْbentukْpenyepeleanْituْwahai
Rasulullah?ْ‘Apabilaْsebuahْurusanْdiserahkanْkepadaْbukanْahlinya,ْtunggulahْkehancuran,’Kataْ
Rasulullah’”.ْ(HR:ْBukhari)

Badruddin al-Ayni dalam Umdatul Qari menjelaskan maksud hadis ini adalah menyerahkan posisi atau
jabatan tertentu kepada orang yang bukan ahlinya, misalnya menyerahkan jabatan mufti atau qadhi
kepada orang yang tidak mengerti hukum Islam. Apalagi kalau orang yang tidak ahli itu menduduki
jabatannya dengan cara suap, ini sangat bahaya. Badruddin al-Ayni menegaskan:

‫والرائش والمرتشْ الراشْ وسلم عليه هللا صىل هللا رسول فلعن بالرشوة الجاهل يتوىل أن العظىم فالمصيبة‬

“Musibahْterbesarْadalahْketikaْorangْbodohْmemimpinْ(menjabat)ْdenganْcaraْsuap,ْmakaْwajarْbilaْ
Rasulullahْmelaknatْpenyuap,ْpenerimaْsuap,ْdanْperantaraْkeduanya”

Bayangkan kalau jabatan yang ada di negara ini diperjual-belikan, tentu orang yang mengurus negara ini
bukan lagi orang yang kredibel dan kompeten, tapi siapa saja yang punya uang dan mampu beli jabatan,
dia bisa memperolehnya. Orang bodoh sekalipun, kalau punya uang mereka bisa menduduki jabatan
tertentu. Orang pintar yang amanah akan kalah berhadapan dengan orang bodoh yang punya uang.
Kalau ini sudah terjadi, kata Rasulullah, tunggulah kehancuran.
Hukum Membeli Jabatan adalah Haram

Allah melarang hamba Nya melakukan berbagai cara hingga mengorbankan syariat agama demi
mendapatkan sebuah jabatan, Allah telah memberikan segala sesuatu yang terbaik di waktu yang
terbaik pula, simak penyebab diharamkannya perbuatan membeli jabatan menurut islam berikut :

Bukan Perbuatan yang Amanah

Jabatan adalah salah satu aspek yang penting dimana seorang pejabat akan memiliki pengaruh terhadap
kehidupan suatu masyarakat. Pejabat atau pemimpin yang taat tentu akan menjalankan tugasnya
dengan adil dan mengajarkan kebaikan pada masyarakat yang dipimpinnya.

Orang yang beriman tentu menginginkan jabatan dengan niat semata karena Allah yaitu untuk menjadi
pemimpin yang amanah, dan mendapatkan jabatannya tersebut dengan cara yang baik pula sebab ia
menyadari jabatan dan segala hal yang berhubungan dengan duniawi hanyalah titipan Allah semata
sepertiْfirmanْNyaْdalamْQSْAtْTaghabunْayatْ15ْberikutْ“Sesungguhnyaْhartaْdanْanakْanakْmuْ
hanyalahْcobaanْbagimu”.

Termasuk Perbuatan Curang

Membeli jabatan juga termasuk perbuatan yang curang sebab seringkali digunakan dengan tujuan untuk
menipu rakyat atau orang orang yang berada dalam kekuasaannya, orang yang membeli jabatan sama
saja telah berkhianat dikarenakan minimnya rasa syukur dalam hatinya dan menyia nyiakan amanah
sehingga perbuatan tersebut akan menghilangkan keberkahan dan tidak mendapat dari ridho Nya.

Bentuk Cinta yang berlebihan terhadap Duniawi

“Danْkamuْmencintaiْhartaْdenganْkecintaanْyangْberlebihan”.ْ(QSْAlْFajrْ:ْ20).ْOrangْyangْmembeliْ
jabatan berarti menginginkan harta atau kekuasaan yang bersifat duniawi, orang tersebut merasa
senang dengan banyaknya uang atau kenikmatan dunia lainnya dan lupa bahwa jabatan tersebut
nantinya akan diminta pertanggung jawabannya di akherat kelak. Allah tidak meridhoi hamba Nya yang
bersikapْdemikian,ْ“Makaْapakahْsekiranyaْkamuْberkuasaْkamuْakanْberbuatْkerusakanْdiْْbumi?ْ
MerekaْitulahْorangْyangْdikutukْAllah”.ْ(QSْMuhammadْ:ْ22)

Rasulullah Melarang Umat nya Membeli Jabatan

Rasulullah juga mengharamkan perbuatan membeli jabatan, berikut hadist hadist nya :

Rasulullah pernah didatangi oleh dua orang kaum nya pada jaman terdahulu, mereka menghadap beliau
danْberkataْ“YaْRasulullahْangkatlahْkamiْsebagaiْpejabatmu”ْlaluْRasulullahْbersabdaْ“akuْtidakْakanْ
memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi untuk
mendapatkannya”.ْ(HRْBukhoriْ7149).

Jelas dari hadist tersebut Rasulullah melarang umat nya meminta jabatan kepada orang lain sebab orang
yang meminta jabatan menunjukkan dirinya berambisi untuk memiliki kekuasaan. Orang yang berambisi
untuk sesuatu yang bersifat duniawi tentu tidak meniatkan segala urusannya karena Allah, hal tersebut
membuat seseorang mudah terpengaruh dengan tipu daya syetan seperti menimbulkan rasa sombong
dan sifat rakus atau tamak. Sehingga akan menuju pada perbuatan perbuatan maksiat yang lainnya.

Dalamْhadistْlain,ْRasulullahْpernahْmemberiْnasehatْpadaْAbdurrahmanْbinْSamurah,ْ“Wahaiْ
Abdurrahman janganlah engkau meminta jabatan pemerintahan sebab sepenuhnya akan dibebankan
kepadamu. Namun apabila jabatan tersebut diberikan bukan karena permintaan mu engkau akan
dibantuْdalamْmelaksanakannya”.ْ(HRْBukhoriْ7174)

Orang yang mendapatkan jabatan dengan cara yang tidak dibenarkan atau dengan cara yang melanggar
syariat islam akan diremehkan oleh orang orang di sekitarnya atau orang yang berhubungan dengan
urusannya sebab mereka menyadari diaa tidak memiliki kepandaian atau kemampuan dalam urusan
tersebut, dan jabatan dimiliki karena dibeli. Ketika menghadapi kesulitan atau kekurangan dalam
jabatannya, dia akan menjadi pihak utama yang disalahkan dan orang sekitar enggan membantunya
sebab tidak ada rasa kepercayaan untuknya.

DiriwayatkanْdariْAbuْDzar,ْiaْbertanyaْpadaْRasulullah,ْ“YaْRasulullahْtidakkahْandaْberminatْ
memberikan sebuahْjabatan?”ْbeliauْmenepukْpundakْnyaْdanْbersabdaْ“kamuْseorangْyangْlemahْ
sementara jabatan adalah sebuah amanah dan sebab kesulitan dan penyesalan di hari kiamat nanti,
kecualiْorangْyangْhakْdanْmelaksanakanْsemuaْkewajiban”.
Dengan memiliki jabatan, seseorang menjadi mudah menuruti hawa nafsu berupa penghormatan,
kedudukan, dan harta, sehingga manusia mudah merasa sombong dan merasa segalanya bisa ia
dapatkan dengan kekuasaan. Orang yang memiliki jabatan harus lah yang memiliki iman yang kuat agar
mampu menggunakan jabatannya tersebut untuk kebaikan dan tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu
duniawi. Jika orang yang lemah mendapat sebuah jabatan yang dia belum memiliki kemampuan atau
kekuatan dalam urusan tersebut, tentunya akan mudah baginya menuruti hawa nafsu dan tipu daya
syetan.

Dari berbagai firman Allah hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum membeli jabatan adalah
haram, tidak dibenarkan sama sekali oleh Allah dan Rasul Nya, jika larangan ini dilanggar tentu akan
menghasilkan kemaslahatan yang besar baik itu bagi yang membeli jabatan ataupun bagi lingkungan
yang berhubungan dengan jabatan tersebut, kemaslahatan tersebut disebutkan dalam hadist dan ulama
dalam beberapa kitab berikut :

“Ambisiْuntukْmemperolehْjabatanْkepemimpinanْadalahْfaktor yang mendorong manusia untuk saling


membunuh, hingga terjadi pertumapahan darah, perampasan harta, permainan dengan wanita wanita
yangْsemuanyaْdiharamkanْolehْAllahْdanْmengakibatkanْbanyakْkerusakanْdiْmukaْbumi”.ْ(Alْ
Muhallab dalam Fathul Bari : 13/135)

Orang yang haus akan jabatan hingga mengejar jabatan tersebut dengan jalan membelinya tentu tidak
memikirkan hak orang lain sebab yang diinginkan hanya untuk kepentingan pribadinya, bukan hal yang
tidak mungkin dia akan melakukan hal hal yang dilarang oleh syariat agama hingga menimbulkan
tindakan kriminal yang melanggar hukum demi untuk memenuhi ambisinya. Setelah mendapat
ambisinya, dia akan selalu merasa kurang dengan nikmat yang diberikan Allah dan ingin mendapatkan
segala sesuatu yang lebih

Orang yang membeli jabatan, dalam perjalanannya menjalankan jabatan tersebut tidak mendapat
kemudahan dan keberkahan dari Allah, setiap orang yang terlibat di dalamnya akan mendapat laknat
Allah, mendapat kerugian baik berupa rejeki yang haram atau tidak adanya ketenangan hati, serta
menjadi sebab dilakukannya berbagai perbuatan maksiat.

Misalnya ialah orang yang mendapatkan jabatan dengan cara suap, tentu sepanjang menjalankan
jabatannya dia akan mencari uang lebih banyak lagi dengan jalan korupsi misalnya sehingga natinya
akan memberikan kerugian bagi banyak orang dan menyebabkan perbuatan maksiat. Hal ini diperjelas
dalamْfiranْAllahْberikutْ“Merekaْituْadalahْorangْyangْsukaْmendengarْberitaْbohongْdanْmemakanْ
yangْharam”ْ(QSْAlْMaidahْ:ْ42).
“Sesudahkuْnanti akan ada pemimpin yang berbuat zalim dan berdusta, siapa yang membenarkan
kedustaannya dan membantu kezalimannya maka tidak termasuk golongan dari umat ku dan aku juga
tidakْtermasukْdarinyaْdanْiaْtidakْakanْdatangْkeْtelagaْ(yangْadaْdiْsurga)”.ْ(HRْNasa’i)

Penjelasan dari hadist tersebut ialah seorang pemimpin yang berbuat zalim baik selama menjalankan
jabatannya maupun ketika mendapatkan jabatan tersebut yaitu dengan membelinya atau cara lain yang
tidak sesuai syariat islam tidak akan mendapat syafaat Rasulullah di hari kiamat nanti dan sama sekali
tidak dianggap sebagai umat nya sehingga dia tidak akan masuk surga.

Demikian telah dijelaskan bahwa hukum membeli jabatan dalam islam ialah Haram, apapun alasannya
sebuah jabatan adalah amanah yang harus diawali dengan usaha yang amanah pula, lebih baik
mensyukuri dan menerima pemberian Allah, boleh saja memperjuangkan cita cita atau ambisi yang
positif dengan niat dan cara yang positif pula. Jika memang berniat ingin memiliki suatu jabatan karena
Allah, masih banyak ikhtiar dan cara lain untuk mendapatkan niat baik tersebut sesuai cara cara yang
dihalalkan dalam syariat islam. Semoga dapat menjadi pelajaran terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai