Pengangkutan sel secara langsung hanya dipengaruhi oleh open porosity [18].
Peningkatan yang signifikan dalam penempelan dan viabilitas sel kondrosit seiring dengan
meningkatnya porositas, hal ini telah diamati pada poly-L-lactide scaffolds, in chitosan
scaffolds, poly(ε caprolactone) (PCL) scaffolds, collagen scaffolds, dan polyurethane scaffolds
[21]. Gambar Error! No text of specified style in document..2 menunjukkan irisan cross-
sectional struktur berpori.
Close pore adalah rongga terisolasi didalam matriks scaffold. Open pore memiliki pori
yang mengakses ke luar permukaan scaffold; jika pori-pori itu terhubung ke permukaan luar
lain dari scaffold maka disebut through pore, dan jika tidak, disebut dengan blind pore. Scaffold
dengan pori-pori besar tetapi blind pore atau close pore tidak akan dapat memberikan tingkat
perpindahan massa yang sama di seluruh kedalaman scaffold dibandingkan dengan scaffold
dengan pori-pori terbuka dari bahan yang sama [19].
Porositas dapat dikontrol dengan memvariasikan jumlah dan ukuran partikel garam [27].
Penelitian oleh Michele M. Nava (2016) yang menunjukkan peningkatan porositas scaffold
terjadi seiring dengan meningkatnya diameter pori scaffold, hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya ukuran pori menghasilkan peningkatan volume pori di dalam scaffold [21].
Gambar Error! No text of specified style in document..3 menunjukkan model 3D dari scaffold
dengan variasi porositas pada ukuran garam yang sama.
Gambar Error! No text of specified style in document..3 3D rendering dari analisis µCT
scaffold hasil preparasi menggunakan garam 200 µm dengan variasi porositas (A) 83%, (B)
76%, (C) 69%, (D) 62%, (E) 56% [15].
Porositas dan interkoneksi pori sangat penting untuk distribusi nutrisi di sepanjang
scaffold yang telah ditanami sel [31]. Interkoneksi pori-pori diperlukan untuk memungkinkan
pertumbuhan sel ke dalam interior scaffold [16]. Meskipun difusi nutrisi dapat terjadi melalui
beberapa material scaffold, perpindahan massa dari nutrisi dan spesies vital lainnya juga terjadi
dengan fluid flow melalui pori yang saling interkoneksi [19]. Pengangkutan materi dan migrasi
sel akan terhambat jika pori-pori tidak saling berhubungan (interconnected) meski porositas
matriksnya tinggi [17].
Studi terbaru menunjukkan bahwa peningkatan migrasi sel dan pertumbuhan sel osteoid
disebabkan oleh pori-pori yang saling berhubungan (interconnected pores) (Hollister, 2005;
Mastrogiacomo et al., 2006; Brown et al., 2008), dan saluran (channel) pada pori-pori penting
untuk pengangkutan massa ke dalam interior scaffold selama regenerasi jaringan in vitro
(Karageorgiou dan Kaplan, 2005; Janssen et al., 2006) [32]. Penelitian Jie Fan, dkk. (2013)
menunjukkan peningkatan interkoneksi pori seiring dengan peningkatan porositas, karena
semakin tinggi porositas, maka semakin besar volume pori dalam scaffold, sehingga semakin
tinggi pori yang saling interkoneksi [32]. Pada porositas yang rendah dengan volume pori yang
rendah, interkoneksi pori yang dihasilkan tidak dapat menghubungkan pori-pori besar [33].
Gambar Error! No text of specified style in document..6 menunjukkan hasil SEM dari scaffold
yang memperlihatkan adanya interkonektivitas pori.
Gambar Error! No text of specified style in document..6 Hasil SEM dari scaffold, lingkaran
merah menunjukkan pori interkoneksi [34].
Hasil penelitian Fergal J. O'Brien, dkk. (2005) pada scaffold collagen-GAG menunjukkan
scaffold dengan ukuran pori rata-rata terkecil (95,9 µm) memiliki luas permukaan spesifik
terbesar 0,00733 μm-1, sedangkan scaffold dengan diameter pori terbesar (150,5 µm) memiliki
luas permukaan spesifik terkecil 0,00469 μm-1. Persentase sel-sel yang tetap menempel pada
scaffold menunjukkan hubungan linier terhadap luas permukaan spesifik, semakin besar luas
permukaan spesifik maka sel-sel yang menempel semakin banyak [22]. Sedangkan pada
penelitian selanjutnya (2010) pada collagen glycosaminoglycan scaffolds menunjukkan
hubungan antara luas permukaan spesifik dengan persentase sel-sel yang tetap menempel tidak
linear, namun jumlah sel menempel tertinggi ditemukan pada scaffold dengan luas permukaan
spesifik 0,0022 μm-1. Scaffold ini secara signifikan memiliki jumlah sel menempel yang lebih
tinggi daripada semua scaffold dengan luas permukaan spesifik yang lebih tinggi lainnya
(0,0038, 0,0044, 0,0060, dan 0,0084 μm-1) [23].
Secara umum, ukuran pori ideal bergantung tipe sel dan harus cukup besar untuk
memungkinkan migrasi sel melalui struktur scaffold, tapi cukup kecil untuk memberikan luas
permukaan spesifik yang tinggi, memungkinkan sel untuk menempel secara efisien ke dinding
pori [18]. Penelitian Fergal J. O’Brien, dkk. (2005) menunjukkan luas permukaan spesifik
scaffold menurun dengan meningkatnya ukuran pori, karena semakin meningkatnya ukuran
pori menghasilkan luas permukaan yang semakin rendah [22][36]. Gambar Error! No text of
specified style in document..7 menunjukkan hubungan antara ukuran pori scaffold terhadap
luas permukaan scaffold.
Gambar Error! No text of specified style in document..7 Model geometri scaffold, pengaruh
ukuran pori terhadap luas permukaan spesifik scaffold, dimana ukuran pori A<B<C<D [37].
Tidak seperti porositas, ukuran pori, dan sejumlah parameter struktural lain,
permeabilitas mendefinisikan sifat fisik dari pengangkutan/transport massa, yang berhubungan
erat dengan efek sifat desain struktural pada pengangkutan/transport fluida yang masuk dan
keluar dari sebuah konstruksi [36]. Permeabilitas merupakan fungsi dari tingkat porositas dan
arsitektur pori, khususnya konektivitas pori [20]. Permeabilitas scaffold didefinisikan oleh
kombinasi lima parameter penting: (1) porositas, (2) ukuran dan distribusi pori, (3)
interkonektivitas pori (atau tortuosity), (4) ukurann dan distribusi fenestration (interkoneksi
pori), dan (5) orientasi pori [35]. Menurut Jie Fan, dkk (2013) permeabilitas meningkat seiring
dengan peningkatan porositas dan interkonektivitas scaffold, hal ini dikarenakan pada
porositas dan interkonektivitas yang semakin tinggi, menyediakan ruang untuk fluida mengalir
lebih tinggi [32]. Penelitian Fergal J. O’Brien, dkk. (2007) menunjukkan luas permukaan
spesifik scaffold yang semakin tinggi memberikan semakin besar efek gesekan pada fluida, hal
ini dapat menghambat aliran fluida, sehingga permeabilitas semakin rendah [35]. Scaffold
dengan ukuran pori dan porositas yang sama memiliki permeabilitas yang berbeda karena
bentuk pori random, interkoneksi pori dan tortuosity [32]. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Error! No text of specified style in document..8.
Gambar Error! No text of specified style in document..8 Sketsa cross-section dua scaffold
dengan porositas yang sama tetapi permeabilitas yang berbeda. Permeabilitas scaffold (a)
secara signifikan lebih rendah daripada (b) karena tahanan/resistensi yang lebih tinggi dari
pori-pori dengan koneksi sempit, zigzag, dan jalur yang tidak langsung [32].