Anda di halaman 1dari 69

STEP 1

STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sendi?
Kulit
Trauma apa yang terjadi pada scenario?
Mengapa kakinya tampak bengkak?
Mengapa kulit Sandi terkelupas? Apa yang terjadi?
Cedera pergelangan kaki?
Mekanisme pemeriksaan rontgen dan mengapa posisi kaki diubah-ubah?

STEP 3
1. Sendi adalah pertemuan 2 buah tulang yang diliputi oleh jaringan
Macam sendi :

Sendi mati (Sinartrosis)


1. Tak bisa digerakkan
2. Ujung2 tulang dihubungkan oleh serabut jaringan ikat, & terjadi osifikasi
3. Contoh : hubungan antartulang tengkorak (sutura)

Sendi kaku (Amfiartrosis)


1. Masih bisa bergerak, namun sangat terbatas
2. Contoh : Hubungan antarruas tulang belakang, antartulang gelang
panggung, & hubungan tulang rusuk dan tulang dada

Sendi gerak (Diartrosis)


1. Dapat bergerak
1

2. Terdiri dari bonggol sendi, tulang rawan sendi, & mangkuk sendi.
3. Mangkuk sendi berisi cairan sendi (minyak sinovial) yg berfungsi sbg
minyak pelumas.
Pembagian sendi berdasarkan arah geraknya :

Sendi peluru, Contoh : Hubungan antara tulang lengan atas dgn tulang belikat &
antara tulang paha dgn tulang pinggul.

Sendi engsel, Contoh : Hubungan antartulang pada lutut, siku, & ruas jari

Sendi putar, Contoh : Hubungan antartulang atlas dgn tulang pemutar & tulang
pengumpil

Sendi pelana, Contoh : Hubungan antara tulang2 telapak tangan dgn tulang ruas
jari tangan

Sendi geser, Contoh : Hubungan antara tulang pergelangan tangan & kaki

2. Kulit
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam:
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
2

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia
dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
3

kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di


dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan


shearing forces dan respon inflamasi

Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.

1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
- Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu
bata di permukaan kulit.

- Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
- Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
- Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
- Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian
ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin
dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida.
Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat
diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut
lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan
antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi
lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum
dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan
campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan
cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya
lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana
untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil
pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
keringat merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif
pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar
keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga selsel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel
rambut lalu ke permukaan luar.

- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi
dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan
dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)


Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua
cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada
saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari
tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi
pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah
hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus
gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih
tetap diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang
sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya
yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu
seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan
ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau
terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini
terutama dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF).

Efek penuaan pada kulit


Usia yang menginjak 40 tahun akan memberi gambaran penuaan berupa perubahanperubahan tertentu pada kulit. Kebanyakan perubahan tersebut terjadi di lapisan
dermis.
- Fibroblas, yang memproduksi serat kolagen dan elastin, akan mengalami penurunan
jumlah dalam proses penuaan. Serat kolagen menjadi berkurang, mengeras, dan terurai
ke dalam bentuk yang tidak beraturan. Sedangkan serat elastin menjadi kehilangan
elastisitasnya, menebal dan robek. Sehingga kulit pada penuaan akan menghasilkan
gambaran celah yang disebut sebagai kerut.
- Sel-sel Langerhans akan berkurang jumlahnya dan makrofag menjadi kurang aktif
sehingga menurunkan aktifitas imun pada kulit.
- Produksi keringat berkurang dan kelenjar sebasea akan mengecil sehingga produksi
sebum akan berkurang menyebabkan kulit menjadi kering dan lebih rentan terhadap
infeksi (karena mantel asam tidak efektif).
- Melanosit fungsional akan berkurang sehingga menyebabkan rambut berwarna putih
(uban) dan pigmentasi yang atipikal. Sedangkan beberapa melanosit lain akan
mengalami pembesaran dan menghasilkan ruam-ruam pigmen.
- Dinding pembuluh darah dermis menjadi lebih tebal dan kurang permeabel.
- Jaringan lemak adiposa menjadi longgar.
- Proses migrasi sel basal menjadi sel permukaan berjalan lebih lambat, sehingga
penyembuhan apabila ada cedera juga menjadi lama.

Proses perbaikan pada kulit yang cedera


Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki
jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis
untuk cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila
cedera tidak hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan
dermis dan subkutan.

1. Penyembuhan epidermis
Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis.
Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang
mengisi daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini
diperantarai oleh EGF (epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal
berproliferasi dan menyebabkan penebalan epidermis yang rusak.

2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis
dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja,
maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis.
Selain itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan
kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:
- Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang
meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta
rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu
pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah
yang terpisah akibat cedera.
10

- Fase migratorik
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut.
Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera.
- Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi
fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.
- Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan
jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih
tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain


Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi,
kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem
tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh
yang lain dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas
fisiologis kulit selalu terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain.
1. Sistem skeletal
- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium
dan fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan
memelihara tulang.
- Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.

11

2. Sistem muskular
- Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium
yang berguna untuk kontraksi otot.
- Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.

3. Sistem saraf
- Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu,
dan nyeri.
- Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk
termoregulasi.
- Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan
rambut.

4. Sistem endokrin
- Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah
hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.
- Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.
- Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak
di adiposit.

5. Sistem kardiovaskular

12

- Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular


(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.
- Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon
dan sel-sel imun.
- Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.
- Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.
6. Sistem limfatik dan imunologi
- Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan
sekret kimia untuk menghalau penetrasi mikroba.
- Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan dalam imunologi dengan cara
pengenalan antigen terhadap agen asing.
- Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit.
- Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan
memobilisasi limfosit.

7. Sistem pernapasan
- Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.
- Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.
- Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi
karbondioksida.

8. Sistem pencernaan

13

- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium


dan fosfor di saluran cerna.
- Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.

9. Sistem saluran kemih


- Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi
calcitriol
- Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam
menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

10. Sistem reproduksi


- Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan
berkontribusi terhadap kepuasan seksual.
- Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan
menyebabkan keluarnya ASI.
- Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.
- Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan
fetus.
- Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan
perkembangan kelenjar payudara.

3. Dislokasi
14

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).
Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di
sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena
sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.
Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic :

15

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari
jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan
system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang

16

Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas korteks tulang, tulang rawan, dan epifisis.
Dislokasi adalah bergesernya atau keluarnya bonggol sendi dari kapsul sendi. Fraktur
dan dislokasi secara klinis terlihat gejala berupa adanya deformitas, gerak abnormal,
dan nyeri pada ekstremitas
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya hubungan luka dengan
lingkungan luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Pada fraktur terbuka, yaitu
tulang yang patah mencuatkeluar melalui luka yang terbuka, tindakan pertolongan
harus lebih hati-hati. Karena selain bahaya infeksi, gerakan tulang yang patah itu dapat
melukai pembuluh-pembuluh darah sekitarnya sehingga terjadi perdarahan baru.

Fraktur tertutup

Fraktur terbuka

4. Cedera muskuloskeletal melibatkan sistem imun sehingga terjadi respon inflamasi


sehingga terjadi bengkak
Proses penyembuhan luka ada 3 fase yaitu:
a. fase inflamasi
b. fase prolifrerasi
c. fase penyudahan
5. Karena terjadi lecet atau ekskoriasi

17

6. Cedera pergelangan kaki yaitu robekan ligamentum (sprain) dan fraktur pada
pergelangan kaki
7. Rontgen konvensional
Posisi AP, lateral, obliq
3 bentuk pemeriksaan AP, lateral, montiseview

STEP 4
1. Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas
tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis
persendian yang diperantarainya.

Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan


tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang lunak
dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong,
terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini
dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial
untuk meminyaki sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh
ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuatkuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda
yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan
sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar
rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

18

Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80%
air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan
rawan sendi elastis

Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan
terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan
sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan

Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti
enzim.

. Fisiologi Sendi
Klasifikasi Sendi
Secara struktural :
1. Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.
2. Persendian kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan kartilago.
3. Persendian sinovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan kapsul dan ligament artikular yang membukuskan.

Menurut fungsinya :
1. Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
Sendi jenis ini antara lain adalah :
a. Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya
ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh: sutura sagital dan parietal.

19

b. Sinkondrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago


hialin. Contoh: lempeng epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang
panjang anak.

2. Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas)


Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan kompresi.
Sendi jenis ini antara lain adalah:
a. Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago,
yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadi sedikit gerakan. Contoh:
simpisis pubis
b. Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan
serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh: ditemukan pada tulang yang bersisihan
seperti radius dan ulna, serta tibia dan fibula
c. Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam
kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada tulang rahang

3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi synovial
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinofial.

Klasifikasi persendian synovial terdiri dari:


a. Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga
berbentuk cangkir pada tulang lain.
Contoh: sendi panggul dan bahu

b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan
konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah.
20

Contoh: sendi lutut dan siku.

c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan
dapat berputar kesemua arah.
Contoh: tulang atas, persendian bagian kepala

d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah
disudut kanan setiap tulang.
Contoh: sendi antara tulang radius dan tulang karpal

e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan
konkaf pada sisi lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang
saling menyatu. Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah
persendian antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.
f. Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan
tulang yang lainnya. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksia.
Misalnya: Persendian intervertebra, dan persendian antara tulang-tulang karpa dan
tulang-tulang tarsal.

Struktur sendi sinovial


Sendi sinovial tersusun atas:
Tulang rawan sendi
Tersusun atas tulang rawan hialin yang berfungsi untuk melindungi tulang dari
benturan dan meredam tekanan.
Rongga sendi
21

Tempat cairan sinovial


Kapsul sendi
Cairan sinovial
Cairan sinovial berasal dari filtrasi darah yang disekresikan fibroblast dalam membrane
sinovial, cairan ini berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah gerakan .
Reinforcing ligament
Beberapa persendian sinovial menguat dan mengeras oleh ligament yang menutupinya.
Berfungsi untuk mempertebal kapsul sendi, reinforcing ligament terbagi menjadi dua
yaitu extracapsular ligament yang berada di luar kapsul sendi dan intracapsularligamen
yang berada di dalam.
Syaraf
Syaraf akan mendeteksi rasa nyeri pada persendian dan memonitor peregangan pada
sendi.
Pembuluh darah
Supli pembuluh darah untuk membentuk cairan sinovial. ( Sloane , 2003 )
Fungsi sendi
1.

mempermudah gerakan antara kedua ujung-ujung tulang

2.

berperan dalam pertumbuhan tulang ke arah memanjang ( Sloane, 2003 )

Gangguan Persendian
1. Artitis (inflamasi sendi)
a. osteoartritis konsekuensi alami menjadi tua
kartilago artikular menjadi aus
sendi menjadi kasar, kaku, dan nyeri
b. artritis reumatoid : merupakan penyakit autoimun (sistem imum keliru
mengarahkan kemampuan destruktifnya pada bagian tubuh). Menyebabkan
ketidakmampuan berjalan / bergerak
22

c. artritis gouti : disebabkan karena penumpukanasam urat.


d. artritis infeksius : peradangan dalam persendian.
2. Terkilir : merupakan cedera sendi yang disebabkan karena perenggangan ligamen /
tendon.
3. Dislokasi / luksasi : disebabkan karena kesalahan letak permukaan artikulasi suatu
persendian.
4. Bursitis : merupakan peradangan pada bursa yang menyatu dengan sendi yang terjadi
akibat ekskresi sendi yang berlebihan / infeksi.
2. Anatomi dan histologi kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian
medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.

23

Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum
granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang
mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin.
Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
pembuluh getah bening.

Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat
sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan

24

faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.


Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut
kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
25

tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang
kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya
satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah
tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba
karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui
keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol
dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan
aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

Fungsi kulit
26

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
- Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
- Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
- Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
- Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,
sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
- Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada
sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans.

2. Fungsi absorpsi

27

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti
aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan
lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus
arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel
rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih

28

banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan
protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada
usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat
apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel
yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin.
Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar.
- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya
berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan
cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida
kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier
yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

29

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua


cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat
suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya,
pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit
pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah
hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal
ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang,
mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami
keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja

30

mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini
memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila
kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan
membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh hormon
epidermal growth factor (EPF).

Efek penuaan pada kulit


Usia yang menginjak 40 tahun akan memberi gambaran penuaan berupa perubahanperubahan tertentu pada kulit. Kebanyakan perubahan tersebut terjadi di lapisan dermis.
- Fibroblas, yang memproduksi serat kolagen dan elastin, akan mengalami penurunan
jumlah dalam proses penuaan. Serat kolagen menjadi berkurang, mengeras, dan terurai ke
dalam bentuk yang tidak beraturan. Sedangkan serat elastin menjadi kehilangan
elastisitasnya, menebal dan robek. Sehingga kulit pada penuaan akan menghasilkan
gambaran celah yang disebut sebagai kerut.
- Sel-sel Langerhans akan berkurang jumlahnya dan makrofag menjadi kurang aktif
sehingga menurunkan aktifitas imun pada kulit.
- Produksi keringat berkurang dan kelenjar sebasea akan mengecil sehingga produksi
sebum akan berkurang menyebabkan kulit menjadi kering dan lebih rentan terhadap
infeksi (karena mantel asam tidak efektif).
- Melanosit fungsional akan berkurang sehingga menyebabkan rambut berwarna putih
(uban) dan pigmentasi yang atipikal. Sedangkan beberapa melanosit lain akan mengalami
pembesaran dan menghasilkan ruam-ruam pigmen.
- Dinding pembuluh darah dermis menjadi lebih tebal dan kurang permeabel.
- Jaringan lemak adiposa menjadi longgar.
- Proses migrasi sel basal menjadi sel permukaan berjalan lebih lambat, sehingga
penyembuhan apabila ada cedera juga menjadi lama.

31

Proses perbaikan pada kulit yang cedera


Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki
jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk
cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera
tidak hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan
subkutan.
1. Penyembuhan epidermis
Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis. Sel-sel
basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi daerah
yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh EGF
(epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan
menyebabkan penebalan epidermis yang rusak.
2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis dan
subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja, maka
proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain itu,
terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi
fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:
- Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang
meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta
rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu pada
fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah yang terpisah
akibat cedera.
- Fase migratorik

32

Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga
akan terbentuk keropeng di daerah cedera.
- Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi
fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.
- Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan jaringan
sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas
berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain


Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi,
kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem
tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh yang
lain dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit
selalu terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain.

1. Sistem skeletal
- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan memelihara
tulang.
- Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.

33

2. Sistem muskular
- Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang
berguna untuk kontraksi otot.
- Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.

3. Sistem saraf
- Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan
nyeri.
- Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk termoregulasi.
- Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan rambut.

4. Sistem endokrin
- Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah
hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.
- Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.
- Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak di
adiposit.

5. Sistem kardiovaskular
- Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular
(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.
34

- Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan


sel-sel imun.
- Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.
- Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.

6. Sistem limfatik dan imunologi


- Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan
sekret kimia untuk menghalau penetrasi mikroba.
- Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan dalam imunologi dengan cara pengenalan
antigen terhadap agen asing.
- Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit.
- Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan
memobilisasi limfosit.

7. Sistem pernapasan
- Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.
- Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.
- Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi
karbondioksida.

8. Sistem pencernaan

35

- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna.
- Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.

9. Sistem saluran kemih


- Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi
calcitriol
- Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam
menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

10. Sistem reproduksi


- Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan berkontribusi
terhadap kepuasan seksual.
- Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan
menyebabkan keluarnya ASI.
- Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.
- Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan fetus.
- Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan perkembangan
kelenjar payudara.

3.

Dislokasi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).

36

Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu


kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai
luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami
dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamenligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi
karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya
dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi.
37

2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.

Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke
bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir
selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

38

Manifestasi Klinis
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan
menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak
terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
Pemeriksaan Diagnostik
Dengan cara pemeriksaan Sinar X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior
akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa
Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
Komplikasi
Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid
dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot

Penatalaksanaan
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.

39

Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
4. Kakinya benkak karena proses inflamasi
5. Kaki Sandi tekelupas karena adanya luka
6. Cedera pergelangan kaki
1) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) sprain adalah cedera pada ligamentum,
cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh
(1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya
robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak
atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya
beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi
lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

40

c) Sprain Tingkat III


Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya
terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah
dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan
terdapat gerakangerakan yang abnormal.

2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) strain adalah kerusakan pada suatu bagian
otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang
berlebihan. Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain
dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai
terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus.
Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo
tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau
diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) otot merupakan urat yang keras atau
jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh.
Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang

41

paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang
memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga
renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan
tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada
cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan
dengan metode RICE. Artinya:
a. R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
b. I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
c. C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang
elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
d. E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard
menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
a. Sprain/strain tingkat satu (first degree).
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut
diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
b. Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping
itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut
tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.

c. Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).


Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya
STEP 5
Penentuan LO
STEP 6
42

7. STEP 7 LO
1. Sendi
Persendian adalah hubungan antar tulang (artikulasi).
Membran sinovial (selaput sendi) adalah : selaput yang membungkus ujung-ujung
tulang yang membentuk persendian. Selaput ini menghasilkan minyak sinovial
yang berguna sebagai pelumas sendi.
Artikulasi terbagi atas 3 bentuk yaitu :
1) Sinartrosis yaitu hubungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan.
Sinkondrosis =kedua ujung tulang dihubungkan dengan kartilago.
Sinfibrosis = kedua ujung tulang dihubungkan dengan serabut.
2) Amfiartrosis yaitu hubungan yang memungkinkan terjadinya gerak yang
terbatas, contoh : hubungan tulang rusuk dan tulang belakang.
3) Diartrosis yaitu hubungan yang memungkinkan adanya gerakan yang cukup
besar. Contohnya :
Senndi peluru (Endartrosis) : ujung tulang yang satu berbentuk
bonggol masuk ke tulang lain yang berbentuk cekungan.

Contoh : gelang pinggul.


Sendi engsel (Gynglumus) : ujung tulang yang bergerak membentuk

lekukan. Contoh : siku, lutut.


Sendi putar (Trokoidea) : ujung rulang yang satu mengitari ujung

rulang lain. Contoh : sendi antara hasta dan pengumpil


Sendi pelana (Sellaris) : kedua ujung tulang membentuk seperti

pelana. Contoh : sendi pada tulang ibu jari dengan telapak tangan.
Sendi ovoid (Ellipsoidea) : kedua ujung tulang berbentuk oval.
Contoh : pergelangan tangan.

2. Kulit
Epidermis

Paling luar, ketebalan < 1 mm

Dibagi menjadi 5 lapisan : Stratum corneum, Stratum lusidum, Stratum


granulosum, Stratum spinosum, Stratum basale

sel utama yang berdiferensiasi adalah keratinosit > keratin (suatu protein fibrosa)

Proses migrasi sel epidermis > 28 hari

> melanosit > melanosoma > melanin

dermis

Terdiri dari serabut kolagen elastin dan retikulin kulit kuat dan lentur
43

Mempunyai pembuluh darah dan saraf

Terdapat limposit, histiosit, sel mast, leukosit

Adneksa: rambut, kuku kel ekrin, sebasea dan apokrin

Lemak subkutan

Isolasi suhu dan penyimpanan energi

Daya tarik sexual

Kelenjar keringat, kecuali telinga

Kelenjar sebasea; di dada, wajah, punggung aktivitasnya diatur oleh homon

Fisiologi kulit

Dapat dilihat, diraba, menjamin kelangsungan hidup

Menyokong penampilan dan kepribadian

Mempunyai arti estetik, ras

Komunikasi non verbal

Fungsi kulit

Proteksi

Absorpsi

Ekskresi

Persepsi sensori ( Tekanan; pacini , Panas; rufini , Dingin; krause , Raba; taktil
meisner )

Pengaturan suhu tubuh

Membentuk figmen

Proses keratinisasi

Pembentukan vit D

Kelenjar sekitar kulit


44

Kelenjar keringat (kelenjar sudorifera)


Terdiri dari :

Kelenjar erekrin (Kecil, dangkal , bermuara di permukaan kulit, sekret


encer 1,5 lt/24 jam, pada udara panas/kering 6 lt/24 jam. Sekresi

dipengaruhi stress emosional, panas, sara simpatis)


Kelenjar apokrin (Letak lebih dalam, sekresi kental, terdapat pada axila,
areola mamae, pubis)

Kelenajr sebasea
Terdapat di permukaan kulit, kecuali telapak tangan dan kaki. Terletak di samping
akar rambut, muara pada folikel rambut. Sekresi sebum dipengaruhi hormon
androgen, pada remaja meningkat, pada menopause dan manula menurun.

rambut

Fungsi: memberi lapisan lemak pada kulit, kuku, rambut, menahan evaporasi

Struktur keratin, 100.000 folikel rambut di kepala, N : 100-150 rambut gugur/hr

Warna ditentukan oleh kuantitas melanin, bila putih ada kegagalan membentuk
melanin

Siklus pertumbuhan rambut; fase pertumbuhan, atropi, istirahat(rontok)

Stressor lokal dan sistemik ditunjukkan dengan kerontokan

Kuku

Bagian terminal lapisan tanduk yang menebal (stratun corneum).

Terdiri atas; akar kuku (bagian yang terbenam di dalam kulit jari), badan kuku;
bagian atas jaringan lunak ujung jari

Tumbuh 1 mm/mg, kontinue selama hidup

Fungsi melindungi jaringan dengan khususnya rabaan halus ujung jari

45

3. Dislokasi
Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta
Kedokteran, 2000).
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen ligmennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan
harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu
dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke
rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.
Penyebab Dislokasi
1. Trauma
Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
2. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada
keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik
tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian
kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi).
Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini
mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar
X, karena tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik.
Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika
kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan
diperlukan pembedahan.
3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang
Tanda dan Gejala
1. Deformitas pada persendiaanKalau sebuah tulang diraba secara sering akan
terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakanOtot otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas.

46

4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
5. Nyeri
Berdasarkan mekanismenya, nyeri dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronik dan
nyeri kanker. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya
berlangsung beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama
inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor
(pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi
jaringan).
Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya lama atau
merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih berlangsung meskipun
kerusakan jaringan sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri
akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri
berlangsung terus- menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana
kanker tidak ditangani.
Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi: nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri
berat. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi
dengan baik. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang.
Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi
depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi,
saraf sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis
disebut sebagai neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis
ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang
menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron penerima ketiga.
Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis atau supraspinal.

47

Modulasi ini dapat menghambat atau memberi fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat
dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas.
Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons
neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan
hormon katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa
hipertensi, takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon
dioksida meningkat), tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat
(ileus, retensi urin).
Skala nyeri, pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program
pengobatan nyeri setelah pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macammacam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar, skala analog visual.
Secara sederhana nyeri setelah pembedahan pada pasien sadar dapat langsung
ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikatagorikan sebagai: tidak
nyeri (none), nyeri ringan (mild, slight), nyeri sedang (moderate), nyeri berat
(severe) dan sangat nyeri (very severe, intolerable).
Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk
mengatasi nyeri ringan digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi
nyeri sedang digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan
golongan opioid lemah dan untuk mengatasi nyeri berat digunakan obat anti
inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat. Selain pengobatan
diatas kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat sedatif bila
nyeri disertai stress, pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai
blok anestesi. Untuk masyarakat umun bila mengalami nyeri disarankan untuk
segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sesuai dengan
masalah nyeri yang dialami.
Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal,
sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering
digunakan dan paling digemari ialah intramuscular opioid. Metoda regional
misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal opioid. Kadang- kadang
digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai
misalnya pada sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi)
48

Begitu pentingnya pengetahuan nyeri, maka saat ini nyeri merupakan tanda vital
kelima, setelah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.
6. Penegakan diagnosis dislokasi
1) Anamnesis (didapatkan riwayat terkena trauma dan mekanisme trauma
yang sesuai dengan dislokasi)
2) Pemeriksaan fisik (look , feel , move)
3) Pemeriksaan penunjang : radiologi (foto rontgen)
7. Penatalaksanaan dislokasi
o Lakukan reposisi segera.
o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi,
misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok),
sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat
penenang misalnya valium.
o Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.

Tindakan Pada Dislokasi


1. Dengan memanipulasi secara hati hati, permukaan diluruskan kembali. Tindakan
ini sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot otonya.
2. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak terjepit
di antara permukaan sendi.
3. Persendian tersebut, disangga dengan pembebatan dengan gips. Misalnya : pada
sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang
teregang.
4. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latcher
(exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi
yang penuh khususnya pada sendi bahu.

Dampak Masalah

49

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka
tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme
pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap
kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh
terhadap keluarga klien.
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana
Kesehatan Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan masuk
Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan
tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme.
Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami gangguan kecuali
apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat
menyebabkan klien antreksia.
3. Pola Aktifitas dan Latihan
Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan mempengaruhi
gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami
mungkin untuk dilakukan latihan rentang gerak baik aktif maupun pasif.
4. Pola Tidur dan istirahat
Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien pemasangan traksi
dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan pemasangan juga di
sebabkan adanya traksi.
5. Pola Perceptual dan Kognitif
Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan dan pembentukan
atau penyambungan sendi kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga
dalam tahap tahap perawatan perlu kata penatalaksanaan yang kompraktif.
6. Pola Defekasi dan Miksi
Klien kadang kadang masih dalam perawatan di rumah sakit membatasi makan
dan minum, hal ini dikarenakan adanya immobilisasi pemasangan traksi yang
mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas
sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
7. Pola Seksual dan Repraduksi
Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan mempengaruhi pola
kebutuhan seksualitas, di samping klien harus menjaga agar daerah traksi
50

seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan
klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.
8. Pola Hubungan
Peran Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien
seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu satunya orang yang mencari
nafkah bagi keluarganya.
9. Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang
mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu
beraktifitas seperti biasa.
10. ImmobilisasiUntuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan.
Komplikasi
1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
o Fraktur.
o Kontraktur.
o Trauma jaringan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
o Dekubitus
o Kongesti paru dan pneumonia
o Konstipasi
o Anoreksia
o Stasis dan infeksi kemih
o Trombosis vena dalam

Contoh Cedera, Dislokasi, dan Fraktur


51

Perhatian

Walaupun cedera tulang pada tungkai bawah terlihat serius, kasus tersebut sering
tidak mengancam nyawa dan termasuk dalam secondary survey pada pasien
trauma.

Semua dislokasi biasanya bukan merupakan kasus serius dan hanya membutuhkan
analgesik yang adekuat, kecuali pada 3 kasus sbb, yang membutuhkan reduksi
secepatnya:
1. Dislokasi lutut (karena popliteal artery compromise)
2. dislokasi pergelangan kaki (karena nekrosis kulit)
3. Dislokasi panggul (karena avaskular nekrosis panggul)

Untuk semua dislokasi sendi yang membutuhkan manipulasi dan reduksi pada ED,
jangan berikan opioids IM, namun berikan secara IV. Karena opioid yang diberikan
lewat IM absorbsinya baik. Sehingga ketika dibutuhkan conscious sedation,
seseorang harus memastikan dosis efek penghilang nyerinya. Hal ini akan
menyebabkan supresi pernafasan dan hipotensi ketika dosis total opioid IM
diabsorbsi ke dalam sirkulasi.

Dislokasi Panggul

Mekanisme cedera
1. Dashboard injury
Catatan : hal ini terjadi karena simultannya fraktur patella, fraktur femoral shaft
dan dislokasi panggul posterior.
2. jatuh bertumpu pada kaki menyebabkan dislokasi panggul posterior jika kaki
mengalami fleksi dan adduksi pada pangkal paha, dislokasi anterior terjadi jika
pangkal paha terlalu abduksi dan dislokasi sentral terjadi jika femur berada
pada posisi antara abduksi atau adduksi.
3. jatuh dengan berat badan bertumpu saat kaki sedang melebar/terbuka, lutut
lurus dan punggung membungkuk ke depan menyebabkan anterior hip
dislocation.
4. melakukan split menyebabkan dislokasi panggul anterior.
52

5. jatuh pada satu sisi menyebabkan dislokasi panggul sentral.

Manifestasi klinis
1. dislokasi panggul posterior : panggul fleksi ringan, adduksi dan rotasi ke dalam,
kaki terlihat lebih pendek, femoral head terpalpasi pada bokong.
2. Dislokasi panggul anterior : panggul fleksi ringan, abduksi dan rotasi ke luar,
tonjolan dislocated head di bagian anterior terlihat dari arah samping.
3. Dislokasi panggul sentral : kaki dalam posisi yang normal, nyeri tekan pada
trochanter dan pangkal paha, serta masih terdapat gerakan yang kecil/terbatas.

X Ray : foto AP yang menunjukkan pelvis, serta lateral view yang menunjukkan
pangkal paha yang terlibat.

Catatan: sangat penting untuk diingat bahwa pada semua nyeri pangkal paha, harus
difoto AP pelvis, serta lateral view dari pangkal paha yang terlibat untuk alasan
sbb:
1. fraktur ramus pubis dapat muncul dengan nyeri pada panggul. Hal ini bisa
terlewatkan apabila hanya melakukan foto AP dari pangkal paha yang terkena,
bukan AP pelvis.
2. AP pelvis memberikan kesempatan untuk membandingkan shentons line pada
kedua sisi serta membantu mencari abnormalitas yang lain.

Komplikasi
1. Foot drop dari sciatic nerve yang terlibat dalam dislokasi pangkal paha
posterior.
2. Paralisis nervus femoralis dan kompresi arteri femoralis pada dislokasi pangkal
paha anterior.

Terapi/penempatan
1. analgesic dengan narkotik melalui IV dan bukan IM sebelum X ray.
2. Reduksi secepatnya dibawah sedasi yang sadar pada ED.
3. Periksa X ray setelah reduksi dan MRS untuk pemasangan traksi
4. jika tidak dapat direduksi, MRS untuk reduksi dibawah general anestesi.
53

Fraktur Femoral Neck dan Fraktur Trochanter

Mekanisme trauma : bisaanya pada lansia yang jatuh

Manifetasi klinis :
1. tidak mampu menahan berat badan setelah jatuh, disertai atau tanpa nyeri pada
pangkal paha.
2. rotasi eksternal dan pemendekan tungkai bawah
3. nyeri tekan pada daerah fraktur
4. nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan
5. bruising merupakan tanda yang muncul terlambat pada fraktur ekstrakapsular
dan akan absent pada saat terjadi cedera akut.

X ray
1. foto pelvis AP dan lateral view dari pangkal paha yang terlibat
2. ingat untuk melakukan X ray pada pasien lansia sebelum MRS

Komplikasi : bisaanya tidak ada

Terapi : analgesi sebelum X ray. Pasang internal fixation.

Fraktur Femoral Shaft

Mekanisme trauma : bisaanya karena kekerasan kecuali pada fraktur patologik.


Bisaanya terdapat pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau crushing
injuries.

Manifestasi klinis : weight bearing tidaklah mungkin.


1. mobilitas yang abnormal pada tungkai setinggi fraktur.
2. rotasi kaki eksternal, abduksi dan pemendekan pada pangkal paha.

X ray : AP dan lateral view dari femoral shaft (meliputi sendi panggul dan lutut).

Terapi :

54

1. IV drip dengan persiapan transfusi karena walaupun hanya terjadi simple


fracture, terjadi kehilangan darah sebesar - 1 liter ke dalam jaringan dengan
sering disertai syok.
2. Berikan analgesik, contoh femoral nerve block, narkotik IM atau IV.
3. Aplikasikan Donways air Splint
4. Pasang traksi atau intramedullary nailing.

Fraktur Patella

Mekanisme
1. Kekerasan langsung ; akibat kecelakaan lalu lintas dengan dashboard injury,
jatuh pada permukaan yang keras, serta jatuhnya benda yang berat diatas lutut.
2. dengan kekerasan tidak langsung sebagai akibat kontraksi otot yang mendadak.

Manifestasi klinis
1. ketidakmampuan untuk mengekstensikan lutut.
2. bruising dan abrasi di atas lutut
3. catat lokasi nyeri tekan
4. ada celah yang terpalpasi diatas atau dibawah patella.
5. displacement yang jelas dari bagian proksimal patella

X ray : AP dan lateral view lutut

Terapi :
1. berikan analgesik sebelum X ray
2. jika tidak terdapat pergeseran, aplikasikan cylinder backslab dan KRS dengan
diberikan analgesic, serta crutches kemudian dirujuk pada klinik bedah.
3. jika terdapat pergeseran, aplikasikan cylinder backslab dan MRS untuk fiksasi

Dislokasi Patella

Mekanisme
1. riwayat khas : saat sedang berlari, lutut terbentur dan penderita jatuh.
Pemeriksaan sering memperlihatkan tonjolan di bagian medial yang prominent
dari condilus medialis femur (walaupun patella bisaanya mengalami dislokasi
ke lateral).
55

2. dislokasi patella dapat berkurang secara spontan

Manifestasi Klinis
1. effuse mild knee
2. nyeri tekan pada bagian medial lutut

X ray : AP, lateral dan skyline view. Skyline view digunakan untuk menyingkirkan
fraktur lain pada kondilus lateral dari femur.

Terapi :
1. berikan analgesik dan reduksi dislokasi
2. Aplikasikan cylinder backslab selama 6 minggu pada dislokasi yang pertama
untuk mencegah dislokasi yang rekuren.
3. jika terjadi dislokasi rekuren, aplikasikan pressure bandage selama 1-2 minggu.

Dislokasi Lutut
Merupakan Keadaan yang Emergensi!

Mekanisme trauma : bisaanya karena kecelakaan lalu lintas, terutama dash board
injury

Manifestasi klinis : pembengkakan, deformitas yang besar, sering dengan marked


posterior sag.

X ray : AP dan lateral view dari lutut

Komplikasi :
1. Cedera arteri popliteal : cari keadaan pucat, dingin, pulseless atau parestesi
pada tungkai bawah.
2. Palsy nervus peronealis

Terapi
1. berikan analgesik IV
2. Reduksi dislokasi secepatnya, terutama jika terdapat keterlambatan dalam X
ray.
3. Aplikasikan cylinder backslab.
4. hubungi bedah TKV dan ortopedi serta atur angiogram.

Penempatan
1. MRSkan semua pasien
56

Haemarthrosis Lutut/effusi

Mekanisme trauma : bisaanya karena trauma pada daerah lutut. Haemarthrosis


pada lutut yang terjadi cepat disebabkan oleh :
1. robeknya ligament cruciatum
2. Robeknya ligamentum collateral
3. Fraktur osteokondral
4. peripheral meniscal tear
Effusi yang terlambat bisaanya terjadi akibat meniscal tear

Manifestasi klinis: pembengkakan yang besar dari haemarthrosis atau effusi.

X ray :
1. AP dan Lateral View dari lutut. Catat bahwa fat fluid level pada bursa
suprapatellar mengindikasikan adanya fraktur intraartikular walaupun fraktur
tidak terlihat. (gambar 2).
2. skyline view digunakan pada subtle fracture dari condilus femoralis (terutama
pada dislokasi lateral patella) dan patella.

Komplikasi : hati-hati bahwa px mungkin tidak mengalami dislokasi lutut atau


concomitant fraktur lutut.

Terapi :
1. jika haemarthrosis lutut tidak tegang, px dapat KRS dengan istirahat, es,
kompresi (aplikasikan crepe bandage) dan terapi elevasi (RICE).
2. berikan analgesic

Penempatan
1. rujuk ke klinik ortopedi dalam 24-48 jam
2. jika terdapat tense haemarthrosis, px harus MRS untuk aspirasi.

Fraktur Tibial Plateau

mekanisme trauma : bisaanya akibat severe valgus strees

Manifestasi klinis
1. haemarthrosis
57

2. Bruising di lateral
3. Abrasi
4. Deformitas valgus pada lutut

X ray : AP dan lateral view dari lutut

Komplikasi : diagnosa subtle tibial tabel fracture mungkin terlewatkan. Jika berat
badan penderita terus menerus bertumpu pada daerah tsb, maka fraktur akan
memburuk.

Terapi : berikan analgesic dan aplikasikan cylinder backslab.

Penempatan : fiksasi atau traksi tergantung beratnya fraktur

Fraktur Tibia/Fibula

Mekanisme trauma :
1. tekanan torsional (cedera olahraga)
2. Kekerasan yang ditransmisikan melalui kaki (cth : jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas)
3. Hentakan langsung (kecelakaan lalu lintas, tertimpa benda yang berat)
Isolated fracture tibia atau fibula dapat terjadi akibat kekerasan secara langsung
walaupun relative jarang. Kekerasan tidak langsung menyebabkan fraktur pada
tibia sekaligus fraktur fibula.

Manifestasi klinis :
1. nyeri
2. pembengkakan
3. Deformitas
4. Nyeri tekan
5. Fraktur krepitus
6. sering berupa fraktur terbuka karena 1/3 tibia adalah subkutaneus

X ray : AP dan Lateral view dari tibia/fibula (harus meliputi lutut dan pergelangan
kaki)

Komplikasi : kompartment syndrome pada fraktur tertutup dan infeksi pada


fraktur terbuka.

Terapi:
58

1. fraktur tertutup undisplaced dari tibia dan fibula


a. berikan analgesik IM/IV sebelum X ray
b. aplikasikan backslab diatas lutut
c. ulangi X ray untuk mengecek final position dari fraktur.
d. MRS untuk observasi
2. Fraktur tertutup displaced dari tibia dan fibula
a. Berikan narkotik IV sebelum X ray
b. Dibawah conscious sedation dengan IV Midazolam dan narkotik, coba
untuk mereduksi fraktur.
c. Aplikasikan backslab diatas lutut
d. Ulangi X ray sebelum MRS
3. Fraktur terbuka tibia dan fibula
a. berikan analgesic IM/IV
b. lakukan swab c/s dari luka
c. tutup luka dengan dibalut
d. periksa status immunisasi tetanus
e. Berikan antibiotik (Cefazolin)
f. Aplikasikan long leg backslab atau temporary splint
g. Rencanakan debridemen luka
4. Isolated Closed Fracture of Fibula
a. Berikan analgesic IM
b. Singkirkan fraktur tibia dengan cedera pada sendi pergelangan kaki
c. Crepe bandage
d. KRS dengan diberikan analgesic
e. Rujuk ke klinik ortopedi.
Catatan : pasien dapat diijinkan untuk menahan berat badan.

Cedera Ankle (pergelangan kaki)

Mekanisme trauma :

ketika pergelangan kaki mengalami deformitas, harus

curigai adanya dislokasi ankle. Ini merupakan keadaan emergency!


Catatan : Dislokasi ankle harus direduksi secepatnya untuk mencegahg nekrosis kulit.

59

Manifestasi klinis : pada suspek cedera ankle, lakukan palpasi 4 bagian tulang,
sbb:
1. Malleolus medialis
2. Malleolus lateralis
3. Seluruh bagian panjang fibula
4. Basis metatarsal ke-5

X ray : tidak harus dilakukan pada kasus sprained ankle


Indikasi X ray pada cedera ankle :
1. Nyeri tekan pada tepi posterior (distal 6cm) atau ujung malleolus lateralis.
2. Nyeri tekan pada tepi posterior (distal 6cm) atau ujung malleolus medialis.
3. tidak mampu untuk menahan berat badan
4. pada kasus dimana terdapat pembengkakan yang nyata sehingga tidak
memungkinkan palpasi yang akurat.
5. pada kasus dimana terdapat instabilitas klinis.
6. pada px usia > 50 tahun dimana menurut penelitian klinis mengindikasikan
kemungkinan insiden fraktur sekitar 30%.
7. untuk alasan sosial, : pada seorang atlit.
Catatan: Kriteria 1 sampai 3 dikenal sebagai Ottawa Ankle Rules.
X ray yang disarankan:
1. AP dan lateral view dari ankle untuk suspek fraktur ankle.
2. Seluruh fibula jika terdapat nyeri tekan pada fibula yang dapat menyingkirkan
fraktur Maissoneuve.
3. Posisi PA dan lateral dari kaki jika terdapat nyeri tekan pada basis metatarsal
ke-5.

Komplikasi : Nekrosis kulit pada delayed reduction dislokasi ankle.

Terapi :
1. sprained ankle :
a. berikan analgesic pada ED
b. KRS dengan terapi RICE dan analgesic
c. Rujuk ke fisioterapi untuk strapping ankle pada severe sprain.
60

2. Fraktur ankle :
a. Aplikasikan backslab dibawah lutut
b. MRS untuk fiksasi internal kecuali pada isolated stabel fracture of
lateral malleoulus dibawah ankle mortise yang dapat diterapi secara
konservatif.
3. Dislokasi ankle
a. Pasang heparin plug dan berikan narkotik IV sebelum dilakukannya
X ray
Catatan : dislokasi ankle harus direduksi secepatnya dibawah
conscious sedation dengan midazolam dan narkotik, atau inhalasi
Entonox (N2O/O2) untuk mencegah nekrosis kulit. Sehingga, jika
terdapat katerlambatan X ray > 10-15 menit atau jika terdapat tanda
circulatory compromise, ankle tersebut harus direlokasi bahkan sebelum
X ray dilakukan.
b. Aplikasikan short leg backslab setelah reduksi
c. Lakukan post reduksi X ray
d. MRS untuk fiksasi internal.

Fraktur Calcaneum

Mekanisme trauma : jatuh dari ketinggian pada tumit

Catatan : ingat untuk menyingkirkan fraktur calcaneal bilateral dan wedge fracture of
spine.

Manifestasi klinis :
1. tumit ketika dilihat dari arah belakang akan nampak melebar, memendek,
mendatar atau miring ke lateral membentuk valgus.
2. Pembengkakan yang menegang pada tumit
3. Nyeri tekan local yang jelas
4. Jika px muncul kemudian, mungkin akan timbul bruising yang dapat menyebar
ke sisi medial telapak kaki dan proksimal dari betis.

X ray : AP, lateral, dan axial view dari calcaneum

Terapi :
61

1. jika sendi subtalar tidak terlibat


a. aplikasikan firm bandaging over wool
b. KRS dengan crutches (tongkat penyangga), analgesic, dan sarankan
untuk melakukan elevasi tungkai di rumah.
2. Jika fraktur kalkaneum bilateral ada, sarankan untuk istirahat.
3. Jika kalkaneum mengalami pergeseran atau crushed:
a. aplikasikan backslab di bawah lutut
b. MRS

FOOT INJURY
Catatan : yang paling sering terjadi a.l :

Fraktur kalkaneum

Dislokasi Tarso-metatarsal

Fraktur metatarsal

Fraktur phalangeal/dislokasi

Dislokasi Tarso-metatarsal (Lisfrancs)

Mekanisme trauma:
1. jatuh pada plantar flexed foot
2. Hantaman pada forefoot seperti pada kecelakaan lalu lintas
3. hantaman pada tumit ketika berada pada posisi berlutut/bersujud
4. run over kerb side accident
5. Inverse, eversi atau abduksi dari forefoot yang dipaksakan.

Manifestasi klinis : bengkak dan penyimpangan dari kaki

X ray : AP dan Oblique view dari kaki (gambar 3)

Catatan : Lisfrancs dislocation tidak selalu menyediakan bukti yang jelas pada
radiografi, dan tetap menjadi fraktur kaki yang paling sering mengalami missdiagnosa.

Komplikasi : arteri dorsalis pedis atau anastomosis medial plantar dapat berada
dalam ancaman.

Terapi :
62

1. berikan analgesic sebelum X ray


2. Aplikasikan backslab
3. MRS untuk open reduction and Internal Fixation (ORIF)
Fracture Metatarsal

Mekanisme : sering disebabkan karena Crushing injury

X ray : AP dan Oblique view dari kaki

Prinsip manajemen :
1. Jika fraktur undisplaced tanpa kerusakan jaringan lunak
a. bereikan analgesic sebelum X ray
b. Terapi simptomatik dengan crepe bandage atau short backslab dari
bagian distal sampai atas jari kaki
c. KRS dengan non-weight bearing crutches (NWB) dan analgesic.
d. Rujuk ke klinik ortophedi
2. Jika fraktur multiple dan undisplaced, terapi konservatif seperti diats.
3. Jika fraktur multiple dan displaced :
a. MRS untuk operasi jika fraktur terbuka
b. Aplikasikan backslab dan KRS dengan analgesic dan crutches NWB
kemudian rujuk segera ke klinik ortopedik untuk review ORIF, jika
fraktur tertutup.

Phalangeal Fracture/dislokasi

X ray : AP dan oblique view dari kaki

Prinsip manajemen :
1. tangani cedera jaringan lunak serta nail bed injury terlebih dahulu.
2. Reduksi dislokasi menggunakan digital block atau Entonox.
3. Immobilisasi Fraktur dan dislokasi menggunakan adhesive strapping pada jari
kaki yang berdekatan.
4. KRS dengan analgesic dan rujuk ke klinik ortopedik.
5. Untuk dislokasi jari kaki multiple, MRS untuk reduksi.

63

8. rontgen
Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan
menggunakan sinar pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar radiografi
guna menegakkan diagnosa.
Dalam membuat teknik radiografi agar mendapatkan hasil citra gambar / image
yang dapat menegakkan diagnosa dapat diatur dengan memodifikasi posisi pasien
dengan posisi pesawat rontgen karena keduanya dapat mempunyai keadaan yang
berbeda seperti mendapat pasien kecelakaan dengan fraktur / retak maka bila
pasien kurang kooperatif / tidak sadar yang di modifikasikan adalah pesawatnya
yang otomatis kaset berisi film menyesuaikan.

Posisi Penderita Pasien


Pengaturan kedudukan penderita secara keseluruhan dalam suatu pemeriksaan.
Posisi penderita dapat disebut dengan berbagai istilah, sebagai berikut :
1) Supine = tidur telentang
2) Prone = tidur telungkup
3) Erect = berdiri
4) Lateral = miring/menyamping (membentuk 90o terhadap film)
5) Oblique = miring (membentuk sudut lebih atau kurang dari 90 o terhadap
film)
Oblique terbagi 4 macam kedudukan, yaitu :
1) Right Anterior Oblique (RA0), artinya letak penderita miring dengan tepi
kanan depan dekat terhadap film.
2) Right Posterior Oblique (RPO), artinya letak penderita miring dengan tepi
kanan belakang dekat terhadap film.

64

3) Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring dengan tepi
kiri depan dekat terhadap film.
4) Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring dengan tepi
kiri belakang dekat terhadap film
Posisi Obyek
Pengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang akan di periksa (dibuat image).
Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain :
Fleksio

gerakan melipat sendi

Ekstensio

gerakan membuka sendi

Endorotasi

gerakan memutar kedalam

Eksorotasi

gerakan memutar keluar

Adduksi

gerakan merapat ketubuh

Abduksi

gerakan menjauhi tubuh

Inspirasi

gerakan menarik napas

Ekspirasi

gerakan mengeluarkan napas

65

Pengaturan Sinar
Sinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu diarahkan secara tepat pada
obyek yang akan difoto. Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuai
dengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang akan difoto. Pengaturan Focus
Film Distance (FFD) yaitu jarak antara sumber sinar ke film, hubungannya dengan
faktor eksposi adalah bahwa semakin dekat jarak FFD maka faktor eksposi harus
dikurangi.
Pengaturan Central Ray (CR)
Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyek yang diperiksa , yaitu :
Antero Posterior

sinar dari depan ke belakang

Postero Anterior

sinar dari belakang ke depan

Dorso Ventral

sinar dari punggung ke perut

Ventro Dorsal

sinar dari perut ke punggung

Dorso Plantar

sinar dari punggung kaki / tangan ke telapak


66

Planto Dorsal

sinar dari telapak ke punggung kaki / tangan

Supero Inferior

sinar dari atas ke bawah

Infero Superior

sinar dari bawah ke atas

Latero Medial

sinar dari lateral ke tengah tubuh

Medio Lateral

sinar dari tengah tubuh ke lateral

Translateral

sinar dari satu tepi ke tepi yang lain

Caudo Cranial

sinar dari kaki ke kepala

Cranio Caudal

sinar dari kepala ke kaki

Axial

sinar menuju poros sendi

Tangensial

sinar membentuk garis singgung terhadap obyek

Kasus yang membutuhkan pemeriksaan radiologi


1) Fracture (ruda paksa), yaitu patah atau retak tulang akibat trauma / benturan. Foto
rontgen yang dibutuhkan harus dapat memperlihatkan lokasi, bentuk serta
kedudukan dari fraktur tersebut.
2) Dislokasi (luksasi), yaitu terlepas / bergesernya kepala sendi dari mangkok sendi.
Foto rontgen yang dibutuhkan harus dapat memperlihatkan kearah mana dislokasi
tersebut terjadi dan pada kasus tertentu dibutuhkan foto perbandingan kanan dan
kiri.
67

3) Corpus Alienum (Foreign Body), yaitu adanya benda asing yang masuk ke dalam
tubuh didalam tubuh seperti tertelan, tertembak dll. Foto rontgen yang dibutuhkan
harus dapat memperlihatkan letak dan kedudukan benda asing tersebut dari aspek
PA dan laeral ataupun teknik radiografi lain yang menunjang. Dalam membuat foto
FB bekas luka tembak harus di beri logam yang di plester agar dapat diketahui
kedudukan FB dan seberapa jauh FB dari luka.
4) Kelainan Patologis, yaitu kelainan akibat penyakit yang dapat dilihat dari densitas,
kerapatan, trabekula dll.

Daftar Pustaka

68

Hamzah, muhkta dr, prof.Dr Siti Aisyah. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Frise, silvia a. Lorrren. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep klinis proses proses penyakit.
Jakarta:EGC

69

Anda mungkin juga menyukai