STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sendi?
Kulit
Trauma apa yang terjadi pada scenario?
Mengapa kakinya tampak bengkak?
Mengapa kulit Sandi terkelupas? Apa yang terjadi?
Cedera pergelangan kaki?
Mekanisme pemeriksaan rontgen dan mengapa posisi kaki diubah-ubah?
STEP 3
1. Sendi adalah pertemuan 2 buah tulang yang diliputi oleh jaringan
Macam sendi :
2. Terdiri dari bonggol sendi, tulang rawan sendi, & mangkuk sendi.
3. Mangkuk sendi berisi cairan sendi (minyak sinovial) yg berfungsi sbg
minyak pelumas.
Pembagian sendi berdasarkan arah geraknya :
Sendi peluru, Contoh : Hubungan antara tulang lengan atas dgn tulang belikat &
antara tulang paha dgn tulang pinggul.
Sendi engsel, Contoh : Hubungan antartulang pada lutut, siku, & ruas jari
Sendi putar, Contoh : Hubungan antartulang atlas dgn tulang pemutar & tulang
pengumpil
Sendi pelana, Contoh : Hubungan antara tulang2 telapak tangan dgn tulang ruas
jari tangan
Sendi geser, Contoh : Hubungan antara tulang pergelangan tangan & kaki
2. Kulit
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam:
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
2
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia
dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
3
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
- Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu
bata di permukaan kulit.
- Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
- Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
- Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
- Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian
ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin
dan sel Langerhans.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida.
Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat
diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut
lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan
antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi
lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum
dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan
campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan
cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya
lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana
untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil
pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
keringat merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif
pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar
keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga selsel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel
rambut lalu ke permukaan luar.
- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi
dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan
dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang
sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya
yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu
seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan
ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau
terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini
terutama dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF).
1. Penyembuhan epidermis
Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis.
Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang
mengisi daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini
diperantarai oleh EGF (epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal
berproliferasi dan menyebabkan penebalan epidermis yang rusak.
2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis
dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja,
maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis.
Selain itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan
kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:
- Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang
meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta
rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu
pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah
yang terpisah akibat cedera.
10
- Fase migratorik
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut.
Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera.
- Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi
fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.
- Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan
jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih
tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.
11
2. Sistem muskular
- Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium
yang berguna untuk kontraksi otot.
- Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.
3. Sistem saraf
- Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu,
dan nyeri.
- Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk
termoregulasi.
- Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan
rambut.
4. Sistem endokrin
- Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah
hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.
- Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.
- Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak
di adiposit.
5. Sistem kardiovaskular
12
7. Sistem pernapasan
- Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.
- Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.
- Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi
karbondioksida.
8. Sistem pencernaan
13
3. Dislokasi
14
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).
Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di
sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena
sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.
Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
15
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari
jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan
system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya
dibagi :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang
16
Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas korteks tulang, tulang rawan, dan epifisis.
Dislokasi adalah bergesernya atau keluarnya bonggol sendi dari kapsul sendi. Fraktur
dan dislokasi secara klinis terlihat gejala berupa adanya deformitas, gerak abnormal,
dan nyeri pada ekstremitas
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya hubungan luka dengan
lingkungan luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Pada fraktur terbuka, yaitu
tulang yang patah mencuatkeluar melalui luka yang terbuka, tindakan pertolongan
harus lebih hati-hati. Karena selain bahaya infeksi, gerakan tulang yang patah itu dapat
melukai pembuluh-pembuluh darah sekitarnya sehingga terjadi perdarahan baru.
Fraktur tertutup
Fraktur terbuka
17
6. Cedera pergelangan kaki yaitu robekan ligamentum (sprain) dan fraktur pada
pergelangan kaki
7. Rontgen konvensional
Posisi AP, lateral, obliq
3 bentuk pemeriksaan AP, lateral, montiseview
STEP 4
1. Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas
tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis
persendian yang diperantarainya.
18
Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80%
air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan
rawan sendi elastis
Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan
terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan
sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti
enzim.
. Fisiologi Sendi
Klasifikasi Sendi
Secara struktural :
1. Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.
2. Persendian kartilago, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan kartilago.
3. Persendian sinovial, yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh
dengan kapsul dan ligament artikular yang membukuskan.
Menurut fungsinya :
1. Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
Sendi jenis ini antara lain adalah :
a. Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya
ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh: sutura sagital dan parietal.
19
3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi synovial
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinofial.
b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan
konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah.
20
c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan
dapat berputar kesemua arah.
Contoh: tulang atas, persendian bagian kepala
d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah
disudut kanan setiap tulang.
Contoh: sendi antara tulang radius dan tulang karpal
e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan
konkaf pada sisi lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang
saling menyatu. Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah
persendian antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.
f. Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan
tulang yang lainnya. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksia.
Misalnya: Persendian intervertebra, dan persendian antara tulang-tulang karpa dan
tulang-tulang tarsal.
2.
Gangguan Persendian
1. Artitis (inflamasi sendi)
a. osteoartritis konsekuensi alami menjadi tua
kartilago artikular menjadi aus
sendi menjadi kasar, kaku, dan nyeri
b. artritis reumatoid : merupakan penyakit autoimun (sistem imum keliru
mengarahkan kemampuan destruktifnya pada bagian tubuh). Menyebabkan
ketidakmampuan berjalan / bergerak
22
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
23
Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum
granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang
mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin.
Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
pembuluh getah bening.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat
sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan
24
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut
kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
25
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang
kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya
satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah
tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba
karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui
keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol
dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan
aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
Fungsi kulit
26
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
- Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
- Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
- Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
- Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,
sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
- Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada
sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans.
2. Fungsi absorpsi
27
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti
aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
- Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan
lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus
arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel
rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih
28
banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan
protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada
usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat
apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel
yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin.
Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar.
- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya
berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan
cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida
kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier
yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
29
Keratinisasi kulit
Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang
membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang,
mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami
keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja
30
mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini
memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila
kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan
membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh hormon
epidermal growth factor (EPF).
31
32
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga
akan terbentuk keropeng di daerah cedera.
- Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi
fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.
- Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan jaringan
sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas
berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.
1. Sistem skeletal
- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan memelihara
tulang.
- Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.
33
2. Sistem muskular
- Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang
berguna untuk kontraksi otot.
- Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.
3. Sistem saraf
- Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan
nyeri.
- Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk termoregulasi.
- Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan rambut.
4. Sistem endokrin
- Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah
hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.
- Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.
- Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak di
adiposit.
5. Sistem kardiovaskular
- Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular
(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.
34
7. Sistem pernapasan
- Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.
- Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.
- Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi
karbondioksida.
8. Sistem pencernaan
35
- Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna.
- Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.
3.
Dislokasi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).
36
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi
otot dan tarikan.
Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.
Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke
bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir
selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
38
Manifestasi Klinis
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan
menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak
terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
Pemeriksaan Diagnostik
Dengan cara pemeriksaan Sinar X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior
akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa
Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
Komplikasi
Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid
dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
Penatalaksanaan
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
39
Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
4. Kakinya benkak karena proses inflamasi
5. Kaki Sandi tekelupas karena adanya luka
6. Cedera pergelangan kaki
1) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) sprain adalah cedera pada ligamentum,
cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh
(1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya
robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak
atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya
beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan,
pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi
lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa
sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
40
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) strain adalah kerusakan pada suatu bagian
otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang
berlebihan. Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain
dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai
terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus.
Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo
tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau
diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) otot merupakan urat yang keras atau
jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh.
Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang
41
paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang
memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga
renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan
tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada
cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan
dengan metode RICE. Artinya:
a. R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
b. I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
c. C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang
elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
d. E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard
menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
a. Sprain/strain tingkat satu (first degree).
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut
diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
b. Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping
itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang
diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut
tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
7. STEP 7 LO
1. Sendi
Persendian adalah hubungan antar tulang (artikulasi).
Membran sinovial (selaput sendi) adalah : selaput yang membungkus ujung-ujung
tulang yang membentuk persendian. Selaput ini menghasilkan minyak sinovial
yang berguna sebagai pelumas sendi.
Artikulasi terbagi atas 3 bentuk yaitu :
1) Sinartrosis yaitu hubungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan.
Sinkondrosis =kedua ujung tulang dihubungkan dengan kartilago.
Sinfibrosis = kedua ujung tulang dihubungkan dengan serabut.
2) Amfiartrosis yaitu hubungan yang memungkinkan terjadinya gerak yang
terbatas, contoh : hubungan tulang rusuk dan tulang belakang.
3) Diartrosis yaitu hubungan yang memungkinkan adanya gerakan yang cukup
besar. Contohnya :
Senndi peluru (Endartrosis) : ujung tulang yang satu berbentuk
bonggol masuk ke tulang lain yang berbentuk cekungan.
pelana. Contoh : sendi pada tulang ibu jari dengan telapak tangan.
Sendi ovoid (Ellipsoidea) : kedua ujung tulang berbentuk oval.
Contoh : pergelangan tangan.
2. Kulit
Epidermis
sel utama yang berdiferensiasi adalah keratinosit > keratin (suatu protein fibrosa)
dermis
Terdiri dari serabut kolagen elastin dan retikulin kulit kuat dan lentur
43
Lemak subkutan
Fisiologi kulit
Fungsi kulit
Proteksi
Absorpsi
Ekskresi
Persepsi sensori ( Tekanan; pacini , Panas; rufini , Dingin; krause , Raba; taktil
meisner )
Membentuk figmen
Proses keratinisasi
Pembentukan vit D
Kelenajr sebasea
Terdapat di permukaan kulit, kecuali telapak tangan dan kaki. Terletak di samping
akar rambut, muara pada folikel rambut. Sekresi sebum dipengaruhi hormon
androgen, pada remaja meningkat, pada menopause dan manula menurun.
rambut
Fungsi: memberi lapisan lemak pada kulit, kuku, rambut, menahan evaporasi
Warna ditentukan oleh kuantitas melanin, bila putih ada kegagalan membentuk
melanin
Kuku
Terdiri atas; akar kuku (bagian yang terbenam di dalam kulit jari), badan kuku;
bagian atas jaringan lunak ujung jari
45
3. Dislokasi
Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta
Kedokteran, 2000).
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen ligmennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan
harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu
dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke
rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.
Penyebab Dislokasi
1. Trauma
Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
2. Kongenital
Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi pangkal paha. Pada
keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi sendi pangkal paha secara klinik
tungkai yang satu lebih pendek dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian
kiri serta kanan tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi).
Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan congenital ini
mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan sianak diperiksa dengan sinar
X, karena tindakan dini memberikan hasil yang sangat baik.
Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika
kelainan ini tidak ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan
diperlukan pembedahan.
3. Patologis >> Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang
Tanda dan Gejala
1. Deformitas pada persendiaanKalau sebuah tulang diraba secara sering akan
terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakanOtot otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. PembengkakanPembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas.
46
4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
5. Nyeri
Berdasarkan mekanismenya, nyeri dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronik dan
nyeri kanker. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya
berlangsung beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama
inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor
(pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi
jaringan).
Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya lama atau
merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih berlangsung meskipun
kerusakan jaringan sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri
akut dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri
berlangsung terus- menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana
kanker tidak ditangani.
Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi: nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri
berat. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi
dengan baik. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik. Pada nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang.
Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi
depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi,
saraf sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis
disebut sebagai neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis
ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang
menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron penerima ketiga.
Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer, medula spinalis atau supraspinal.
47
Modulasi ini dapat menghambat atau memberi fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat
dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas.
Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons
neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan
hormon katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa
hipertensi, takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon
dioksida meningkat), tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat
(ileus, retensi urin).
Skala nyeri, pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program
pengobatan nyeri setelah pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macammacam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar, skala analog visual.
Secara sederhana nyeri setelah pembedahan pada pasien sadar dapat langsung
ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikatagorikan sebagai: tidak
nyeri (none), nyeri ringan (mild, slight), nyeri sedang (moderate), nyeri berat
(severe) dan sangat nyeri (very severe, intolerable).
Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk
mengatasi nyeri ringan digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi
nyeri sedang digunakan obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan
golongan opioid lemah dan untuk mengatasi nyeri berat digunakan obat anti
inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat. Selain pengobatan
diatas kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat sedatif bila
nyeri disertai stress, pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai
blok anestesi. Untuk masyarakat umun bila mengalami nyeri disarankan untuk
segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sesuai dengan
masalah nyeri yang dialami.
Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal,
sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering
digunakan dan paling digemari ialah intramuscular opioid. Metoda regional
misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal opioid. Kadang- kadang
digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai
misalnya pada sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi)
48
Begitu pentingnya pengetahuan nyeri, maka saat ini nyeri merupakan tanda vital
kelima, setelah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.
6. Penegakan diagnosis dislokasi
1) Anamnesis (didapatkan riwayat terkena trauma dan mekanisme trauma
yang sesuai dengan dislokasi)
2) Pemeriksaan fisik (look , feel , move)
3) Pemeriksaan penunjang : radiologi (foto rontgen)
7. Penatalaksanaan dislokasi
o Lakukan reposisi segera.
o Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi,
misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok),
sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca; dan obat
penenang misalnya valium.
o Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum.
Dampak Masalah
49
Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka
tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme
pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap
kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh
terhadap keluarga klien.
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana
Kesehatan Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan masuk
Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan
tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme.
Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami gangguan kecuali
apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat
menyebabkan klien antreksia.
3. Pola Aktifitas dan Latihan
Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan mempengaruhi
gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami
mungkin untuk dilakukan latihan rentang gerak baik aktif maupun pasif.
4. Pola Tidur dan istirahat
Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien pemasangan traksi
dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan pemasangan juga di
sebabkan adanya traksi.
5. Pola Perceptual dan Kognitif
Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan dan pembentukan
atau penyambungan sendi kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga
dalam tahap tahap perawatan perlu kata penatalaksanaan yang kompraktif.
6. Pola Defekasi dan Miksi
Klien kadang kadang masih dalam perawatan di rumah sakit membatasi makan
dan minum, hal ini dikarenakan adanya immobilisasi pemasangan traksi yang
mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas
sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).
7. Pola Seksual dan Repraduksi
Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan mempengaruhi pola
kebutuhan seksualitas, di samping klien harus menjaga agar daerah traksi
50
seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan
klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.
8. Pola Hubungan
Peran Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien
seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu satunya orang yang mencari
nafkah bagi keluarganya.
9. Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir terhadap kecacatan yang
mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu
beraktifitas seperti biasa.
10. ImmobilisasiUntuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang dipersatukan.
Komplikasi
1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :
o Fraktur.
o Kontraktur.
o Trauma jaringan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :
o Dekubitus
o Kongesti paru dan pneumonia
o Konstipasi
o Anoreksia
o Stasis dan infeksi kemih
o Trombosis vena dalam
Perhatian
Walaupun cedera tulang pada tungkai bawah terlihat serius, kasus tersebut sering
tidak mengancam nyawa dan termasuk dalam secondary survey pada pasien
trauma.
Semua dislokasi biasanya bukan merupakan kasus serius dan hanya membutuhkan
analgesik yang adekuat, kecuali pada 3 kasus sbb, yang membutuhkan reduksi
secepatnya:
1. Dislokasi lutut (karena popliteal artery compromise)
2. dislokasi pergelangan kaki (karena nekrosis kulit)
3. Dislokasi panggul (karena avaskular nekrosis panggul)
Untuk semua dislokasi sendi yang membutuhkan manipulasi dan reduksi pada ED,
jangan berikan opioids IM, namun berikan secara IV. Karena opioid yang diberikan
lewat IM absorbsinya baik. Sehingga ketika dibutuhkan conscious sedation,
seseorang harus memastikan dosis efek penghilang nyerinya. Hal ini akan
menyebabkan supresi pernafasan dan hipotensi ketika dosis total opioid IM
diabsorbsi ke dalam sirkulasi.
Dislokasi Panggul
Mekanisme cedera
1. Dashboard injury
Catatan : hal ini terjadi karena simultannya fraktur patella, fraktur femoral shaft
dan dislokasi panggul posterior.
2. jatuh bertumpu pada kaki menyebabkan dislokasi panggul posterior jika kaki
mengalami fleksi dan adduksi pada pangkal paha, dislokasi anterior terjadi jika
pangkal paha terlalu abduksi dan dislokasi sentral terjadi jika femur berada
pada posisi antara abduksi atau adduksi.
3. jatuh dengan berat badan bertumpu saat kaki sedang melebar/terbuka, lutut
lurus dan punggung membungkuk ke depan menyebabkan anterior hip
dislocation.
4. melakukan split menyebabkan dislokasi panggul anterior.
52
Manifestasi klinis
1. dislokasi panggul posterior : panggul fleksi ringan, adduksi dan rotasi ke dalam,
kaki terlihat lebih pendek, femoral head terpalpasi pada bokong.
2. Dislokasi panggul anterior : panggul fleksi ringan, abduksi dan rotasi ke luar,
tonjolan dislocated head di bagian anterior terlihat dari arah samping.
3. Dislokasi panggul sentral : kaki dalam posisi yang normal, nyeri tekan pada
trochanter dan pangkal paha, serta masih terdapat gerakan yang kecil/terbatas.
X Ray : foto AP yang menunjukkan pelvis, serta lateral view yang menunjukkan
pangkal paha yang terlibat.
Catatan: sangat penting untuk diingat bahwa pada semua nyeri pangkal paha, harus
difoto AP pelvis, serta lateral view dari pangkal paha yang terlibat untuk alasan
sbb:
1. fraktur ramus pubis dapat muncul dengan nyeri pada panggul. Hal ini bisa
terlewatkan apabila hanya melakukan foto AP dari pangkal paha yang terkena,
bukan AP pelvis.
2. AP pelvis memberikan kesempatan untuk membandingkan shentons line pada
kedua sisi serta membantu mencari abnormalitas yang lain.
Komplikasi
1. Foot drop dari sciatic nerve yang terlibat dalam dislokasi pangkal paha
posterior.
2. Paralisis nervus femoralis dan kompresi arteri femoralis pada dislokasi pangkal
paha anterior.
Terapi/penempatan
1. analgesic dengan narkotik melalui IV dan bukan IM sebelum X ray.
2. Reduksi secepatnya dibawah sedasi yang sadar pada ED.
3. Periksa X ray setelah reduksi dan MRS untuk pemasangan traksi
4. jika tidak dapat direduksi, MRS untuk reduksi dibawah general anestesi.
53
Manifetasi klinis :
1. tidak mampu menahan berat badan setelah jatuh, disertai atau tanpa nyeri pada
pangkal paha.
2. rotasi eksternal dan pemendekan tungkai bawah
3. nyeri tekan pada daerah fraktur
4. nyeri pada saat mencoba melakukan gerakan
5. bruising merupakan tanda yang muncul terlambat pada fraktur ekstrakapsular
dan akan absent pada saat terjadi cedera akut.
X ray
1. foto pelvis AP dan lateral view dari pangkal paha yang terlibat
2. ingat untuk melakukan X ray pada pasien lansia sebelum MRS
X ray : AP dan lateral view dari femoral shaft (meliputi sendi panggul dan lutut).
Terapi :
54
Fraktur Patella
Mekanisme
1. Kekerasan langsung ; akibat kecelakaan lalu lintas dengan dashboard injury,
jatuh pada permukaan yang keras, serta jatuhnya benda yang berat diatas lutut.
2. dengan kekerasan tidak langsung sebagai akibat kontraksi otot yang mendadak.
Manifestasi klinis
1. ketidakmampuan untuk mengekstensikan lutut.
2. bruising dan abrasi di atas lutut
3. catat lokasi nyeri tekan
4. ada celah yang terpalpasi diatas atau dibawah patella.
5. displacement yang jelas dari bagian proksimal patella
Terapi :
1. berikan analgesik sebelum X ray
2. jika tidak terdapat pergeseran, aplikasikan cylinder backslab dan KRS dengan
diberikan analgesic, serta crutches kemudian dirujuk pada klinik bedah.
3. jika terdapat pergeseran, aplikasikan cylinder backslab dan MRS untuk fiksasi
Dislokasi Patella
Mekanisme
1. riwayat khas : saat sedang berlari, lutut terbentur dan penderita jatuh.
Pemeriksaan sering memperlihatkan tonjolan di bagian medial yang prominent
dari condilus medialis femur (walaupun patella bisaanya mengalami dislokasi
ke lateral).
55
Manifestasi Klinis
1. effuse mild knee
2. nyeri tekan pada bagian medial lutut
X ray : AP, lateral dan skyline view. Skyline view digunakan untuk menyingkirkan
fraktur lain pada kondilus lateral dari femur.
Terapi :
1. berikan analgesik dan reduksi dislokasi
2. Aplikasikan cylinder backslab selama 6 minggu pada dislokasi yang pertama
untuk mencegah dislokasi yang rekuren.
3. jika terjadi dislokasi rekuren, aplikasikan pressure bandage selama 1-2 minggu.
Dislokasi Lutut
Merupakan Keadaan yang Emergensi!
Mekanisme trauma : bisaanya karena kecelakaan lalu lintas, terutama dash board
injury
Komplikasi :
1. Cedera arteri popliteal : cari keadaan pucat, dingin, pulseless atau parestesi
pada tungkai bawah.
2. Palsy nervus peronealis
Terapi
1. berikan analgesik IV
2. Reduksi dislokasi secepatnya, terutama jika terdapat keterlambatan dalam X
ray.
3. Aplikasikan cylinder backslab.
4. hubungi bedah TKV dan ortopedi serta atur angiogram.
Penempatan
1. MRSkan semua pasien
56
Haemarthrosis Lutut/effusi
X ray :
1. AP dan Lateral View dari lutut. Catat bahwa fat fluid level pada bursa
suprapatellar mengindikasikan adanya fraktur intraartikular walaupun fraktur
tidak terlihat. (gambar 2).
2. skyline view digunakan pada subtle fracture dari condilus femoralis (terutama
pada dislokasi lateral patella) dan patella.
Terapi :
1. jika haemarthrosis lutut tidak tegang, px dapat KRS dengan istirahat, es,
kompresi (aplikasikan crepe bandage) dan terapi elevasi (RICE).
2. berikan analgesic
Penempatan
1. rujuk ke klinik ortopedi dalam 24-48 jam
2. jika terdapat tense haemarthrosis, px harus MRS untuk aspirasi.
Manifestasi klinis
1. haemarthrosis
57
2. Bruising di lateral
3. Abrasi
4. Deformitas valgus pada lutut
Komplikasi : diagnosa subtle tibial tabel fracture mungkin terlewatkan. Jika berat
badan penderita terus menerus bertumpu pada daerah tsb, maka fraktur akan
memburuk.
Fraktur Tibia/Fibula
Mekanisme trauma :
1. tekanan torsional (cedera olahraga)
2. Kekerasan yang ditransmisikan melalui kaki (cth : jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas)
3. Hentakan langsung (kecelakaan lalu lintas, tertimpa benda yang berat)
Isolated fracture tibia atau fibula dapat terjadi akibat kekerasan secara langsung
walaupun relative jarang. Kekerasan tidak langsung menyebabkan fraktur pada
tibia sekaligus fraktur fibula.
Manifestasi klinis :
1. nyeri
2. pembengkakan
3. Deformitas
4. Nyeri tekan
5. Fraktur krepitus
6. sering berupa fraktur terbuka karena 1/3 tibia adalah subkutaneus
X ray : AP dan Lateral view dari tibia/fibula (harus meliputi lutut dan pergelangan
kaki)
Terapi:
58
Mekanisme trauma :
59
Manifestasi klinis : pada suspek cedera ankle, lakukan palpasi 4 bagian tulang,
sbb:
1. Malleolus medialis
2. Malleolus lateralis
3. Seluruh bagian panjang fibula
4. Basis metatarsal ke-5
Terapi :
1. sprained ankle :
a. berikan analgesic pada ED
b. KRS dengan terapi RICE dan analgesic
c. Rujuk ke fisioterapi untuk strapping ankle pada severe sprain.
60
2. Fraktur ankle :
a. Aplikasikan backslab dibawah lutut
b. MRS untuk fiksasi internal kecuali pada isolated stabel fracture of
lateral malleoulus dibawah ankle mortise yang dapat diterapi secara
konservatif.
3. Dislokasi ankle
a. Pasang heparin plug dan berikan narkotik IV sebelum dilakukannya
X ray
Catatan : dislokasi ankle harus direduksi secepatnya dibawah
conscious sedation dengan midazolam dan narkotik, atau inhalasi
Entonox (N2O/O2) untuk mencegah nekrosis kulit. Sehingga, jika
terdapat katerlambatan X ray > 10-15 menit atau jika terdapat tanda
circulatory compromise, ankle tersebut harus direlokasi bahkan sebelum
X ray dilakukan.
b. Aplikasikan short leg backslab setelah reduksi
c. Lakukan post reduksi X ray
d. MRS untuk fiksasi internal.
Fraktur Calcaneum
Catatan : ingat untuk menyingkirkan fraktur calcaneal bilateral dan wedge fracture of
spine.
Manifestasi klinis :
1. tumit ketika dilihat dari arah belakang akan nampak melebar, memendek,
mendatar atau miring ke lateral membentuk valgus.
2. Pembengkakan yang menegang pada tumit
3. Nyeri tekan local yang jelas
4. Jika px muncul kemudian, mungkin akan timbul bruising yang dapat menyebar
ke sisi medial telapak kaki dan proksimal dari betis.
Terapi :
61
FOOT INJURY
Catatan : yang paling sering terjadi a.l :
Fraktur kalkaneum
Dislokasi Tarso-metatarsal
Fraktur metatarsal
Fraktur phalangeal/dislokasi
Mekanisme trauma:
1. jatuh pada plantar flexed foot
2. Hantaman pada forefoot seperti pada kecelakaan lalu lintas
3. hantaman pada tumit ketika berada pada posisi berlutut/bersujud
4. run over kerb side accident
5. Inverse, eversi atau abduksi dari forefoot yang dipaksakan.
Catatan : Lisfrancs dislocation tidak selalu menyediakan bukti yang jelas pada
radiografi, dan tetap menjadi fraktur kaki yang paling sering mengalami missdiagnosa.
Komplikasi : arteri dorsalis pedis atau anastomosis medial plantar dapat berada
dalam ancaman.
Terapi :
62
Prinsip manajemen :
1. Jika fraktur undisplaced tanpa kerusakan jaringan lunak
a. bereikan analgesic sebelum X ray
b. Terapi simptomatik dengan crepe bandage atau short backslab dari
bagian distal sampai atas jari kaki
c. KRS dengan non-weight bearing crutches (NWB) dan analgesic.
d. Rujuk ke klinik ortophedi
2. Jika fraktur multiple dan undisplaced, terapi konservatif seperti diats.
3. Jika fraktur multiple dan displaced :
a. MRS untuk operasi jika fraktur terbuka
b. Aplikasikan backslab dan KRS dengan analgesic dan crutches NWB
kemudian rujuk segera ke klinik ortopedik untuk review ORIF, jika
fraktur tertutup.
Phalangeal Fracture/dislokasi
Prinsip manajemen :
1. tangani cedera jaringan lunak serta nail bed injury terlebih dahulu.
2. Reduksi dislokasi menggunakan digital block atau Entonox.
3. Immobilisasi Fraktur dan dislokasi menggunakan adhesive strapping pada jari
kaki yang berdekatan.
4. KRS dengan analgesic dan rujuk ke klinik ortopedik.
5. Untuk dislokasi jari kaki multiple, MRS untuk reduksi.
63
8. rontgen
Teknik Radiografi adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan
menggunakan sinar pengion seperti sinar x untuk membuat citra gambar radiografi
guna menegakkan diagnosa.
Dalam membuat teknik radiografi agar mendapatkan hasil citra gambar / image
yang dapat menegakkan diagnosa dapat diatur dengan memodifikasi posisi pasien
dengan posisi pesawat rontgen karena keduanya dapat mempunyai keadaan yang
berbeda seperti mendapat pasien kecelakaan dengan fraktur / retak maka bila
pasien kurang kooperatif / tidak sadar yang di modifikasikan adalah pesawatnya
yang otomatis kaset berisi film menyesuaikan.
64
3) Left Anterior Oblique ( LAO), artinya letak penderita miring dengan tepi
kiri depan dekat terhadap film.
4) Left Posterior Oblique (LPO), artinya letak penderita miring dengan tepi
kiri belakang dekat terhadap film
Posisi Obyek
Pengaturan kedudukan bagian tubuh / obyek yang akan di periksa (dibuat image).
Beberapa istilah pergerakan yang penting, antara lain :
Fleksio
Ekstensio
Endorotasi
Eksorotasi
Adduksi
Abduksi
Inspirasi
Ekspirasi
65
Pengaturan Sinar
Sinar X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu diarahkan secara tepat pada
obyek yang akan difoto. Disamping itu faktor eksposi perlu diatur agar sesuai
dengan tebalnya obyek (nomor atom berbeda) yang akan difoto. Pengaturan Focus
Film Distance (FFD) yaitu jarak antara sumber sinar ke film, hubungannya dengan
faktor eksposi adalah bahwa semakin dekat jarak FFD maka faktor eksposi harus
dikurangi.
Pengaturan Central Ray (CR)
Central Ray adalah arah berkas sinar terhadap obyek yang diperiksa , yaitu :
Antero Posterior
Postero Anterior
Dorso Ventral
Ventro Dorsal
Dorso Plantar
Planto Dorsal
Supero Inferior
Infero Superior
Latero Medial
Medio Lateral
Translateral
Caudo Cranial
Cranio Caudal
Axial
Tangensial
3) Corpus Alienum (Foreign Body), yaitu adanya benda asing yang masuk ke dalam
tubuh didalam tubuh seperti tertelan, tertembak dll. Foto rontgen yang dibutuhkan
harus dapat memperlihatkan letak dan kedudukan benda asing tersebut dari aspek
PA dan laeral ataupun teknik radiografi lain yang menunjang. Dalam membuat foto
FB bekas luka tembak harus di beri logam yang di plester agar dapat diketahui
kedudukan FB dan seberapa jauh FB dari luka.
4) Kelainan Patologis, yaitu kelainan akibat penyakit yang dapat dilihat dari densitas,
kerapatan, trabekula dll.
Daftar Pustaka
68
Hamzah, muhkta dr, prof.Dr Siti Aisyah. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Frise, silvia a. Lorrren. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep klinis proses proses penyakit.
Jakarta:EGC
69