Anda di halaman 1dari 47

PENGETAHUAN DASAR

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pengetahuan dasar ilmu kesehatan kulit dan kelamin meliputi :


1. Anatomi kulit
2. Fungsi Kulit
3. Anatomi alat kelamin
4. Mikrobiologi kulit
5. Mikrobiologi alat kelamin
6. Histipatologi kulit
7. Morfologi (ruam kulit) dan cara menegakkan diagnosis (pembuatan status)
8. Pengetahuan dasar imunologi

I. ANATOMI KULIT
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, bersifat elastis dan melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungan. Beratnya 15% dari berat tubuh dengan luas 1,50-1,75 mm 2. Tebal kulit
bervariasi antara 0,5 mm – 6 mm. Paling tipis adalah kulit penis dan yang paling tebal di telapak
tangan dan kaki. Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutis.

1
2
Epidermis

Epidermis terbagi atas 3 lapisan :


1. Lapisan Basal atau Stratum Basale
2. Lapisan Malphigi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Stratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum

Pada telapak tangan dan kaki dijumpai lapisan tambahan diatas lapisan granular yaitu
stratum lusidum atau lapisan sel – sel jernih.
Lapisan basal terdiri dari 1 lapis sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
tersusun palisade ( seperti pagar ). Didalam sel-sel ini terdapat sitoplasma yang basofilik dengan
inti yang besar, lonjong, berwarna hitam, sel – sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi
reproduktif.
Pada lapisan basal ini terdapat melanosis yaitu sel dendrit yang membentuk melanin.
Melanin berfungsi untuk melindungi kulit terhadap sinar matahari. Semua ras mempunyai jumlah
melanosit yang sama. Perbedaan warna kulit bergantung pada kegiatan melanosit.
Lapisan Malphigi, merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat. Terdiri dari 4 –
8 sel poligonal yang dibagian atas menjadi lebih gepeng. Sel – sel ini mempunyai protoplasma
yang menonjol dan terlihat seperti duri-duri. Sel-selnya mengandung banyak glikogen. Diantara
sel-selnya terdapat sel Langerhans. Didapati jembatan antar sel yang merupakan desmosom
yang penting dalam penyakit-penyakit imunologi karena sering ditimbun oleh Ig. Lapisan granular
terdiri dari 2 – 3 lapisan tanpa inti, mengandung granula keratohialin, basofilik. Lapisan ini
berfungsi sebagai filter U.V.
Lapisan tanduk terdiri dari 20-25 lapis sel tanpa inti, gepeng, tipis dan mati. Pada bagian
permukaan, sel-sel ini terus menerus mengelupas tanpa terlihat. Pada kulit normal pembentukan
epidermis dari basal sampai stratum korneum berlangsung dalam 27 hari ( turn over time ).
Histologi sel lendir adalah sama dengan kulit tetapi tidak mengandung lapisan granular dan lapisan
tanduk kecuali di dorsum lidah dan palatum.
Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebasea, rambut dan kuku.

Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas jaringan sub kutan. Terdiri dari jaringan
ikat yang dibagian atas terjalin rapat ( pars papilaris ) sedang di lapisan bawah terjalin lebih
longgar ( pars retikularis ). Pars retikularis terdiri dari sel-sel penunjang, kolagen, elastin dan
retikulin. Pada lapisan ini didapati pula pembuluh darah, serabut saraf, rambut dan kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea.

Jaringan Sub Kutis

Merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara sub kutis dan dermis
tidak tegas. Mengandung banyak sel liposit yang menghasilkan banyak lemak yang disebut
Panikulus Adiposa. Jaringan sub kutis banyak mengandung pembuluh darah , serabut saraf dan
limfa, kandung rambut dan dilapisan atas jaringan ini terdapat kelenjar keringat.
Fungsi jaringan sub kutis adalah untuk penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat
penumpukan energi.

3
Vaskularisasi kulit diatur oleh 2 pleksus yaitu pleksus superfisialis yang terletak di bagian atas dan
pleksus profunda yang terletak pada sub kutis. Bergandengan dengan pembuluh darah ini,
terdapat saluran limfa.

Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri kelenjar kulit ( kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus ), rambut dan
kuku.

Kelenjar Kulit

Kelenjar ekrin berbentuk spiral dan bermuara langsung ke permukaan kulit. Kelenjar ini
terdapat di seluruh permukaan tubuh terutama di telapak tangan, kaki, dahi dan aksila. Sekresinya
bervariasi pada tiap individu dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, rangsang panas, status
emosional, dll.
Sekretnya mengandung 99,5% air ditambah dengan sisa elektrolit, karbohidrat, asam amino, urea,
laktat, amonia, hormon, obat, vitamin, dll dengan pH 4 – 6,8. Kelenjar ini berfungsi sebagai
termoregulasi.
Fungsi kelenjar apokrin pada manusia belum jelas benar. Kelenjar ini terdapat di aksila,
areola mamma, anogenital, kelenjar mata, saluran telinga luar. Sekretnya kental, mengkilat,
dipengaruhi saraf adrenergik dan ketokolamin dan pengeluarannya episodik, meskipun diproduksi
terus menerus. Kelenjar ekrin dan apokrin baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran.
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar holokrin, terdapat diseluruh permukaan kulit kecuali
telapak tangan dan kaki. Sekretnya disebut sebum, mengandung asam lemak bebas, skualen,
wax ester dan kolesterol. Kelenjar ini aktif pada bayi, berkurang pada anak dan bertambah saat
pubertas.

Rambut

Rambut terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali telapak tangan dan kaki, dorsal falang,
distal jari tangan dan kaki, labium minor dan bibir. Ada 2 jenis rambut yaitu rambut velus ( lanugo )
yang halus, sedikit mengandung pigmen dan terdapat pada bayi dan rambut terminal yang lebih
kasar , didapat pada dewasa.
Rambut terdiri dari akar rambut yang terdiri dari sel-sel tanpa keratin dan batang rambut
yang terdiri dari sel-sel keratin. Batang rambut adalah rambut yang muncul dari permukaan kulit.
Akar dan bagian bawah kandung rambut mengandung sel-sel matriks rambut. Bagian dermis yang
masuk kedalam kandung rambut disebut papil. Melanosit terdapat pada bagian atas kandung
rambut dan menghasilkan pigmen yang memberi warna pada rambut. Pertumbuhan rambut
berlangsung secara siklik dimana pada fase anagen ( 2-6 bulan ) rambut tumbuh dengan
kecepatan 0,35 mm/hari diikuti fase katagen yang merupakan fase transisi istirahat dan akhirnya
fase telogen ( istirahat ) yang berlangsung 3-4 bulan. 85% rambut berada dalam fase anagen dan
15% fase telogen. Kerontokan rambut 40-100 lembar/hari dianggap masih normal. Komposisi
rambut terdiri dari karbon 50-60%, hidrogen 6,26%, nitrogen 17,14%, sulfur 5,0% dan oksigen
20,80%.

4
Kuku

Merupakan lempeng yang terdiri dari keratin yang tebal dan padat. Kuku terdiri dari 2
bagian yaitu pinggir bebas, badan kuku dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh
lipatan kulit lateral dan proksimal. Kuku tumbuh dengan kecepatan 1mm/minggu, kuku tangan
tumbuh 2-3X lebih cepat dari kuku kaki. Fungsi kuku menjadi penting ketika mengutip benda-
benda kecil.

II. FUNGSI KULIT

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan diri denga lingkungannya.


1. Sebagai pelindung ( proteksi )
2. Fungsi ekskresi
3. Fungsi absorbsi
4. Keratinisasi
5. Pembentuk pigmen
6. Termoregulasi
7. Pembentuk vitamin D
8. Persepsi
9. Peran dalam imunologi kulit

1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga tubuh dari gangguan fisik, kimia, suhu, sinar ultraviolet dan mikro
organisme. Proteksi terhadap gangguan fisik dan mekanis dilaksanakan oleh stratum korneum
pada telapak tangan dan kaki dan proses keratinisasi berperan sebagai barier mekanis. Serabut
elastis dan kolagen menyebabkan adanya elastisitas kulit dan lapisan lemak pada sub kutis juga
sebagai barier terhadap tekanan.
Proteksi terhadap gangguan kimia dilaksanakan oleh stratum korneum yang impermeabel
terhadap berbagai zat kimia dan air serta adanya keasaman kulit.
Proteksi tehadap radiasi dan sinar ultraviolet dilaksanakan oleh melanosit, ketebalan
stratum korneum dan asam uroleanat yang dijimpai pada keringat.

2. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat dan sisa metabolisme seperti Na Cl, urea, asam urat,
amonia. Kelenjar sebasea menghasilkan sebum yang berguna untuk menekan evaporasi air yang
berlebihan. Kelenjar keringat mengeluarkan keringat beserta garam-garamnya.

3. Fungsi Absorbsi
Fungsi absorbsi dimungkinkan dengan adanya permeabilitas kulit. Absorbsi berlangsung
melalui celah antar sel, menembus epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Kulit yang sekat
tidak mudah menyerap air, larutan atau benda-benda padat dan lebih mudah menyerap cairan
yang menguap. Kemampuan absorbsi dipengaruhi oleh ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, umur, trauma pada kulit dan jenis vehikulum.

5
4. Fungsi Keratinisasi
Keratinisasi adalah proses diferensiasi sel-sel stratum basale menjadi sel-sel yang
berubah bentuk dan berpindah ke lapisan atas menjadi sel-sel yang makin gepeng dan akhirnya
mengalami deskuamasi. Proses keratinisasi ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

5. Fungsi Pembentukan Pigmen


Pembentukan pigmen kulit dilaksanakan oleh sel melanosit yang ada di stratum basale.
Proses pembentukan melanin terjadi didalam melanosom yang terdapat dalam melanosit dan
kemudian melalui dendrit-dendritnya membawa melanosom ke sel keratinosit, jaringan sekitarnya
bahkan sampai ke dermis. Warna kulit ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran, distribusi pigmen,
ketebalan kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

6. Fungsi Termoregulasi
Pengaturan regulasi panas dilaksanakan oleh sekresi kelenjar keringat, kemampuan
pembuluh darah untuk berkontraksi dan vaskularisasi kulit yang banyak pada dermis. Panas tubuh
keluar melalui kulit dengan cara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.

7. Fungsi Pembentukan Vitamin D


Pembentukan Vitamin D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu
dengan mengubah 7 dehidro kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet B. Walaupun didapat
pembentukan vitamin D ditubuh tapi kebutuhan ini belum cukup sehingga perlu pemberian vitamin
D dari luar.

8. Fungsi Persepsi
Fungsi persepsi dimungkinkan dengan adanya saraf sensori di dermis dan sub kutis.
Persepsi yang dapat diterima kulit adalah perabaan, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit.
Persepsi raba terletak pada badan taktil Meisnier yang berada di papila dermis dan Merkel Ranvier
di epidermis. Persepsi tekana oleh badan Vater Paccini di epidermis, rasa panas oleh badan
Ruffini di dermis dan sub kutis, rasa dingin oleh badan Krause dan rasa sakit oleh “ free nerve
ending”. Saraf-saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.

9. Peran dalam imunologi kulit


Pada kulit didapat apa yang disebut SALT ( Skin Associated Lymphoid Tissue ) yang
terdiri dari sel Langerhans, keratinosit, saluran limfatik kulit dan sel endotel kapiler khusus yang
memiliki reseptor khusus untuk menarik sel limfosit T kedalam epidermis.
Sel Langerhans berfungsi sebagai antigen presenting cell yang membawa antigen ke sel
limfatik dalam reaksi alergi kontak. Sel keratinosit memproduksi cairan yang mengandung protein
yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke epidermis untuk membentuk antigen
kompleks yang potensial.
Keratinosit juga memproduksi Limphokine Like Activity seperti Epidermal Thymocyte
Activating Factor ( ETAF ) yang identik dengan IL-1 dan berbagai fungsi lain. SALT juga sangat
penting untuk memonitor sel-sel ganas yang timbul akibat radiasi UV, zat kimia maupun oleh virus
onkogenik. Sampai saat ini peranan SALT masih terus diselidiki.

6
III. ANATOMI ALAT KELAMIN

Alat kelamin dibagi 2 yaitu alat kelamin laki-laki dan alat kelamin wanita.
 ALAT KELAMIN LAKI-LAKI terdiri dari :
1. Uretra
2. Penis
3. Prostat
4. Vesikula Seminalis
5. Duktus deferens
6. Testis dan epididimis

Uretra
Adalah organ yang berbentuk huruf S terbalik dengan panjang ± 20 cm, terdapat antara
Ostium Uretra Internum ( OUI ) dan Ostium Uretra Eksternum (OUE). Uretra dibedakan atas uretra
posterior ( terdiri atas pars prostatika dan pars membranasea ) dan uretra anterior ( pars
spongiosa ).
Uretra pars prostatika terletak antara OUI dan fasia diafragmatika urogenital superior
dengan panjang ± 3 cmdan merupakan bagian terlebar uretra. Bagian ini terdiri dari sel-sel
transisional.
Uretra pars membranasea merupakan bagian uretra yang terpendek dan tersempit dan
terdiri dari epitel transisional. Di bagian dorsolateral kanan & kiri terletak kelenjar bulbo uretralis
Cowper. Pars membranasea ini dilingkari otot sfingter uretra eksterna.
Uretra pare spongiosa merupakan bagian uretra ynag terpanjang, terdiri dari sel-sel epitel
torak kecuali 12mm terakhir dilapisi epitel gepeng berlapis. Di dinding atas dan sisi terdapat muara
kelenjar uretra ( Littre ) yang mengarah ke muka.

Penis
Pada penis terdapat 3 badan penggembung ( erektil ) :
1. Korpus spongiosum penis ( 1 ) yang meliputi penis
2. Korpus kavernosus penis ( 2 ) disebelah dorso lateral kanan dan kiri
Korpus spongiosus penis pada ujung sebelah dalam membentuk bulbus penis (umbi
zakar) dan pada ujung bebas menbentuk glans penis. Glans penis diliputi kulup (preputium) yang
sebelah ventralnya berhubungan dengan glandula melalui frenulum prepusium dan pada kedua
frenulum bermuara kelenjar sebasea yaitu glandula Tyson yang membentuk smegma.
Korpus kavernosus berada disekitar akar penis masing-masing membentuk krus penis
yang memperoleh fiksasi pada ramus inferior osis pubis dan ramus superior osis iskii.

Prostat
Terletak dibawah V.Urinaria, diatas diafragma urogenital meliputi bagian pertama uretra.
Terdiri dari 2 lobus lateralis dan 1 lobus medialis dan bermuara pada uretra pars prostatika.

Vesikula Seminalis
Ada 2, kanan dan kiri, berbentuk lonjong dengan panjang 5 cm. Saluran keduanya bersatu
dengan bagian akhir duktus deferan untuk membentuk duktus ejakulatorius.

7
Duktus Deferens
Merupakan pipa penghubung antara kutub dibawah epididimis dan alas prostat kanan dan
kiri. Saluran ini berjalan naik dibelakang epididimis lalu ikut membentuk furikulus spermatikus.
Bagian akhir melebar membentuk ampula duktus deferentis, menyempit dan bersatu dengan
saluran vesikula seminalis duktus ejakulatorius.

Testis dan Epididimis


Keduanya terbungkus dalam kantong buah zakar ( skrotum ) epididimis melekat pada
permukaan posterolateral buah zakar testis. Dari rete testis dilepaskan ± 20 saluran duktulus
eferensis yang membentuk kutub atas epididimis lalu bersatu menjadi satu saluran yang berliku-
liku dan membentuk kaput dan kauda epididimis.

  ALAT KELAMIN WANITA


Alat kelamin wanita dan pria
mempunyai asal yang sama, tapi dalam perkembangan terjadi perbedaan.

Vulva
Adalah organ genital eksternal wanita yang terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut :
1. Mons veneris dan labium mayus
Kedua labium mayus pudenda masing-masing berasal benjolan genital kanan dan kiri yang
pada pria menjadi skrotum. Penyatuan kedua labium ini dibagian ventrokranial menjadi mons
pubis atau mons veneris yang banyak mengandung jaringan lemak sub kutis. Sesudah
pubertas bagian ini ditutupi rambut.
2. Labium mayus
Penyatuan labium mayus kanan dan kiri dibagian belakang bersatu pada pada komisura
posterior ± 2,5 cm didepan anus. Dalam labium mayus terdapat jaringan lemak berbentuk
kumparan.
3. Labium minor
Berasal dari lipatan-lipatan urogenitalis kanan dan kiri yang pada wanita tidak bersatu digaris
tengah. Dimuka keduanya bertemu membentuk preputium klitorides dan ke belakang bersatu
dalam komisura posterior ( fourchette )
4. Klitoris ( kelentit )

8
Terletak dipertengahan labium minora kanan dan kiri terdiri dari jaringan erektil dan alat ini
ekuivalen dengan penis pada pria.
5. Vestibulum pudenda ( serambi kemaluan )
Adalah ruiangan yang dibatasi kedua labium minora, dan pada ruangan ini bermuara OUE,
saluran kelenjar Bartholini dan ostium vaginae.
6. Kelenjar Bartholini
Ada dua, bermuara dipermukaan dalam labium minus pada perbatasan antara 2/3 bagian
depan dan 1/3 bagian belakang. Muara saluran ini ditutupi lipatan-lipatan mukosa dan epitel
kolumnar.

Himen ( Selaput Dara )


Merupakan lipatan mukosa yang membatasi ostium vaginae pada gadis.

Uretra
Pada wanita panjangnya ± 3 cm, kelenjar Skene terletak disebelah kanan dan kiri lateral
dari OUE dan salurannya bermuara di vestibulum vaginae OUE.

Vagina
Adalah saluran penghubung antara vestibulum pudenda dan servik uteri. Dinding depan
mempunyai panjang 9 cm dan yang belakang 14 cm. Vagina sendiri dari epitel gepeng berlapis
dan mengandung banyak glikogen. Sekresi yang normal mengandung sel epitel, basil gram
(+).dan basil Döderlein. Basil-basil ini akan memproduksi asam laktat sehingga pH vagina bersifat
asam ( 4,5 ) yang berperan mencegah infeksi.

Uterus ( rahim )
Terdiri dari leher rahim ( serviks ) dan badan ( korpus ) uterus. Korpus uterus terdiri dari 3
lapisan yaitu : andometrium, miometrium dan perimetrium. Dibagioan dalam terdapat rongga rahim
( cavum uteri ). Bagian atas korpus uteri disebut fundus uteri dan di kedua sudut fundus uteri
bermuara saluran tuba ( tuba uiterina ) kedalam kavum uteri.

Tuba uterina dan Ovarium


Melintang disisi kanan dan kiri rahim dengan panjang ± 12 cm terdiri dari pars uteri, ismus,
ampula, dan fibrie. Saluran ini dilapisi epitel torak berambut getar. Ovarium melekat pada
permukaan belakang ligamentum latum uteri.

9
10
Sistem pembuluh getah bening dan kelenjar kelenjar getah bening alat kelamin
Ada dua kelompok besar yaitu :
1. Traktus horizontalis kelenjar inguinal superfisial dan kelenjar-kelenjar inguinal dalam
(profundus)
2. Kelenjar-kelenjar getah bening dalam panggul dan sepanjang aorta abdominalis yang
terutama merupakan kelenjar-kelenjar regional bagi alat-alat reproduksi.

1. Pada Pria
 Penis : - ditampung kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial
- kadang-kadang ditampung kelenjar-kelenjar iliaka eksterna.
- Pembuluh getah bening ( PGB ) dalam ditampung kelenjar inguinal dalam
medial.
 Skrotum : ditampung kelenjar superfisial medial.
 Uretra :
Pars spongiosa : kelenjar superfisial medial, kelenjar inguinal dalam dan kadang-kadang oleh
kelenjar iliaka eksterna.
Pars prostatika dan membranasea ditampung kelenjar vesikal lateralis dan terus ke kelenjar
iliaka interna.
 Prostata, v.seminalis : ditampung kelenjar sakral iliaka eksterna, iliaka interna dan anorektal
 Testis dan epididimis : ditampung kelenjar-kelenjar sepanjang aorta abdominalis.

2. Pada Wanita
 Labium mayus : kelenjar inguinal superfisial medial, kadang-kadang oleh kelenjar
iliaka eksterna.
 Labium minus : kelenjar inguinal superfisial medial, inguinal dalam, iliaka interna.
 Kelenjar Bartholini : kelenjar-kelenjar vesikal anterior
 Klitoris : - anyaman PGB dangkal ditampung kelenjar-kelenjar inguinal dalam
medial.
- anyaman PGB dalam ditampung kelenjar-kelenjar iliaka eksterna
 Uretra : kelenjar inguinal superfisial medial, kelenjar inguinal dalam interiliaka
dan gluteal inferior.
 Ovarium : kelenjar sepanjang aorta abdominalis
 Uterus : FU : Ovarium
Korpus uteri : kelenjar sepanjang aorta, kelenjar inguinal superfisial
dan interiliaka
. Serviks uteri : kelenjar –kelenjar iliaka dan kelenjar-kelenjar
sepanjang aorta
 Vagina : Bagian kranial : beranastomose dengan serviks uteri lalu ke kelenjar
iliaka eksterna dan inter iliaka
Bagian kaudal : kelenjar interiliaka gluteal interior dan beberapa
kelenjar inguinal superfisial.
Bagian dorsal : kelenjar anorektal

11
IV. MIKROBIOLOGI KULIT

Pada kulit manusia selalu terdapat kolonisasi bakteri. Adanya kolonisasi bakteri
disebabkan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan yang berguna untuk
pertumbuhan mikroorganisme seperti lemak, nitrogen, mineral yang merupakan hasil proses
keratinisasi kulit dan apendiksnya. Bakteri-bakteri ini ada yang bersifat komensal dan ada yang
dapat menimbulkan penyakit pada kulit. Frekuensi kontaminasi bakteri untuk menimbulkan
penyakit pada kulit bergantung pada :
- Virulensi organisme
- Besarnya inokulasi
- Tempat masuk kuman
- Imunitas hospes
Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Karier ( pembawa kuman )
adalah hospes yang mengandung bakteri patogen tanpa gejala klinis yang ditimbulkan oleh bakteri
tersebut.
Virulensi adalah perbedaan strain dalam suatu spesies patogen dan meliputi semua bahan-bahan
yang ada dalam organisme tersebut pada lokasi yang baru.

Pertahanan Kulit

Perlindungan kulit terhadap mikro organisme dilaksanakan dengan berbagai mekanisme


seperti :
1. Keadaan kulit
Ada berbagai teori. Arnold, Merchionini mengemukakan adanya “acid mantle” yaitu keasaman
kulit yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan kulit. Sekarang ini dikatakan bahwa yang
bertanggung jawab terhadap perbedaan ukuran menghilangnya bakteri dari daerah asam atau
alkali adalah desikasi. Derajat kekeringan kulit yang relatif dapat membatasi pertumbuhan kuman
gram (-)
2. Mekanisme kimiawi
Pada permukaan kulit terjadi pemecahan ester-ester sebum oleh flora komensal sehingga
terbentuk asam-asam lemak bebas berantai karbon yang tidak jenuh dab asam-asam lemak ini
beserta faktor kekeringan dapat mengeliminasi Staphylococcus aureus.
3. Fenomenan interfensi bakteri
Bagaimana pengaruh supresif strain bakteri terhadap bakteri lain masih sulit diterangkan tetapi
terdapat bukti bahwa kolonisasi 1 strain Staphylococcus dibeberapa tempat dapat menganggu
kolonisasi strain lain.
4. Bakteri normal dikulit
Adanya bakteri penghasil antibiotika dapat menghambat pertumbuhan mikro organisme lain.

Flora normal kulit

Ada 2 jenis flora normal pada kulit yaitu flora transien dan flora residen. Adapun peranan flora
normal ini adalah :
1. Pertahanan terhadap infeksi dengan jalan interfensi bakteri
2. Memproduksi asam lemak bebas C.acnes dan Coccus gram (-) dapat menghidrolisis
lemak sebum dan menghasilkan asam lemak bebas. Corynaebacteria aerobic
menyebabkan bau pada sekret kelenjar apokrin di ketiak.

12
Flora Transien
Berasal dari luar kulit, bersifat patogen, mudah dihilangkan dari kulitdengan cara menghapus
dengan desinfektan, tidak dapat memperbanyak diri dan jenis organismenya sangat banyak a.l :
1. Organisme erobik yang membentuk spora ( Bacillus sp.)
2. Streptococcus
3. Neisseria
4. Basil gram negatif yang berasal dari daerah intertriginosa

Flora Residen
Hidup saprofit pada kulit normal, stabil di permukaan kulit kalau disucihamakan mudah kembali
sepertti semula dan memperbanyak diri secara teratur. Yang termasuk jenis flora ini adalah :
1. Famili Micrococcaceae ( termasuk Micrococcus, Staphylococcus, Sarcina )
2. Corynaebacterinaceae
3. Aerobic diphteroid

Berdasarkan kemampuan membentk gluikosa dalam kondisi anerobik Micrococcaceae dibagi


dalam genus Staphylococcus yang memberi reaki positif dan genus Micrococcacea yang
memeberi reksi negatif. Masing-masing genus terbagi lagi atas sub difisi berdasarkan kemampuan
organisme memproduksi asam dari gula, pembentukkan phosphatase, pembentukkan aceton dari
glukosa.
S I adalah Staphylococcus aureus, S II dan S V disebut Staphylococcus epidermidis.
S IV adalah Strain yang memproduksi asam dari manitol secara erobik.
S I jarang sitemuksn dalam jumlah besar pada kulit normal dewasa.
S II sampai V dapat diisolasi dari hampir setiap kulit normal.
S IV dapat meragi manitol secara erobik.

Micrococcus
 Tipe M1 dan M2 sering ditemukan didaerah intertriginosa.
 Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa
 Tipe M7 : Sarcina Lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal daripada dermatitis

Corynebacteria.
C. aerobic diphtheroid merupakan genus yang non patogen. Organisme ini adalah batang
Gram (+).
Anaerobic diphtheroid
C. acnes merupakan flora residen di kulit terutama di folikel kelenjar sebum dan bertanggung
jawab pada sebagian besar lipolisis dalam kanal folikel. Jumlahnya bertambah setelah akil balik.

Organisme gram (-)


Termasuk Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa dan organisme grup Mima-Herellea.

13
Flora pada orifisium tubuh
- Meatus auditorium eksternum
Didapati Micrococci, Diphtheroid dan basil tahan asam non patogen.
- Vestibulum nasi
Organisme yang dijumpai adalah Micrococci, Diphtheroid, Staphylococcus (pada separuh
sampel) dan kadang-kadang streptococcus pyogenes.
- Umbilikus
Dijumpai Staphylococcus aerus pada bayi segera setelah lahir. Juga ditemukan Streptococcus
pyogenes.
- Aksila
Dijumpai kolonisasi Staphylococci, Micococci dan Coryneform. Bakteri lain adalah P. Acnes, P.
Avidum dan spesies Acinetobacter.

V. MIKROBIOLOGI ALAT KELAMIN


- Uretra
Dalam jumlah kecil dijumpai Microccoci dan Diphtheroid kemungkinan dijumpai
Mycobacterium smegmatis pada sekret preputium pria dan wanita.
- Vulva
Dijumpai organisme aerobik termasuk Microccoci, Enterococci dan eoliform
- Vagina
Dijumpai basil doderlein, candida albicans

Faktor Modifikasi
Telah diketahui adanya berbagai faktor yang mempengaruhi populasi mikroorganisme,
antara lain :
1. Abstinensia mandi : tidak meningkatkan jumlah mikroorganime, mandi mungkin hanya
berpengaruh sesaat untuk mengurangi flora, bahkan mungkin
menyebabkan diseminasi flora dalam 1-2 jam.
2. Musim hanya berpangaruh sedikit. Bila suhu luar dan kelembaban meningkat, jumlah organisme
juga meningkat.
3. Hidrasi yang meningkat juga menambah total flora yang bertambah mula-mula staphylococcus
dan Micrococcus, tapi kemudian yang dominan adalah diphtheroid sedangkan micrococci
menjadi berkurang.

14
VI. HISTOPATOLOGI KULIT

Pemeriksaan histopatologi (HP) kulit berperan penting dalam menunjang penegakan


diagnosis disamping pemeriksaan-pemeriksaan lain, bahkan kadang-kadang diagnosis hanya
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan HP. Kadang-kadang pula beberapa penyakit kulit
memberi gambaran HP yang mirip, karena itu data klinis yang lengkap sangat membantu
menentukan kesimpulan pemeriksaan HP.
Potongan jaringan yang akan diperiksa didapat dengan cara biopsi dengan pisau ataupun
plong (punch). Pada beberapa penyakit kulit, pernyataan kulit normal dibutuhkan dan beberapa
penyakit kulit lainnya, kulit normal tidak dibutuhkan, lesi yang dibiopsi sebaiknya lesi primer.
Jaringan yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan fiksasi seperti formalin 10 %
atau formalin buffer supaya menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan rutin biasanya
menggunakan Hematoksilin Eosin (HE), pewarna lain adalah Orsein dan Giemsa.

Perubahan Histopatologik
1. Di Epidermis
 Hiperkeratosis : Penebalan lapisan korneum.
 Parakeratosis : Hiperkeratosis dimana inti sel masih terikat.
 Ortokeratosis : Hiperkeratosis dimana inti tidak terikat
 Hipergranutosis : Penebalan lapisan granulosum
 Hiperplasia : Penebalan epidrmia karena jumlah selnya yang bertambah
 Akantosis : Penebalan lapisan spinosum
 Hipoplasia : Penipisan epidermia karena jumlah selnya berkurang
 Hipertrofi : Penebalan epidermia karena sel-selnya bertambah besar
 Atrofi : Penipisan epidermia karena sel-selnya mengecil dan berkurang,
biasanya disertai rete ridge yang mendatar
 Spongiosis : Penimbunan cairan diantara sel-sel epidermis sehingga celah
diantara sel bertambah renggang
 Degenerasi balon : Edema sel epidermis sehingga sel menjadi besar dan bulat.
 Eksositosis : Sel-sel radang yang masuk kedalam epidermis dapat pula sel
darah merah
 Akantosis : Hilangnya daya kohesi antara sel-sel epidermis sehingga
menyebabkan terbentuknya celah, vesikal atau gula
didalam epidermis.
 Sel diskeratotik : Sel epidermis yang menjalani keratinisasi lebih awal sitoplasma
eosinofilik dan intinya kecil, kadang-kadang tidak nampak lagi.
 Nekrosis : Kematian sel atau jaringan setempat pada organisme yang masih
hidup
 Degenerasi Hidropik : stratum basale :rongga-rongga dibawah atau diatas membawa
basalis yang dapat bergabung dan terisi serum, sehingga lambat
laun dapat merusak susunan stratum basale yang mula-mula
teratur sepert pagar menjadi tidak teratur
 Celah : ruangan tanpa cairan

15
2. Dermis
 Papilomatosis : Papil yang memanjang melampui batas permukaan kulit
 Degenerasi hialin : kolagen yang bergabung dan warnanya lebih merah
 Fibrosis : Jumlah kolagen yang bertambah serta susunannya berubah dan
sel fibroblas bertambah banyak
 Sklerosis : Jumlah kolagen bertambah, susunan berubah tampak lebih
homogen dan eorinofilik seperti degenertasi hialin dengan
jumlah fibroblas yang berkurang

Pada proses peradangan dapat ditemukan dalam dermis infiltrasi berbagai sel radang seperti
netrofil, limfosit, plasma, histiosit, eosinofil,. Sel-sel ini dapat tersebar di dermis atau diantara
serabut kolagen atau tersusun di sekitar pembuluh darah atau tersusun sejajar epidermis sehingga
menyerupai pita ( likenoid ) atau membentuk bulatan dengan batas tegas ( nodular ). Bila masuk
ke dinding pembuluh darah : vaskulitis.

Jaringan sub kutis

Banyak penyakit kulit dengan kelainan yang lebih menonjol di jaringan sub kutis, seperti eritema
nodosum, skleroderma dan jamur dalam. Kelainannya dapat berupa peradangan, proses
degeneratif, nekrosis jaringan atau vaskulitis.

16
VII. RUAM KULIT DAN CARA PEMBUATAN STATUS
Archianda Arsad, Emil R Darwis

Ruam Kulit

Ruam kulit atau lesi kulit


Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam kulit. Karena
tahapan – tahapan pemeriksaannya adalah anamnesis, inspeksi ruam dan palpasi. Dan untuk
menegakkan diagnosispun dimulai dengan melihat ruam kulit.

Morfologi kelainan kulit adalah ilmu yang mempelajari ruam kulit (effloressensi kulit).
Ruam kulit terbagi dua yaitu ruam primer dan ruam sekunder.

Ruam primer adalah ruam kulit yang timbul pertama kali tidak
dipengaruhi oleh trauma dan manipulasi (garukan,gosokan) atau regresi alamiah dengan
berlanjutnya waktu seperti : makula, papula, plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustul dan
kista.

Ruam sekunder timbul akibat garukan / gosokan ataupun lanjutan dari ruam primer, atau
terbentuk akibat perkembangan waktu bisa berupa : skuama, krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks.

Terminologi ruam kulit :

Ruam primer :

Makula : kelainan kulit berbatas tegas setinggi permukaan kulit berupa


perubahan warna, bisa putih, coklat, merah dan hitam.

Papul : penonjolan padat di atas permukaan kulit, sirkumskrip , diameter


< 0,5 cm

Plak : penonjolan padat yang mendatar di atas permukaan kulit,


diameter > 0,5 cm.

17
Nodul : penonjolan padat di atas permukaan kulit,
sirkumskrip, diameter > 0,5 cm tapi < 1 cm.
Nodus/tumor: masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan
diameter > 1 cm.

Kista : suatu kantong yang berisi cairan, bisa encer atau semi solid

Vesikel : gelembung berisi cairan jernih (serum) dengan diameter <0,5


cm.

Bula : vesikel yang lebih besar dari 0,5 cm

Pustul : vesikel berisi nanah

Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler

Abses : kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis atau subkutis

Urtika : edema setempat yang temporer (berbentuk papul atau plak)


timbul mendadak, hilang perlahan – lahan.

18
Ruam sekunder :

Erosi : kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basale,


misalnya kulit digaruk.
Ekskoriasi : kehilangan jaringan lebih dalam dari erosi sampai ujung
papilla dermis.
Ulkus : hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi sehingga
terbentuk pinggir, dinding, dasar dan isi ulkus
Fissura : kulit terbelah secara linier, vertikal pada
epidermis dan dermis.

Krusta : cairan eksudat yang mongering, dapat bercampur dengan


kotoran, obat dsbnya.

Skuama : adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.

Likenifikasi : perubahan kulit sehingga relief kulit makin jelas


Sikatriks : relief kulit tidak normal akibat jaringan tidak utuh lagi
dan timbul kumpulan jaringan ikat baru, bisa mencekung (atrofik)
atau meninggi (hipertrofik)

Ruam khusus :

Vegetasi : pertumbuhan berupa penonjolan – penonjolan bulat atau


runcing menjadi satu
Papul yang verukosa : papul yang permukaannya verukosa,
misalnya pada veruka.
Nodul yang verukosa : nodul yang permukaannya verukosa,
misalnya pada veruka

19
Teleangiectasi :pelebaran pembuluh darah kecil superficial (kapiler,
arteriol, dan venul) yang menetap pada kulit.
Petekie : keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, karena
itu, tidak memucat bila ditekan. diameter < 5 mm.
Purpura: petekie yang lebih lebar > 5 mm.

Purpura terbagi 2 :
1. Non palpable macula : kerusakan pembuluh darah, tanpa inflammasi, akibat kerapuhan
pembuluh darah.
Non palpable macula : - petekia (makula < 5mm)
- ekimosis ( makula > 5mm)
2. Palpable papular : akibat kerusakan pembuluh darah oleh inflammasi (vaskulitis)

Burrow :terowongan yang berkelok – kelok yang meninggi di


epridermis superficial yang ditimbulkan oleh parasit.

Komedo : ruam akne yang non inflamasi yang timbul akibat


tersumbatnya keratin di muara saluran pilosebasea.

Lesi target : terdiri dari 3 zona yang berbentuk lingkaran,


lingkaran pertama mengandung purpura atau vesikel di bagian
tengah yang dikelilingi oleh lingkaran pucat (lingkaran kedua),
lingkaran ketiga adalah lingkaran eritema. Lesi target biasanya
dijumpai di telapak tangan penderita eritema multiforme (gambaran
seperti mata sapi).

20
Dalam mendeskripsikan ruam (dalam pembuatan status) setiap ruam baik primer maupun
sekunder haruslah dijabarkan dalam : bentuk, jumlah, susunan, letak, dan gambaran.

Ruam :
Primer : Ruam harus dideskripsikan/dijabarkan menurut :

- Bentuk : makula, papula, vesikula, plak, nodula, pustule, tumor, kista.

- Jumlah : tunggal (nodul), multiple (herpes zoster)

- Ukuran : milier : sebesar kepala jarum pentul


(pada miliaria rubra, morbili)

lentikuler : sebesar jagung atau kacang tanah


(pada prurigo, ptiriasis rosea)

numuler : sebesar uang logam (Rp 100)


(pada dermatitis numularis)

Plakat : sebesar daun mangga


(pada T. korporis, Psoriasis)

Geografis : lebih lebar dari daun mangga


( T. korporis, T. versicolor, Psoriasis)

- Susunan : Soliter : sendiri (nevus)

Berkelompok : (herpes zoster, dermatitis herpetiformis)

Diseminata : menyebar rata ke seluruh permukaan tubuh


tapi terpisah (varisela dan scabies)

- Letak : Diskret : terpisah dekat


(prurigo nodularis, varisela ringan)

Difus : merata sama besar, jaraknya


(miliaria rubra, akne vulgaris)

Konfluens : beberapa ruam bergabung


(herpes zoster)

- Gambaran : Anuler : seperti cincin


(T. korporis, MH, psoriasis, ptirisis rosea)

Kombiformis : (hen and chiken configuration ) :


Ruam besar dikelilingi ruam – ruam kecil
(dermatitis kontak, kandidiasis intertrigo)

21
Polisiklis : beberapa lingkaran menjadi satu
(impetigo krustosa, T. korporis)

Arsiner : setengah lingkaran


(impetigo vesiko bulosa/krustosa)

Sirsiner : bulat seperti lingkaran


(T. korporis, impetigo)

Geografis : seperti peta


(urtikaria, T. korporis, morbus Hansen)

Lesi iris : seperti mata


(erithema multiforme)

Folikuler : mengikuti folikel rambut


(keratosis folikularis, TV, impetigo Bochardt)
Sekunder : Ruam yang harus dideskripsikan/dijabarkan menurut
- Bentuk : skuama, krusta, erosi, eskoriasis, ulkus, fisura, sikatriks,
likenifiksi, hiperpigmentasi.

- Jumlah : tunggal (ulkus durum), multipel (ulkus mole)

- Ukuran : milier (erosi, ekskoriasi, ulkus herpes simpleks)

lentikuler (ulkus pada ektima), numuler (sikatriks)

plakat (hiperpigmentasi)

- Susunan : soliter (ulkus durum), berkelompok (ulkus herpes simpleks)

diseminata (skuama, krusta, eksoriasis pada varisela)

- Letak : diskret (krusta pada varisela), difus (skuama pada psoriasis

eritrodermik), konfluens (impetigo)

- Gambaran : anuler (erosi), korimbiformis (sifilis std II), polisiklis

(impetigo), arsiner, sirsiner, geografis.

22
ANALOGI KATA
DOMONKOS
Keluhan objektif :

(makula milier,petechie,eritem milier) Bintik – bintik : - merah


- putih
- hitam

(makula,purpura,eritem) Bercak – bercak : - merah


- putih
- hitam

(papel,vegetasi,komedo) Bintil – bintil : - merah


- putih
- hitam
- warna kulit

Nodul , tumor, kista Benjolan / tumor

Vesikel : Gelembung – gelembung kecil berisi cairan


Bula : Gelembung – gelembung besar berisi cairan

Pustule : Gelembung – gelembung kecil berisi nanah , bisul – bisul kecil

Bula purulenta : Gelembung – gelembung besar berisi nanah


Abses : bisul – bisul (besar)

ketebalan : - tipis
- sedang
- tebal
Skuama Sisik – sisik

Warna : - putih
- perak

Krusta : koreng – koreng, kudis – kudis


Erosi, eskoriasi : lecet – lecet
Ulkus : borok – borok, koreng – koreng , kudis – kudis
Papel pada kasus prurigo, scabies, insect bite : kudis – kudis
(sikatriks) : Parut
(plak, likenifikasi, keratosis) : Penebalan kulit / kulit menebal & mengeras
(sclerosis) : Kulit mengeras
(xerosis) : Kulit kering
(edema) : Pembengkakan

23
Keluhan subyektif :

Rasa gatal (paling sering)


Rasa panas (rasa terbakar)
Rasa dingin (rasa geli)
Rasa mencucuk
Rasa menyengat
Rasa menjalar
Rasa sakit / nyeri / mendenyut
Kebas /semut – semutan
Kurang berasa
Kepekaan kulit berlebihan
Mati rasa (tidak berasa)

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokalisasi :

Distribusi : lokal, regional, dermatomal, linear, generalisata, universal.

Ruam primer
Bentuk Jumlah Ukuran Susunan Letak Gambaran
Macula Tunggal Milier Soliter Difus Anuler
Hypopigmentasi Buah Lentikuler Berkelompok Diskret Sirsiner
Hyperpigmentasi Mulitipel Numuler Diseminata Konfluens Arsiner
Kecoklatan Plakat Koalisi Geografisme
Erithema Geografis Diseminata Gyrata
Polisiklis
Korimbiformis
Lesi iris

Ruam sekunder
Bentuk Jumlah Ukuran Susunan Letak Gambaran
Skuama Tunggal Milier Soliter Difus Anuler
Tipis Buah Lentikuler Berkelompok Diskret Sirsiner
Sedang Multipel Numuler Diseminata Konfluens Arsiner
Tebal Plakat Koalisi Geografisme
Putih Diseminata Circle
Polisiklis
Korimbiformis
Lesi iris

Pemeriksaan dalam ruangan terang (kalau perlu pakai kaca pembesar)


- INSPEKSI : lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas dan ruam khusus.
- PALPASI : cari tanda-tanda radang akut : dolor, kalor, fungsiolesa (rubor dan tumor),
indurasi, fluktuasi dan pembesaran kelenjar limfa.

24
CARA MEMBUAT DIAGNOSIS (PEMBUATAN STATUS)

TAHAPAN – TAHAPAN UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS :

ANAMNESIS : - Keluhan
- Riwayat penyakit
- Penggunaan obat – obatan :
*penyakit yang diderita
*penyakit lain
- Penyakit pada anggota keluarga
- Penyakit yang diderita pasien pada masa lampau
- Kebiasaan

Anamnesis tidak perlu terlalu rinci tetapi harus terarah kepada diagnosis banding.
PEMERIKSAAN : (Dalam ruangan terang, kalau perlu pakai kaca pembesar)
INSPEKSI : Untuk melihat lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran,
batas, ruam.
PALPASI : Untuk mencari tanda – tanda radang akut (dolor, kalor,fungsiolesa,
rubor, tumor, indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar limfe)

Prinsip – prinsip untuk menegakkan diagnosis (Looking Bill)

 Riwayat penyakit à anamnesis


 Pemeriksaan fisik
 Terminologi ruam – ruam kulit
 Korelasi patologi – patologi klinik
 Distribusi ruam – ruam kulit
 Pemeriksaan lab

Data dikumpulkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, kadang – kadang dibantu hasil
pemeriksaan lab, dibuat diagnosis banding secara umum kemudian dipilih diagnosis yang paling
tepat.
Pencatatan riwayat penyakit dibagi atas format pre-liminary dan format follow – up.
Bagian pemeriksaan fisik yang paling penting adalah INSPEKSI.

RIWAYAT PENYAKIT à anamnesis (history taking)


Pertanyaan pembuka adalah :
o Apa problem kulit anda ? (keluhan utama)
o Kapan mulai ?
o Bagaimana perkembangannya ?
o Bertambah baik atau makin parah ?
o Bagaimana gejala – gejalanya ? gatal ?

25
RIWAYAT PENGOBATAN :
Telah diberi (pengobatan) apa ?
Salep (bahan – bahan lain) atau obat makan / sistemik / topikal ?
Tidak adanya menyebutkan dermatitis kontak oleh pemberian obat topikal tapi perlu dicari apa
sebelumnya dermatitis kontak oleh getah pohon (gatal, karena diberi salep yang ada komponen
yang menimbulkan gatal). Akhirnya dalam pemberian resep harus ditanyakan obat yang sudah
pernah dipakai / diperolehnya. Pasien sering mengatakan “saya sudah pernah pakai obat ini tapi
tidak ada hasilnya. “
Dalam pembuatan status, setelah mendapat data – data riwayat penyakit dan penelusuran ruam –
ruam (tapi belum mendeskripsikannya di status) sebaiknya anda telah dapat menentukan
diagnosis sementara atau sekurang – kurangnya DB nya , supaya pertanyaan untuk anamnesis
bisa lebih fokus, misalnya DK tanya kerjanya, ada kena apa ? DA, NF, apa ada keturunan ?
Varisela, Skabies, apa ada keluarga yang kena ?

Pemeriksaan fisik (kulit)


Pemeriksaan kulit sebaiknya dalam cahaya terang : cahaya matahari langsung, lampu fluoresen,
kadang – kadang diperlukan kaca pembesar (Whichham striae)
Sekalipun pemeriksaan fisik paling banyak tergantung pada inspeksi, namun kita tidak boleh
meninggalkan pemeriksaan palpasi. Ada 2 kegunaannya, yaitu untuk mengetahui tekstur dan
konsistensi ruam serta untuk menenangkan pasien bahwa kita tidak takut menyentuh ruamnya
karena pasien tidak mengidap penyakit menular yang berbahaya.
Pemeriksaan ruam tidak usah memakai sarung tangan, pasien akan menjadi cemas apabila kita
memeriksa memakai sarung tangan (kecuali untuk pemeriksaan daerah anogenital)
Terminologi ruam : istilah – istilah yang dipakai yaitu macula, papula, plak, dstnya.
Korelasi histopatologi-klinik : perobahan komponen – komponen kulit dengan timbulnya ruam kulit,
misalnya hiperplasi kelenjar sebasea à papul, komedo.
Konfigurasi ruam – ruam kulit à dapat membantu diagnosis, misalnya vesikel berkelompok
(herpes)
Distribusi ruam – ruam kulit : banyak penyakit kulit daerah yang terlibat pada lokasi tertentu, ini
dapat membantu diagnosis, misalnya herpes zoster, vesikel, berkelompok, dermatomal.
Pemeriksaan laboratorik : dapat membantu diagnosis misalnya : ANA, STS.

26
CONTOH BLANKO Status Penderita Penyakit Kulit ( Form I)

BAGIAN I. PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAK. KEDOKTERAN USU/RS H. ADAM MALIK MEDAN
Ko asisten :
Dokter :
Tanggal:
STATUS PENDERITA PENYAKIT KULIT

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Bangsa/Suku :
Kawin/Tdk Kawin :
Agama :
Pekerjaan :
Kegemaran :
Alamat :
ANAMNESIS :
Keluhan utama :

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Penyakit Terdahulu :

PEMERIKSAAN :
STATUS GENERALISATA :
Keadaan Umum :
- Kesadaran : - Nadi :
- Gizi : - Tek. Darah :
- Suhu Badan : - Pernapasan :

Keadaan Spesifik :
- Kepala : - Abdomen :
- Leher : - Genitalia :
- Thoraks : - Esktremitas :

27
STATUS DERMATOLOGIKUS :
Lokalisasi :

Ruam :
Primer :
(Jabarkan sifat – sifatnya)

Sekunder :
(Jabarkan sifat – sifatnya)

TES – TES YANG DILAKUKAN :

PEMERIKSAAN LABORATORIK :
Rutin :
Khusus :
RINGKASAN :

DIAGNOSIS BANDING :
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS SEMENTARA :
PENATALAKSANAAN :
Umum :
Khusus :
PEMERIKSAAN ANJURAN :
PROGNOSIS :

28
CONTOH BLANKO Status Penderita Penyakit IMS (Form II)

BAGIAN I. PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAK KEDOKTERAN USU/RS H. ADAM MALIK MEDAN
Ko asisten :
Dokter :
Tanggal :

STATUS PENDERITA IMS


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Bangsa/Suku :
Kawin/Tdk Kawin :
Agama :
Pekerjaan :
Kegemaran :
Alamat :

ANAMNESIS :
Keluhan utama :
Keluhan tambahan :
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :
Masa inkubasi :
Kontak seksual sebelum ada keluhan :
dengan : hari/minggu/bulan y.l:
Kontak seksual sesudah ada keluhan :
dengan :
Premedikasi/autoterapi :
GAMBARAN KLINIK :
o. u. e./introitus vagina :sekret warna: sifat :
glanspenis/vulva(labia mayora & labia minora): ektropion :
disuri : dispareunia : ulkus :
vesikel : vegetasi : lain – lain :
PEMERIKSAAN LABORATORIK :
Diplokokus Gram negatif: -VDRL :
Yeast : - TPHA :
Trichomonas :
Leukosit :

DIAGNOSIS BANDING :

DIAGNOSIS :

PENGOBATAN :

FOLLOW – UP :

29
CARA MENGISI Status Penderita Penyakit Kulit

I. IDENTIFIKASI :

Status Penderita Penyakit Kulit

Nama : Agama :
Umur : Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Kegemaran :
Bangsa/Suku : Alamat :
Kawin/Tdk Kawin :

II. ANAMNESIS :
Diperoleh dari : - penderita sendiri (autoanamnesis) dan/atau pengantarnya (alo-
anamnesa)

Keluhan utama : - keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat, berupa :


keluhan objektif (ruam) + keluhan subjektif (rasa)+ lokalisasi ruam + lamanya timbul
ruam.

Keluhan tambahan : Kadang – kadang ada/ diperlukan keluhan tambahan.

Riwayat Perjalanan Penyakit (RPP) :


RPP mulai dari awal/mula – mula timbul ruam / keluhan sampai sekarang disusun secara
kronologis (ditandai dengan garis – garis indeks).
RPP ini berisi uraian tentang lama penyakit, bentuk mula – mula, lokalisasi ruam berturut – turut,
perkembangan/perjalanan penyakit (cepat atau lambat, hilang/timbul), sudah diobati atau belum,
bila sudah bagaimana hasilnya. Hubungannya dengan iklim (bila ada). Hubungannya dengan
makanan. Hubungannya dengan penyakit sistemik. Hubungannya dengan obat – obatan yang
dimakan atau dipakai.

Aturan – aturan menyusun RPP :


1. Garis – garis indeks pada RPP menunjukkan kronologisasi waktu.
2. Antar dua garis indeks dibentuk satu alinea yang disusun secara singkat dan rinci terdiri
dari ruam – ruam, keluhan subjektif , tindakan (manipulasi) dan akibatnya
(perbaikan,pemburukan,atau status quo/menetap secara objektif maupun subjektif).
Misalnya : Tiga bulan yang lalu timbul bintil – bintil kemerahan disertai rasa gatal dikedua
tungkai bawah oleh o.s diberi Kalpanax beberapa hari, penyakitnya tidak sembuh malah
timbul pembengkakan.
Rumus :
Perbaikan objektif (berkurangnya ruam)
Perbaikan subjektif (berkurangnya rasa gatal)

Keluhan Objektif Tindakan Status Quo (keluhan menetap)


Keluhan Subjektif (Manipulasi)
Pemburukan objektif (bertambahnya ruam)
Pemburukan subjektif (bertambahnya rasa gatal)

30
3. Pada alinea berikutnya, apabila satu ruam (misalnya acne) mengalami perluasan atau
timbul di bagian lain, pada alinea ini rincian seperti pada alinea pertama tidak perlu
diulang. Cukup dengan menyebut keadaan serupa timbul pula di …

Misalnya : pada aline pertama telah dijabarkan rincian ruam dan keluhan dan seterusnya
kemudian pada alinea kedua terjadi perluasan maka cukup ditulis : keadaan serupa timbul
pula di punggung dan dada , dst.

4. Jarak waktu (urut – urutan kejadian) tidak boleh terlalu lama (selang beberapa bulan/
minggu/hari).

5. Memakai bahasa yang sederhana, singkat, jelas, tepat, padat (jangan ada data yang
tidak dicantumkan namun selektif mendengar keluhan – keluhan o.s).

Riwayat Penyakit Keluarga : Mungkin penyakit keturunan atau keluarga sebagai sumber
penularan.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Penyakit kulit yang mungkin berulang atau penyakit lain yang ada
hubungannya dengan penyakit kulit yang sekarang.

III. PEMERIKSAAN :

Status Generalisata :

Keadaan umum :

- Kesadaran : - Nadi :

- Gizi : - Tek. Darah :

- Suhu badan : - Pernafasan :

Keadaan Spesifik :

- Kepala : - Abdomen :

- Leher : - Genetalia :

- Thorax : - Ekstremitas :

31
Status Dermatologikus :

Lokalisasi : Ada beberapa cara untuk mendeskripsikan


Lokalisasi ruam.
Bisa berdasar
regio (regional),
generalisata
(kalau luas),
universal
(seluruh/hampir
seluruh tubuh).
Bila ingin
absolute
memakai sistem
absis & ordinat.
Bisa juga cara
simterikal
(simtris/asimetri
s). Bisa juga
cara kranio
kauda (dari
ujung rambut ke
ujung kaki).
Tapi yang paling baik kita pakai gabungan sistem
regional digilir secara berurutan menurut sistem
kranio-kauda.
Contoh : regio frontalis, regio aksilaris, regio
sternalis, regio umbilikalis, regio
inguinalis, regio pubika, dan lain-lain.

Ruam :
Primer : Ruam harus dideskripsikan/dijabarkan menurut :

- Bentuk : makula, papula, vesikula, plak, nodula, pustule, tumor, kista.

- Jumlah : tunggal (nodul), multiple (herpes zoster)

- Ukuran : milier : sebesar kepala jarum pentul


(pada miliaria rubra, morbili)

lentikuler : sebesar jagung atau kacang tanah


(pada prurigo, ptiriasis rosea)

numuler : sebesar uang logam (Rp 100)


(pada dermatitis numularis)

32
Plakat : sebesar daun mangga
(pada T. korporis, Psoriasis)

Geografis : lebih lebar dari daun mangga


( T. korporis, T. versicolor, Psoriasis)

- Susunan : Soliter : sendiri (nevus)

Berkelompok : (herpes zoster, dermatitis herpetiformis)

Diseminata : menyebar rata ke seluruh permukaan tubuh


tapi terpisah (varisela dan scabies)

- Letak : Diskret : terpisah dekat


(prurigo nodularis, varisela ringan)

Difus : merata sama besar, jaraknya


(miliaria rubra, akne vulgaris)

Konfluens : beberapa ruam bergabung


(herpes zoster)

- Gambaran : Anuler : seperti cincin


(T. korporis, MH, psoriasis, ptirisis rosea)

Kombiformis : (hen and chiken configuration ) :


Ruam besar dikelilingi ruam – ruam kecil
(dermatitis kontak, kandidiasis intertrigo)

Polisiklis : beberapa lingkaran menjadi satu


(impetigo krustosa, T. korporis)

Arsiner : setengah lingkaran


(impetigo vesiko bulosa/krustosa)

Sirsiner : bulat seperti lingkaran


(T. korporis, impetigo)

Geografis : seperti peta


(urtikaria, T. korporis, morbus Hansen)

Lesi iris : seperti mata


(erithema multiforme)

Folikuler : mengikuti folikel rambut


(keratosis folikularis, TV, impetigo Bochardt)
Sekunder : Ruam yang harus dideskripsikan/dijabarkan menurut

33
- Bentuk : skuama, krusta, erosi, eskoriasis, ulkus, fisura, sikatriks,
likenifiksi, hiperpigmentasi.

- Jumlah : tunggal (ulkus durum), multipel (ulkus mole)

- Ukuran : milier (erosi, ekskoriasi, ulkus herpes simpleks)

lentikuler (ulkus pada ektima), numuler (sikatriks)

plakat (hiperpigmentasi)

- Susunan : soliter (ulkus durum), berkelompok (ulkus herpes simpleks)

diseminata (skuama, krusta, eksoriasis pada varisela)

- Letak : diskret (krusta pada varisela), difus (skuama pada psoriasis

eritrodermik), konfluens (impetigo)

- Gambaran : anuler (erosi), korimbiformis (sifilis std II), polisiklis

(impetigo), arsiner, sirsiner, geografis.

IV. TES – TES YANG DILAKUKAN

Tes yang sesuai dengan jenis ruam / penyakit untuk membantu menegakkan diagnosis,
misalnya :
Tes diaskopi (untuk membedakan purpura dengan eritema)
Tes Nikolsky (untuk diagnostik pemfigus)
Tes goresan lilin (untuk diagnostik psoriasis)
Tes Gunawan (untuk diagnostik Morbus Hansen)
Tes tempel (untuk diagnostik dermatitis kontak)
Tes kalium yodida (untuk diagnostik dermatitis herpertiformis)
Tes asetil kolin (untuk dermatitis atopik)
Tes dermografisme (untuk dermatitis atopik)

V. PEMERIKSAAN LABORATORIK

Rutin : urin, darah, feses


Khusus : kerokan kulit/ KOH (hifa/spora)
Kerokan kulit/NaCl (sarkoptes)
Kerokan kulit/BTA (M. leprae)
Serum dari lesi genital / Burry (spiroketa)
Sekret uretra / gram (diplokokus)
Tes serologik (sifilis)
Darah (sel L.E, hitung eosinofil)

34
VI. RINGKASAN

Menyebutkan hal – hal yang positif (secara ringkas) yang menyokong untuk menegakkan
diagnosis, dan hal – hal yang negatif untuk menyingkirkan diagnosis banding yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan, pemeriksaan dermatologikus, tes – tes yang dilakukan, hasil
pemeriksaan laboratorik dst.
Kesemuanya ini harus dalam satu kalimat / alinea pendek , padat, tegas dan jelas.

Contoh :

Seorang laki – laki bangsa Indonesia, suka Jawa, umur 25 tahun datang dengan keluhan
adanya bintil – bintil disertai rasa gatal pada sela paha sudah 2 minggu. Pada pemeriksaan
dermatologik didapatkan ruam papul – papul eritematus, skuama, plak di pinggir aktif, bagian
tengahnya menyembuh, pada regio inguinal. Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10 %
didapatkan hifa. Tes goresan lilin (-), tes Gunawan (-).

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diperlukan bila berdasarkan gambaran klinik meragukan untuk suatu diagnosis.


Misalnya :
Kulit yang eritematus disertaai skuama – skuama, maka dapat di DD dengan penyakit – penyakit
golongan eritoskuamosa seperti : dermatomikosis, ptiriasis rosea, dermatitis seboroika, psoriasis
dan Morbus Hansen. Penyusunan DD dibuat berurutan, dimulai dari yang paling mendekati
diagnosis.

VIII. DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis yang paling mungkin dari DD yang telah disusun (dipilih menempati rangking I).
merupakan kesimpulan dari semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Jika penyebab
penyakit sudah diketahui (dari biopsy atau kultur) diagnosis pastipun telah dapat ditegakkan.

IX. PENATALAKSANAAN

1. Umum : anjuran / larangan, untuk memperbaiki keadaan umum penderita (gizi


jelek)hygiene jelek (kebersihan), diet, dsb.
2. Khusus : obat – obatan : sistemik (oral/ parenteral)
Topikal : dermato terapi (salap kompres, bedak kocok, dll)
Tindakan bedah kulit.

X. PEMERIKSAAN ANJURAN

35
Untuk mempertegas diagnosis atau untuk menyingkirkan atay memperkecil kemungkinan DD lain
(biopsi, kultur).

XI. PROGNOSIS

Baik, sedang, buruk. Bergantun kepada :


Jenis penyakit, cepat/lambatnya penanggulangan, adekuat tidaknya pengobatan dan kepatuhan
penderita (pada anjuran/larangan dan pemakain obat).

36
CONTOH STATUS PENDERITA IMS Form II

BAGIAN I. PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAK. KEDOKTERAN USU / RS H. ADAM MALIK MEDAN
Ko. Asisten : Penny S
Dokter : Kelly Amin
Tanggal : 10 Oktober 1983

STATUS PENDERITA IMS

I. IDENTIFIKASI :
Nama : Sioedomo Halim
Kelamin : Laki – laki
Umur : 23 tahun
Bangsa / suku : Indonesia / Cina
Agama : Budha
Alamat : Jl. Sutomo 27 Medan
Pekerjaan : Karyawan Bengkel
Perkawinan : Belum kawin

II. ANAMNESIS :
Keluhan utama : kencing nanah sejak 2 hari yang lalu

Keluhan tambahan : nyeri waktu kencing

III. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


Masa inkubasi : 3 hari
Kontak seksual sebelum ada keluhan : (+)
dengan : WTS 5 hari /minggu/bulan y.l
Kontak seksual sesudah ada keluhan : (-), dengan : -
Premedikasi /autoterapi : kapsul Penbritin

IV. GAMBARAN KLINIK


o.u.e/introitus vagina: hiperemis Sekret : (+)
warna : putih sampai kuning kehijauan
Sifat : mukopurulen glans penis/vulva(labia mayora & labia minora) : edema
ektropion : (+) disuria : (+) dispareunia : (-) ulkus : (-) vesikel : (-)
vegetasi : (-) lain – lain (-)

V. PEMERIKSAAN LABORATORIK
Diplokokus gram (-) : positif : intrasel dan ekstra sel
Yeast : negatif
Trichomonas : negatif
Lekosit : penuh
VDRL : belum diperiksa TPHA : belum diperiksa

37
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Uretritis gonore anterior akuta
- Uretritis non spesifik

VII. DIAGNOSIS : Uretritis gonore anterior akuta

VIII. PENGOBATAN : Tiamfenikol 3 gr/dosis tunggal


Follow up : Kontrol 3- 5 hari lagi (klinis & lab)

38
CONTOH STATUS PENDERITA PENYAKIT KULIT Form I

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAK. KEDOKTERAN USU/RS H. ADAM MALIK MEDAN

Ko. Asisten : K. Panitera A.N


Dokter : Ermakulit
Tanggal : 10 Oktober 1983

STATUS PENDERITA PENYAKIT KULIT

I. IDENTIFIKASI :
Nama : K. U Rapan
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Belum menikah
Bangsa/suku : Indonesia / Jawa
Agama : Katholik
Pekerjaan : Karyawan bengkel
Kegemaran : Basket
Alamat : Jl. Selam 18 Medan

II. ANAMNESIS : autoanamensis/alloanamnesis

Keluhan utama : Timbul bintil – bintil kehitaman disertai rasa gatal di pantat sudah 2
bulan.

Keluhan tambahan : Timbul gelembung – gelembung berisi cairan disertai rasa panas di
lokasi yang sama.

Riwayat perjalanan penyakit :


- Dua bulan yang lalu timbil bintil – bintil sebesar kacang hijau di daerah pantat bagian
kiri disertai rasa gatal, oleh o.s diberi afitson tapi tidak sembuh, malah timbul rasa
perih.
- 1 1/2 bulan yang lalu o.s memakai krim Betason dari Apotek, tapi penyakitnya tidak
berkuran atau berubah, malah meluas ke pantat sebelah kanan.
- Tadi malam ruam kulit oleh o.s diberi oli sepeda motor (oli bekas yang masih panas)
dan rasa gatal berkurang.
- Tadi pagi timbul gelembung – gelembung, pembengkakan berwarna merah disertai
rasa panas, dan rasa gatal semakin menghebat.
- Pekerjaan, makanan dan obat – obat yang dimakan tidak ada hubungannya dengan
penyakit o.s. Tapi cuaca panas /berkeringat membuat penyakit o.s makin
berkembang.

39
Riwayat penyakit keluarga :
Abang dan adik o.s juga ada yang menderita penyakit ini.

Riwayat penyakit terdahulu : -

III. PEMERIKSAAN :
Status Generalisata :

Keadaan umum : baik Keadaan spesifik :


- kesadaran : baik - Kepala : t.t.k.
- Gizi : sedang - Leher : t.t.k
- Suhu badan : 37,5 o C - Toraks : t.t.k
- Nadi : 76 x/menit - Abdomen: supel
- Tekanan Darah: 120/80 mmHg - Genetalia:t.t.k
- Pernafasan : 24x/menit - Ekstremitas:t.t.k

Status dermatologikus :

Lokalisasi : regio glutea sinistra


regio glute dextra

Ruam primer : (sebutkan sifat – sifatnya)


- plague erithem 2 buah, yang pinggirnya aktif ditandai papel – papel erithema sebesar
milier sampai lentikuler, di tengah lebih tenang ditandai makula erithema, diskret
membentuk gambaran polisiklis dan geografis.
- Vesikel, multipel, sebesar milier sampai lentikuler, diskret.
- Edema.

Ruam sekunder : (sebutkan sifat – sifatnya)


- Skuama, multipel, lentikuler, diskret
- Erosi, multipel, milier, diskret

40
IV. TES – TES YANG DILAKUKAN :
Tes goresan lilin : negative
Tes tempel : belum dilakukan

V. PEMERIKSAAN LABORATORIK :
Rutin : urine, darah, tinja à tidak dilakukan
Khusus : kerokan kulit dengan KOH 10 %, dijumpai hifa panjang

VI. RINGKASAN :

Seorang laki – laki bangsa Indonesia, suku Jawa, umur 19 tahun, datang dengan keluhan
bintil – bintil kehitaman disertai gatal di pantat sudah 2 bulan, diberi Betason N ruman makin luas,
diberi oli bekas timbul pembengkakan.
Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai plaque, papula, vesikel, edema, skuama, erosi, pada
regio glutea sinistra dan dextra. Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10 % dijumpai hifa
panjang bersepta.

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Tinea kruris + Dermatitis kontak
2. Kandidiasis kutis
3. Dermatitis kontak
4. Psorisasis vulgaris
5. Skabies

VIII. DIAGNOSIS SEMENTARA


Tinea kruris + Dermatitis kontak

IX. PENATALAKSANAAN
Umum :
- stop pemakaian bahan luar yang dapat memperburuk keadaan
- hindari pakaian tebal, pakaian yang tidak menyerap keringat (nilon)

Khusus :
- Oral :
o Tablet Ketokonazol 1 x 200 mg/hari selama 3 – 4 minggu
o Tablet Klortrimeton 3 x 4 mg / hari selama beberapa hari
o Tablet Prednison 3 x 2,5 mg / hari selama 3 – 5 hari
o Kapsul Eritromisin 4 x 250 mg/ hari selama 5 hari

- Topikal :
o Kompres sol. PK 1 : 15 000 selama 3 – 5 hari
o Salep / krim Ketokonazol 1 % setelah lesi agak kemps/ kering/ setelah
kompresi distop.

X. PEMERIKSAAN ANJURAN : -

41
XI. PROGNOSIS : Baik
KEPUSTAKAAN :

1. Domonkos ND, Arnold HL, Odom RB. Andrews’ diseases of the skin 7 th ed. Phyladelphia :
W.B. Saunders, 1982 : 15 – 21.
2. Fitzpatrick TB, Fundamentals of dermatologic diagnosis. In : Fitzpatrick TB etal, eds.
Dermatologic in general medicine, 2nd ed., New York Mc Graw-Hill, 1979 : 10 – 36
3. Hochstein E, Rubin AL. Physical Diagnosis text book and work book in methods of clinical
examination. New York : the Blakiston Div. Mc Graw-Hill Book Co, : 30 – 37.
4. Lewis GM. Practical dermatology. 2nd ed. Phyladelphia : WB Saunders : 1 – 7/
5. Solomons B. Lecture notes on dermatology. 5th ed. Singapore : PG Publishing
Pte Ltd : 1983 : 12 – 7.
6. Lookingbill DP, Marks JG, Principles of Dermatology, Phyladelphia : WB Saunders, 24 –
25

42
ANALOGI KATA
DOMONKOS
Keluhan objektif :

(makula milier,petechie,eritem milier) Bintik – bintik : - merah


- putih
- hitam

(makula,purpura,eritem) Bercak – bercak : - merah


- putih
- hitam

(papel,vegetasi,komedo) Bintil – bintil : - merah


- putih
- hitam
- warna kulit

Nodul , tumor, kista Benjolan / tumor

Vesikel : Gelembung – gelembung kecil berisi cairan


Bula : Gelembung – gelembung besar berisi cairan

Pustule : Gelembung – gelembung kecil berisi nanah , bisul – bisul kecil

Bula purulenta : Gelembung – gelembung besar berisi nanah


Abses : bisul – bisul (besar)

ketebalan : - tipis
- sedang
- tebal
Skuama Sisik – sisik

Warna : - putih
- perak

Krusta : koreng – koreng, kudis – kudis


Erosi, eskoriasi : lecet – lecet
Ulkus : borok – borok, koreng – koreng , kudis – kudis
Papel pada kasus prurigo, scabies, insect bite : kudis – kudis
(sikatriks) : Parut
(plak, likenifikasi, keratosis) : Penebalan kulit / kulit menebal & mengeras
(sclerosis) : Kulit mengeras
(xerosis) : Kulit kering
(edema) : Pembengkakan

43
Keluhan subyektif :

Rasa gatal (paling sering)


Rasa panas (rasa terbakar)
Rasa dingin (rasa geli)
Rasa mencucuk
Rasa menyengat
Rasa menjalar
Rasa sakit / nyeri / mendenyut
Kebas /semut – semutan
Kurang berasa
Kepekaan kulit berlebihan
Mati rasa (tidak berasa)

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokalisasi :

Distribusi : lokal, regional, dermatomal, linear, generalisata, universal.

Ruam primer
Bentuk Jumlah Ukuran Susunan Letak Gambaran
Macula Tunggal Milier Soliter Difus Anuler
Hypopigmentasi Buah Lentikuler Berkelompok Diskret Sirsiner
Hyperpigmentasi Mulitipel Numuler Diseminata Konfluens Arsiner
Kecoklatan Plakat Koalisi Geografisme
Erithema Geografis Diseminata Gyrata
Polisiklis
Korimbiformis
Lesi iris

Ruam sekunder
Bentuk Jumlah Ukuran Susunan Letak Gambaran
Skuama Tunggal Milier Soliter Difus Anuler
Tipis Buah Lentikuler Berkelompok Diskret Sirsiner
Sedang Multipel Numuler Diseminata Konfluens Arsiner
Tebal Plakat Koalisi Geografisme
Putih Diseminata Circle
Polisiklis
Korimbiformis
Lesi iris

44
VIII. PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT

Sri Wahyuni Purnama

PENDAHULUAN

Kulit adalah ”end organ” untuk banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun. Kulit
bukan organ pasif dimana reaksi imun terjadi tetapi kulit berperan secara aktif terbukti dengan
ditemukannya sel-sel imun (lymphoid dan sel langerhans) dan sel-sel yang menghasilkan sejumlah
substansi yang mempengaruhi sel imun.
Sistem imun dalam tubuh mampu untuk mengenal serta membedakan berbagai macam
benda asing sampai dengan pembedaan benda asing yang berasal dari tubuh sendiri (self) dan
berasal dari luar tubuh (non self).

RESPON IMUN

Respon imun merupakan reaksi tubuh terhadap adanya benda asing, terdiri atas respon
imun spesifik dan respon imun non spesifik.
Pada respon imun turut berperan system seluler dan humoral.

Respon imun non spesifik

Cara yang paling utama untuk menghindari infeksi adalah mencegah agar mikroorganisme
tidak mempunyai jalan masuk ke dalam tubuh. Pertahanan utama tubuh adalah kulit yang jika
masih intak merupakan barier impermeabel terhadap kebanyakan mikroorganisme.Sebagian besar
bakteri tidak dapat hidup untuk waktu yang lama oleh karena adanya asam laktat dan asam lemak
dan kelenjar sebasea yang menyebabkan PH rendah. Demikian juga mukus yang dihasilkan oleh
membran dalam tubuh, air mata, saliva dan urine merupakan mekanisme mekanik pertahanan
tubuh.
Jika benda asing masuk ke dalam tubuh, maka mekanisme pertahanan akan berperan
yaitu ”enzym” untuk menghancurkannya dan melalui proses fagositosis. Pada manusia fagositosis
terutama diperankan oleh sel mononuklear, neutrofil dan eosinofil. Apabila terangsang, fagosist
akan menyerang targetnya (berupa benda asing) melalui proses fagositosis.

Respon imun spesifik

Pemacunya disebut antigen yang dapat berupa bahan infeksiosa bahkan sering
merupakan protein atau molekul lain. Antigen akan berkontak dengan sel tertentu, memacu
serangkaian kejadian yang menyebabkan destruksi,degradasi atau eleminasi. Kejadian ini
merupakan respon imun spesifik.

Sistem imun dibagi dalm 2 komponen, yaitu:


1. respon imun humoral.

45
meliputi gamma globulin tertentu yang disebut imunoglobulin yang merupakan antibodi
spesifik.

2. respon imun seluler.


akan diperankan oleh limfosit serta produknya yang disebut sebagai limfokin dan
menyebabkan reaksi-raeaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Sistem imun akan terangsang apabila limfosit tertentu menagkap antigen. Antigen adalah
substansi yang mampu merangsang respon imun.

Coomb’s dan Gell membagi respon atas 4 tipe :

1. Reaksi tipe I ( reaksi anafilaksis, reaksi immediate)


Reaksi ini ditandai dengan keluarnya sejumlah bahan (substansi) vasoaktif dari sel mast
atau basofil yang mengikuti suatu reaksi antara antigen tertentu dengan antibodi. Antibodi
pada reaksi ini biasanya Imunoglobulin (Ig) E, tetapi dapat juga Ig G. Antigen yang masuk
akan berikatan dengan bagian Fc dari Imunglobulin yang melekat pada sel mast atau
basofil, ini akan mengakibatkan degranulasi sel mast mengeluarkan
histamin,serotonin,leukotrin dan prostaglandin reaksi tubuh terhadap hal ini berupa
urtikaria,bronchospasm,edema laryngeal, nausea,vomitus,diare,hipotensi dan shock.

2. Reaksi tipe II ( reaksi sitotoksik)


Reaksi ini muncul jika antigennya berupa membran plasma atau antigen bebas atau
hapten yang diabsorpsi ke dalam membrane sel. Ig G dan Ig M yang bersirkulasi bereaksi
dengan permukaan antigen dan mengaktifkan sistem komplemen yang mengakibatkan
kerusakan jaringan. Contoh reaksi ini adalah pada penyakit pemfigoid bulosa.

3. Reaksi tipe III ( reaksi kompleks imun )


Reaksi ini terjadi jika antigen dan antibodi yang bersirkulasi terdeposit ke jaringan
menyebabkan peradangan. Antibodi yang berperan biasanya Ig G dan Ig M. Kompleks
imun ini juga akan mengaktivasi komplemen yang menyebabkan agregasi platelet dan
pengeluaran enzym lisosom dan leukosit yang akan menimbulkan kerusakan vaskular.
Contoh reaksi ini : vaskulitis, lupus eritematosus sistemik, dermatomiositis dan reaksi
ARTHUS.

4. Reaksi tipe IV ( hipersensitivitas tipe lambat)


Reaksi ini diperantarai oleh sel limfosit yang telah tersensitisasi yaitu sel limfosit yang
muncul pada kontak pertama dengan antigen sel limfosit yang telah tersensitisasi jika
berinteraksi dengan antigen yang sama untuk kedua kalinya akan menyebabkan
dikeluarkannya sejumlah limfokin yang menimbulkan reaksi. Contoh : dermatitis kontak
alergi.

Sel-sel yang berperan dalam proses imunitas di kulit yaitu :


1. Sel langerhans.
Sel langerhans epidermis berperan pada sistem imunitas seluler. Merupakan satu sel
dendritik yang berasal dari sum-sum tulang ditandai dengan adanya organel sitoplasma
dikenal sebagai granule ”Birbeck”. Sel langerhans berperan sebagai sel yang

46
mempresentasikan antigen kepada sel limfosit dan menghasilkan interleukin, eicosanoid
dan tumor necrosis faktor.

2. Sel limfosit T
Sel limfosit T bersirkulasi pada kulit normal. Sel ini berperan pada reaksi imun tipelambat.
Ada beberapa subtipe limfosit T yaitu :
Sel T helper
Sel T sitotoksik
Sel T supresor
Sel T tersensitisasi
3. Sel mast
Sel mast merupakan sel residen yang dijumpai di dermis seperti juga makrofag. Sel ini
terperan pad reaksi inflamasi , dimana sel-sel ini akan mengeluarkan histamin,eicosanoid,
dan enzym-enzym lainnya.
4. Keratinosit
Sel-sel ini berperan pada proses imunitas dengan menghasilkan sejumlah sitokin-sitokin
eradangan seperti interleukin, colonystimulating factor, interferon dan eicosanoid.
Keratinosit juga dapat mengekspresikan molekul MHC (Major Histocompatibility Complex)
kelas II dan ICAM-1 (Intercelluler Adhesion Molecule) pada permukaannya.

47

Anda mungkin juga menyukai