A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Smeltzer, suzanna,
2002, dikutip oleh Amin Hudanurarif, Hardhi Kusuma.2013).
Luka bakar yaitu kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada jaringan kulit
yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam yang disebabkan kontak langsung
dengan sumber panas yaitu, api, air atau uap panas, bahan kimia, radiasi, dan arus listrik
(Majid, 2013).
Luka bakar electric merupakan suatu bentuk trauma pada kulit atau jaringan lainnya
yang disebabkan oleh kontak terhadap panas atau pajanan akut lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Luka bakar terjadi saat sel yang ada pada kulit atau jaringan lainnya
mengalami kerusakan,Luka bakar electrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Proses penyembuhan luka bakar bervariasi sesuai dengan derajat kedalaman luka bakar.
Kedalaman luka bakar electrik ditentukan seberapa lama dan seberapa tinggi tegangan arus
listrik terkontaminasi dengan tubuh (Singer et al., 2014).
Jadi, luka bakar electric merupakan luka yang disebabkan karena kontak langsung atau
terpapar oleh yang menyebabkan kerusakan jaringan tubuh terutama kulit yang memberikan
gejala tergantung luas, dan dalamnya lokasi luka.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi system intergumen
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai
fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan
tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air serta
elektroloi yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan
(Majid & Prayogi, 2013).
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolism
makanan yang memproduksi energy, panas ini akan hilang mealui kulit, selain itu kulit
yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk
mensitensis vitamin D. Kulit tersususn atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan.
Lapisan episermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati
dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barrier
terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir pathogen dan mencegah
kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat telapak tangan dan telapak
kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yag sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum / stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling
tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-sel terdiri dari sel yang bentuknya polygonal
(banyak sudut dan mempunyai)
e. Stratum basal / germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris). Lapisan ini berada langsung di bawah
epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk
kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga
tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan
akar rambut
c. Jaringan subkutan atau hypodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose
yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan
suhu tubuh.
Kelenjar sebase berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi lentur dan luak.
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh.
Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki.
2. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus,
skrotum ,labia mayora, dan bermuara
3. pada folikel rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar
dan berkurang pada siklus haid.
C. Fisiologi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga hemostatis tubuh diantaranya yaitu
(Majid, 2013) :
a. Fungsi proteksi
1. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (Gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku dan tersusun rap dan erat seperti batu
bata di permukaan kulit.
2. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi,
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
3. Sabun yang berasal dari kelenjar keringat mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengndung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini bersamaan dengan eksresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar PH 5-6,5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba. Pigmen melanin melindungi dari efek sinar ultraviolet yang
berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-
sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi gietik dari sinar matahari,
sehingga materi ginetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada
proteksu oleh melanin maka dapat timbl keganasan.
4. Sel Langerhans, berperan sebagai sel imun yang protektif yang merepretasikan
antigen terhadap mikroba, dan sel fagosit yang bertugas memfagositosi mikroba yang
masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
b. Fungsi absorsi
1. Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material laur dalam lemak seperti vitamin
A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon doiksida. Permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bgian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberaa material toksik dapat di serap seperti aseton, CCI 4,
dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti korstiton, sehingga
mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorsi kulit dipengaruhi leh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolism dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis dari pada
yang melalui muara kelnjar
2. Fungsi eksresi
Kulit juga berfungsi dalam eksresi dengan perantara dua kelenjar eksokrinya, yaitu kelenjar
sebase dan kelenjar keringat.
a) Kelenjar sebase merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dam
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sedum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan sebase sehingga sebum
dikeluakan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan
campuran dan trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan banteri, melumasi dan memproteksi keratin.
b) Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekira 400 ml air dapat keluar dengan
cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang berkerja dalam ruangan
mengeksreksikan 200 ml keringat tambahan, san bagi orang yang aktif jumlahnya
lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merukapan sarana
untuk mengeksreksikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organic hasil
pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar keringat yaitu
keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
3. Fungsi presepsi
Kulit megan dung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk merespon
terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini dermis dan subkutis,
sedangkan terhada dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Selanjutnya terhadap tekanan di perankan oleh badan Paccini di epidermis.
4. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit berkuntribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (teroregulasi) melalui dua cara yaitu:
pengeluaran keringat dan menyesuaikan alian darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu
tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas aka erbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya,
pada saat suhu tubuh rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran
panas oleh tubuh.
5. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivitas prekusor 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekusor
dan menghasilkan calsitrio, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitrio adalah hormone yang
berperan dalam mengabsorsi kalsium malanan dari traktus gastrointestinal ke dalam
pembuluh darah.
6. Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin E sendiri namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara kseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengeksresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.
D. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah (Majid, 2013) :
a. Paparan api
Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka dan menyebabkan
cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu
b. baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan
serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.
c. Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar
yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya adalah
luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
d. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama kontaknya,
semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan
dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan luka percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada
kasus yang disengaja, luka pada umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
e. Uap panas
Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke
saluran nafas distal di paru.
f. Gas panas
Inhalasi dapat menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas
akibat edema.
1. Aliran listrik
2. Cedera timbul akibat aliran listrik yang menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar
mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar
pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. Luka bakar electrik (listrik) disebabkan
oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
3. Zat kimia
4. Radiasi
5. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi
E. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
keganasan organ dapat terjadi (Majid & Prayogi, 2013).
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan
gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.1 0 C mengakibatkan
cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang
berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun
sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan
terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah
luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.
Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka
bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat
destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah
mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang
mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui
pada kasus luka bakar (Majid & Prayogi, 2013).
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah
sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera
akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak
memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut
tubuler dan gagal ginjal.Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan oleh radiasi elektromagnetik. Pada kasus luka bakar
listrik atau Electrical burn injury kerusakan diakibatkan oleh arus listrik yang masuk
ketubuh dan menjalar ke jaringan. Ekstremitas biasanya terkena kerusakan jaringan yang lebih parah
karena ukurannya lebih kecil di banding tubuh, menyebabkan arus yang besar terkumpul
diekstremitas. Luka tambahan karena listrik adalah luka bakar pada kulit pada tempat masuk dan
keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran listrik (2,5000C) pada permukaan kulit,
luka bakar yang terjadi karena baju korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi
karena otot-otot berkontraksi akibat listrik. Luka bagian dalam biasanya termasuk kerusakan otot,
kerusakan saraf dan kemungkinan penggumpalan darah disebabkan tekanan arus listrik, kerusakan
organ dalam rongga atau perut,Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan
fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa
jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme(Majid & Prayogi, 2013).
F. Manifestasi Klinis
1. Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka :
Luka bakar derajat I
2. Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan lembab, atau membengkak.Jika ditekan , daerah yang terbakar
akan memutih, belum terbentuk lepuh Gambar 2.2 Lapisan yang terkena pada luka derajat I
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Terjadi kerusakan epidermis dan dermis. Kulit melepuh,
dasarnya tampak merah, atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
Gambar 2.3 Lapisan yang terkena pada luka derajat II
H. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.Seluruh epidermis dan dermis telah rusak dan telah pula
merusak jaringan di bawahnya (lemak atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau
berwarna hitam, hangus dan kasar.Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/
bulu ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena
ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan
mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dan pembuluh darah dan
menyebabkan pembengkakan.
Tampak bullae, dasar luka kemerahan (derajat IIA), dasar pucat keputihan (derajat IIB), nyeri hebat
terutama pada derajat IIA. Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
c. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
merah), kemungkinan
terdapat
luka
masuk dan
keluar (pada
luka bakar
listrik)
I. Fase - Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase
akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada Luka telanjang atau tidak berbaju
epitel luas dan atau pada struktur atau organ -organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ- organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
6) Punggung :9%
7) Bokong :9%
8) Genetalia :1%
Total : 100%
K. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
h. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia Fotografi
luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
M. Komplikasi
Komplikasi luka bakar yaitu (Amin, dkk, 2013) :
a) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka
bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia.
b) Gagal Respirasi Akut ( Adult Respiratory Distress Syndrome)
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas
sudah mengancam jiwa pasien.
c) Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka
bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan
tanda-tanda ulkus curling.
d) Syok Sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat
resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah
janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
e) Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat
khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
f) Gag
g) al jantung kongestif dan edema pulmonal Penatalaksanaan Medik Petunjuk perawatan
pasien luka bakar sebelum di rumah sakit (pre hospital):
1) Jauhkan penderita dari sumber Luas Bakar.
2) Padamkan pakaian yang terbakar .
3) Hilangkan zat kimia penyebab luka bakar
4) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
5) Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering
dan tidak menghantarkan arus (nonconductive).
6) Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
7) Perhatikan jalan nafas (airway)
Menurut Moenadjat (2009), membebaskan jalan nafas dari sumbatan yang terbentuk akibat
edema mukosa jalan nafas ditambah sekret yang diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan
mengalami pengentalan. Pada luka bakar kritis disertai trauma inhalasi, intubasi
(pemasangan pipa endotrakeal) dan atau krikotiroidektomi emergensi dikerjakan pada
kesempatan pertama sebelum dijumpai obstruksi jalan nafas yang dapat menyebabkan
distres pernafasan. Pada luka bakar akut dengan kecurigaan trauma inhalasi. Pemasangan
pipa nasofaringeal, endotrakeal merupakan prioritas pertama pada resusitasi, tanpa
menunggu adanya distres nafas. Baik pemasangan nasofaringeal, intubasi dan atau
krikotiroidektomi merupakan sarana pembebasan jalan nafas dari sekret yang diproduksi,
memfasilitasi terapi inhalasi yang efektif dan memungkinkan lavase bronkial dikerjakan.
Namun pada kondisi sudah dijumpai obstruksi, krikotiroidektomi merupakan indikasi dan
pilihan.
8) Pastikan pernafasan (breathing) adekuat
Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada terkait keteraturan dan
frekuensinya. Adanya suara nafas tambahan ronkhi, wheezing atau stridor. Moenadjat
(2009), Pastikan pernafasan adekuat dengan :
a) Pemberian oksigen
Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai. Bila sekret banyak, dapat ditambah
menjadi 4-6 L/menit. Dosis ini sudah mencukupi, penderita trauma inhalasi mengalami
gangguan aliran masuk (input) oksigen karena patologi jalan nafas; bukan karena
kekurangan oksigen. Hindari pemberian oksigen tinggi (>10 L/mnt) atau dengan
tekanan karena akan menyebabkan hiperoksia (dan barotrauma) yang diikuti terjadinya
stres oksidatif.
b) Humidifikasi
c) Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap air adalah untuk
mengencerkan sekret kental (agar mudah dikeluarkan) dan meredam proses inflamasi
mukosa.
d) Terapi inhalasi
Terapi inhalasi menggunakan nebulizer efektif bila dihembuskan melalui pipa
endotrakea atau krikotiroidektomi. Prosedur ini dikerjakan pada kasus trauma inhalasi
akibat uap gas atau sisa pembakaran bahan kimia yang bersifat toksik terhadap
mukosa. Dasarnya adalah untuk mengatasi bronko konstriksi yang potensial terjadi
akibat zat kimia. Gejala hipersekresi diatasi dengan pemberian atropin sulfas dan
mengatasi proses infalamasi akut menggunakan steroid.
Lavase bronkoalveolar
Prosedur lavase bronkoalveolar lebih dapat diandalkan untuk mengatasi
permasalahan yang timbul pada mukosa jalan nafas dibandingkan tindakan
humidifier atau nebulizer. Sumbatan oleh sekret yang melekat erat (mucusplug)
dapat dilepasdan dikeluarkan. Prosedur ini dikerjakan menggunakan metode
endoskopik (bronkoskopik) dan merupakan gold standart. Selain bertujuan
terapeutik, tindakan ini merupakan prosedur diagnostik untuk melakukan evaluasi
jalan nafas.
(1) Rehabilitasi pernafasan
Proses rehabilitasi sistem pernafasan dimulai seawal mungkin. Beberapa prosedur
rehabilitasi yang dapat dilakukan sejak fase akut antara lain :
(2) Pengaturan posisi
Melatih reflek batuk
Melatih otot-otot pernafasan.
(3) Prosedur ini awalnya dilakukan secara pasif kemudian dilakukan secara aktif
saat hemodinamik stabil dan pasien sudah lebih kooperatif
(4) Penggunaan ventilator
(5) Penggunaan ventilator diperlukan pada kasus-kasus dengan distresparpernafasan
secara bermakna memperbaiki fungsi sistem pernafasan dengan positive
end-expiratory pressure (PEEP) dan volume kontrol.
a) Kaji sirkulasi
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar listrik yang berat
selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke
dalam ruanga interstisial.Curah jantung akan menurun sebelum perubahan
yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler,
maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin
yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga
36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran
darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan
sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan
menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar
listrik. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selain itu juga terjadi anemia
akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas
koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui
pada kasus luka bakar listrik. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah
sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. (Majid &
Prayogi, 2013).
Sedangkan Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar,
melambatnya capillary refill time, hipotensi, mukosa kering,
nadi meningkat.
Menurut Djumhana (2011), penanganan sirkulasi
dilakukan dengan pemasangan IV line dengan kateter
d) Disability
Moenadjat (2009), pada pasien enurunan kesadaran,
kehilangan sensasi dan refleks, pupil anisokor dan nilai GCS
e) Exposure
Moenadjat (2009), pada pasien dengan luka bakar terdapat hipertermi
akibat inflamasi.
2) Secondary Survey
Secondary survey ini merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan fisik
c) Lakukan pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat
pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien.
Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan
sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
(Emergency Nursing Association, 2007).
(5) Tanda : haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat warna, mungkin
hitam kemerahan bila terjadi myoglobin mengindikasikan kerusakan otot
dalam Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
(6) Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan reflex
tendun dalam (RTD) pada cidera ekstremitas, aktivitas kejang
(syok) . laserasi korneal, kerusakan retina, penurunan ketajaman
(syok)
Gejala : area kebas dan terbakar
(7) Nyeri/ keamanan
Gejala : berbagai nyeri contoh luka bakar derjat pertama secara
ekstrem sensitive untuk disentuh, ditekan,digerakan udara dan
perubahan suhu,luka bakar ketebalan sedang serajat dua sangat
nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat dua
tergantung pada keluahan ujung syaraf, luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
(8) Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpejam laam,
(kemungkinan cidera inhalasi)
telah dilakukan, namun juga untuk menilai apakah hasil yang diharapkan
sudah terpenuhi (Potter & Perry, 2009).
Majid & Prayogi (2013), Evaluasi adalah penilaian keberhasilan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Pada pasien
Combustio dapat dinilai hasil pelaksanaan perawatan dengan melihat catatan
perkembangan, hasil pemeriksaan pasien, melihat langsung keadaan dari
keluhan pasien, yang timbul sebagai masalah. Evaluasi dapat dilihat 4
kemungkinan yang menentukan tindakan yang menentukan tindakan
perawatan selanjutnya antara lain:
1. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum
2. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi atau belum
3. Apakah maslah sebagian terpecahkan/tidak dapat di pecahkan
4. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN (LUKA BAKAR)
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
1. Nama Lengkap : Tn S
2. Jenis Kelamin : Laki – laki
3. Tgl/ Umur : 08-03-1983/ 36 tahun
4. Alamat : PL TAMPANG
5. Diagnosa : Burn Injury Grade III 6% dan grade IIb 1%
6. Keluarga yang bisa dihub : NyW
B. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada luka bagian paha dan pada tangan kanan post op amputasi,
nyeri dirasakan pada saat klien bergerak dan saat luka dibersihkan.
C. Riwayat Keluhan Utama
Pasien masuk dengan luka bakar karena tersengat listrik saat bekerja memasang baliho
riwayat penurunan kesadaran ada,riwayat mual muntah tidak ada,demam tidak ada, riwayat
operasi fasciotomi extremitas atas kanan 7 hari yang lalu di RSHB. Setelah dilakukan perawatan
selama 7 x 24 jam di RS HB, karena alat kurang memadai akhirnya klien dirujuk ke RSDSR
pada tanggal 05 November 2022. Pada saat dikaji tanggal 7 November 2022, klien terbaring di
tempat tidur, nyeri dirasakan pada saat klien bergerak dan saat ganti verban.
Terdapat nyeri tekan pada area luka bagian paha dan bagian tangan post op. tampak luka bakar
pada lengan kanan grade III dengan luas 2% , tangan kiri grade III dengan luas 2 %, paha kiri
grade IIA 1%, kaki kanan grade III dengan luas 1% dan kaki kanan grade III dengan luas 1%,
jadi luas luka bakar 7 %. Luka masih basah dan berwarna merah muda dan masih terdapat slop.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan bersifat hilang timbul sekitar 1-3 menit dengan skala
nyeri 3 ringan (0-10) NRS
D. Pengkajian Primer
1. Airway
a. Pengkajian jalan napas
☑ Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : ☑ Ya
Resusitasi :-
Re evaluasi :-
Masalah keperawatan : -
Intervensi/ Implementasi : -
Evaluasi :-
b. Breathing
a) Fungsi pernapasan :
(1) Dada simetris : ☑ Ya
c) Intervensi/Implementasi :-
d) Evaluasi :-
3) Circulation
1. Keadaan sirkulasi :
5. Masalah keperawatan :
Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera
kimiawi kulit
6. Intervensi/Implementasi :-
7. Evaluasi : -
4) Disability
a) Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
b) Masalah keperawatan :-
c) Intervensi/Implementasi :-
d) Evaluasi :-
5) Exposure
Penilaian Hipotermia/hipertermia
6. Trauma Score
2. Frekuensi pernafasan
☑10 -25 :4
25 -35 :3
> 35 :2
< 10 :1
0 :0
3. Usaha pernafasan
☑ Normal 1
Dangkal 0
4. Tekanan darah
☑ > 89 mmHg 4
70-89 :3
50-69 :2
1- 49 :1
0 :0
5. Pengisian kapiler
< 2 dtk 2
☑ > 2 dtk 1
0 :0
5. Glasgow coma score (GCS)
☑ 14 -15 :5
11- 13 :4
8 – 10 :3
5 -7 :2
3 -4 :1
6. Reaksi Pupil
Tabel 2.3 Pengkajian reaksi pupil
Kanan Ukuran Kiri Ukuran (mm)
(mm)
Cepat 2,5 mm 2,5 mm
Kontriksi - -
Lambat - -
Dilatasi - -
Tak - -
bereaksi
7. Penilaian Nyeri
Pasien mengeluh nyeri pada daerah paha dan luka post op amputasi dan grade III dengan skala
3 (ringan) dengan menggunakan metode NRS.
Jenis nyeri : Akut d). Pengkajian Sekunder
2. Riwayat Kesehatan
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak dan ganti verban, pasien nampak
Memberi respon menarik bagian yg terasa nyeri saat nyeri nya timbul, ada luka post op
amputasi ,luka bakar pada kedua tangan, kaki kanan dan paha kiri.
A : alergi
M : Pengobatan :
P : Riwayat penyakit:
Pasien sedang bekerja memasang baliho dan tidak sengaja memengang besi yang ternyata ada
aliran listrik dan terjatu.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
(1) Kulit kepala
(a) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak bersih, dan tidak
ada ketombe.
(b) Palpasi : Teraba adanya sisa jahitan dan ada nyeri tekan
(2) Mata
(a) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva, konjungtiva anemis,skelera
tampak jernih, tidak ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.
(b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
(3) Telinga
(a) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen.
(b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
(4) Hidung
(a) Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada benjolan pada hidung, dan tidak
terdapat rinorhea.
(b) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
(5) Mulut dan gigi
(a) Inspeksi : Mukosa mulut tampak lembab, gigi
tampak bersih dan tidak terdapat stomatitis.
(6) Wajah
(a) Inspeksi : Wajah tampak pucat, tidak terdapat
luka bakar
(7) Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.
(8) Dada/thoraks
(9) Paru-paru
(a) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, frekuensi napas : 20 x/menit
(b) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
(c) perkusi: Terdengar bunyi sonor.
(d) Auskultasi: Suara napas teratur (vesicular), dan tidak ada suara napas
tambahan.
(10) Jantung
(a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
(b) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri, batas kanan linea paasteral
kanan, batas kiri linea mid clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
(c) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising tidak ada, tidak ada
bunyi jantung tambahan
(11) Abdomen
(a) Inspeksi : Tidak ada ascites, warna kulit sawo matang dan tidak terdapat
luka bakar
(b) Auskultasi : Peristalti usus 12 x/menit.
(c) Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan
(d) Perkusi : tidak dikaji
(12) Perineum dan rektum :-
(a) Genitalia :-
(13) Ekstremitas :
(a) Status sirkulasi :Pengisian kapiler >2 detik.
(b) Keadaan injury :Nampak ada luka bakar pada daerah
(c) Paha kiri :luka bakar grade IIA dengan luas 1%
(d) Tangan kanan :Luka bakar grade III dengan luas 2%.
(e) Tangan kiri :Luka bakar grade III dengan luas 2 %.
(f) kaki kanan :Luka bakar grade III dengan luas 1%.
(g) Kaki kiri :Luka bakar grade III dengan luas 1%.
(14) Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan ringan
pada anggota tubuh.
6. Hasil Laboratorium :
a. Kimia Darah : Tanggal, 06-11-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Koagulasi PT
INR 10.6 10-14 Detik
APTT KIMIA 1.02 -- 22.0-30.0 Detik
DARAH 35.1
Glukosa GDS Mg/dl
Fungsi ginjal 140
Ureum kreatinin
Fungsi hati 110 Mg/dl
SGOT SGPT 10-50 Mg/dl
Elektrolit L(<1.3);P(<1.1)
Natrium Kalium 29 U/L U/L
Klorida 0.77
<38 Mmol/l
<41 Mmol/l
119 Mmol/l
106
136-145
3.5-5.1
132 97-111
3.6
103
a) Darah Rutin : Tanggal, 06-11-2022
Kesan/Saran : Leukositosis
8. Pengobatan :
a) Infus RL 28 Tpm
3. Pernapasa: 20 x/menit
4. Suhu: 36,5 ºC
mandiri
2. Pasien mengatakan tidak
dapat berpindah tempat
Do:
1. Pasien Nampak terlihat
hanya berbaring ditempat
tidur
2. Kelurga pasien nampak
setiap aktivitas selalu dibantu
Intervensi Keperawatan
07 November 2022
3. Pantau hasil
laboratorium dan
tanda-tanda infeksi
(demam, udem,
kemerahan)
4. Batasi jumlah
pegunjung Tatalaksana
pemberian antibiotic
Catatan Perkembangan Hari III Rabu, 09 oktober 2019
American Burn Association. 2014. Burn Incidence and Treatment in the United
States : 2015. Chicago : ABA.
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php. Diakses 20 oktober 2019.
Amin, dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
Brunner, Suddarth. 2010. Textbook of medical surgical nursing. Edisi ke- 1.USA:
Lippincott.
Darma, E. 2017. Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi
Pemberian Aromaterapi Mawar dan Terapi Murottal Al-Quran Terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur pada Pasien An. D dengan Combustio di Ruang
Picu RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun
2017.https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/251/KIAN.pdf
?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 20 oktober 2019. .