Anda di halaman 1dari 32

A.

PENGERTIAN
Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap kendaraan
yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian utama, yaitu epidermis,
dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin,
stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan
stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen
dan elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan pembuluh getah bening. pada kesehatan kulit.
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi.
Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh
sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum.
Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung
sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan
Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
Lapisan dermis ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat
yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hai, tergantung pada kebutuhan tubuh dan
pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat
ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.

B. ANATOMI KULIT
1. Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan
digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan
germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan
germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel
pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi
warna pada kulit.
2. Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya
keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hai, tergantung pada
kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea.
Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung
terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu
tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan
proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan
keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan
mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi.
Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh
kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme
dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh
tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus
C. FISIOLOGI KULIT

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan
hidup. Kulit menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan menjadi ciri berbagai
tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.
Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan
kebiasaan, di samping sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya.
Kulit juga dapat menjadi sarana kontak seksual, cinta, persahabatan, atau kebencian.
Kerusakan lebih dari 30% luas kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera menyebabkan
kematian, karena kulit mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.
D. FUNGSI KULIT
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi : proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu
bata di permukaan kulit.

Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.

Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.

Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian
ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin
dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti
aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui selsel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan
ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum
dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan
campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam

ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif
jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga
merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul
organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan
kelenjar keringat merokrin.

Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta
aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas.
Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon
sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan
menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin
melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.

Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil
Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua
cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat
suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.

Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas
oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah
hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal
ke dalam pembuluh darah
7. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan
dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler
kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh
darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan
menyebarkan bau khas.
E. GANGGUAN KULIT
Sebagian gangguan kulit disebabkan oleh penyakit atau gangguan yang hanya
mengenai kulit, seperti jamur (kurap), ruam popok (diaper rash), atau kulit. Gangguan kulit
lain merupakan gejala penyakit yang mengenai seluruh tubuhseperti ruam pada penyakit
campak, atau borok, bercak-bercak yang kering pada penyakit pellagra (malnutrisi). Keadaan
kulit atau jenis-jenis borok tertentu dapat merupakan tanda penyakit yang parah seperti lepra,
TBC, atau syphillis.
Macam-macam gangguan kulit:
1. Kudis (Gudig, scabies)
2. Tuma (Kutu rambut atau kutu kepala)

3. Kutu dan tangau


4. Luka kulit yang bernanah
5. Cacar monyet (Impetigo)
6. Bisul dan abses
7. Gelegata, bilur, atau ruam yang gatal akibat alergi
8. Herpes
9. Infeksi Jamur
10. Panu
11. Belulang (Kapalan)
12. Kanker kulit
13. Borok pada kulit

F. Efek penuaan pada kulit


Usia yang menginjak 40 tahun akan memberi gambaran penuaan berupa perubahanperubahan tertentu pada kulit. Kebanyakan perubahan tersebut terjadi di lapisan dermis.
Fibroblas, yang memproduksi serat kolagen dan elastin, akan mengalami penurunan
jumlah dalam proses penuaan. Serat kolagen menjadi berkurang, mengeras, dan terurai ke
dalam bentuk yang tidak beraturan. Sedangkan serat elastin menjadi kehilangan
elastisitasnya, menebal dan robek. Sehingga kulit pada penuaan akan menghasilkan
gambaran celah yang disebut sebagai kerut.
Sel-sel Langerhans akan berkurang jumlahnya dan makrofag menjadi kurang aktif
sehingga menurunkan aktifitas imun pada kulit. Produksi keringat berkurang dan kelenjar

sebasea akan mengecil sehingga produksi sebum akan berkurang menyebabkan kulit menjadi
kering dan lebih rentan terhadap infeksi (karena mantel asam tidak efektif).
Melanosit fungsional akan berkurang sehingga menyebabkan rambut berwarna putih
(uban) dan pigmentasi yang atipikal. Sedangkan beberapa melanosit lain akan mengalami
pembesaran dan menghasilkan ruam-ruam pigmen.

Dinding pembuluh darah dermis menjadi lebih tebal dan kurang permeabel.

Jaringan lemak adiposa menjadi longgar.

Proses migrasi sel basal menjadi sel permukaan berjalan lebih lambat, sehingga
penyembuhan apabila ada cedera juga menjadi lama.

Proses perbaikan pada kulit yang cedera


Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki
jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk
cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera tidak
hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan subkutan.

1. Penyembuhan epidermis
Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis.
Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi
daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh
EGF (epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan
menyebabkan penebalan epidermis yang rusak.
2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis
dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja,
maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain
itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi
fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:

Fase inflamatorik

Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan


vaskular) yang meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, serta rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab
cedera/jejas. Selain itu pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk
menyatukan daerah yang terpisah akibat cedera.

Fase migratorik
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan
parut. Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera.

Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng,
deposisi fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.

Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan
dengan jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi
lebih tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain


Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi,
kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem
tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh yang lain
dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit selalu
terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain.
1. Sistem skeletal

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium


dan fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan
memelihara tulang.

Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.

2. Sistem muskular

Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium


yang berguna untuk kontraksi otot.

Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.

3. Sistem saraf

Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu,
dan nyeri.

Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk
termoregulasi.

Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan


rambut.

4. Sistem endokrin

Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah


hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.

Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan,


distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.

Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak
di adiposit.

5. Sistem kardiovaskular

Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular


(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.

Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan


sel-sel imun.

Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.

Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.

6. Sistem limfatik dan imunologi

Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan
sekret kimia untuk menghalau penetrasi mikroba.

Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan dalam imunologi dengan cara


pengenalan antigen terhadap agen asing.

Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit.

Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan


memobilisasi limfosit.

7. Sistem pernapasan

Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.

Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.

Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi


karbondioksida.

8. Sistem pencernaan

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium


dan fosfor di saluran cerna.

Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.

9. Sistem saluran kemih

Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi
calcitriol

Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam


menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

10. Sistem reproduksi

Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan
berkontribusi terhadap kepuasan seksual.

Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan
menyebabkan keluarnya ASI.

Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.

Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan


fetus.

Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan


perkembangan kelenjar payudara.

Daftar Pustaka
Wasiaatmaja, Syarif M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta.UI Press .1997
Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007
Martini F. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 7th ed. USA: Pearson Education Inc;
2006

Kanker Kulit
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. kanker bisa terjdi dari berbagai
jaringan dalam berbagai organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, selsel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di
dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. (Ajoemedi soemardi, 2006)
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi
dan tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara
teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali (tiro. 2010).
Kanker kulit adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah
dikenali. Namun karena gejala awal yang ditimbul dirasakan tidak begitu
menganggu,sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan (Mangan,2005).
Kanker kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah yang sering
terjadi seranganya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan sinar matahari,
seperti wajah,tangan dan tungkai bawah (Mangan,2005).
B.

ANATOMI KULIT

Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis
dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi. Paling atas adalah lapisan tanduk
(stratum korneum). Berturut-turut di bawahnya stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas sel keratinosit dan melanosit). Adapun
lapisan dermis mempunyai dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare. Lapisan kulit
paling bawah adalah subskutis yang dibentuk oleh jaringan lemak. Di lapisan ini terdaoat
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Selain lapisan-lapisan di atas, kulit juga terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan
kuku. Semuanya itu disebut adneksa kulit. Kelenjar kulit terletak di lapisan dermis yang
terdiri atsa kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar palit (glandula sebasea).
Rambut terdiri atas bagian yang berada di bawah kulit (akar rambut) dan yang di atas kulit
(batang rambut). Sedangkan kuku merupakan penebalan lapisan tanduk di ujung-ujung jari
tangan dan kaki.
Setiap sel/komponen di atas mampu berubah menjadi ganas (kanker). KSB berasal dari
sel pluripotensial, KSS dari sel keratinosit dan MM merupakan perubahan ganas sel
melanosit di lapisan epidermis.
C.

ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa

factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:


1. Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun
dari sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung
kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh terhadap
terjadinya kanker kulit.
2. Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit daripada orang
yang memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang
kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari paparan
berbahaya sinar matahari, sehingga mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun,
orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun
jumlahnya cenderung lebih kecil.

3.

Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat

meningkatkan risiko terkena kanker kulit.Namun, dalam banyak kasus paparan dalam
jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit.Gen pembawa kanker atau
tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan bantuan zat atau
bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker atau tumor. Akhir-akhir
ini, para peneliti di University of Pittsburg Cancer Institute di Amerika telah memukan
virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit diantaranya adalah human papilloma
virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
4. Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker
kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko
terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.
D.

PATOFISIOLOGI
Kanker kulit atau skin cancer berawal dari tumor jinak (tahi lalat, kista dll) dan tumor

ganas (kanker). Diantaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu penyakit kulit yang
dapat berubah menjadi ganas atau kanker kulit. Misalnya kemerahan karena terkena arsen
atau matahari, jaringan parut menahun, beberapa jenis benjolan yang membesar perlahan,
penyakit kulit karena penyinaran, beberapa jenis tahi lalat, bercak keputihan dirongga mulut
atau lidah dan kemaluan, tahi lalat besar yang sudah ada sejak lahir dan lain-lain. Disamping
itu terdapat juga keadaan yang disebut genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan
oleh karena kelainan gen yang dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit
xeroderma pigmentosum.
Keadaan-keadaan tersebut diatas ada kaitannya dengan kanker kulit.
E.

KLASIFIKASI KANKER KULIT


Kanker kulit secara umum dibagi atas dua golongan besar yaitu, non malenoma maligna

dan malenoma maligna. Non malenoma maligna terbagi menjadi dua yaitu karsinoma sel
basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS) (dalimartha,setiawan,2005).
1. Non malenoma maligna
a. Karsinoma sel basal (KSB)
1) Definisi

Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang
timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut.Kanker kulit jenis
ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel
kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit
sekitarnya. Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling sering
ditemukan (Brunner and Suddarth, 2002).
2) Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya diwajah) dan
leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki
dan kulit kepala (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu abu
mengkilat, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah
berdarah.Papula makin lama makin membesar menjadi makula dan bagian
tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada ulkus (Siregar, 2005).
Menurut (Marwali, 2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini
bervariasi, yaitu:
a) Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak
sebagai lesi tunggal.Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan
nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata.Pada awalnya tampak nodul kecil,
transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi
meninggi. Kemudian lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian
tengah lesi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi dan keras.
b) Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratf. Bedanya pada
jenis ini berwarna coklet atau hitam berbintik-bintik atau homogeny yang
secara klinis dapat menyerupai melanoma.
c) Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak
sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan.
d) Tipe Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai
plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale
sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti
kawat.

e)

Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa

nodul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan


b.

permukaan halus atau noduler dengan warna yang bervariasi.


Karsinoma sel skuamosa
1) Defnisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari
dalam epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar
matahari, karsinoma ini dapat pula timbul dar kulit yang normal atau lesi yang
sudah ada sebelumnya (Brunner and Suddarth, 2002).
Kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat karena sifatnya
invasive dengan mengadakan metastase lewat system limfatik atau
darah.Metastase menyebabkan 75% kematian akibat dari karsinoma sel
skuamosa (Brunner and Suddarth, 2002).
2) Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah
kulit yang terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula
terjadi pada setiap bagian tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai
pada daerah muka dan ekstremitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap
di daerah tropik lebih banyak pada ekstremitas bawah, badan dan dapat pula
dijumpai pada bibir bawah serta punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus
dengan tepi yang tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai
kembang kol, pada perabaan keras dan mudah berdarah yang berasal dari
ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna kekuningan. Tumor menyebar
melalui saluran getah bening ke ala-alat lain (Siregar, 2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa
bervariasi, dapat berupa :
a) Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa
krusta atau ulkus dengan tepi yang berbatas kurang jelas
b) Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas
permukaan kulit, tidak rata, berbenjol-benjol seperti kembang kol,
c)

berwarna merah atau pucat, membasah atau berdarah dan berbau.


Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna
kuning kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas

dan mengadakan metastasis ke kelnjar limfe regional atau ke organorgan dalam.


d) Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering
2.

mengadakan invasi yang cepat dan terjadi metastasi.


Melanoma maligna
a. Definisi Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya
melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan kadangkadang sel subkutan) (Brunner and Suddarth, 2002)..
Melanoma Maligna merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas
dan berasal dari system melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang
luas dalam waktu yang singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional,
tetapi juga menyebar melalui aliran darah kealat-alat dalam serta dapat menyebakan
kematian (Marwali, 2000).
Melanoma Maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari melanosit
dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
b.

Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini sehingga

diagnosis melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi


berpigmen baru atau adanya tahi lalat atau tanda lahir (tompel) yang berubah
seperti:
1)
2)
3)
4)
5)

Perubahan dalam warna


Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi
berpigmen

Tahi lalat walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi
ganas, dan dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang
sering adalah terutama di telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu
pada tahi lalat, yang mulai sering terasa gatal, mudah berdarah,ada borok atau luka
yang sukar sembuh, harus juga lebih curiga.
Yang harus diwaspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi ganas adalah bila
pada tahi lalat tersebut ditemukan tanda "ABCD" melanoma maligna, yaitu:

1)
2)
3)

A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan.


B= Border atau pinggirannya juga tidak rata.
C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya.
Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan

c.

berwarna putih, merah dan biru.


4) D= Diameternya lebih besar dari 6 mm
Klasifikasi melanoma maligna
1) Melanoma superfisial
Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh
dan merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Melanoma ini
sering ditemukan serta ektremitas bawah.
2)

Melanoma lentigo-maligna
Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh

dengan lambat pada daerah kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal


tangan,kepala dan leher pada orang yang berusia lanjut.
3) Melanoma noduler
Melanoma noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang
menyerupai blueberry dengan permukaan yang relatife licin seta berwarna
biru hitam yang seragam. Melanoma noduler akan menginvasi langsung
kedalam lapisan dermis didekatnya (pertumbuhan vertikel) dan dengan
demikian memiliki prognosis yang buruk.
4) Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat
didaerah yang terlalu terpajan sinar mataharidan tidak terdapat difolikel
rambut. Jenis melanoma ini sering terdapat ditelapak kaki,telapak tangan, dasar
kuku dan membrane mukosa yang berkulit gelap.
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan melanoma
maligna dalam 5 stadium yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Stadium I
Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
Stadium II
Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
Stadium V

Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan


6) Stadium VI
Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan, pleomorfi
dengan kromatin kasar.Setiap sel mengandung butir melanin.Sel
berkelompok atau bergerombol. Pada dermis ditemukan infiltrate limfosit
atau makrofag yang mengandung melanin.
Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang
digunakan dalam stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai
berikut:
1) Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh atau ke

d.

kelenjar limfe regional.


2) Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional
3) Stadium III
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
Pengobatan melanoma maligna
Adapun pengobatan berdasarkan stadium Melanoma Maligna yaitu :
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah

pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila


telah diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk
mengangkat jaringan di sekitarnya. Untuk pengobatan secara medikomentosa
dengan kemoterapi (obat-obat anti kanker) yang dikelompokkan menjadi beberapa
kategori yaitu: alkylating agents, antimetabolit, alkaloid tanaman, antibiotik
antitumor, enzim, hormon dan pengubah respon biologis. Dan pengobatan secara
nonmedikomentosa meliputi radioterapi, pembedahan dan terapi fisik.
Pembagian terapi berdasarkan stadium melanoma:
1) Stadium Klinik I Melanoma Malign.
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap
merupakan cara pengobatan melanoma maligna yang terbaik.
2) Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.

3)

Stadium Klinik III Melanoma Maligna


a) Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu
Dacarbazine/Dimetil Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC).Dapat

diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat kemoterapeutik sistemik


lainnya.Respon pengobatan dengan DTIC terjadi pada 20-25% penderita.
Kemoterapeutik sistemik yang direkomendasikan adalah:
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4
minggu.Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6
minggu.Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea
b) Imunoterapi
BCG' merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan
untuk pengobatan melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke
kulit.Diberikan secara intralesi dan memberikan pengaruh yang cukup
bermanfaat. Hasilnya tidak menentu, tergantung pada sistem imunitas
penderita.Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif, dengan memakai
leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien, kemudian sel
itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel pembunuh yang
mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel LAK diinfuskan
kembali bersama pemberian interleukin-

Gambar kanker kulit

1.

2.

3.

Konsep Dasar Penyakit Tumor Kulit


Definisi / Pengertian
Tumor kulit adalah suatu benjolan yang dapat berbentuk dari berbagai jenis sel-sel
dalam kulit (sel-sel epidermis, melanosit). Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor
jinak atau tumor ganas, dapat terletak dalam epidermis atau menembus kedalam dermis
dan jaringan subkutan (Arif Muttaqin, 2010)
Tumor Kulit adalah tumor yang terbentuk dari berbagai jenis sel seperti sel-sel
epidermis, dan melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak atau ganas,
dapat terletak dalam epidermis atau menembus ke dalam dermis dan jaringan subkutan.
(Price Sylvia, 2006)
Tumor kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke
bagian tubuh yang lain.
Epidemiologi / Insiden Kasus
Keganasan kulit merupakan tiga serangkai keganasan pada umumnya yang
ditemukan di Indonesia. Urutannya dapat berubah, akan tetapi dalam kelompok 3 besar,
yakni kulit, cervic, mammae. Zaman sebelum penjajahan tumor ganas kulit lebih
banyak ditemukan pada rakyat atau petani (banyak trauma, tidak memakai sepatu pada
golongan pribumi). Setelah penjajahan (sesudah tahun 1945) ternyata tumor ganas
sudah berubah tidak lagi di tungkai, dan kanker penis banyak ditemukan pada pria yang
tidak disunat. Basal sel karsinoma ternyata banyak ditemukan di sekitar mata.
Kelompok umur 50-59 tahun tetap merupakan golongan yang terbanyak menanggung
resiko tumor ganas kulit, perbedaan antara pria dan wanita tidak bermakna.

Etiologi / Penyebab
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya tumor/kanker kulit yaitu:
a.
Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun dari sumber
yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung kulit baik dengan
pakaian atau krim anti matahari.
b.
Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena daripada orang yang memiliki kulit lebih
gelap. Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang kulit putih lebih sedikit. Kadar
melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari paparan berbahaya sinar matahari, sehingga
mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun, orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa
terkena kanker kulit meskipun jumlahnya cenderung lebih kecil.
c.
Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat meningkatkan risiko
terkena kanker kulit. Namun, dalam banyak kasus paparan dalam jangka panjanglah yang
biasanya menyebabkan kanker kulit. Gen pembawa kanker atau tumor sudah dimiliki hampir

seluruh orang sejak lahir. Namun dengan bantuan zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel
dan menimbulkan kanker atau tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di University of Pittsburg
Cancer Institute di Amerika telah memukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit
diantaranya adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
d.
Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker kulit. Jika
ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko terkena kanker kulit pada
anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.

4.

Faktor Predisposisi
Etiologi tidak diketahui tetapi sinar ultraviolet paling diketahui sebagai penyebab.
Umumnya resiko tertinggi oleh orang yang berkulit putih atau cerah, bermata biru,
berambut merah atau pirang dengan bercak-bercak kecoklatan pada kulitnya. Orangorang ini mensintesis melanin lebih lambat. Orang keturunan Celtic atau Skandinavia
menghadapi resiko yang lebih besar didampingi orang yang sering terbakar sinar
matahari. Tetapi kulitnya tidak pernah menjadi coklat kekuningan. Pada kawasan
tempat matahari sangat terik terdapat peningkatan insidensi yang tidak sebanding.
Penduduk amerika berusia lanjut yang menghabiskan waktu pensiunnya pada kawasan
Amerika barat daya tampak memiliki insidensi yang tertinggi. Populasi lain yang
beresiko pernah menderita melanoma di masa lalu, memiliki riwayat melanoma dalam
keluarga, mempunya nevus congenital yang berukuran raksasa atau memiliki riwayat
luka bakar matahari yang parah.
Hingga 10% penderita melanoma merupakan anggota keluarga yang cenderung
menderita melanoma dan memiliki lebih dari satu nevus yang terus berubah (nevi
displastik) serta rentan trehadap transformasi maligna. Penderita sindrom nervus
displastik ternyata memiliki mola yang tidak lazim berukuran lebih besar berjumlah
lebih banyak, lesi dengan garis bentuk yang tidak teratur dan pigmentasi pada seluruh
kulit. Pemeriksaan mikroskopik nervus yang displastik akan memperlihatkan
pertumbuhan yang abnormal dan menyimpang.

5.

Patofisiologi
Perjalanan penyakit dari tumor kulit tidak dapat ditentukan dengan pasti, kadangkadang tumornya kecil akan tetapi telah bermetastasis jauh. tumor yang besar pun juga
dapat setempat saja dalam jangka waktu yang lama.
Karsinoma sel sekuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai tingkat
kematangan, dapat intraepidermal, dapat opula bersifat infasif dan bermetastasis jauh.
Lokasi kelainan penyakit paget ialah daerah kulit yang mempunyai kelenjar apokrin.
Pada payudara di kenal sebagai penyakit paget payudara (mammary pagets disease),
sedangkan lokasi lainnya (extra mammary pagets desease) secara berurutan ialah:
vulva, perianal, penis,skotum, lipat paha, ketiak, dan kelopak mata.
Penyakit paget merupakan epidermotrophic Ca of the mammary ducts sehingga
yang tampak di kulit merupakan penyebaran dari saluran kelenjar payudara. Dengan
demikian, adeno-karsinoma payudara merupakan asal usul penyakit paget payudara.

Penyakit paget di sekitar alat kelamin dapat berasal dari adnexal carcinoma di
bawahnya atau berasal dari karsinoma saluran kemih bagian bawah. Penyakit paget di
luar payudara sering bersamaan dengan anak sebar pada anak dalam di sekitarnya
6.

Pathway
Terlampir

7.

Gejala Klinis
Karsinoma sel basal tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau folikel
rambut. Penyakit kanker ini merupakan tipe kanker kulit yang paling sering di temukan.
Umumnya karsinoma sel basal timbul di daerah tubuh yang terpajan sinar matahari dan
lebih prevalen pada kawasan tempat populasi penduduk mengalami pajanan sinar
matahari yang intensif dan ekstensif. Insidensi tersebut berbanding lurus dengan usia
pasien (usia rata-rata 60 tahun) serta jumlah total pajanan sinar matahari, dan
berbanding terbalik dengan jumlah pigmen melanin dalam kulit.
Karsinoma sel basal biasanya di mulai sebagai nodul kecil seperti malam (lilin)
dengan tepi yang tergulung, translusen dan mengkilap; pembuluh darah yang
mengalami telangiektasia dapat di jumpai. Dengan tumbuhnya sel basal akan terjadi
ulserasi pada bagian tengahnya dan kadang-kadang pembentukan krusta. Tumor paling
sering muncul di daerah muka. Karsinoma sel basal di tandai dengan invasi dan erosi
jaringan yang bersambung (siling menyatu). Karsinoma ini jarang bermetastasetetapi
rekurensi sering terjadi. Namun demikian, lesi yang diabaikan dapat menyebabkan
hilangnya hidung, telinga atau bibir. Lesi lain akibat penyakit ini dapat timbul sebagai
plak yang mengkilap, datar berwarna kelabu atau kekuningan.
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi malignan yang timbul dari dalam
epidermis. Meskipun biasanya muncul pada kulit yang merusak karena sinar matahari,
karsinoma ini dapat pula timbul dari kulit yang normal atau lesi kulit yang sudah ada
sebelumnya. Penyakit kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat daripada
karsinoma sel basal karena sifatnya yang sungguh-sungguh invasive dengan
mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah. Metastase menyebabkan 75%
kematian karena karsinoma sel skuamosa. Lesinya dapat bersifat primer karena timbul
pada kulit maupun membran mukosa, atau bisa terjadi sekunder dari suatu keadaan
precancerous seperti keratosis aktinika (lesi pada bagian kulit yang terpajan sinar
matahari), leukoplakia (lesi premalignan pada membrane mukosa) atau lesi dengan
pembebtukan sikatriks atau ulkus. Karsinoma sel skuamosa tampak sebagai sebuah
tumor yang kasar, tebal dan bersisik tanpa memberikan gejala (asimtomatik) tetapi bisa
menimbulkan pendarahan. Tepi lesinya dapat lebih lebar, lebih terinfiltrasi dan lebih
memperlihatkan reaksi inflamasi bila dibandingkan dengan karsinoma sel basal.
Infeksinya sekunder dapat terjadi. Daerah-daerah yang terbuka, khususnya ekstremitas
atas, muka, bibir bawah, telinga, hidung dan dahi, merupakan lokasi kulit yang sering
terkena kanker ini.
Kanker kulit di diagnosis dari pemeriksaan biopsy dan hasil evaluasi histologik.
Metastase. Insidensi mestastase berhubungan dengan tipe histologik dan tingkat
kedalaman invasinya. Biasanya karsinoma sel skuamosa yang tumbuh di daerah kulit

yang rusak karena sinar matahari tidak begitu invasive dan jarang menimbulkan
kematian, sementara yang tumbuh tanpa riwayat pajanan matahari atau arsen atau tanpa
pembentukan sikatriks memiliki frekuensi yang lebih tinggi untuk mengadakan
penyebaran metastatik. Selanjutnya pasien harus dievaluasi untuk mendeteksi metastase
pada kelenjar limfe regional.
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :
a.
Benjolan kecil yang membesar
Benjolan terdapat diwajah, berwarna pucat seperti lilin, permukaannya mengkilap,
tidak terasa sakit atau gatal, dan yang semula kecil makin lama makin membesar.
Apabila diraba, benjolan terasa keras kenyal. Kadang-kadang benjolan menjadi
hitam atau kebiruan, bagian tengah mencekung dan tertutup kerak atau keropeng
yang mudah berdarah bila diangkat.
b.
c.

d.

e.

f.

8.

Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah


Benjolan ini membasah dan tertutup keropeng, teraba keras kenyal, dan mudah
berdarah bila disentuh.
Tahi lalat yang berubah warna
Tahi lalat menjadi lebih hitam, gatal, sekitarnya berwarna kemerahan dan mudah
berdarah.Tahi lalat ini bertambah besar dan kadang-kadang di sektarnya timbul
bintik-bintik.
Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh
Koreng dan luka yang sudah lama, tidak pernah sembuh walaupun sudah diobati,
koreng ini pinggirnya meninggi dan teraba keras serta mudah berdarah, adanya
koreng karena terjadi benturan, bekas luka ang sudah lama atau terinfeksi.
Bercak kecoklatan pada orang tua
Bercak ini banyak ditemukan pada muka dan lengan, bercak ini makin lama
permukaannya makin kasar, bergerigi, tetapi tidak rapuh, tidak gatal, dan tidak
sakit.
Bercak hitam ysng menebal pada telapak kaki dan tangan
Bercak ini ditemukan pada kulit yang berwarna pucat seperti ditelapak kaki dan
telapak tangan. Bercak ini mula-mula dangkal, berwarna hitam keabuan, batas
kabur, tepi tidak teraba, tidak sakit maupun gatal. Kemudian bercak cepat berubah
menjadi lebih hitam, menonjol diatas permukaan kulit, dan tumbuh ke dalam kulit
serta mudah berdarah.

Klasifikasi
Tumor Ganas
Tumor ganas dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a)
Kasinoma Sel Basa
Merupakan tumor ganas pada kulit yang paling sering terjadi, berasal dari sel
epiderma sepanjang lamina basalis epodemis. Insiden karsinoma sel basa
berbanding lurus dengan usia pasien dan berbanding terbalik dengan jumlah
pigmen melanin di epidermis. Pasien dengan riwayat karsinoma sel basa harus
menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar

karsinogenik matahari. Tumor ini ditandai dengan nodul seperti mutiara, halus,
dam kemerahan. Karsinoma sel basa harus diobati dengan tepat. Pengobatan
meliputi kuretease dengan elektrodesikasi, bedah scalpel, iradiasi, bedah dengan
bahan kimia, bedah beku.
b)

c)

Karsinoma Sel Skuamosa


Sel skuamosa merupakan neoplasma ganas pada keratinosid yang berasal dari
sel epidermis yang lebih berdiferensiasi (keratinosid). Secara khas, tumor timbul di
atas kulit yang dirusak cahaya matahari dengan adanya banyak adanya keratonis
aktinik. Cahaya matahari merupakan factor etiologi utama yang menyebabkan
karsinoma sel skuamosa pada kulit. Penyebab lain karsinoma sel skuamosa
meliputi menelan arsen, iradiasi sinar x, luka baker, jaringan parut, dan kerentanan
genetic. Karsinoma sela skuamosa yang timbul pada kulit yang rusak akibat cahaya
matahari biasanya tidak bermetastasis dan jarang menyebabkan kematian, namun
ada yang tidak terpajan sinar matahari, setelah menelan arsen atau di atas parut
lama, mempunyai resiko metastasis terbesar.
Suatu varian karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada epidermis disebut
penyakit Bowen, penyakit ini biasanya disebabkan oleh pajanan sinar matahari
kronik. Karsinoma sel skuamosa muncul karena bentuk tumor atau nodul yang
menebal, berskuama, dan berulserasi yang kadang-kadang berdarah dam biasanya
timbul di atas kulit wajah, kepala, telinga, leher, tangan atau lengan yang rusak
oleh cahaya matahari.
Pengobatan karsinoma sel skuamosa dan variannya adalah eksisi bedah.
Melanoma
Melanoma malignum hanyalah 3% dari semua keganasan kulit primer tetapi
mengakibatkan hamper semua kematian yang disebabkan oleh kanker kulit.
Kebanyakan melanoma terjadi pada kelompok usia 40 70 tahun, tetapi jumlah
kasus telah meningkat diantara kelompok usia 20 40 tahun. Salah satu penjelasan
untuk peningkatan insiden ini adalah pajanan sinar matahari yang lebih besar saat
rekreasi dan perubahan cara berpakaian. Diagnosis didasarkan pada perubahan
bentuk, warna, ukuran dan konfigurasi lezi yang berpigmen.
Melanoma yang menyebar superficial merupakan jenis yang paling sering
(60% sampai 80%) dan mempunyai prognosis paling baik. Sebagian besar pasien
mempunyai harapan hidup 5 tahun atau lebih dan banyak yang sembuh. Diagnosis
dini dan pengobatan bedah berperan dalam perbaikan statistic.
Pengobatan melanoma malignum terutama dengan pembedahan. Pasien
dengan melanoma diseminata dilakukan kemoterapi.

Tumor Jinak
a)
Keratonis Seboroid
Bermanisfestasi sebagai neoplasma mirip kutil, berwarna coklat sperti
dilekatkan pada permukaan epidermis. Peneyebab dari tumor jinak ini tidak
diketahui. Sel-sel tumor ini berasal dari sel basar sel basal kecil yang terlokalisasi
pada epidermis. Pasien yang lebih tua dapat mengalami keratosis seboroid multipel
di seluruh tubuh, wajah, dan ekstremitas atas.

Pengobatan tidak diperlukan kecuali atas alasan kosmetik atau diagnostik.


b)

Keratonis Aktinik
Keratonis atinik bbiasanya timbul pada permukaan kulit yang terkena sinar
matahari seperti wajah, leher, kulit kepala dan ekstremitas. Daerah yang terserang
tampak seperti lezi eritematosa, bersisik dan dengan permukaan yang kasar. Lezi
ini disebabkan oleh pajanan sinar matahari kronik, terutama pada pasien berusia
lanjut. Neoplasma prakanker ini dapat berubah menjadi karsinoma sel skuamosa
dan harus diobati. Tindakan pengobatannya termasuk elektrodesikasi dengan
kuretase atau bedah beku. Pasien diingatkan terhadap pajanan sinar matahari
selanjutnya, dan dianjurkan untuk memaki tabir surya yang dapat menghambat
sinar UV B dan UV A dengan faktor proteksi 15 atau 30 (Presun, Solbar, Sundown,
Bain de Soleir).

c)

Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah tumor yang berbentuk kubah dengan bagian
tengahnya berbentuk kawah atau mengalami ulserasi. Tumor ini tumbuh dengan
cepat dalam waktu beberapa bulan dan biasanya timbul pada orang tua yang
berkulit terang.
Tumor ini jinak dan dapat mengalami involunsi spontan. Karena tumor ini
dapat menyerupai karsinoma sel skuamosa, maka tumor ini harus di eksisi untuk
pemeriksaan histopatologi.

d)

Dermatofibroma, Akrokordon dan Keloid


Empat tumor jinak yang paling sering di temukan adalah dematofibroma,
akrokordon (skintags), keloid, hyperplasia sebaseus.
Dermatofibroma adalah nodul coklat yang biasanya di temukan pada kaki,
tubuh dan lengan. Pada palpasi konsistensinya keras seperti kancing. Tumor ini
hanya di eksisis karena alas an kosmetik atau diagnostic, karena tumor ini jinak.
Skintags (akrokordon ) sering kali terdapat di leher, axial, dan lipat paha pada
pasien tua dan setengah baya. Akrokordon lebih banyak di jumpai pada pasien
yang gemuk dan pada wanita hamil daripada populasi secara umum. Tumor ini di
eksisi bila nyeri dan karena alasan kosmetik.
Keloid di sebabkan oleh pembentukan jaringan parut abnormal yang terjadi
bahkan setelah cedera minor. Keloid lebih sering pada orang Afrika Amerika
daripada keturuna Kaukasia, dan ada kecenderungan genetik. Eksisi jaringan
keloid boleh di usahakan untuk alasan kosmetik. Eksisi keloid yang di kombinasi
denga injeksi kortikosteroid ke dalam lesi sering kali merupakan pengobatan yang
efektif.

e)

Tumor Jinak Pembuluh Darah


Diantara sejumlah tumor pembuluh darah kulit, jenis yang paling sering di
temui adalah nevus flammeus, angioma strauberi, angioma ceri, angioma laba-laba
(spider nevi), dan granulome piogenik. Floriferasi kapiler-kapiler matur yang
menimbulkan perubahan warna menjadi merah muda pada kulit bayi baru lahir
disebut nevus plammeus. Apabila kapiler ini mengikuti cabang saraf trigeminus,

maka kondisi ini dapat disertai angioma pada mata ipsilateral dan sistem saraf
pusat (syndrom Sturge-Weber). Keadaan ini dapat menimbulkan glaukoma dan
kejang kontra lateral. Nevus plammeus dapat menghilang atau tetap bertahan untuk
waktu yang sangat lama. Jika lesinya tetap ada, direkomendasikan untuk
melakukan penyamaran dengan dandanan (Covermark, DermaBland). Laser
pewarna dengan pulsasi berguna untuk pengobatan hemangioma ini.
Angioma stawberi timbul setelah lahir dan mengalami involusi spontan
setelah usia 7 tahun pada 70% sampai 95 % dari semua kasus. Proliferasi kapiler
dalam dermis menyebabkan nodula merah-kebiruan yang meninggi biasanya di
kepala dan tubuh bagian atas, tetapi dapt juga tibul dimana saja di permukaan
tubuh. Karena sering kali berinvolusi spontan maka pengobatan tumor ini biasanya
tidak diperlukan.
Angioma ceri adalah papula yang agak meninggi berwarna merah pada tubuh
dan ekstremitas orang tua dan setengah baya. Lesi asimtomatik dan jinak, dan
tidak diperlukan pengobatan.
Angioma laba-laba timbul pada perempuan pada masa kehamilan, pada
peminum alkohol dan juga pada anak- anak. Sebuah arteriola sentral memberi
makan berbagai cabang kecil dari tumor ini. Angioma laba-laba multiple dapat
disebabkan oleh penyakit hati seperti sirosis. Umunya angioma laba-laba pada nakanak dan wanita hamil dapat sembuh dengan sendirinya. Angioma laba-laba yang
persisten dapat dibuang dengan elektrodesikasi atau laser pewarna dengan pilsasi.
Granuloma piogenik disebabkan oleh suatu proliferasi abnormal jaringan
granulasi. Tumor timbul pada tempat trauma yang terjadi. Timbul nodul-nodul
lembab berwarna merah atau ungu bertangkai. Tumor jinak ini kadang-kadang
berdarah dan diobati dengan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai