Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

SUBDIVISI BEDAH ONKOLOGI


BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN


PENUNJANG BEDAH ONKOLOGI

Disusun oleh:
dr. Agistia Lembayung Puspitasari

Dosen Pembimbing:
dr. Maman Abdurahman, Sp. B(K)Onk

SUB BAGIAN BEDAH ONKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2018
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK UNPAD/ RSHS BANDUNG
Referat
Divisi : Bedah Onkologi
Disusun oleh : Agistia Lembayung Puspitasari, dr.
Pembimbing : dr. Maman Abdurahman, Sp. B(K)Onk

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Maret 2018

PENDAHULUAN

Kanker merupakan ancaman serius kesehatan masyarakat kita karena


insiden dan angka kematiannya terus merayap naik. Di awal dasawarsa 1950-an,
penyebab kematian utama di Negara kita adalah penyakit infeksi, TB, dan
penyakit neonatal.
Menurut WHO, diperkirakan 7,9juta kematian disebabkan oleh penyakit
kanker pada tahun 2007. Di seluruh dunia, diperkirakan ada 8,1juta kasus baru
kanker pada tahun 1990, meningkat 37% dibandingkan tahun 1975. Terlihat
bahwa angka pertumbuhan jumlah penderita kanker meningkat 2,1% per tahun,
lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang 1,7% per tahun.
Kanker paru-paru adalah kanker terbanyak di dunia, sekitar 1,04 juta kasus baru
dan 921.000 kematian per tahun. Di tempat kedua adalah kanker abdomen, yaitu
sebanyak 789.000 kasus baru dan 628.000 kematian per tahun. Sedangkan di
tempat ketiga adalah kanker payudara, dengan 796.000 kasus baru per tahun.
Bedah onkologi adalah cabang ilmu kedokteran dalam hal ini ilmu bedah
yang mempelajari penyakit akibat tumor. Dalam arti luas tumor berarti setiap
benjolan abnormal pada tubuh tanpa melihat penyebabnya, misalnya benjolan
pada dahi karena terbentur benda keras atau pembengkakan akibat infeksi. Tumor
dalam arti sempit disebut juga neoplasma, yakni pertumbuhan sel atau jaringan
baru di luar kendali tubuh. Onkologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oncos yang
berarti massa atau tumor, dan logos yang berarti ilmu. Neoplasma berasal dari

2
kata bahasa Yunani, yaitu neos yang berarti baru dan plasein yaitu jaringan
bentukan yang abnormal.

DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG BEDAH ONKOLOGI


Didahului dengan menyapa dan memperkenalkan diri sebagai dokter
kemudian dilanjutkan dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.
Diagnosis segala penyakit harus dimulai dari anamnesis termasuk untuk kasus
tumor.

Anamnesis harus dilakukan secara teliti, terinci tentang riwayat penyakit,


mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan utama pasien, hal pokok dalam
jawabannya terhadap pertanyaan tentang riwayat penyakitnya. Mengumpulkan
riwayat penyakit secara komprehensif dan akurat merupakan dasar yang penting
bagi diagnosis tepat. Berdasarkan uraian penyakit pasien, sebab timbulnya
penyakit dan perjalanan penyakitnya dianalisis, sintesis, disimpulkan, kemudian
secara terarah melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan spesifik lain secara
komprehensif dan selektif. Menggabungkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
parameter klinis terkait kemudian dibuat diagnosis yang tepat. Dalam anamnesis,
perlu diperhatikan beberapa aspek berikut:

1) Manifestasi setempat
Benjolan atau tumor, merupakan keluhan utama yang seringdikeluhkan
oleh pasien. Benjolan dapat timbul di semua bagian tubuh, yang lokasinya
dekat atau di permukaan kulit, jaringan lunak, mamae, skrotum, anggota
badan, rongga mulut, hidung, anus, rectum, ketiak, lipat paha. Gejala-gejala
seperti gejala obstruksi akibat tumor, seperti gangguan pernapasan, nyeri
menelan, sulit menelan, mual, muntah, nyeri lambung.
Gejala-gejala desakan tumor, seperti desakan vena kava, wajah, leher,
dada atas, sianosis, desakan pada trakea dan esophagus, oliguria, anuria, dan
uremia. Gejala-gejala destruksi struktur dan fungsi organ tempat tumor
berada, osteosarkoma merusak tulang, mempengaruhi fungsi persendian,

3
tumor mammae merusak jaringan payudara, mempengaruhi kelenjar di
sekitar.
Keluhan nyeri juga sering dirasakan karena mendesak saraf yang ada di
sekitarnya, atau bila tumor berada di organ padat dan tulang rangka tumbuh
terlalu cepat dan menyebabkan kapsul organ atau periosteum teregang, timbul
nyeri tumpul atau nyeri samar. Sekret patologis dan adanya ulserasi dapat
menjadi gejala lokal yang disebabkan oleh tumor.
2) Manifestasi sistemik
Tumor pada stadium awal belum menunjukkan gejala sistemik yang jelas,
dengan berkembangnya tumor dapat timbul gejala sistemik seperti demam,
penurunan berat badan, anemia, asthenia progresif, dan ikterus.
3) Sindrom paraneoplastic
Manifestasi klinis tumor ganas selain ditimbulkan oleh tumor primer dan
atau metastasisnya akibat zat aktif biologis abnormal yang disebut sebagai
sindrom paraneoplastik, atau efek jauh tumor. Sindrom paraneoplastik bisa
terjadi pada kulit dan jaringan penunjang, system saraf, system
kardiovaskuler, system endokrin dan metabolik, dan gejala hematologik.

Keluhan utama penderita dapat berupa: massa tumor di payudara, rasa


sakit, cairan dari putting susu, retraksi putting susu, adanya eksim sekitar areola,
keluhan kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya peaud’orange,
atau keluhan berupa pembesaran di kelenjar getah bening aksila. Biasanya kanker
payudara mempunyai cirri dengan batas yang irregular umumnya tanpa rasa nyeri,
tumbuh progresif cepat membesar, ada pun urutan sebagai berikut :
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan bagian terpenting dari pemeriksaan tumor.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan lokal.
1. Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Tujuan pemeriksaan ini adalah memastikan apakah pasien

4
menderita tumor, sifatnya jinak atau ganas, primer atau sekunder, ada
tidaknya metastasis, memeriksa fungsional organ vital, untuk repon
terhadap terapi tumor seperti operasi, kemoterapi, radioterapi dan
sebagainya.
2. Pemeriksaan fisik lokal
Tujuan pemeriksaan ini adalah memastikan lokasi tumor dan
hubungannya dengan jaringan sekitar, perhatian pada kondisi tumor, dan
situasi keterlibatan kelenjar limfe regional.
B. Pemeriksaan terhadap tumor
Pemeriksaan ini meliputi lokasi tumor, dengan inspeksi dan palpasi secara
jelas memastikan lokasi timbulnya tumor dan lingkup infiltrasinya. Ukuran
tumor seperti panjang, lebar, dan tebal tumor diukur dengan mm, umumnya
hanya dapat mengukur panjang dan lebar tumor. Bentuk tumor, tumor jinak
umumnya bentuknya bulat atau lonjong sedangkan tumor ganas bentuknya
tidak teratur. Batas tumor, tumor jinak biasanya memiliki kapsul utuh, batas
tegas, tumor ganas tumbuh infiltrate, batas tidak jelas. Konsistensi tumor
apakah padat kenyal, padat kistik, atau lunak. Pemeriksaan permukaan tumor
dilakukan dengan memperhatikan warna kulit disekitar normal atau merah,
ada tidak nodul, rata atau berbenjol-benjol, tumor dan kulit atau dasarnya
beradhesi, pelebaran vena subkutis, dan ulserasi. Pemeriksaan mobilitas
tumor, biasanya tumor jinak beradhesi dengan jaringan di sekitarnya,
mobilitasnya baik, tumor ganas pada stadium dini umumnya dapat digerakkan
atau gerakannya terbatas, stadium sedang dan lanjut mobilitasnya rendah atau
sama sekali terfiksasi. Pemeriksaan nyeri tekan pada tumor, temperature kulit,
dan adanya denyutan atau bruit vaskuler.
C. Pemeriksaan kelenjar limfe superfisial
Terdapat enam kelompok kelenjar limfe superficial utama yaitu di leher,
ketiak dan lipat paha kiri dan kanan, juga kelenjar limfe lipat siku dan lipat
lutut kiri dan kanan. Pada waktu pemeriksaan fisik menyeluruh, pusatkan
perhatian pada kelenjar limfe kiri dan kanan leher, aksilla, dan inguinal.

5
D. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin terutama terdiri atas tiga pemeriksaan rutin,
yaitu hematologi, urinalisis, dan feses. Pemeriksaan petanda tumor juga dapa

tdilakukan.


DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA KANKER


PAYUDARA
1. Anamnesis
Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya:
 Benjolan padat
 Kecepatan tumbuh (agresivitas,TDT,Gompertz curve)
 Rasa sakit (awal -)
 Nipple discharge
 Nipple retraksi dan sejak kapan
 Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada areola/papila mama
± masa tumor (Paget's disease)
 Kelainan kulit: skin dimpling, peau d’orange, ulserasi,
venectasi, nodul satelit
 Perubahan warna kulit
 Benjolan ketiak/leher
 Edema lengan
Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastase:
 Nyeri tulang (vertebra, femur)
 Rasa penuh di ulu hati
 Batuk, Sesak
 Sakit kepala hebat, dll
Faktor-faktor resiko:
 Usia penderita
 Usia melahirkan anak pertama > 35th
 Paritas

6
 Riwayat laktasi
 Riwayat menstruasi
o menarche pertama pada usia berapa
o keteraturan siklus menstruasi
o menopause pada usia berapa
 Riwayat pemakaian obat hormonal
 Riwayat keluarga dengan KPD (pada keluarga wanita terutama
KPD laki-laki pada keluarga) dan kanker ovarium (family
clustering breast cancer and familial/Heriditary breast cancer,
BRCA1 &BRCA2)
 Riwayat operasi tumor payudara jinak seperti atypical ductal
hyperplasia, florid papilloma
 Riwayat operasi kanker ovarium (pada usia muda)
 Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda
(radiasi terhadap Hodgkin disease/Non Hodgkin Lymphoma)
2. Pemeriksaan Fisik
1. Status generalis ~ Performance Status :
Karnofsky Score, WHO/ ECOG score
2. Status lokalis :
 Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
 Masa tumor :
o Lokasi
o Ukuran
o Konsistensi
o Permukaan
o bentuk dan batas tumor
o jumlah tumor
o terfixasi atau tidak ke jaringan mama sekitar, kulit,
m.pectoralis dan dinding dada
o perubahan kulit :
 kemerahan, dimpling, ulkus, edema, nodul satelit

7
 peau d’orange
 nipple :retraksi, erosi, krusta, eksim, discharge
o status kelenjar getah bening (axilaJumlah, ukuran,
konsistensi, terfixir satu sama lain atau jaringan sekitar)
 KGB KGB infra clavicula
 KGB supra clavicular
o pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis :
 Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
3. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging
a. Diharuskan (recommended)
 USG payudara dan mamografi untuk tummor < 3cm
 Foto torax
 USG abdomen (hepar)
b. Optional (atas indikasi)
 Bone scanning / bone survey (bilamana sitologi + atau klinis sangat
mencurigai, pada lesi > 5 cm, T4/LABC)
 CT scan, MRI (penting untuk mengevaluasi "volume tumor")
4 Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (sitologi)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas.
Belum merupakan Gold Standard. Di negara maju akurasi FNAB sangat
baik sehingga dapat dijadikan standar diagnosis pasti KPD. Di Indonesia,
akurasi FNAB sudah semakin baik (> 90%) sehingga pada beberapa senter
dapat direkomendasikan penggunaan FNAB. Bila mampu, dianjurkan
untuk diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC.
5 Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostic).
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
paraffin. Bahan pemeriksaan Histopatologi diambil melalui :

 Stereotactic biopsy dengan bantuan USG/ mammogram pd lesi


nonpalpabel
 Core Needle Biopsy

8
 Vacuum assisted biopsy (mammotome)
 Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
 Biopsi Insisional untuk tumor
o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
o inoperable
 Spesimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB
 Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2/neu)
(rekomendasi); cathepsin-D, VEGF, BCL-2, p53. (situasional)
6. Laboratorium:
Pemerjksaan laboratorium rutin dan kimia darah guna pengobatan
dan informasi adanya metastasis (transaminase, alkali-fosfatase, kalsium
darah, tumor marker/penanda tumor "CA 15-3; CEA”).
Pemeriksaan enzim transaminase penting dilakukan untuk
memperkirakan adanya metastasis pada liver, sedangkan alkali fosfatase
dan kalsium untuk prediksi adanya metastasis pada tulang. Pemeriksaan
kadar kalsium darah rutin dikerjakan terutama pada kanker payudara
stadium lanjut dan merupakan keadaan kedaruratan onkologis yang
memerlukan pengobatan segera.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam
kombinasi) lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker
payudara dan belum merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.

Skrining
Metoda :

 SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)


Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu
setelah hari pertama menstruasi terakhir.
 Pemeriksaan Fisik
 Mamografi / USG

9
 MRI (Magnetic Resonance Imaging), terutamauntukwanitadengan
familial cancer, antara lain denganBRCA1 dan BRCA2 gene
mutation (terutamaBRCA2 gene mutation).

DIAGNOSTIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


TUMOR/KANKER TIROID

Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
 Pengaruh usia dan jenis kelamin
Risiko malignansi : apabila nodul tiroid terdapat pada usia dibawah 20 / 25
tahun, dan diatas 50 tahun jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko
malignansi lebih tinggi.
 Pengaruh radiasi didaerah leher dan kepala
Radiasi pada masa kanak-kanan dapat menyebabkan malignansi pada
tiroid kurang lebih 33 – 37%, co : "bom atom" (Hiroshima, Nagasaki,
Chernobyl). Daerah struma endemis mempunyai insiden sedikit lebih
tinggi terjadinya karsinoma tiroid tipe folikuler dan anaplastik. Daerah
tanpa defisiensi yodium atau daerah pantai mempunyai angka insiden
karsinoma papiler lebih tinggi dibandingkan daerah endemis. Benjolan
pada kelenjar tiroid yang tumbuh lebih cepat pada beberapa "waktu"
terakhir (anaplastik atau kista tiroid). Pada umumnya, tumor jinak atau
karsinoma tiroid berdiferensiasi mempunyai pertumbuhan yang sangat
lambat.
 Kecepatan tumbuh tumor
o Nodul jinak membesar tidak terlalu cepat
o Nodul ganas membesar dengan cepat
o Nodul anaplastik membesar sangat cepat
o Kista dapat membesar dengan cepat
 Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.

10
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak sesak, perubahan suara dan
nyeri dapat terjadi akibat desakan dan atau infiltrasi tumor.
 Riwayat penyakit serupa pada famili/keluarga.
Bila ada, harus curiga kemungkinan adanya malignansi tiroid tipe
medulare.
2. Temuan pada Pemeriksaan Fisik
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multiple dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dangan keras bergantung kepada
jenis patologi anatomi (PA) nya. Benjolan kistik masih belum
menyisihkan karsinoma tiroid tipe papiler.
 Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.
 Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada calvaria, tulang
belakang, clavicula, sternum dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu
di paru-paru, hati, ginjal dan otak. Kadang dijumpai Horner Syndrome
terutama pada karsinoma tiroid tipe anaplastik.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Human thyroglobulin, suatu ‘tumor marker’ untuk keganasan tiroid;
jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up /
kekambuhan.
 Pemeriksaan kadar FT3, FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
 Kadar calcitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma
meduler.
b. Pemeriksaan radiologis
 Dilakukan pemeriksaan foto paru posteroanterior, untuk menilai ada
tidaknya metastasis. Foto polos leher antero-posterior dan lateral
dengan metode ‘soft tissue technique’ dengan posisi leher
hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
mikrokalsifikasi.
 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esofagus.

11
 Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke
tulang yang bersangkutan.
 Pemeriksaan ultrasonografi
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior
yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai
untuk membedakan nodul yang padat dan kistik serta dapat
dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsi aspirasi jarum
halus. Melihat thyroid remnant, hipervaskularisasi – dopler pada
hipertiroidi.
c. Pemeriksaan sidik tiroid 99m Tc
Pemeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap jodium lebih sedikit
dari jaringan tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila
sama afinitasnya maka disebut nodul hangat (warn nodule) dan bila
afinitasnya lebih maka disebut nodul panas (hot nodule).
Karsinoma tiroid sebagian besar adalah nodule dingin. Sekitar 10 – 17
% struma dengan nodule dingin ternyata adalah suatu keganasan.Bila akan
dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan yang mengganggu
penangkapan jodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2 – 4 minggu
sebelumnya.Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika
tidak ada fasilitasnya, tidak usah dikerjakan
d. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
Keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan Bajah tergantung dari 2 hal
yaitu: Faktor kemampuan pengambilan sampel dan faktor ketepatan
interpretasi oleh seorang sitolog sehingga angka akurasinya sangat
bervariasi.
Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk kanker tiroid anaplastik,
medulare dan papilare hampir mendekati 100% tetapi untuk jenis
folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran sitologi untuk
adenomatous goiter, adenoma folikuler dan adeno karsinoma folikuler
adalah sama, tergantung dari gambaran invasi ke kapsul dan vaskular yang
hanya dapat dilihat dari gambaran histopatologi.

12
e. Pemeriksaan Histopatologi (gold standar)
 Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa setelah
dilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi.
 Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan
biopsi insisi.
 Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:
o Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
o Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
o Disfagia, sesak nafas perubahan suara
o Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras/padat
o Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
o Ada tanda-tanda metastasis jauh.
o "James Berry sign", Delphian nodes

TUMOR MARKER
Beberapa dari sel tumor menghasilkan protein yang dapat dideteksi pada
serum, urine, cairan aspirat puting susu, atau dari jaringan pasien. Tumor marker
dapat diproduksi oleh sel kanker itu sendiri atau oleh tubuh sebagai response
pertahanan tubuh terhadap kanker. Produk protein tesebut lebih dikenal sebagai
tumor marker, karena jenisnya yang spesifik pada setiap sel tumor. Tumor marker
yang pertama kali ditemukan adalah enzym acid fosfatase pada tahun 1938 pada
pasien dengan metastase ca prostate. Pada tahun 1965 ditemukan tumor marker
Carcinoembryonic Antigen (CEA) pada pasien – pasien ca Colon. Tumor marker
dapat berupa Tumor antigen atau enzim/hormon yang dihasilkan oleh sel – sel
tumor. Selain untuk deteksi terhadap tumor, Tumor marker juga dapat dipakai
untuk memonitoring response terhadap terapi atau untuk mendeteksi tumor yang
rekurren. Berikut ini adalah jenis – jenis Tumor marker yang spesifik terhadap
jenis tumor tertentu.1,7,,

13
Marker Tumors Condition causing fals
positive
Carcinoembryonic Colorectal, Pancreas, Hepatitis, cirrhosis,
Antigen breast, Lung, Gastric, Jaundice, COPD, Ulcer,
Medullary Thyroid Renal Failure
α – Fetoprotein Hepatoma, testicular Hepatitis, cirrhosis,
pregnancies
β – HCG Testicular, trophoblastic Pregnancies
gestational tumor
Prsotate Specific Antigen Prostate Benign Prostate
(PSA) Hypertrophy (BPH)
CA-15-3 Breast Hepatitis, Cirrhosis,
Benign breast disease
CA-19-9 Colorectal, Biliary, Hepatitis, Cirrhosis,
Pancreas, Gastric Cholangitis, Cholestasis
CA-50 Colorectal, Pancreas, Hepatitis, Cirrhosis,
Gastric Cholangitis,
CA-242 Colorectal, Pancreas, Hepatitis, Cirrhosis,
Gastric Cholangitis,
CA-125 Ovarian Pregnancies,
endometriosis, PID, renal
failure, menstruation

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Radiodiagnostik disebut juga diagnostic imaging, adalah lapangan profesi


yang melakukan segala aktivitas diagnostik yang menggunakan teknik pembuatan
gambar. Dahulu kegiatan ini menggunakan sinar Roentgen. Saat ini banyak media
yang digunakan seperti misalnya gelombang suara ultra (ultrasound) dan
resonansi magnetik.

14
Pencitraan dan pendeteksian suatu tumor ditentukan oleh tumor itu sendiri,
lingkungan, teknik pencitraan yang dipakai, kemungkinan menerapkan teknik
penguat kontras dan kemampuan pemeriksa. Untuk tumor, peran penting dipegang
terutama oleh ukuran dan kontras dengan lingkungannya. Dalam hal ini kontras
lebih penting dari ukuran. Sebab dengan tiap modalitas pencitraan dapat
divisualisasikan struktur-struktur, dengan syarat bahwa struktur ini mempunyai
kontras yang cukup terhadap lingkungannya.
Makin besar kontras makin kecil ukuran tumor yang bisa dilihat. Kontras
tidak hanya disebabkan oleh jaringannya sendiri tetapi juga oleh teknik pencitraan
yang dipakai.
1. Pemeriksaan Roentgen Konvensional
Kelemahan dari teknik ini adalah kekurangan kemampuan penguraian
kontras, dengan demikian maka pada satu foto abdomen hampir tidak dapat dilihat
apa-apa dari organ abdomen karena organ tersebut mengabsorbsi sinar roentgen
sama besar sehingga tidak terjadi kontras, sementara pada kualitas foto yang sama
dapat terlihat tulang secara detil dan halus.
2. Computed Tomography Scanning (CT Scan)
Teknik ini diperoleh dengan mengambil gambaran irisan transversal dari
tubuh. Gambaran yang dihasilkan merupakan cerminan konsentrasi elektron
didalam jaringan. Kemampuan penguraian kontras sangat tinggi, perbedaan
konsentrasi elektron dalam tingkat beberapa kali 10-3 dapat dideteksi. Superposisi
tidak ada, tetapi kemampuan penguraian dalam ruang kurang dibanding pada
teknik roentgen konvensional, sehingga misalnya struktur trabekula yang halus
didalam skelet pada CT Scan kurang baik terlihat dibanding pada foto roentgen
konvensional.
Meskipun demikian kontras CT seringkali belum cukup untuk diagnostik
yang adekuat dan masih harus ditambah ekstrakontras untuk dapat mengenal
organ-organ dan proses patologik. Jadi seringkali dibutuhkan kontras intravena
yang mengandung yodium untuk menunjukkan pembuluh darah dan saluran
kemih atau untuk mewarnai proses patologik di dalam organ parenkimatosa (otak,

15
hepar) dan dapat melihat massa tumor baik jaringan lunak maupun jaringan keras
serta dapat menilai ekstensi tumor ke jaringan sekitarnya.
Kontras secara oral atau rektal kadang-kadang penting untuk mengenali
usus dan agar tidak dikelirukan oleh kelainan patologik lainnya. Sebab densitas
semua organ perut hampir sama, sedangkan struktur terutama dikenali karena
bentuk dan lokalisasinya dan keadaan ini dapat mengalami berbagai variasi.
3. Ultrasonografi
Keuntungannya adalah mudah dan cepat, tidak ada sinar yang
mengionisasi atau efek lain yang merugikan dan biaya yang rendah dengan hasil
diagnostik yang relatif tinggi. Gambaran anatomis dapat dicapai dalam segala arah
yang diinginkan tanpa superposisi sehingga dapat dicapai gambaran ruang yang
baik. Tetapi kualitas pemeriksaan sangat dipengaruhi olch profesionalisme dan
pengalaman si pemeriksa yang membuat diagnosis pada waktu perneriksaan.
Kerugian lain adalah bahwa tidak semua daerah di dalam tubuh dapat dicapai.
Ultrasound tidak dapat melalui gas dalam usus serta tulang. Struktur di belakang
usus dan tulang ini tidak dapat digambarkan. Disamping itu lemak menyebabkan
penyebaran berkas gelombang suara sehingga pada penderita yang gemuk kualitas
gambarnya jauh dari optimal. Dalam hal ini CT Scan akan lebih cocok.
4. Pencitraan Resonansi Magnetik
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan teknik pencitraan yang
dapat memheri informasi yang sama sekali berbeda dengan teknik terdahulu,
karena sinyal MRI ditentukan oleh parameter lain, yaitu kepadatan proton dan dua
waktu relaksasi TI dan T2, yang ketiganya memberi data mengenai jaringan yang
diperiksa. Sampai sekarang dikctahui MRI juga tanpa resiko karena tidak
digunakan penyinaran yang mengionisasi. Disamping itu dapat dibuat irisan
dalam segala arah yang diinginkan berlainan dengan CT, yang hanya
rnemungkinkan irisan transversal saja, sehingga pada MRI dapat melihat secara
lebih akurat terutama dengan kontras untuk jaringan lunak dan pembuluh darah.
Waktu pemaparan yang relatif lama, berkisar dari beberapa detik sampai
beberapa menit merupakan suatu hambatan dan sering kali menimbulkan artefak
gerakan. Organ yang tidak bergerak seperti kolumna vertebra, otak, sendi, hepar

16
dan lien merupakan yang paling baik untuk diperiksa dengan MRI. Problematika
pemeriksaan ini sementara adalah terbatasnya alat dan biaya yang tinggi.
5. Skintigrafi
Pada skintigrafi suatu organ digambarkan dengan mendeteksi penyinaran
yang dihasilkan oleh suatu isotop radioaktif yang sebelumnya dimasukkan ke
dalam bentuk sediaan yang sesuai dan diaplikasikan ke dalam suatu organ.
Dengan radioisotop dapat dilakukan sidik tumor yang akan menilai tangkapan
massa tumor terhadap radioisotop. Dahulu skintigrafi digunakan untuk diagnostik
metastasis hepar dan tumor otak. Dengan datangnya CT dan ultrasonografi bentuk
skintigrafi ini hampir seluruhnya ditinggalkan dan saat ini hanya skintigrafi tulang
yang masih banyak diterapkan. Juga dalam hal ini lebih banyak didapat informasi
fungsional (aktititas metabolisme tulang) daripada informasi morfologik.
Biasanya untuk melihat adanya tumor primer tulang atau metastasis,
dengan radiofarmaka pyrophosphate atau derivate phosphate lain yang diberi label
dengan 99mTC. Prinsipnya yaitu tumor primer atau metastatik di tulang memicu
reaksi di tulang dengan membentuk kristal yang menyerap 99mTC. Seluruh tubuh
akan difoto dengan gamma kamera, SPECT akan melihat hagian yang Iebih dekat
dimana suspek terjadinya lesi. Interpretasinya dibandingkan dengan CT-scan atau
MRI maka bone scan lehih sensitif untuk mendeteksi metastasis di korteks tulang.
Teknik pencitraan memainkan peran penting pada diagnostik inisial tumor
maligna dan pada penetapan stadium malignitas. Dalam hal ukuran tumor,
inliltrasi ke sekitarnya dan kemungkinan adanya metastasis harus ditunjukkan
dalam gambar.
Pada tumor lambung dan usus masih memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan roentgen konvensional, tetapi dengan kedua teknik ini hanya dapat
dilihat bagian tumor yang menonjol kc dalam lumen atau menginliltrasi selaput
lendir. Pertumbuhan ke dalam organ sekelilingnya paling baik digambarkan
dengan CT dan MRI.
Pada tumor yang berasal dari organ solid untuk penentuan ukuran dan
infiltrasi ke sekelilingnya terutama digunakan ekografi, CT atau MRI. Jika
prosesnya terdapat di dalam rongga perut atau toraks, maka CT Scan merupakan

17
teknik yang paling cocok.
USG kurang digunakan pada penentuan stadium tumor, karena hanya satu
bagian tubuh yang dapat digambarkan sedangkan tumor di belakang tulang atau
udara tidak dapat digambarkan.

Gambar Ro Konvensional :

Gambar USG :

18
Gambar : MR

PET Scan :

19
Contoh gambaran PET Scan:

Perbandingan MRI dan PET Scan

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Lawrence TS et all. Principles of Radiation Oncology, in De Vita V.T. Jr.


Hellman S, Rosenberg A.A.: Cancer principles and practice of oncology, vol
1. 8th ed, Philladelphia. Lippincott Raven Publisher. 2008
2. Brunicardi FC, et al. Schwartz’s principles of surgery.8thedition. 2005. New
York : Mc-Graw & Hill. Chapter 9
3. Perez CA, Brady LW, Principles and Practice of Radiation Oncology, 3th
edition, Philladelphia, JB Lippincot Co., 1999.
4. Devita,JR : Principle of cancer Management: surgical oncology (Chapter 15)
in Principle and Practice of Oncology. 6th ed. Lippincot William&Wilkins.
Philadelphia. 2001.
5. Dorland : Kamus Kedokteran, EGC, 1994.
6. Protokol PERABOI, 2003.
7. Sjamsuhidajat,R. Jong WD:Buku ajar Ilmu Bedah edisis revisi. EGC.
Jakarta.1997
8. Hellman S, Principles of Cancer Management: Radiation Therapy, in De
Vita VT. Jr. Hellman S, Rosenberg SA. Cancer: Principle and Practice of
Oncology, 6'h Ed. Lippincott Raven, Philadelphia, 2001
9. Parker RG. Radiation Onclogy, in Manual of Clinical Oncology, 4th Ed,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2000
10. Del Regato, SpujHj Cox Akerman, Cancer, Diagnosis Treatment and
Prognosis, 6th ed., CV Mosby Co. St Louis pp 59-86,pp 93-116.
11. Perez CA, Brady LW, Principles and Practice of Radiation Oncology, Third
Edition, Volume I, Lippincot-Raven Publishers, Philadelphia-New York,
1998. pp :1 - 65.

21

Anda mungkin juga menyukai