SISTEM INTEGUMEN
Integumen atau kulit adalah lapisan terluar yang menyelubungi permukaan tubuh
suatu organisme hidup. Integumen berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti
"penutup". Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan dunia
luar. Oleh karena itu kulit atau integumen mempunyai fungsi utama sebagai alat
perlindungan terhadap lapisan-lapisan atau organ-organ tubuh yang ada bawahnya. Melihat
fungsinya yang begitu penting terhadap kelangsungan hidup suatu organisme, maka untuk
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik kulit memperlengkapi dirinya dengan bangunan-
bangunan tambahan yang dibuat oleh sel-sel kulit misalnya kelenjar-kelenjar kulit, bulu,
rambut, sisik, kuku dan lain-lainnya.
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus & berguna untuk
merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai
keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat tipis terdapat disekitar mata dan
yang paling tebal terdapat ditelapak kaki dan telapak tangan.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi Proteksi
Kulit berfungsi sebagai proteksi terhadap kerusakan maupun patogen. Kulit
menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara. Struktur pada kulit yang
terlibat dalam fungsi proteksi antara lain:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5 - 6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan, seperti kanker kulit.
e. Sel Langerhans, yaitu sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. yang
merepresentasikan antigen terhadap mikroba.
2. Fungsi Absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin
A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton,
CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison,
sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel
atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis
daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrin, yaitu
kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat :
- Kelenjar sebasea (Glandula sebaceae): Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang
melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum
menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi
menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,
protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat: Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air
dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang
bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat
juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.Terdapat dua jenis
kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif
pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar
keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-
sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke
folikel rambut lalu ke permukaan luar.
- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subdermis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh reseptor Ruffini. Terhadap dingin diperankan oleh
reseptor Krause, korpucula Meissner berperan terhadap sentuhan, Sedangkan terhadap
tekanan diperankan oleh korpuscula Paccini.
Gambar 1.
Struktur Kulit Vertebrata (epidremis dan dermis)
Gambar 2.
Struktur Kulit pada Mamalia
Dalam perkembangan embrionik, epidermis berasal dari lapisan ektodermal
sedangkan dermis berasal dari lapisan mesodermal.
Gambar 3. Tahap Perkembangan Epidermis dan Dermis (Epidermis dari
Ektoderm, Dermis dari Mesoderm).
A. EPIDERMIS
Epidermis merupakan bagian integumen yang terletak di bagian luar, epidermis tidak
memiliki pembuluh darah (avasculer), zat makanan didapat dengan cara difusi dari
dermis melalui membrana basalis. Oleh karena itu, kecenderungan bagian terluar
epidermis untuk menjadi mati sangat besar sekali. Selama degenerasi (kematian) sel
epidermis akan membentuk keratin. Keratin merupakan suatu jenis protein yang tidak
larut dalam air, sehingga dapat mencegah kehilangan air dari tubuh (membantu
homeostatis). Selain itu keratin juga tahan terhadap bakteri sehingga mencegah
terjadinya infeksi.
Epidermis sering disebut sebagai kulit luar dan merupakan lapisan teratas. Pada kulit
manusia, memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada
telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut).
Pada vertebrata teresterial, epidermis terbagi menjadi 3 bagian yaitu, stratum
korneum, stratum transisional dan stratum germinativum.
1. Stratum Korneum
Stratum korneum merupakan bagian paling luar dari kulit, disebut juga sebagai kulit
ari. Pada sebagian Reptilia (ular), bagian ini mengalami pengelupasan secara periodik
disebut eksdisis.
Stratum korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng (squamosa), tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin
berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan
retikulernya lebih sedikit dan sel-sel saling melekat erat.
2. Stratum Transisional
Bagian di bawah stratum korneum, terdiri atas kumpulan sel yang masih mengalami
perubahan, sehingga bentuknya memipih. Stratum transisional terbagi menjadi stratum
lucidum, granulosum dan spinosum.
a. Stratum Lucidium
Stratum ini tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen,
terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein
eleidin.
b. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan
materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya
materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
c. Stratum Spinosum
Stratum spinosum tersusun atas beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini berbentuk polihidral dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop
tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spina dan
terlihat saling berhubungan, di dalamnya terdapat fibril sebagai intercellular bridge.
Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan
demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
3. Stratum Germinativum/ Stratum Basale
Bagain epidermis yang paling bawah, masih aktif membelah. Stratum Germinativum
merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen
basal, berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basale
ini terdapat sel-sel yang masih bermitosis.
Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit mensintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior
yakni MSH (melanocyte stimulating hormone) Melanosit merupakan sel-sel khusus
epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang
yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang
berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih
banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda
yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit.
Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran sinar ultraviolet yang berbahaya dalam sinar matahari.
Sel Langerhans, yaitu sel yang berperan sebagai makrofag turunan monosit. Dengan
demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. Sel Langerhans
terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel
Langerhans bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan
infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans
dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel
Langerhans, mengurangi kemampuannya dalam mencegah kanker.
Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
dengan fungsi sistem neuroendokrin.
B. DERMIS
Dermis merupakan lapisan di bawah epidermis, dermis tersusun atas jaringan ikat
dengan penyusun utamanya adalah kolagen. Lapisan ini mendukung kerja elastisitas
pada kulit. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit, dermis lebih tebal daripada epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh. Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah dan serabut
saraf. Ujung dari serabut saraf pada dermis membentuk sensor tekanan (pacini), nyeri,
sentuhan (maisner) dan suhu (panas: ruffini, dingin: krause).
Dermis terdiri atas dua lapisan (strata) dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum
papilare dan stratum reticulare.
1. Stratum Papilare
Merupakan bagian utama dari lapisan pada dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar.
Pada stratum ini terdapat sel sel antara lain: fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit
yang keluar dari pembuluh. Stratum papilare pada dermis berada langsung di bawah
epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan serabut yakni
kolagen. Serabut kolagen inilah yang berperan dalam elastisitas pada kulit.
Pada lapisan dermis dijumpai pembuluh darah dan pembuluh limfe, serabut saraf
sensorik dan simpatis, folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea. Suatu bahan mirip
gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan).
2. Stratum Retikulare
Merupakan bagian yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur, komponen penyusun utama adalah kolagen tipe I.
(KETERANGAN GAMBAR)
DERIVAT INTEGUMEN
Gambar 5. Perkembangan
Organ Derivat Integumen
Sebagian besar aves memiliki dua bentuk bulu dasar, yaitu: bulu luar (pluma, jamak
plumae) yang berstruktur menyirip dan tampak dari luar dan bulu dalam (plumula, jamak
-e) yang berada di dalam lapisan bulu luar dan tidak berstruktur (terurai). Beberapa
burung memiliki bulu tipe yang lain, yang berbentuk seperti rambut dan disebut
filopluma (jamak~e). Jenis bulu ini, bila ada, mengisi bagian bulu dalam yang lembut.
Bulu-bulu luar yang tumbuh membentuk sayap unggas disebut sebagai remiges,
sementara bulu-bulu luar yang tumbuh membentuk ekor disebut rectrices (tunggal:
rectrix). Keduanya merupakan bulu-bulu yang penting dalam menentukan kemampuan
terbang.
DERIVAT DERMIS
Derivat dermis terdiri atas sisik dan gigi.
5. SISIK
Sisik merupakan derivat dermis. Pada beberapa ikan sisik berubah menjadi keras
karena bahan yang dikandungnya, sehingga sisik menjadi semacam rangka luar. Sisik
tersusun atas bahan tulang yakni dentin dan email. Berdasarkan bentuk dan bahan yang
terkandung didalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Cosmoid,
Placoid, Ganoid, Cycloid, dan Ctenoid.
a. Sisik Cosmoid, dianggap sisik yang paling primitif, merupakan hasil fusi sisik
Placoid dan tulang dermal. Tersusun atas 3 lapis, yakni kosmin sebagai lapisan paling
atas, lapisan tulang vaskuler, lapisan tulang yang kompak dan berlamela.
b. Sisik Ganoid, jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan
terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian
lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
c. Sisik Plakoid, bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang
bulat atau bujur sangkar. Sisik Plakoid terdiri dari keping basal yang letaknya
terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar
dari permukaan epidermis. Sisik Placoid merupakan struktur exoskeleton yang
primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa
terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri.
Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang
berasal dari dermis. Sisik Placoid tersusun oleh dentine sehinnga sering disebut
dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik
placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan
dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk
papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan
hiu merupakan derivate dari sisik.
6. GIGI
Pada vertebrata, gigi terdiri dari tulang gigi (dentin) dan email. Bentuk, jumlah,
perlekatan maupun pergantian gigi vertebrata sangat bervariasi. Pada crocodilla, aves dan
mamalia gigi terdapat pada tulang rahang, sedangkan pada pisces terdapat pada tulang
langit-langit (palatum). Berdasarkan morfologinya, gigi dibedakan menjadi :
a. Gigi Homodon : gigi yang sama bentuk dan besarnya, terdapat pada pisces amphibi,
reptil dan aves.
b. Gigi Heterodon : memperlihatkan diferensiasi morfologis dan fungsi, terdapat khas
pada mamalia.
Macam gigi pada mamalia antara lain :
- Gigi seri (incissivum)
- Gigi taring (canium)
- Gigi gerahan depan (pra molar)
- Gigi gerahan belakang (molar)
a. Gigi Pleurodont
b. Gigi Thecodont
Gambar 13. Struktur Gigi Berdasarkan Cara Perlekatannya
Gigi termasuk salah satu derifat dermis. Tersusun atas dentin dan email. Pada
Crocodila, Aves dan Mamalia, gigi hanya terdapat pada tulang rahang, sedangkan pada
Pisces juga terdapat di langit-langit mulut (phalatum). Berdasarkan morfologi dibedakan
menjadi: gigi homodont dan gigi heterodon. Berdasarkan cara perlekatannya dibedakan
menjadi acrodont, pleurodont dan thecodont.
2. Usia
Kandungan kelembaban alami kulit akan berkurang seiring bertambahnya usia,
sebagian besar kulit kita berminyak pada waktu muda dan lama kelamaan akan
mengering dengan bertambahnya usia.
3. Penyebab Alami
Perubahan tubuh seperti ketika menstruasi, perubahan hormonal selama kehamilan,
penggunaan kontrasepsi dan manopause dapat mempengaruhi kulit anda. Stres dan diet
adalah penyebab lain bagi kulit dalam menghasilkan reaksiyang merugikan atau sensitif.
4. Pola Hidup
- Tidur, tidur yang cukup memadai, tenang merupakan kontribusi untuk proses
regenerasi seluruh jaringan tubuh, termasuk kulit
- Air, memperbaikisirkulasi dan mencegahdehidrasi
- Nutrisi, buah-buahan, sayuran, vitamin, dan mineral penting untuk perawatan
- Buahan, sayuran, vitamin, dan mineral penting untuk perawatan
INTEGUMEN PADA PISCES
A. Struktur Kulit Ikan
Kulit sebagai pembungkus pada ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang
disebut dengan epidermis dan lapisan dalam yang disebut dengan dermis atau corium.
Lapisan dalam dari epidermis merupakan pertumbuhan sel yang aktif. Lapisan dermis
berisi saluran darah, saraf, organ peraba dan jaringan penghubung. Lapisan dermis
berperan dalam pembentukan sisik dan erat kaitannya dalam pembentukan struktur
integument.
a. Epidermis
Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah
yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam
epidermis. Lendir pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang
dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin. Jika
zan tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan
menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah.
Pada ikan yang tidak memiliki sisik lendir yang dihasilkan lebih banyak daripada
ikan yang memiliki sisik. Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk
mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat,
pada ikan belut lendiri digunakan untuk mempertahankan diri dari mangsa khususnya
manusia yang membuat tubuhnya licin dan sulit digenggam. Selain itu lendir juga
berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipariabel yang mencegah
keluar masuknya air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.
Salah satu kasus masalah lendir ikan ialah lender ikan kerapu macan yang
terdeteksi virus VNN : Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah
satu diantara ikan kerapu yang berhasil dibudidayakan oleh petani petambak dan
tingkat keberhasilan mencapai 40% pada penetasan kerapu industri skala rumah
tangga di Bali. Virus viral nervous necrosis (VNN) merupakan penyebab kematian
massal ikan kerapu, terutama larva dan juvenil. Pada penelitian ini, dikembangbiakan
dan diaplikasikan uji imunositokimia streptavidin biotin (SB) untuk diagnosis dini
VNN. Sampel (lendir) ikan kerapu yang diinfeksi virus VNN in vivo, diuji reverse
transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR). Lendir yang positif DNA VNN
dengan RT-PCR,selanjutnya diuji SB. Hasil penelitian ini membuktikan, bahwa virus
VNN dapat dideteksi pada lendir ikan kerapu macan tersebut yang terinfeksi virus
VNN 24 jam sebelumnya. Disimpulkan, bahwa uji SB yang cepat dan akurat adalah
tepat dan cocok untuk diaplikasikan dalam rangka program rutin kontrol dan
pencegahan VNN di Karantina Ikan Indonesia karena dapat dilakukan tanpa
mematikan ikan, diterima secara ilmiah, hukum Dan internasional, dan bahkan tidak
mencemari lingkungan hidup.
b. Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan
dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga
dibentuk dari lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan
jaringan pengikat.
B. KELENJAR BERACUN
Kelenjar Beracun juga terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini
merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir.
Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau
melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar
beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya
(Siluroidea), dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae).
Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan
berasal dari sistem integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.
C. SISIK
Pada tubuh dan ekor di epidermis terdapat sisik yang masing-masing tertanam dalam
saku dermal dan tumbuh sepanjang hidup. Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan
pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah
fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik
dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Di samping
ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di temukan pada ikan
lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius,
Clarias, Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi dari tidak terdapatnya lendir pada
tubuhnya, ikan ikan ini memiliki lendir yang lebih tebal sehingga badannya menjadi
lebih licin.
Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja.
Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor.
Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan Sidat (Anguilla) yang
terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir
yang tebal.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
a. Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian
dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan
epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang
mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada
osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang
lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari
dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehingga sering disebut dermal
denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid
menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-
sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila
dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu
merupakan derivate dari sisik.
b. Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,
yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir
isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya
pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.
D. BIOLUMINESCENCE
Bioluminescence adalah cahaya yang dihasilkan oleh reaksi kimia dalam organisme
hidup. Bioluminescence adalah jenis chemiluminescence (hanya istilah untuk reaksi
kimia di mana cahaya dihasilkan). Bioluminescence adalah chemiluminescence yang
terjadi di dalam organisme hidup.
Sebagian besar organisme bercahaya dapat kita temukan di laut. Reaksi kimia yang
menghasilkan bioluminescence membutuhkan dua bahan kimia yang unik: luciferin dan
luciferase atau photoprotein. Luciferin adalah senyawa yang benar-benar menghasilkan
cahaya. Dalam reaksi kimia, luciferin disebut substrat. Warna bioluminescent (kuning
kunang-kunang, kehijauan di lanternfish) adalah hasil dari susunan molekul luciferin.
Beberapa organisme bercahaya menghasilkan (mensintesis) luciferin sendiri.
Dinoflagellata, misalnya, bioluminescence dalam warna hijau kebiruan. Dinoflagellata
bercahaya adalah jenis organisme laut plankton-kecil yang kadang-kadang dapat
menyebabkan permukaan laut berkilau di malam hari.
Beberapa organisme bercahaya tidak mensintesis luciferin. Sebaliknya, mereka
menyerap melalui organisme lain, baik sebagai makanan atau dalam hubungan simbiosis.
Beberapa spesies ikan taruna, misalnya, memperoleh luciferin melalui "udang benih"
yang mereka konsumsi. Banyak hewan laut, seperti cumi-cumi, bakteri bioluminescent di
organ cahaya mereka. Bakteri dan cumi-cumi memiliki hubungan simbiosis.
Dragon Fish
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Stomiiformes
Family : Stomiidae
Genus : Idiacanthus
Idiacanthus atlanticus adalah dragonfish hitam dalam family Stomiidae, yang dapat
ditemukan di selatan lautan subtropis dan sedang antara garis lintang 25 ° S dan 60 ° S,
di kedalaman sampai 2.000 meter (6.600 kaki). Panjangnya 53 cm (21 in) untuk dragon
fish betina, tetapi hanya 5 cm (2.0 in) untuk dragon fish jantan.
Karena dragon fish hidup pada dasar laut, sehingga ia cenderung memiliki mata yang
hanya sensitif terhadap rentang kecil cahaya biru - hijau . Dragonfish Hitam , serta
seluruh family Malacosteid , menghasilkan cahaya
merah tua juga.
Penggunaan cahaya merah jelas
menguntungkan karena ketidakmampuan ikan lain
untuk melihatnya. Artinya, jika Black Dragonfish
menggunakan bioluminescence merah untuk
menemukan mangsa, mangsa tidak akan bisa
melihatnya datang dan melarikan diri. Sementara
Black Dragonfish mampu menghasilkan cahaya
biru - hijau yang biasa melalui organ secara
terpisah, menurut teori, cahaya biru – hijau
tersebut hanya digunakan untuk menarik betina
ketika akan kawin dan sebagai peringatan, sedangkan cahaya merah digunakan untuk
berburu.
(KETERANGAN GAMBAR)
Anglerfish
Scientific classification
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Lophiiformes
Family : Melanocetidae
Genus : Melanocetus
Species : M. johnsonii
Binomial name
Melanocetus johnsonii
(KETERANGAN GAMBAR)
Bintil Tanduk
Tubuh katak relative halus, tidak memiliki bintil-bintil yang jelas seperti kodok.
Sebagian besar bertubuh ramping (walaupun ada yang agak gemuk sampai gemuk
namun berbeda dari kodok). Kaki katak juga relative panjang sehingga memungkinkan
katak meloncat jauh. Katak memiliki banyak jenis yang masing-masing jenisnya
mendiami suatu habitat tertentu. Sebagai contoh katak sawah yang mendiami lokasi-
lokasi berlumpur seperti sawah maupun lokasi berlumpur lain, katak pohon yang
mendiami batang-batang pohon tinggi dan seringkali bersembunyi di balik dedaunan,
atau bangkong tuli yang biasanya hanya dapat dijumpai di sela-sela batuan pada sumber
air yang masih bersih dan belum tercemar di daerah pegunungan. Masih banyak karakter
katak yang lain dalam mendiami suatu wilayah tertentu. Keseluruhannya memiliki
keunikannya masing-masing.
Gambar 20. Tubuh Katak yang
Relatif Halus
Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir banyak
yang mencegah kulit dari kekeringan. Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang
memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi. Kulit
merupakan salah satu organ pertahanan tubuh, yakni melindungi ampibi dari predator
dengan menggunakan kelenjar yang mengeluarkan racun.
Racun yang dikeluarkan oleh beberapa amfibi dapat berdampak fatal bagi manusia.
Pada ampibi kelenjar yang bertanggung jawab dalam produksi toksin adalah kelenjar
paratoid yang melepaskan bufo toxin dan terletak di belakang telinga (pada katak dan
bufo) dan di belakang mata pada salamander.
Struktur yg menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas
vertebrata misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting
reguler dan proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis
dan tiroid. Kutil atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Kromatofora dikenal
sebagai sel-sel pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan terdiri atas
sel sel dikenal sebagai melaophores, guanophores dan lipophores. Banyak spesies
amphibi yang mampu mengubah warna kulit mereka, proses perubahan ini di bawah
kendali kelenjar pituitari. Warna yang sangat terang biasanya menunjukkan bahwa kulit
banyak mengandung kelenjar racun.
A. ORDO SQUAMATA
Secara umum memiliki ciri-ciri antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat
dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting.
Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula baru di bawah
lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/sisiknya terkelupas secara keseluruhan,
sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan
sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.
Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik
mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum; memiliki tulang kuadrat; memiliki
ekstrimitas (Zug, 1993).
B. ORDO CROCODYLIA
Ordo ini terdiri dari 3 familia dengan 23 spesies yang tersebar di seluruh dunia.
Memiliki tubuh yang besar dengan tulang yang keras dari bahan tanduk (Scutum). Sisik
punggungnya berderet transversal membentuk perisai dermal. Sisik-sisiknya bentuknya
berlunas (bagian dorsal), bulat (bagian lateral), dan segi empat (bagian ventral).
Gambar 30.
Sphenodon punctatus
INTEGUMEN PADA AVES
Tubuh Aves dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul
bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai
pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai
papila dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam
pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit.Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh
darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Epidermis burung tipis dan halus kecuali di daerah kaki dan lengan. Pada kaki
stratum corneum membentuk sisik (squama). Bulu yang menutupi tubuhnya adalah
merupakan modifikasi stratum corneum.
Dermis pada Aves tipis tersusun atas jaringan pengikat, saraf, pembuluh darah
dan sel-sel otot polos. Kelenjar minyak pada burung adalah modifikasi sel-sel
epidermis dan disebut glandula Uropygialis yang terletak di ujung ekor. Minyak
yang disekresikan oleh kelenjar tersebut berfungsi untuk meminyaki bulu.
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu
powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi
barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas,
tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman.
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah
bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu
luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga
flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung terdapat pada burung
pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk agar partikel-partikel kayu
tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids membantu
mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle
didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
Gambar 22. Burung Hantu
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang
bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar
memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram,
berbentuk tingkatan, dan berujung runcing (Sukiya, 2003).
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi
masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah
terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang,
hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan
dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya,
itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
D. PARUH DAN KAKI PADA AVES
Semua makhluk hidup membutuhkan makanan agar tetap hidup.Begitu juga dengan
burung atau jenis unggas, mereka juga membutuhkan makanan agar tetap hidup. Setiap
jenis hewan dalam hal ini jenis unggas atau burung memiliki cara tersendiri dalam
memperoleh makanan.
Setiap jenis unggas atau burung makanannya berbeda-beda.Ada yang berupa cairan
madu (nektar), biji-bijian, atau daging.Oleh karena itu, bentuk paruh setiap jenis burung
juga berbeda-beda. Perbedaan makanan ini
F.
.
Burung elang mempunyai kaki kuat dengan
kuku tajam. Kakiini untuk mencengkeram
mangsanya.
Burung pipit mempunyai kaki langsing untuk
bertengger.
F. KELENJAR
- Miskin kelenjar
- Kelenjar terdapat didaerah uropogial sehinnga dinamakan kelenjar uropogial
- Sekresinya berupa lemak atau minyak
- Kelenjar lain pada burung terdapat didaerah saluran telinga, kelenjar ini mengeluarkan
zat semacam lilin yang dinamkan ceruminous.
(KURANG PENJELASAN LAGI APA TIDAK?
7. Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat berfungsi untuk
mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.
8. Komunikasi. Stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor
mendeteksi sensasi berkaitan dengan suhu, sentuhan, tekanan dan nyeri. Juga
merupakan media ekpresi wajah dan reflek vascular penting dalam komunikasi.
A. KULIT
Kulit pada mamalia relatif tebal, terutama dermisnya. Tebal kulit sangat bervariasi
tergantung spesies dan lokasi dimana kulit terletak. Selain mamalia ada rambut, kelenjar
minyak, kelenjar keringat, yang semuanya merupakan modifikasi dari sel-sel dalam
epidermisnya. Epidermis pada mamalia terdiferensiasi menjadi beberapa lapisan yaitu
stratum cornum, stratum granulosum, dan stratum germinativum. Dermisnya pada
mamalia berkembang biak, sebagian besar tersusun atas serabut-serambut jaringan
pengikat yang berjalanke segala arah. Di antara serabut-serabut ini ada sel-sel ( misal
fibroblast, mast cel ), juga ada sarf-saraf, pembuluhdarah, serabut otot polos, dan
kelenjar-kelenjar tertentu.
Mamalia memiliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah
epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis
biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar
dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering
membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis,
memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai
komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan
adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi.
Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.
1. Lapisan Epidermis
Epidermis adalah bagian terluar kulit. Epidermis biasanya terdiri atas tiga puluh lapis
sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini
sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya
terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa
bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
jaringannya sangat rapat. Bagian paling tebal ditemukan pada telapak tangan dan kaki
mengalami stratifikasi menjadi 4 lapisan terdiri dari :
a. Stratum Basalis (germinativum) adalah lapisan tuggal sel yang melekat pada jaringan
ikat dari lapisan kulit dibawahnya dermis.
b. Stratum Spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk karena sel tersebut disatukan
oleh tonjolan yang menyerupai spina.(penghubung intraseluler)
c. Stratum Granulosum terdiri atas 3 / 5 lapisan atau barisan sel granula keratohialin
yang merupakan precursor pembentuk keratin
d. Stratum Lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel gepeng tidak
bernukleus yang mati / hamper mati.
2. Lapisan Dermis
Dermis adalah bagian tengah kulit. Dermis, memiliki ketebalan lima belas hingga
empat puluh kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti
pembuluh darah dan kelenjar. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya
membrane dasar/lamina. Membran ini tersusun dari 2 jaringan ikat.
a. Lapisan papilare adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblast, sel mast dan
makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi
pada epidermis
b. Lapisan retikulare terletak lebih dalam tersusun dari jaringan ikat irregular yang rapat,
kolagen dan serat elastic.
3. Lapisan Hipodermis
Lapisan Subcutan atau hipodermis adalah bagian dalam kulit. Lapisan Subcutan
atau hipodermis (fasia superficial) menikat kulit secara longgar dengan organ yang
terdapat dibawhnya. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk
menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada
setiap spesies. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam.
B. RAMBUT
Sebagian besar mamalia mempunyai rambut. Selama perkembangan embrio dalam
tubuh induknya, seluruh tubuh tertutup oleh rambut-rambut halus kecuali bagian ventral,
tangan dan kaki. Rambut-rambut dalam keadaan embrio ini disebut rambut lanugo.
Rambut lanugo ini tidak kekal dan biasanya rontok beberapa kali sebelum lahir.
Embriologi Rambut
Berbeda dengan bulu, yang terbentuk dari aktivitas papilla dermalis yang
mendesak epidermis, maka rambut terbentuk dari invaginasi (penonjolan ke arah
dalam) epidermis menuju ke dermis untuk membentuk folikel rambut yang
merupakan tempat tumbuhnya rambut. Rambut tersusun atas keratin yang tahan
terhadap perubahan kimia. Molekulnya berupa rantai popipeptida yang panjang dan
paralel berhubungan satu sama lain. Molekul-molekul ini tersusun secara acak tetapi
bila basah molekul ini cepat membentang hingga rambut Nampak lebih panjang.
Tebal rambut berkisar antara 0,005 mm – 0,2 mm tergantung dimana ia tumbuh.
Panjang rambut spesifik untuk tempat atau daerah tertentu.
Rambut terdiri atas akar rambut dan batang rambut yang kesemuanya
tersembunyi di dalam seludang epidermis dan dikenal sebagai folikel rambut. Satu
atau lebih glandula sebacea (kelenjar minyak) umunya bermuara ke dalam celah di
antara batang rambut dan jaringan yang ada di sebelahnya. Pada potongan
melintang, rambut memperlihatkan tiga lapisan yaitu berturut-turut dari dalam ke
luar; medulla, korteks, dan kutikula. Kutikula merupakan lapisan terluar yang tipis
membentuk lapisan seperti sisik. Dasar lapisan folikel rambut sedikit meluas
membentuk bulbus. Semua pertumbuhan rambut berasal dari akar rambut tempat
sel-sel dari stratumgerminativum membelah secara aktif. Sel-sel lama secara
perlahan mati. Dengan demikian rambut tersusun dari sel-sel yang telah
berkonifikasi dan mati.
C. KUKU
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat
saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang
antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi,
kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali
lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh
panas tubuh.
D. KELENJAR
Kelenjar-kelenjar kulit pada mamalia bersama-sama dengan pembuluh darah dan
jaringan lemak berperan dalam pengaturan suhu, metabolisme tubuh, dan ekskresi
berbagai zat. Kelenjar pada integuemen mamalia memiliki 3 kelenjar yaitu :
a. Kelenjar Minyak (Glandula Sebacea)
Kelenjar minyak di temukan tertanam pada dermis pada hampir semua bagian
tubuh kecuali pada daerah-daerah yang tidak ditumbuhi rambut. Kelenjar ini adalah
modifikasi sel-sel epidermis yang merupakan invagmasi ke dalam dermis dan
merupakan kelenjar asiner dengan duktus( saluran ) yang pendek yang berakhir pada
bagian atas fosikel rambut. Faktor utama yang mengatur kelenjar sebacea adalah
hormon yang dihasilkan oleh testis.
E. TANDUK
Tanduk adalah bagian tubuh beberapa binatang yang mempunyai 2 tanduk di atas
kepalanya, yang tumbuh dari kepalanya, yang merupakan proyeksi yang terbuat dari
kulit yang keras. Tanduk mengandung banyak keratin di dalamnya, protein yang juga ada
di rambut dan kuku.
Klasifikasi ordo hewan Mamalia dan contoh spesies antara lain yaitu