Anda di halaman 1dari 45

1.

SISTEM INTEGUMEN

Integumen atau kulit adalah lapisan terluar yang menyelubungi permukaan tubuh
suatu organisme hidup. Integumen berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti
"penutup". Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan dunia
luar. Oleh karena itu kulit atau integumen mempunyai fungsi utama sebagai alat
perlindungan terhadap lapisan-lapisan atau organ-organ tubuh yang ada bawahnya. Melihat
fungsinya yang begitu penting terhadap kelangsungan hidup suatu organisme, maka untuk
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik kulit memperlengkapi dirinya dengan bangunan-
bangunan tambahan yang dibuat oleh sel-sel kulit misalnya kelenjar-kelenjar kulit, bulu,
rambut, sisik, kuku dan lain-lainnya.
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus & berguna untuk
merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ hidup yang mempunyai
keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat tipis terdapat disekitar mata dan
yang paling tebal terdapat ditelapak kaki dan telapak tangan.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi,
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan  pembentukan vitamin D.

1. Fungsi Proteksi
Kulit berfungsi sebagai proteksi terhadap kerusakan maupun patogen. Kulit
menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara. Struktur pada kulit yang
terlibat dalam fungsi proteksi antara lain:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.   
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5 - 6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan, seperti kanker kulit.
e. Sel Langerhans, yaitu sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. yang
merepresentasikan antigen terhadap mikroba.

2. Fungsi Absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin
A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit
terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton,
CCl4, dan merkuri. Beberapa obat  juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison,
sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel
atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis
daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrin, yaitu
kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat :
- Kelenjar sebasea (Glandula sebaceae): Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang
melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum
menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi
menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,
protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin.
- Kelenjar keringat: Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air
dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang
bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat
juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.Terdapat dua jenis
kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
- Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif
pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar
keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-
sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar
keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke
folikel rambut lalu ke permukaan luar.
- Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung  air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subdermis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh reseptor Ruffini. Terhadap dingin diperankan oleh
reseptor Krause, korpucula Meissner berperan terhadap sentuhan, Sedangkan terhadap
tekanan diperankan oleh korpuscula Paccini.

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)


Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara:
pengeluaran keringat dan penyesuaian aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu
tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya,
pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit
pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan
menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang
berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam
pembuluh darah.Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum
memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik
masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena
adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

STRUKTUR INTEGUMEN PADA VERTEBRATA


Integumen pada vertebrata tersusun atas 2 lapis, yakni dermis dan epidermis.

Gambar 1.
Struktur Kulit Vertebrata (epidremis dan dermis)

Gambar 2.
Struktur Kulit pada Mamalia
Dalam perkembangan embrionik, epidermis berasal dari lapisan ektodermal
sedangkan dermis berasal dari lapisan mesodermal.
Gambar 3. Tahap Perkembangan Epidermis dan Dermis (Epidermis dari
Ektoderm, Dermis dari Mesoderm).

A. EPIDERMIS
Epidermis merupakan bagian integumen yang terletak di bagian luar, epidermis tidak
memiliki pembuluh darah (avasculer), zat makanan didapat dengan cara difusi dari
dermis melalui membrana basalis. Oleh karena itu, kecenderungan bagian terluar
epidermis untuk menjadi mati sangat besar sekali. Selama degenerasi (kematian) sel
epidermis akan membentuk keratin. Keratin merupakan suatu jenis protein yang tidak
larut dalam air, sehingga dapat mencegah kehilangan air dari tubuh (membantu
homeostatis). Selain itu keratin juga tahan terhadap bakteri sehingga mencegah
terjadinya infeksi.
Epidermis sering disebut sebagai kulit luar dan merupakan lapisan teratas. Pada kulit
manusia, memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada
telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut).
Pada vertebrata teresterial, epidermis terbagi menjadi 3 bagian yaitu, stratum
korneum, stratum transisional dan stratum germinativum.
1. Stratum Korneum
Stratum korneum merupakan bagian paling luar dari kulit, disebut juga sebagai kulit
ari. Pada sebagian Reptilia (ular), bagian ini mengalami pengelupasan secara periodik
disebut eksdisis.
Stratum korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng (squamosa), tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin
berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan
retikulernya lebih sedikit dan sel-sel saling melekat erat.
2. Stratum Transisional
Bagian di bawah stratum korneum, terdiri atas kumpulan sel yang masih mengalami
perubahan, sehingga bentuknya memipih. Stratum transisional terbagi menjadi stratum
lucidum, granulosum dan spinosum.
a. Stratum Lucidium
Stratum ini tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen,
terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein
eleidin.
b. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan
materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya
materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
c. Stratum Spinosum
Stratum spinosum tersusun atas beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada
lapisan ini berbentuk polihidral dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop
tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spina dan
terlihat saling berhubungan, di dalamnya terdapat fibril sebagai intercellular bridge.
Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk
mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan
demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami
gesekan seperti telapak kaki.
3. Stratum Germinativum/ Stratum Basale
Bagain epidermis yang paling bawah, masih aktif membelah. Stratum Germinativum
merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen
basal, berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basale
ini terdapat sel-sel yang masih bermitosis.
 Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit mensintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior
yakni MSH (melanocyte stimulating hormone) Melanosit merupakan sel-sel khusus
epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang
yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang
berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih
banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda
yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit.
Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang
terhadap efek pancaran sinar ultraviolet yang berbahaya dalam sinar matahari.
 Sel Langerhans, yaitu sel yang berperan sebagai makrofag turunan monosit. Dengan
demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit. Sel Langerhans
terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel
Langerhans bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan
infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans
dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel
Langerhans, mengurangi kemampuannya dalam mencegah kanker.
 Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
dengan fungsi sistem neuroendokrin.

B. DERMIS
Dermis merupakan lapisan di bawah epidermis, dermis tersusun atas jaringan ikat
dengan penyusun utamanya adalah kolagen. Lapisan ini mendukung kerja elastisitas
pada kulit. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit, dermis lebih tebal daripada epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh. Pada lapisan ini terdapat pembuluh darah dan serabut
saraf. Ujung dari serabut saraf pada dermis membentuk sensor tekanan (pacini), nyeri,
sentuhan (maisner) dan suhu (panas: ruffini, dingin: krause).
Dermis terdiri atas dua lapisan (strata) dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum
papilare dan stratum reticulare.
1. Stratum Papilare
Merupakan bagian utama dari lapisan pada dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar.
Pada stratum ini terdapat sel sel antara lain: fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit
yang keluar dari pembuluh. Stratum papilare pada dermis berada langsung di bawah
epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan serabut yakni
kolagen. Serabut kolagen inilah yang berperan dalam elastisitas pada kulit.
Pada lapisan dermis dijumpai pembuluh darah dan pembuluh limfe, serabut saraf
sensorik dan simpatis, folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea. Suatu bahan mirip
gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi
protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan).
2. Stratum Retikulare
Merupakan bagian yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur, komponen penyusun utama adalah kolagen tipe I.
(KETERANGAN GAMBAR)

C. HIPODERMIS ATAU SUBKUTAN


Jaringan Subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit yang paling dalam.
Berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang. Hipodermis banyak mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan syaraf.

DERIVAT INTEGUMEN

Gambar 5. Perkembangan
Organ Derivat Integumen

Derivat integumen terbagi atas derivat epidermis dan derivat dermis.


Derivat epidermis terbagi menjadi :
1. Struktur Keratin, dalam bentuk:
a. Bintil Tanduk
Struktur penandukan sederhana, contoh penebalan pada telapak tangandan kaki
membentuk gambaran tertentu (Dactyloscopy).
b. Keping Tanduk
Penandukan pada reptile dan Chelonia, berfungsi sebagai eksoskeleton.
c. Paruh
Struktur penandukan pada rahang atas dan bawah pada Aves

Gambar 6. Paruh pada Beberapa Species Burung


d. Cakar, Telapak dan Kuku
Struktur penandukan dari phalangus terakhir. Telapak khas pada Ungulata
(Ruminansia) dan kuku pada Primata.
e. Tanduk
Sepasang tonjolan yang mencuat dari kepala, terbuat dari bahan tulang ataupun
zat tanduk.
f. Bulu
Struktur khas pada Aves. Berdasarkan struktur dibedakan menjadi 3 macam:
Plumae, Plumulae, Filoplumulae.
g. Rambut
Struktur khas pada mamalia, dibagi menjadi bagian akar dan batang rambut.
2. Kelenjar
Merupakan derivat epidermis yang menghasilkan suatu cairan (sekret), kelenjar dapat
dibedakan menjadi:
a. Kelenjar Lendir (Mukus)
Kelenjar lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi. Kebanyakan kelenjar
lendir pada ikan merupakan kelenjar monoseluler atau kelenjar bersel tunggal.
Lendir membuat suatu lapisan pelindung di permukaan tubuh yang berperan untuk
mengurangi gesekan tubuh dengan air, serta menghalau mikroorganisme oleh karena
itu lendir selalu ditanggalkan dan dibuat baru. Pada umumnya ikan yang tidak
bersisik memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan dengan ikan yang bersisik.
Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan sisiknya. Ketebalan sisik yang
menyelimuti tubuh ikan tidak selalu sama dari waktu kewaktu. Lendir berguna untuk
mengurangi gesekan dengan air supaya ikan dapat berenang lebih cepat, berperan
dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipermiabel yang mencegah keluar
masuknya air melalui kulit, mencegah infeksi dan menutup luka.Pada beberapa ikan,
lendir berguna untuk menghindarkan diri dari kekeringan. Ikan paru-paru
(Protopterus) di Afrika tidur musim panas (summer destivation) pada musim
kemarau dengan cara membuat lubang pada dasar sungai yang berlumpur.
Kelenjar lendir pada amphibia bersifat multiseluler dengan bagian sekretorinya
terbenam di dalam dermis. Selain itu terdapat pula kelenjar bisa yang disebut kelenjar
serous. Kelenjar ini menghasilkan zat-zat toksik untuk menghalau lawannya.
b. Kelenjar Bau
Kelenjar ini terdapat pada kaki kambing, rodentia, karnivora. Pada sigung (skunk)
terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat di dekat kloaka.
Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi intraspesies, seperti membatasi teritori,
untuk menarik pasangan, atau untuk pertahanan.
c. Kelenjar Minyak
Kelenjar ini terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya berhubungan dengan
rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum yang berguna untuk
melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi kelenjar minyak berupa
kelenjar serumen yang terdapat pada telinga luar mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal
pada kelopak mata sebelah dalam dan kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga
merupakan modifikasi kelenjar minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
minyak yang menutupi kornea dan berfungsi sebagai pelumas.

Gambar 7. Struktur Kelenjar Minyak


dan Kelenjar Keringat
d. Kelenjar Keringat
Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia. Pada manusia, kelenjar keringat
tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia lainnya
penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir, kepala, punggung,
jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar susu. Sekret kelenjar keringat
bersifat seperti air serta mengandung garam-garam dan urea. Komposisi secret
tersebut berubah-ubah menurut keadaan metabolik hewannya. Evaporasi keringat
menyebabkan penyejukan, sehingga membantu memelihara suhu tubuh yang
konstan.
e. Kelenjar Susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini
merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentuk sepanjang garis
susu, yang terentang dari ketiak sampai lipat paha. Berdasarkan wilayah-wilayah di
mana kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak
(dada), abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).

TURUNAN/ DERIVAT SPESIFIK


1. RAMBUT
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama mamalia.
Rambut muncul dari epidermis, walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di
bawah dermis.
Rambut pada Gambar
manusia 8. Struktur
tumbuh di Rambut
seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak kaki,
telapak tangan dan bibir. Bagian tubuh yang memiliki rambut terpekat adalah permukaan
dan bagian belakang kepala, alis, bulu mata dan bagian lainnya. Rambut berasal dari
epidermis, terdiri dari batang dan akar yang meluas ke bawah hingga menyerupai umbi
yang bertakik pada lapisan di bawahnya. Ruang dalam takik terdapat jaringan
penyambung atau papilla. Akar rambut terbungkus dari folikel rambut yang berasal dari
sumbu epidermal dan dermal. Rambut terdiri atas 3 lapisan epitel, yaitu medulla, korteks
dan kutikula. Folikel rambut terdiri atas:
a. Seludang akar epitel dalam, terdiri dari kutikula, lapisan Huxley, henle.
b. Seludang akar epitel luar yang berasal dari epidermis, merupakan perpanjangan
lapisan malpighi (stratum basale dan spinosum)
c. Selubung jaringan penyambung berasal dari dermis
Rambut tersusun atas bagian-bagian antara lain shaft, yaitu rambut di permukaan
kulit. Akar rambut yang terrtanam di bawah kulit. Follikel, pori-pori kulit yang dilalui
rambut. Papilla, ujung yang bertumbuh. Medulla, bagian tengah yang berlubang seperti
selang. Korteks, bagian utama dari rambut. Kutikula, lapisan keras.Kelenjar minyak,
bagian yang menghasilkan minyak. Otot berekor, membuat rambut bisa berdiri dan
saraf.
2. KUKU
Kuku adalah bagian tubuh vertebrata yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh dengan
saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang
antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur. Terdiri dari sel tanduk
yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku
terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel Prickle yang mengalami
modifikasi dimana kuku melekat dengan kuat. Kuku sebagian memperoleh warna dari
darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis, terutama melanin. Sebagai penutup
bagian luar maka selain sebagai protektif kuku juga bertindak sebagai barier terhadap
infeksi, ketahanan jaringan (pelindung di bawahnya), sebagai insulator dari suhu tubuh.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi,
kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.

Gambar 9. Struktur Kuku pada Manusia


3. BULU
Bulu adalah suatu struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada aves dan
membentuk penutup luar, serta merupakan modifikasi dari sisik, karena aves
mempunyai nenek moyang dari reptile. Pertumbuhan awal dari bulu sama dengan
pertumbuhan sisik yang berawal dari papilla dermis.

Gambar 10. Struktur Bulu (Plumae)

Sebagian besar aves memiliki dua bentuk bulu dasar, yaitu: bulu luar (pluma, jamak
plumae) yang berstruktur menyirip dan tampak dari luar dan bulu dalam (plumula, jamak
-e) yang berada di dalam lapisan bulu luar dan tidak berstruktur (terurai). Beberapa
burung memiliki bulu tipe yang lain, yang berbentuk seperti rambut dan disebut
filopluma (jamak~e). Jenis bulu ini, bila ada, mengisi bagian bulu dalam yang lembut.
Bulu-bulu luar yang tumbuh membentuk sayap unggas disebut sebagai remiges,
sementara bulu-bulu luar yang tumbuh membentuk ekor disebut rectrices (tunggal:
rectrix). Keduanya merupakan bulu-bulu yang penting dalam menentukan kemampuan
terbang.

Gambar 11. Bagian-Bagian Plumae


Catatan perlu tambahan gambar bulu plumulae dan filoplumulae

Macam-macam jenis bulu:


a. Plumae, hanya terdapat pada daerah tertentu dari tubuh, yaitu daerah pterylae (sayap).
b. Plumulae, merupakan bulu-bulu yang kecil dan halus yang menutupi tubuh aves,
plumulae memiliki rachis banyak.
c. Filoplumae, merupakan bulu-bulu rambut yang sangat halus, karena halus kadang
tidak tampaak. Terdiri dari rachis dan rami, kalamus yang telah tereduksi.
4. TANDUK
Adalah nama umum yang diberikan kepada penonjolan yang panjang dan runcing,
bercabang atau tidak bercabang pada kepala bagian frontal.
Macam-macam tanduk :
a. Tanduk Kosong, seludang zat tanduk yang melapisi sumbu tulang, tak bercabang dan
tak pernah tinggal, pada beberapa hewan yang baik pertumbuhannya pada hewan
jantan.
b. Tanduk Rambut, disebut pula dengan cula, seperti pada badak. Yaitu kumpulan
rambut-rambut yang telah mengalami fusi. Cula atau tanduk rambut tidak dapat lepas
dan tidak pula bercabang.
c. Rangga atau Antler, pada rusa terdapat penonjolan tulang frontal yang dapat tumbuh
dan bercabang dan dapat pula dilepaskan, jadi bukan derivate kulit, lapisan kulit
hanya ada pada saat pertumbuhan, setelah ukuran penuh dicapai kulitnya akan
mengelupas.

DERIVAT DERMIS
Derivat dermis terdiri atas sisik dan gigi.
5. SISIK
Sisik merupakan derivat dermis. Pada beberapa ikan sisik berubah menjadi keras
karena bahan yang dikandungnya, sehingga sisik menjadi semacam rangka luar. Sisik
tersusun atas bahan tulang yakni dentin dan email. Berdasarkan bentuk dan bahan yang
terkandung didalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Cosmoid,
Placoid, Ganoid, Cycloid, dan Ctenoid.
a. Sisik Cosmoid, dianggap sisik yang paling primitif, merupakan hasil fusi sisik
Placoid dan tulang dermal. Tersusun atas 3 lapis, yakni kosmin sebagai lapisan paling
atas, lapisan tulang vaskuler, lapisan tulang yang kompak dan berlamela.
b. Sisik Ganoid, jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan
terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian
lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
c. Sisik Plakoid, bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang
bulat atau bujur sangkar. Sisik Plakoid terdiri dari keping basal yang letaknya
terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar
dari permukaan epidermis. Sisik Placoid merupakan struktur exoskeleton yang
primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa
terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri.
Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang
berasal dari dermis. Sisik Placoid tersusun oleh dentine sehinnga sering disebut
dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik
placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan
dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk
papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan
hiu merupakan derivate dari sisik.
6. GIGI
Pada vertebrata, gigi terdiri dari tulang gigi (dentin) dan email. Bentuk, jumlah,
perlekatan maupun pergantian gigi vertebrata sangat bervariasi. Pada crocodilla, aves dan
mamalia gigi terdapat pada tulang rahang, sedangkan pada pisces terdapat pada tulang
langit-langit (palatum). Berdasarkan morfologinya, gigi dibedakan menjadi :
a. Gigi Homodon : gigi yang sama bentuk dan besarnya, terdapat pada pisces amphibi,
reptil dan aves.
b. Gigi Heterodon : memperlihatkan diferensiasi morfologis dan fungsi, terdapat khas
pada mamalia.
Macam gigi pada mamalia antara lain :
- Gigi seri (incissivum)
- Gigi taring (canium)
- Gigi gerahan depan (pra molar)
- Gigi gerahan belakang (molar)

Gambar 12. Susunan Gigi

Berdasarkan cara perlekatannya, gigi dibedakan menjadi :


a. Acrodont , melekat pada permukaan atau bagian tepi luar dari rahang, terdapat pada
pisces.
b. Pleurodont , melekat di bagian tepimedial dari rahang, terdapat pada kadal dan ular.
c. Thecodont, berakar dan terbenam dalam rahang, terdapat pada mamalia dan buaya.

a. Gigi Pleurodont
b. Gigi Thecodont
Gambar 13. Struktur Gigi Berdasarkan Cara Perlekatannya

Gigi termasuk salah satu derifat dermis. Tersusun atas dentin dan email. Pada
Crocodila, Aves dan Mamalia, gigi hanya terdapat pada tulang rahang, sedangkan pada
Pisces juga terdapat di langit-langit mulut (phalatum). Berdasarkan morfologi dibedakan
menjadi: gigi homodont dan gigi heterodon. Berdasarkan cara perlekatannya dibedakan
menjadi acrodont, pleurodont dan thecodont.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR KULIT


Faktor yang dapat mempengaruhi kulit manusia, diantaranya:
1. Lingkungan
a. Sistem buatan seperti pendingin udara (ac) dapat mendorong kulit yang berminyak
menjadi sensitif.
b. Iklim, di daerah beriklim dingin dan lembab, orang-orang yang tinggal disana
memiliki kulit yang halus dan bening. Di lain pihak, di daerah beriklim kering dan
panas, orang-orang yang tinggal disana mempunyai kulit yang berminyak.
c. Sinar matahari, terkena sinar matahari terlalu lama akan mengurangi kemampuan
kulit untuk mempertahankan kelembabannya dan dapat merusak kulit karena
mengandung radiasi non ionik, terutama di daerah ultraviolet

2. Usia
Kandungan kelembaban alami kulit akan berkurang seiring bertambahnya usia,
sebagian besar kulit kita berminyak pada waktu muda dan lama kelamaan akan
mengering dengan bertambahnya usia.

3. Penyebab Alami
Perubahan tubuh seperti ketika menstruasi, perubahan hormonal selama kehamilan,
penggunaan kontrasepsi dan manopause dapat mempengaruhi kulit anda. Stres dan diet
adalah penyebab lain bagi kulit dalam menghasilkan reaksiyang merugikan atau sensitif.

4. Pola Hidup

- Tidur, tidur yang cukup memadai, tenang merupakan kontribusi untuk proses
regenerasi seluruh jaringan tubuh, termasuk kulit
- Air, memperbaikisirkulasi dan mencegahdehidrasi
- Nutrisi, buah-buahan, sayuran, vitamin, dan mineral penting untuk perawatan
- Buahan, sayuran, vitamin, dan mineral penting untuk perawatan
 INTEGUMEN PADA PISCES
A. Struktur Kulit Ikan
Kulit sebagai pembungkus pada ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang
disebut dengan epidermis dan lapisan dalam yang disebut dengan dermis atau corium.
Lapisan dalam dari epidermis merupakan pertumbuhan sel yang aktif. Lapisan dermis
berisi saluran darah, saraf, organ peraba dan jaringan penghubung. Lapisan dermis
berperan dalam pembentukan sisik dan erat kaitannya dalam pembentukan struktur
integument.
a. Epidermis
Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah
yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam
epidermis. Lendir pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang
dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin. Jika
zan tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan
menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah.
Pada ikan yang tidak memiliki sisik lendir yang dihasilkan lebih banyak daripada
ikan yang memiliki sisik. Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk
mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat,
pada ikan belut lendiri digunakan untuk mempertahankan diri dari mangsa khususnya
manusia yang membuat tubuhnya licin dan sulit digenggam. Selain itu lendir juga
berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipariabel yang mencegah
keluar masuknya air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.
Salah satu kasus masalah lendir ikan ialah lender ikan kerapu macan yang
terdeteksi virus VNN : Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah
satu diantara ikan kerapu yang berhasil dibudidayakan oleh petani petambak dan
tingkat keberhasilan mencapai 40% pada penetasan kerapu industri skala rumah
tangga di Bali. Virus viral nervous necrosis (VNN) merupakan penyebab kematian
massal ikan kerapu, terutama larva dan juvenil. Pada penelitian ini, dikembangbiakan
dan diaplikasikan uji imunositokimia streptavidin biotin (SB) untuk diagnosis dini
VNN. Sampel (lendir) ikan kerapu yang diinfeksi virus VNN in vivo, diuji reverse
transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR). Lendir yang positif DNA VNN
dengan RT-PCR,selanjutnya diuji SB. Hasil penelitian ini membuktikan, bahwa virus
VNN dapat dideteksi pada lendir ikan kerapu macan tersebut yang terinfeksi virus
VNN 24 jam sebelumnya. Disimpulkan, bahwa uji SB yang cepat dan akurat adalah
tepat dan cocok untuk diaplikasikan dalam rangka program rutin kontrol dan
pencegahan VNN di Karantina Ikan Indonesia karena dapat dilakukan tanpa
mematikan ikan, diterima secara ilmiah, hukum Dan internasional, dan bahkan tidak
mencemari lingkungan hidup.
b. Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan
dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga
dibentuk dari lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan
jaringan pengikat.

B. KELENJAR BERACUN
Kelenjar Beracun juga terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini
merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir.
Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau
melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar
beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya
(Siluroidea), dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae).
Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan
berasal dari sistem integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.

C. SISIK
Pada tubuh dan ekor di epidermis terdapat sisik yang masing-masing tertanam dalam
saku dermal dan tumbuh sepanjang hidup. Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan
pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah
fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik
dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Di samping
ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik, di temukan pada ikan
lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius,
Clarias, Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi dari tidak terdapatnya lendir pada
tubuhnya, ikan ikan ini memiliki lendir yang lebih tebal sehingga badannya menjadi
lebih licin.
Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja.
Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor.
Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan Sidat (Anguilla) yang
terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir
yang tebal.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
a. Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian
dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan
epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang
mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada
osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang
lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari
dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehingga sering disebut dermal
denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid
menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-
sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila
dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu
merupakan derivate dari sisik.

Gambar 14. Tipe Sisik Placoid

b. Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,
yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir
isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya
pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae. 

Gambar 15. Tipe Sisik Cosmoid


c. Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus
(Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut
ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan
berikutnya adalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini
adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.

Gambar 16. Tipe Sisik Ganoid

d. Sisik Cycloid dan Ctenoid


Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing
terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid
hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di
bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah,
tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi
lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah
kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat
mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang
terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada
bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak
berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian
posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik
awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.

Gambar 17. Tipe


Gambar 18. Tipe Sisik Cycloid

 Perbedaan Sisik Ikan Berdasarkan Habitatnya


Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada
perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang
hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada
kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik cycloid berbentuk
bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk
seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar.
Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive,
sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis
sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis.
Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu
saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum
dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat
(Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil
dan dilapisi lendir yang tebal.

D. BIOLUMINESCENCE
Bioluminescence adalah cahaya yang dihasilkan oleh reaksi kimia dalam organisme
hidup. Bioluminescence adalah jenis chemiluminescence (hanya istilah untuk reaksi
kimia di mana cahaya dihasilkan). Bioluminescence adalah chemiluminescence yang
terjadi di dalam organisme hidup.
Sebagian besar organisme bercahaya dapat kita temukan di laut. Reaksi kimia yang
menghasilkan bioluminescence membutuhkan dua bahan kimia yang unik: luciferin dan
luciferase atau photoprotein. Luciferin adalah senyawa yang benar-benar menghasilkan
cahaya. Dalam reaksi kimia, luciferin disebut substrat. Warna bioluminescent (kuning
kunang-kunang, kehijauan di lanternfish) adalah hasil dari susunan molekul luciferin.
Beberapa organisme bercahaya menghasilkan (mensintesis) luciferin sendiri.
Dinoflagellata, misalnya, bioluminescence dalam warna hijau kebiruan. Dinoflagellata
bercahaya adalah jenis organisme laut plankton-kecil yang kadang-kadang dapat
menyebabkan permukaan laut berkilau di malam hari.
Beberapa organisme bercahaya tidak mensintesis luciferin. Sebaliknya, mereka
menyerap melalui organisme lain, baik sebagai makanan atau dalam hubungan simbiosis.
Beberapa spesies ikan taruna, misalnya, memperoleh luciferin melalui "udang benih"
yang mereka konsumsi. Banyak hewan laut, seperti cumi-cumi, bakteri bioluminescent di
organ cahaya mereka. Bakteri dan cumi-cumi memiliki hubungan simbiosis.

 Beberapa Spesies Terkait dengan Bioluminescence

Dragon Fish

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Stomiiformes

Family : Stomiidae

Genus : Idiacanthus

Species : Idiacanthus atlanticus

Idiacanthus atlanticus adalah dragonfish hitam dalam family Stomiidae, yang dapat
ditemukan di selatan lautan subtropis dan sedang antara garis lintang 25 ° S dan 60 ° S,
di kedalaman sampai 2.000 meter (6.600 kaki). Panjangnya 53 cm (21 in) untuk dragon
fish betina, tetapi hanya 5 cm (2.0 in) untuk dragon fish jantan.
Karena dragon fish hidup pada dasar laut, sehingga ia cenderung memiliki mata yang
hanya sensitif terhadap rentang kecil cahaya biru - hijau . Dragonfish Hitam , serta
seluruh family Malacosteid , menghasilkan cahaya
merah tua juga.
Penggunaan cahaya merah jelas
menguntungkan karena ketidakmampuan ikan lain
untuk melihatnya. Artinya, jika Black Dragonfish
menggunakan bioluminescence merah untuk
menemukan mangsa, mangsa tidak akan bisa
melihatnya datang dan melarikan diri. Sementara
Black Dragonfish mampu menghasilkan cahaya
biru - hijau yang biasa melalui organ secara
terpisah, menurut teori, cahaya biru – hijau
tersebut hanya digunakan untuk menarik betina
ketika akan kawin dan sebagai peringatan, sedangkan cahaya merah digunakan untuk
berburu.

Produksi cahaya merah cukup menarik, dan


melibatkan fluoresensi, semacam tabung cahaya
hitam alami (menghasilkan cahaya dengan panjang
gelombang yang sangat panjang, bukan sangat
pendek). Cahaya yang dihasilkan di photophore
Dragon fish, organ bercahaya yang berbentuk
seperti bantalan, adalah dari panjang gelombang
cukup pendek, semacam oranye terang. Cahaya ini
diserap oleh pigmen fluorescent dalam photophore,
dan dipancarkan pada lebih lama, dan dengan demikian panjang gelombangnya menjadi
lebih merah. Selain itu, ada semacam filter di atas photophore yang memungkinkan
hanya gelombang terpanjang yang melaluinya, menciptakan luminescence infra merah
pada Dragonfish.
Cara organ Dragonfish memantulkan cahaya merah juga keren. Matanya seperti pada
kebanyakan ikan lain, yang hanya mampu melihat panjang gelombang cahaya biru-hijau.
Matanya menggunakan pigmen penglihatan kimia terkait dengan klorofil, yang
mengubah foton merah menjadi listrik yang langsung merangsang saraf sensitif biru-
hijau. Pigmen khusus yang sering disebut sebagai pigmen antena, mengubah sinyal
menjadi listrik oleh neurotransmitter kimia dari beberapa jenis.

Photophore yang menghasilkan


warna merah

Antena yang menghasilkan cahaya


hijau

(KETERANGAN GAMBAR)
Anglerfish

Scientific classification

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Lophiiformes

Family : Melanocetidae

Genus : Melanocetus

Species : M. johnsonii

Binomial name

Melanocetus johnsonii

Melanocetus johnsonii adalah anglerfish family Melanocetidae yang dapat ditemukan


di daerah beriklim tropis pada lautan di kedalaman 2.000 m ( 6.600 ft ) . Panjangnya 20
cm ( 7.9 in) untuk anglerfish jantan dan 17 cm ( 6,7 in) untuk anglerfish betina.
Ikan ini memiliki antenna dikepala mereka yang dapat bersinar. Antena ini terdiri dari
tulang belakang yang telah melalui evolusi yang melekat pada bagian depan sirip
punggung, di atas kepala. Antena itu digunakan untuk memancing mangsanya, tetapi
juga dapat digunakan untuk menarik pasangan. Bagian akhir dari antenna tersebut penuh
dengan bakteri bioluminescent yang disebut Photobacteria.
Ikan ini tidak berbioluminescence dalam cara yang sama seperti dragonfish, yang
dapat menghasilkan cahaya mereka sendiri. Anglerfish bergantung pada hubungan
simbiosis dengan bakteri yang dapat menghasilkan cahaya yang disebut sebagai
Photobacteria. Bakteri ini memasuki bulatan yang terdapat pada ujung antena dan terikat
melalui pori-pori dan di dalam bulatan tersebut bakteri dapat memperoleh nutrisi dan
perlindungan dari anglerfish, sedangkan keuntungan anglerfish adalah dapat
menggunakan bioluminescence bakteri, sehingga ujung antenanya dapat bercahaya.
Antena pada anglerfish juga dapat berfungsi untuk menarik pasangan. Hanya
anglerfish betina yang memiliki antena ini - dimorfisme seksual, atau perbedaan antara
anglerfish jantan dan betina yang luar biasa. Dimana ukuran tubuh anglerfish betina lebih
besar daripada yang jantan, ukuran tubuhnya dapat mencapai lebih dari satu meter.
Sedangkan anglerfish jantan hanya berukuran 14 cm saja.
Awalnya, para peneliti menduga bahwa anglerfish jantan tersebut adalah semacam
parasit yang hidup pada spesimen betina yang mereka tangkap. Namun setelah diteliti
lebih lanjut ternyata itu adalah anglerfish jantan. Jadi, anglerfish jantan dapat
menemukan betina mereka dengan antenna yang ada di kepala si betina. Selain itu
anglerfish jantan juga mengandalkan penciuman mereka yang tajam. Mereka kemudian
menempel pada tubuh anglerfish betina secara permanen
(sebenarnya bergabung dengan aliran darah si betina) dan secara bertahap anglerfish
jantan akan mengeluarkan sperma dari gonadnya untuk menanggapi isyarat hormonal
dalam aliran darah anglerfish betina.

Antena anglerfish yang berisi


Photobacteria

(KETERANGAN GAMBAR)

E. Warna Pada Sistem Integumen


Warna ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan
biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome putih terdapat pada rangka,
gelembung renang sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi
pada sisik, mata dan membran usus. Yang termasuk biochrome ialah :
 Carotenoid; berwarna kuning, merah dan corak lainnya
 Chromolipoid; berwarna kuning sampai coklat
 Indigoid; berwarna biru, merah dan hijau
 Melanin; kebanyakan berwarna hitam atau coklat
 Porphyrin atau pigmen empedu; berwarna merah, kuning, hijau, biru dan coklat
 Flavin; berwarna kuning tetapi sering dengan fluoresensi kehijau-hijauan
 Purin; berwarna putih atau keperak-peraka
 Pterin; berwarna putih, kuning, merah dan jingga (Rahardjo, 1980).
 INTEGUMEN PADA AMPHIBI
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,
dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Setiap kali terdengar kata kodok, pikiran kita akan tertuju pada satwa buruk rupa ini.
Kulitnya dipenuhi bintil-bintil kasar seperti kutil, membuatnya Nampak tidak cantik
sama sekali. Terkadang tubuhnya juga mengeluarkan bau kurang sedap. Benar, dialah
yang kita sebut kodok (toads). Keluarga kodok biasanya berasal dari famili Bufonidae.
Hampir seluruh jenis memiliki ‘kutil’ pada tubuhnya. Kodok ini mudah dijumpai dimana
saja. Mulai dari pemukiman warga, perkotaan, sungai dengan kondisi air kotor sekalipun,
bahkan hingga tempat dengan ketinggian tertentu. Bisa dikatakan jenis ini mudah
beradaptasi dan tahan terhadap disturbansi disekitarnya. Kaki mereka relative pendek
sehingga pergerakannya tidak setinggi katak. Kulit pada Bufo sp. berbintil bintil dan
merupakan derivat dari epidermis disebut dengan bintil tanduk

Bintil Tanduk

Gambar 19. Kodok dari famili Bufonidae

Tubuh katak relative halus, tidak memiliki bintil-bintil yang jelas seperti kodok.
Sebagian besar bertubuh ramping (walaupun ada yang agak gemuk sampai gemuk
namun berbeda dari kodok). Kaki katak juga relative panjang sehingga memungkinkan
katak meloncat jauh. Katak memiliki banyak jenis yang masing-masing jenisnya
mendiami suatu habitat tertentu. Sebagai contoh katak sawah yang mendiami lokasi-
lokasi berlumpur seperti sawah maupun lokasi berlumpur lain, katak pohon yang
mendiami batang-batang pohon tinggi dan seringkali bersembunyi di balik dedaunan,
atau bangkong tuli yang biasanya hanya dapat dijumpai di sela-sela batuan pada sumber
air yang masih bersih dan belum tercemar di daerah pegunungan. Masih banyak karakter
katak yang lain dalam mendiami suatu wilayah tertentu. Keseluruhannya memiliki
keunikannya masing-masing.
Gambar 20. Tubuh Katak yang
Relatif Halus

Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir banyak
yang mencegah kulit dari kekeringan. Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas yang
memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi. Kulit
merupakan salah satu organ pertahanan tubuh, yakni melindungi ampibi dari predator
dengan menggunakan kelenjar yang mengeluarkan racun.
Racun yang dikeluarkan oleh beberapa amfibi dapat berdampak fatal bagi manusia.
Pada ampibi kelenjar yang bertanggung jawab dalam produksi toksin adalah kelenjar
paratoid yang melepaskan bufo toxin dan terletak di belakang telinga (pada katak dan
bufo) dan di belakang mata pada salamander.
Struktur yg menutupi ini dibatasi oleh adanya struktur dinamis tertentu khas
vertebrata misalnya, adanya lapisan luar yang sangat cornified yang mengalami molting
reguler dan proses ini dikendalikan oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis
dan tiroid. Kutil atau thickenings lokal adalah karakteristik kodok. Kromatofora dikenal
sebagai sel-sel pigmen yang bertanggung jawab untuk warna kulit amfibi dan terdiri atas
sel sel dikenal sebagai melaophores, guanophores dan lipophores. Banyak spesies
amphibi yang mampu mengubah warna kulit mereka, proses perubahan ini di bawah
kendali kelenjar pituitari. Warna yang sangat terang biasanya menunjukkan bahwa kulit
banyak mengandung kelenjar racun.

A. STRUKTUR INTEGUMEN PADA AMPHIBI


 Bintil tanduk, merupakan penandukan yang sederhana, misalnya pada Bufonidae.
 Memiliki kelenjar lendir
 Memiliki kelenjar bisa atau granuler, pada bufo kelenjar tersebut berkelompok
disebelah dorsal dan membentuk suatu tonjolan yang dinamakan parafoid, zat
bisanya disebut Bufotalin, sifatnya merangsang membuat iritasi pada mata.
 Memiliki sel pigmen
 Memiliki gigi homodont, yaitu gigi yang serupa baik bentuk maupun besarnya.
(PERLU PENJELASAN LAGI ATAU TIDAK?)

 INTEGUMEN PADA REPTIL


Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk,terkecuali
anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus,
seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, ataupun berukuran besar seperti yang
dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit
luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-
pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm. Beberapa bentuk sisik
yang umum pada reptil adalah:
- Sikloid (cenderung datar membundar)
- Granular (berbingkul-bingkul)
- Berlunas (memilikigigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu).
Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh  reptil
biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut. Integument pada
reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument
yang menanduk tidak mengandungsel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-
lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini
akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada Calotes (bunglon) integument
mengalami modifikasiwarna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granula
pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam -
macam. Pada calotes(bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol
system nervosum outonomicum.

Gambar 26. Amphisbaenidae

Kebanyakan Reptilia memiliki kulit yang bertanduk, hampir semuanya selalu


mengalami kornifikasi  menjadi sisik atau struktur yang lebih besar yaitu scutes atau
plates. Struktur integumen yang seperti ini menjaga kestabilan pergerakan osmotik air
dari kompartemen tubuh atau jaringan menuju lingkungan atau udara luar sehingga
kekeringan dapat diminimalisasi. Ada saat-saat di mana kulit pada ular dan kadal akan
menjadi permeabel terhadap air yaitu ketika mereka sedang menyiapkan pengelupasan
kulit lamanya (molting). Pada saat-saat itulah ular dan kadal akan mencari tempat untuk
bersembunyi, tidak hanya tempat yang dapat melindungi mereka dari predatornya tetapi
juga dapat menghindarkan mereka dari kehilangan air. Beberapa Reptilia juga diketahui
meminum air yang diterima oleh sisiknya ketika mereka sedang beristirahat di liang yang
dingin.

A. ORDO SQUAMATA
Secara umum memiliki ciri-ciri antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat
dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting.
Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula baru di bawah
lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/sisiknya terkelupas secara keseluruhan,
sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan
sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap.
Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik
mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum; memiliki tulang kuadrat; memiliki
ekstrimitas (Zug, 1993).

Gambar 27. Sisik pada Ular

B. ORDO CROCODYLIA
Ordo ini terdiri dari 3 familia dengan 23 spesies yang tersebar di seluruh dunia.
Memiliki tubuh yang besar dengan tulang yang keras dari bahan tanduk (Scutum). Sisik
punggungnya berderet transversal membentuk perisai dermal. Sisik-sisiknya bentuknya
berlunas (bagian dorsal), bulat (bagian lateral), dan segi empat (bagian ventral).

Gambar 28. Sisik Punggung pada Buaya


C. ORDO TESTUDINATA
Anggota ordo ini merupakan kelompok hewan yang dapat dengan mudah dikenali di
antara hewan-hewan yang lain, yaitu dengan adanya cangkang yang menutupi tubuhnya.
Cangkang ini tersusun dari sisik dermal yang mengalamiosifikasi yang merupakan
gabungan tulang rusuk, vertebra dan beberapa bagian dari gelang bahu. Tulang
belakangnya, kecuali bagian cervic dan bagian ekor, berfusi keseluruhan dengan
cangkang, tak ada gerakan yang dapat terjadi pada skeleton axial  tubuh. Tulang rusuk
berfusi dengan bagian lateral dari karapaks. Dikarenakan struktur yang seperti itu,
anggotaTestudinata tidak mungkin dapat melakukan pernapasan dengan
mengembangkan dan mengkontraksikan rongga dada (Pough et al., 1998).
Cangkang Testudinata terdiri dari dua bagian yaitu karapaks pada bagian dorsal
dan plastron pada bagian ventral yang disatukan pada bagian samping oleh bridge.
Cangkang ini terdiri dari elemen bertulang yang ditutupi oleh scutes terkeratinisasi pada
bagian luarnya. Keseluruhan bentuk cangkang sangat bervariasi, untuk Testudinata
terestrial biasanya cangkang sangat menggembung sedangkan pada Testudinata akuatik
memiliki cangkang yang cenderung lebih datar (Pough et al., 1998).

Gambar 29. Karapaks dan Plastron


D. ORDO RHYNCHOCEPHALIA
Sphenodon guntheri dan S. punctatus merupakan dua spesies dari ordo ini yang
masih bisa dijumpai sampai saat ini. Kenampakan dua spesies ini seperti kadal, tubuh
gempal/ gemuk (19-28 cm SVL dewasa) dengan kepala yang besar dan ekor yang tebal.
Mereka juga memiliki paruh palsu di rahang atas yang menggantung di atas rahang
bawah, beberapa buah duri tegak di bagian tengkuk dan punggung juga terdapat
hemipenis. Tak ada kelenjar lacrimal, tipe gigi acrodont dan juga tak ada hubungan post
orbital-parietal (Zug, 1993).

Gambar 30.
Sphenodon punctatus
 INTEGUMEN PADA AVES
Tubuh Aves dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul
bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai
pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai
papila dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam
pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit.Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh
darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Epidermis  burung  tipis  dan  halus  kecuali  di  daerah  kaki  dan lengan.  Pada  kaki
stratum corneum  membentuk  sisik  (squama).  Bulu  yang menutupi  tubuhnya  adalah
merupakan  modifikasi  stratum  corneum.
Dermis  pada Aves  tipis  tersusun  atas  jaringan  pengikat,  saraf,  pembuluh  darah
dan  sel-sel  otot polos.  Kelenjar  minyak  pada  burung  adalah  modifikasi  sel-sel
epidermis  dan disebut  glandula  Uropygialis  yang  terletak  di  ujung  ekor.  Minyak
yang  disekresikan oleh kelenjar tersebut berfungsi untuk meminyaki bulu.

 Ciri- ciri yang dimiliki oleh kelas aves


- Seluruh tubuh ditutupi bulu (modifikasi sisik epidermis; sebagai isolator)
- Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan udara (dapat terbang)
- Ekstremitas anterior mengalami modifikasi yang digunakan sebagai sayap untuk
terbang (terletak di bagian dorsal dan mempunyai bulu agak panjang, berfungsi
untuk terbang)
- Ekstremitas posterior terdapat 2 buah otot bersegmen dan pada ujungnya terdapat
4 buah jari bercakar (kaki dilapisi sisik dari zat tanduk)
- Bagian belakang ujung tubuh terdapat ekor pendek dilengkapi dengan bulu yang
dapat mengembang sewaktu terbang
- Di samping mata ada lubang telinga yang ditutupi bulu
- Paruh dibentuk dari zat tanduk, tidak bergigi (modifikasi epidermis)
- Jantung terbagi menjadi 4 ruang (eritrosit berinti-bikonkaf)
- Homoiotherm

A. BULU PADA AVES


Bulu adalah suatu struktur epidermis yang membentuk penutup luar.Bulu merupakan
suatu struktur karatin yang karakteristik terdapat pada bangsa burung, serta merupakan
modifikasi dari sisik, karena bangsa burung mempunyai nenek moyang dari bangsa
reptile. Pertumbuhan awal dari bulu sama dengan pertumbuhan sisik yang berawal dari
papilla dermis.Bulu khas dimiliki oleh Aves, berfungsi melindungi kulit terhadap cuaca
yang tidak cocok, dan untuk terbang. Menurut struktur anatominya dibedakan menjadi
tiga macam yaitu:
a. Plumae, merupakan bulu yang memberi dasar bentuk tubuh yang berada pada sayap
dan ekor, berfungsi untuk terbang.
Plumae terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
- Kalamus, merupakan tangkai bulu yang kosong.
- Rachis (shaft = batang bulu), merupakan sumbu longitudinal bendera bulu
(vexillum), sebagai lanjutan kalamus dan di dalamnya tidak berongga.
- Vexillum (vane = bendera bulu), merupakan pelebaran bagian distal kalamus,
terbentuk oleh barbae = rami yaitu suatu cabang lateral (kanan dan kiri) dari rachis.
Tiap barbae/rami mempercabangkan menjadi banyak barbulae = radii. Pada radii
terdapat kait-kait (radioli).
Terdapat 2 macam barbulae/radii, yaitu barbulae distal yang menuju kearah
ujung bulu, dan barbulae proksimal yang menuju ke arah pangkal bulu.Radioli dan
radii proksimal berkaitandengan radioli dan radii distal, dengan demikian
membentuk bendera bulu.
- Umbilicus inferior, lubang pada pangkal / proksimal kalamus.
- Umbilicus superior, merupakan lubang pada bagian distal kalamus yang terletak
pada pertemuan kalamus dengan bendera bulu di permukaan ventral. Umbilicus
superior dan inferior ini dilalui pembuluh darah untuk memberi makan pada bulu.
b. Plumulae, merupakan bulu yang terdapat pada burung yang masih muda dan pada
burung yang sedang mengerami telur, berfungsi sebagai isolator (misalnya, suhu).
Bagian-bagiannya terdiri dari kalamus pendek, rachis tereduksi, barbae/rami panjang
dan barbulae / radii pendek, tidak memiliki radioli, sehingga tidak dapat membentuk
bendera bulu.
c. Filoplumae, merupakan bulu yang tumbuh di seluruh permukaan tubuh yang
berfungsi sebagai sensor. Bentuknya seperti rambut, mempunyai sumbu panjang, pada
ujung distalnya terdapat barbae/rami.

Gambar 21. Struktur Bulu


Burung
(sumber: Harunyahya.com)
Bulu merupakan tanda karakteristik dari aves, salah satunya adalah burung. Beberapa
burung dapat diidentifikasi melalui bulunya. Pertumbuhan bulu berasal dari epidermis
yang menyembul perlahan kepermukaan kulit, berupa kuncup bulu yang nantinya akan
membuka dan menjadi bulu muda dipermukaan kulit yang selanjutnya menjadi bulu
dewasa. Bulu mempunyai beberapa peranan penting antara lain:
- Untuk isolasi panas
- Untuk terbang
- Untuk penonjolan jenis kelamin
Tidak semua bagian tubuh ditumbuhi bulu, karena itu daerah tubuh dibedakan menjadi 2
bagian yaitu:
- Daerah yang ditumbuhi bulu (pterylae)
- Daerah yang tidak ditumbuhi bulu (apterium)
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
 Tectrices, bulu yang menutupi badan.
 Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor.
 Remiges, bulu pada sayap, yang dibagi lagi menjadi:
- remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara
metacarpal pada metacarpalia.
- Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
- Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan
sekunder daerah siku.
 Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
 Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).

Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu
powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi
barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas,
tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman.
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah
bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu
luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga
flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung terdapat pada burung
pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk agar partikel-partikel kayu
tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids membantu
mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle
didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
Gambar 22. Burung Hantu
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang
bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar
memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram,
berbentuk tingkatan, dan berujung runcing (Sukiya, 2003).

Gambar 23. Bentuk


Ekor Persegi

Gambar 24. Bentuk Ekor Bulat


Gambar 25. Bentuk Ekor Bulu Sebelah Luar Memanjang

B. ARANSEMEN BULU AVES


Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang
terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut
apterile.Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir
sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada,
yaitu:
- Capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala
dan terus ke pterilae berikutnya.
- Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar
ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
- Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi
ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang
sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah dan perut
beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah
mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok
dan kulitnya tipis.
- Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas
ke belakang pada sisi pundak.
- Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
- Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan
sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
- Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut
ke tubuh.
- Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya,
2003).
C. PERGANTIAN BULU AVES
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi
dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh
bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting.Pergantian
bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode
(selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi
burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu
biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan.Namun ada juga yang
mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon
tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-
beda.Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki
bulu.Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies
burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu
pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung
precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru,
sebagai berikut:
- Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada
burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu
first winter plumage.
- First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir
musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari
spesiesnya.
- First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama
yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
- Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu
dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada
tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa
kawin kedua pada musim semi berikutnya.

Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi
masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah
terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang,
hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan
dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya,
itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
D. PARUH DAN KAKI PADA AVES
Semua makhluk hidup membutuhkan makanan agar tetap hidup.Begitu juga dengan
burung atau jenis unggas, mereka juga membutuhkan makanan agar tetap hidup. Setiap
jenis hewan dalam hal ini jenis unggas atau burung  memiliki cara tersendiri dalam
memperoleh makanan. 
Setiap jenis unggas atau burung makanannya berbeda-beda.Ada yang berupa cairan
madu (nektar), biji-bijian, atau daging.Oleh karena itu, bentuk paruh setiap jenis burung
juga berbeda-beda. Perbedaan makanan ini 

Burung pipit mempunyai paruh pendek dan


kuat. Bentuk paruh ini sesuai untuk memakan
jenis biji-bijian. Paruh ini berfungsi
menghancurkan biji tersebut.

Burung elang mempunyai paruh kuat, tajam,


dan melengkung bagian ujungnya. Paruh
seperti ini sesuai untuk mencabik mangsanya.
Bebek mempunyai paruh yang berbentuk
seperti sudu. Bentuk paruh seperti ini sesuai
untuk mencari makanan di tempat becek,
berlumpur, atau di air.

Burung pelatuk mempunyai paruh yang


panjang, kuat, dan runcing. Paruh
burung pelatuk untuk mencari serangga yang
bersembunyi di kulit pohon, dalam lubang
pohon atau pada batang pohon yang lapuk.

Burung kolibri mempunyai paruh berbentuk


panjang danruncing. Bentuk paruh seperti itu
memudahkan burungkolibri mengisap nektar.

Burung pelikan mempunyai paruh


berkantong. Paruh demikian memudahkannya
untuk  menangkap ikan dalam air.
Berdasarkan gambar di depan, terdapat hubungan antara bentuk paruh burung
dengan cara memperoleh makanannya. Selain bentuk paruh, kaki pada berbagai burung
juga mempunyai bentuk bermacam-macam. Berbagai bentuk kaki burung merupakan
salah satu bentuk penyesuaian terhadap cara memperoleh makanan.

E. BERBAGAI MACAM BENTUK KAKI BURUNG

F.

Kaki burung kakatua untuk memanjat. Selain


itu, juga untuk memegang makanan.

Kaki ayam untuk mengais tanah saat mencari


makanan

.
Burung elang mempunyai kaki kuat dengan
kuku tajam. Kakiini untuk mencengkeram
mangsanya.
Burung pipit mempunyai kaki langsing untuk
bertengger.

Kaki itik dan pelikan berselaput sehingga


cocok untuk   berenang di air.

Burung pelatuk pandai memanjat karena


bentuk kakinya sesuai untuk memanjat.

F. KELENJAR

- Miskin kelenjar
- Kelenjar terdapat didaerah uropogial sehinnga dinamakan kelenjar uropogial
- Sekresinya berupa lemak atau minyak
- Kelenjar lain pada burung terdapat didaerah saluran telinga, kelenjar ini mengeluarkan
zat semacam lilin yang dinamkan ceruminous.
(KURANG PENJELASAN LAGI APA TIDAK?

 INTEGUMEN PADA MAMALIA


Integumen atau kulit adalah lapisan terluar yang menyelubungi permukaan tubuh
suatu organisme hidup. Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang
membatasinya dengan dunia luar. Oleh karenanya kulit atau integumen mempunyai
fungsi utama sebagai alat perlindungan terhadap lapisan-lapisan atau organ-organ tubuh
yang ada dan memiliki tambah dalam mendukung pada sistem integumen mamalia
seperti kelenjar-kelenjar kulit, bulu, rambut, sisik, kuku dan lain-lainnya.

Fungsi pada sistem integumen mamalia yaitu :


1. Perlindungan mekanik terhadap jaringan yang ada di bawahnya.
2. Mencegah kekeringan dan gangguan terhadap keseimbangan air dalam tubuh.
3. Membantu pernapasan, sekresi,ekskresi, indera, dan lain-lain.
4. Melindungi tubuh terutama agar tidak terjadi infeksi.
5. Rambut juga membantu memberikan keamanan bagi tubuh juga.
6. Berperan dalam perlindungan tubuh dari temperatur tinggi dan radiasi sinar matahari.

7. Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat berfungsi untuk
mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.

8. Komunikasi. Stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor
mendeteksi sensasi berkaitan dengan suhu, sentuhan, tekanan dan nyeri. Juga
merupakan media ekpresi wajah dan reflek vascular penting dalam komunikasi.

A. KULIT
Kulit pada mamalia relatif tebal, terutama dermisnya. Tebal kulit sangat bervariasi
tergantung spesies dan lokasi dimana kulit terletak. Selain mamalia ada rambut, kelenjar
minyak, kelenjar keringat, yang semuanya merupakan modifikasi dari sel-sel dalam
epidermisnya. Epidermis pada mamalia terdiferensiasi menjadi beberapa lapisan yaitu
stratum cornum, stratum granulosum, dan stratum germinativum. Dermisnya pada
mamalia berkembang biak, sebagian besar tersusun atas serabut-serambut jaringan
pengikat yang berjalanke segala arah. Di antara serabut-serabut ini ada sel-sel ( misal
fibroblast, mast cel ), juga ada sarf-saraf, pembuluhdarah, serabut otot polos, dan
kelenjar-kelenjar tertentu.
Mamalia memiliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah
epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis
biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar
dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering
membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis,
memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai
komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan
adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi.
Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.

1. Lapisan Epidermis

Epidermis adalah bagian terluar kulit. Epidermis biasanya terdiri atas tiga puluh lapis
sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini
sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering membelah dan sel anakannya
terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian ini tersusun dari jaringan epitel skuamosa
bertingkat yang mengalami keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
jaringannya sangat rapat. Bagian paling tebal ditemukan pada telapak tangan dan kaki
mengalami stratifikasi menjadi 4 lapisan terdiri dari :

a. Stratum Basalis (germinativum) adalah lapisan tuggal sel yang melekat pada jaringan
ikat dari lapisan kulit dibawahnya dermis.

b. Stratum Spinosum adalah lapisan sel spina atau tanduk karena sel tersebut disatukan
oleh tonjolan yang menyerupai spina.(penghubung intraseluler)

c. Stratum Granulosum terdiri atas 3 / 5 lapisan atau barisan sel granula keratohialin
yang merupakan precursor pembentuk keratin

d. Stratum Lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel gepeng tidak
bernukleus yang mati / hamper mati.

2. Lapisan Dermis
Dermis adalah bagian tengah kulit. Dermis, memiliki ketebalan lima belas hingga
empat puluh kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti
pembuluh darah dan kelenjar. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya
membrane dasar/lamina. Membran ini tersusun dari 2 jaringan ikat.

a. Lapisan papilare adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblast, sel mast dan
makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi
pada epidermis

b. Lapisan retikulare terletak lebih dalam tersusun dari jaringan ikat irregular yang rapat,
kolagen dan serat elastic.

3. Lapisan Hipodermis
Lapisan Subcutan atau hipodermis adalah bagian dalam kulit. Lapisan Subcutan
atau hipodermis (fasia superficial) menikat kulit secara longgar dengan organ yang
terdapat dibawhnya. Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk
menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada
setiap spesies. Lapisan ini mengandung jumlah sel lemak yang beragam.

B. RAMBUT
Sebagian besar mamalia mempunyai rambut. Selama perkembangan embrio dalam
tubuh induknya, seluruh tubuh tertutup oleh rambut-rambut halus kecuali bagian ventral,
tangan dan kaki. Rambut-rambut dalam keadaan embrio ini disebut rambut lanugo.
Rambut lanugo ini tidak kekal dan biasanya rontok beberapa kali sebelum lahir.
 Embriologi Rambut
Berbeda dengan bulu, yang terbentuk dari aktivitas papilla dermalis yang
mendesak epidermis, maka rambut terbentuk dari invaginasi (penonjolan ke arah
dalam) epidermis menuju ke dermis untuk membentuk folikel rambut yang
merupakan tempat tumbuhnya rambut. Rambut tersusun atas keratin yang tahan
terhadap perubahan kimia. Molekulnya berupa rantai popipeptida yang panjang dan
paralel berhubungan satu sama lain. Molekul-molekul ini tersusun secara acak tetapi
bila basah molekul ini cepat membentang hingga rambut Nampak lebih panjang.
Tebal rambut berkisar antara 0,005 mm – 0,2 mm tergantung dimana ia tumbuh.
Panjang rambut spesifik untuk tempat atau daerah tertentu.
Rambut terdiri atas akar rambut dan batang rambut yang kesemuanya
tersembunyi di dalam seludang epidermis dan dikenal sebagai folikel rambut. Satu
atau lebih glandula sebacea (kelenjar minyak) umunya bermuara ke dalam celah di
antara batang rambut dan jaringan yang ada di sebelahnya. Pada potongan
melintang, rambut memperlihatkan tiga lapisan yaitu berturut-turut dari dalam ke
luar; medulla, korteks, dan kutikula. Kutikula merupakan lapisan terluar yang tipis
membentuk lapisan seperti sisik. Dasar lapisan folikel rambut sedikit meluas
membentuk bulbus. Semua pertumbuhan rambut berasal dari akar rambut tempat
sel-sel dari stratumgerminativum membelah secara aktif. Sel-sel lama secara
perlahan mati. Dengan demikian rambut tersusun dari sel-sel yang telah
berkonifikasi dan mati.

C. KUKU
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat
saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang
antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi,
kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali
lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh
panas tubuh.

D. KELENJAR
Kelenjar-kelenjar kulit pada mamalia bersama-sama dengan pembuluh darah dan
jaringan lemak berperan dalam pengaturan suhu, metabolisme tubuh, dan ekskresi
berbagai zat. Kelenjar pada integuemen mamalia memiliki 3 kelenjar yaitu :
a. Kelenjar Minyak (Glandula Sebacea)
Kelenjar minyak di temukan tertanam pada dermis pada hampir semua bagian
tubuh kecuali pada daerah-daerah yang tidak ditumbuhi rambut. Kelenjar ini adalah
modifikasi sel-sel epidermis yang merupakan invagmasi ke dalam dermis dan
merupakan kelenjar asiner dengan duktus( saluran ) yang pendek yang berakhir pada
bagian atas fosikel rambut. Faktor utama yang mengatur kelenjar sebacea adalah
hormon yang dihasilkan oleh testis.

b. Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera)


Kelenjar keringat berfungsi untuk mengeluarkan zat buangan dari tubuh dan
membantu mengatur suhu akibat evaporasi keringat. Kelenjar keringat
(sudoriferus), terbagi 2 jenis berdasarkan struktur dan lokasi yaitu:
1. Kelenjar keringat ekrin adalah kelenjar tubular simple dan tidak berhubungan
dengan folikel rambut. Kelenjar ini tersebar seluruh tubuh terutama telapak
tanga dan telapak kaki. Sekresi kelenjar ini membantu pendinginan evaporatif
tubuh mempertahankan suhu tubuh.
2. Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar keringat terspesialisasi dan bercabang
dengan penyebaran yang terbatas. Kelenjar apokrin ditemukan pada lipatan
ketiak dan area anogenetal. Kelenjar seruminosa pada saluran telinga
menghasilkan serumen atau getah telinga dan kelenjar siliaris Moll pada
kelopak mata jga termasuk kelenjar apokrin.

E. TANDUK
Tanduk adalah bagian tubuh beberapa binatang yang mempunyai 2 tanduk di atas
kepalanya, yang tumbuh dari kepalanya, yang merupakan proyeksi yang terbuat dari
kulit yang keras. Tanduk mengandung banyak keratin di dalamnya, protein yang juga ada
di rambut dan kuku.

Klasifikasi ordo hewan Mamalia dan contoh spesies antara lain yaitu

1. Ordo Perissodactyla , Contoh Spesies : Kuda, Keledai, Zebra, Badak, Tapir.


2. Ordo Insectivore, Contoh Spesies : Cecurut, Tupai, Kelinci.
3. Ordo Phalidata, Contoh Spesies : Trenggiling.
4. Ordo Chiroptera, Contoh Spesies : Kelelawar, Kalong.
5. Ordo Marsupial, Contoh Spesies : Kucing, Singa, Harimau, Serigala, Anjing, Macan
Tutul, Beruang, Musang, Panda, Berang-berang.
6. Ordo Marsopialia, Contoh Spesies : Kanguru, Kuskus.
7. Ordo Prosboscidae, Contoh Spesies : Gajah.
8. Ordo Artidactyea, Contoh Spesies : Sapi, Kerbau, Banteng, Kambing, Domba, Rusa,
Jerapah, Babi.
9. Ordo Rodentia, Contoh Spesies : Tikus, Mencit, Bajing, Marmut, Hamster,
Kapibara.
10. Ordo Lagomorpha, Contoh Spesies : Kelinci, Terwelu.
11. Ordo Cetacea, Contoh Spesies : Paus, Lumba-lumba.
12. Ordo Primata, Contoh Spesies : Monyet, Gorila, Orang utan, Simpanse, Siamang.

Anda mungkin juga menyukai