Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kaki adalah penyangga tubuh manusia dan berada dibagian bawah, oleh

karena itu banyak diantara kita yang jarang memperhatikan kesehatan kulit kaki.

Kulit kaki seharusnya dijaga dan dirawat agar berfungsi dengan baik dan sehat.

Selain itu, pada kaki terdapat syaraf yang menghubungkan berbagai anggota

tubuh oleh karena itu jika tidak dirawat dengan baik dapat menimbulkan

keluhan.

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke

bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui

mulut, kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang

termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat

tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.

Foot cream merupakan krim yang dibuat khusus untuk merawat kesehatan

kaki dari bebagai masalah seperti kulit pecah-pecah pada kaki sehingga

mengganggu kesehatan kulit kaki. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak

beredar krim yang digunakan untuk perawatan kaki, dengan berbagai bahan

dalam komposisi foot cream tersebut.

Komponen yang digunakan dalam foot cream yaitu ekstrak lidah buaya dan

ekstrak daun pegagan adalah zat aktif. Ekstrak lidah buaya berfungsi untuk

memperbaiki dan meregenerasi kulit dan penyejuk kulit serta ekstrak daun

pegagan untuk pelembut dan pelembap kulit, pembersih kulit, serta sumber

1
vitamin bagi kulit. Penggunaan virgin coconut oil yang berfungsi untuk antijamur,

antibakteri, antivirus, antijamur, dan sebagai penstabil dal sediaan cream serta

membantu penyerapan kedalam kulit kaki yang pecah-pecah. Trietinolamin, adeps lanae

dan asam stearat yang berfungsi sebagai emulgator yang dapat mencampurkan dua fase

antara fase minyak dan fase air. Nipagin yang digunakan sebagai pengawet dan

aquadest sebagai pelarut.

1.2. Rumusan Masalah

 Bagaimanakah karakteristik foot cream yang baik?

 Bagaimanakah formulasi yang baik untuk foot cream?

 Bagaimanakah metode pembuatan dan evaluasi dari foot cream?

1.3. Tujuan Penulisan

 Mengetahui dan memahami karekteristik foot cream secara umum

 Mengetahui dan memahami komponen yang dibutuhkan untuk membuat foot

cream yang baik

 Mengetahui dan memahami metode pembuatan dan evaluasi untuk sediaan

foot cream.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan

dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit

akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah

yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh

paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan

organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter

persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika

tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.

Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui

sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus

menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi

dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan

pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari.

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai

lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan

penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

3
2.1.1.Anatomi Kulit

1. Lapisan Epidermis

Lapisan terluar kulit yang menyelimuti permukaan tubuh kita, terus

menerus mengalami pergantian sel, diperkirakan setiap hari kita mengalami

kehilangan sel kulit sebanyak 250 gr tapi selalu diimbangi dengan terjadi

pembentukan sel kulit baru dengan proses mulai dari pembelahan sel sampai

dengan pelepasan sel diperlukan waktu 14-28 hari, dengan rincian 14 hari

untuk proses pembelahan sel serta diferensiasi (pematangan) dan 14 hari

lagi untuk proses pelepasan sel. Pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh

darah, sehingga kiriman nutrisi untuk sel di lapisan ini sangat tergantung

dari kiriman darah di lapisan dermis (lapisan di bawahnya), di lapisan

epidermis juga tidak terdapat serabut-serabut syaraf, namun banyak terdapat

sel-sel langerhans yang berfungsi sebagai perlawanan kulit terhadap

berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi, Lapisan

epidermis itu sendiri terbagi dalam 4 lapisan (dimulai dari lapisan terbawah

kelapisan atas)

a. Lapisan germinatum / lapisan basal

4
Lapisan terbawah dari lapisan epidermis yang bergerak secara terus

menerus menuju keatas memisahkan antara lapisan epidermis dengan

lapisan dermis, disusun oleh sel basal aktif yang terus menerus membelah

diri,yang sangat penting dalam proses pembelahan sel, sehingga bagian

inilah yang terus menerus membuat sel-sel kulit baru untuk mengantikan

bagian sel-sel yang tua dan rusak, oleh karena itu disebut juga sel induk.

Terdapat melanocyt yaitu sel yang memproduksi melanin untuk memberi

warna pada kulit, dan yang paling penting fungsi melanocyt untuk

melindungi DNA di inti sel kulit agar tidak bermutasi karena radiasi sinar

matahari.

b. Lapisan Stratum soinosum/prickle-cell layer

Lapisan di atas sel basal tersusun dari sel keratinocyt bertugas mengisi

sel-sel dengan protein keratin yang bersifat bahan keras sehingga dapat

melindungi lapisan sel basal yang aktif membelah agar terhindar dari

subtansi yang dapat merusak dan dari infeksi mikroorganisme serta

mengurangi kehilangan kelembaban sel kulit.Keratinocyt yang ada

dilapisan ini juga memproduksi lemak perekat dilapisan tanduk.Sel-sel

dibagian ini ada sebagian yang masih hidup dan aktif membelah diri

terutama sel yang paling dekat dengan lapisan sel basal. Sel-sel yang

sudah penuh terisi keratin secara berangsur-angsur akan mati dan naik

kepermukaan. Lapisan keratin ini tidak semua dapat di tembus oleh

kandungan produk kosmetik atau perawatan wajah, hanya yang dapat

bersenyawa dengan protein keratin saja yang dapat melewati lapisan ini,

itulah mengapa banyak produk perawatan wajah maupun kosmetik hanya

5
mampu bekerja di permukaan kulit. Pada bagian kulit, kita tidak dapat

melihat lapisan keratin ini dengan kasat mata tapi anda dapat dengan

jelas melihat zat keratin yang menjadi kuku mapun rambut, itulah dia

protein keratin.

c. Stratum Granulosum

Sel dilapisan ini sudah merupakan sel mati dan tidak dapat membelah

diri tersusun dari sel-sel keratin atau sel yang sudah berisi bahan protein

dan mengeras, dan banyak terdapat filaggrin merupakan bahan

penghubung sel keratin dengan bagian luar sel untuk tetap memberikan

nutrisi bagi sel keratin melalui cairan antar sel karena bagian sel ini

semakin jauh dari aliran darah. Pada orang kekurangan filaggrin dapat

menyebabkan kulit kering bersisik dan mengelupas secara terus menerus.

Karena letak lapisan ini makin jauh dari aliran darah maka sedikit saja

pembuluh darah yang ada di lapisan dermis mengalami gangguan aliran

darah, maka akan sangat mempengaruhi lapisan ini, sehingga sel kulit di

lapisan ini akan menjadi semakin pipih dan mati sebelum waktunya,

itulah yang menyebabkan kondisi kulit kita terlihat kusam dan tidak

sehat.

d. Stratum Lucidum

Stratum Lucidum adalah lapisan tebal sel berbentuk gepeng yang

tidak berwarna dan bening, banyak terdapat zat eleidin (lapisan

mengeras) yang ditemukan hanya pada lapisan telapak kaki dan tangan

sehingga terlihat pada bagian tersebut lebih tebal, tentusaja ketebalan ini

berfungsi sebagai pelindung.

6
e. Stratum corneum /lapisan Horny/ lapisan tanduk/lapisan bersisik

Merupakan lapisan paling atas tersusun dari 15 -20 lapisan sel, diantara

sel-selnya terdapat lemak yang berfungsi sebagai perekat antara sel-sel,

ibarat seperti susunan batu bata dengan semen. Selain itu lemak antar sel

juga untuk menstabilkan lapisan tanduk, menjaga kesediaan air untuk

kelembaban dengan kemampuan tinggi menyerap air , mencegah kulit

dari kekeringan dan dehidrasi saat penguapan akibat panasnya matahari,

menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit, dan sebagai lapisan yang

menyaring serta mencegah sel-sel kontak dengan mikroorganisme,

toksin, bahan-bahan kimia atau zat alergen yang dapat merusak.

2. Lapisan Dermis

a. Lapisan papilari, merupakan lapisan tipis dan terdiri dari jaringan

penghubung yang longgar menghubungkan lapisan epidermis kelapisan

subcutis, banyak terdapat sel mast dan sel makrofag yang diperlukan

untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus lapisan dermis,

tentu saja berfungsi sebagai pelindung. Di lapisan ini juga terdapat

sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini berbentuk gelombang

yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman nutrisi

kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah.

b. Lapisan Retikular,merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan

penghubung padat dengan susunan yang tidak merata, disebut lapisan

retikular karena banyak terdapat serat elastin dan kolagen yang sangat

tebal dan saling berangkai satu sama lain menyerupai jaring-jaring.

7
Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi

kuat, utuh kenyal dan meregang dengan baik. Komponen dari lapisan ini

berisi banyak struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit. Terdiri

dari : Kelenjar sebaceous, Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat,

Pembuluh darah, Serat elastin dan kolagen, Folikel Rambut, Syaraf nyeri

dan reseptor sentuh.

3. Lapisan Subcutis

Merupakan lapisan dibawah dermis yang tersusun dari sel kolagen

dan lemak tebal untuk menyekat panas sehingga kita dapat beradaptasi

dengan perubahan temperatur luar tubuh kita karena perubahan cuaca, selain

itu juga lapisan subcutis dapat menyimpan cadangan nutrisi bagi

kulit.Lapisan ini paling banyak terjadi dan lapisan/jaringan lemak.

2.2. Cream

Menurut FI Edisi IV Cream adalah sediaan setengah padat mengandung

satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang

sesuai. Cream dibagi atas dua tipe yaitu air dalam minyak dan minyak dalam

air. Cream tipe minyak dalam air (O/W), jika minyak fase terdispersi dan

larutan air sebagai fase pembawa. Sedangkan cream tipe air dalam minyak

(W/O), jika larutan air sebagai fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti

minyak sebagai fase pembawa. Cream termasuk sediaan semisolid dan

merupakan golongan/ type kosmetik untuk perawatan kulit karena mempunyai

stabilitas yang luas.

8
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim

mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam

minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan

untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi

mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang

dapat dicuci dengan air.

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan

(safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan

dalam suasana panas yaitu temperatur 700- 800C.

Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak

(A/M) dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi

dapat digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe

A/M digunakan : sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum

dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci.

2.2.1. Komponen

1. Zat aktif

2. Emulgator

Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang

berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air

menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya

memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan

9
(surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin,alcohol atau

ester asam-asam lemak.

3. Stabilizer

Bahan-bahan yang menstabilkan campuran (stabilizer) sehingga

kosmetik tersebut dapat lebih lama lestari baik dalam warna, bau dan

bentuk fisik.

4. Netraliser

Pertimbangan penggunaan netraliser adalah untuk menstabilkan

zat aktif, meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Dalam

memilih netraliser harus diperhatikan pengaruh netraliser tersebut

terhadap stabilitas krim dan gel.

5. Polymer (Carbomer)

Carbomer adalah istilah yang digunakan untuk serangkaian

polimer terutama dibuat dari asam akrilik. Carbomers berwarna putih,

bubuk halus, sering digunakan sebagai gel dalam kosmetik dan produk

perawatan pribadi. Carbomers membantu untuk mendistribusikan atau

menunda suatu padatan larut dalam cairan, juga digunakan untuk

menjaga emulsi.

6. Preservative

Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman-

kuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak

cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya

yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat

menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lain-

10
lain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak

baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan, penggunaan kosmetik

sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang telinga.

Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak digunakan lagi.

7. Humectant

Humectant akan mempertahankan kandungan air dalam sediaan

sehingga sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat

dipertahankan. Humektan akan menjaga kestabilan sediaan gel dengan

cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi

penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara

tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban

kulit sehingga kulit tidak kering.

Humektan atau pelembab adalah bahan-bahan yang digunakan

untuk mencegah atau mengurangi kekeringan kulit disamping bersifat

protektif terhadap kulit. Kekeringan kulit ditinjau dari sudut biokimia

tidak lain merupakan kandungan air dalam kulit dan efek

melembabkan merupakan fenomena yang berhubungan dengan

konsentrasi air tersebut. Bahan pelembab yang biasa digunakan adalah

gliserin, sorbitol, propilenglikol atau polietilenglikol (PEG). Bahan-

bahan ini termasuk dalam golongan pelembab yang bersifat larut

dalam air, menjaga kulit tetap halus dan lembut dan akan

memperlambat proses penguapan air dari kulit.

8. Pewangi

Dimaksudkan agar kosmetika segar baunya bila dipakai.

11
9. Solvent

Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat

pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan

dalam zat pelarut terdiri atas tiga bentuk yaitu padat (garam), cair

(gliserin) dan gas (amoniak).

2.2.2. Metode Pembuatan

Untuk membuat krim selain dibutuhkan bahan aktif atau zat khasiat

juga digunakan zat pengemulsi atau emulgator, umumnya berupa

surfaktan-surfaktan anionik, kationik atau nonionik. Untuk menstabilkan

krim ditambahkan pengawet. Selain bahan-bahan tersebut diatas

formulasi krim juga perlu bahan tambahan lainnya seperti humektan,

stabiliser dan zat-zat yan dapat mempercepat penetrasi. Semua bahan-

bahan diatas diperoleh dari bahan alam, sintetik maupun semisintetik.

Metode pembuatan krim atau pembuatan salep dari tipe emulsi secara

umum meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya

komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin

dicairkan bersama di penangas air pada temperatur sekitar 70° sampai 75°

C.

Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang

larut dalam air, yang dibuat dalam sejumlah air yang dimurnikan,

khususnya dalam formula dan dipanaskan pada temperatur yang sama

dengan komponen berlemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-

lahan ditambahkan dengan pengadukan yang konstan (biasanya dengan

12
pengadukan mekanik) kedalam campuran berlemak yang cair, temperatur

di pertahankan selama 5 sampai 10 menit, untuk menjaga kristalisasi dari

lilin dan kemudian perlahan-lahan campuran didinginkan dengan

pengadukan yang terus menerus sampai campuran membeku atau

mengental.

2.2.3. Evaluasi

1. Uji Organoleptis

Ambil sample secukupnya lalu teteskan diatas plat tetes, amati

warna dan cium baunya.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah

pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan

dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara

homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim yang

dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan

pada kulit. Sediaan dioleskan pada kepingan kaca atau bahan

transparan lain yang cocok untuk melihat susunan yang homogen.

Pada skala besar, alat yang digunakan untuk pengujian

homogenitas ialah roller mill, colloid mill. Homogenizer tipe katup.

Dispersi yang seragam dari obat yang tidak larut dalam basis maupun

pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui

homogenizer atau mill pada temperatur 30-400C. Krim harus tahan

13
terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk, maupun

akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief, 1995)

3. Uji pH

Dengan mengunakan kertas indikator universal pH.

Cara : Kertas indicator dicelupkan kedalam sediaan cream, kemudian

angkat dan bandingkan dengan standar yang sudah ada.

4. Test Type Emulsi (Cara Pengecatan)

Sejumlah kecil zat warna yang larut dalam air (misal Methylen

Blue atau Briliant Blue FCF) ditaburkan pada permukaan emulsi. Jika

air sebagai dase luar (emulsi tipe o/w), maka zat warna tersebut akan

melarut didalamnya dan berdifusi merata ke seluruh bagian dari air

tersebut. Jika emulsi tersebut bertipe w/o, partikel-partikel zat warna

akan tinggal bergerombol pada permukaan.

5. Uji Sensitivitas

Kulit dioleskan sampel, bila terjadi reaksi pada kulit seperti iritasi,

terbakar, bercak, dsb

6. Test Iritasi :

 Mengevaluasi potensi iritasi bahan kimia pada binatang dengan

memakai kelinci albino.

 Test dilakukan dengan teknik Patch Test pada kulit kelinci yang

dilukai dan pada kulit yang utuh.

 Minimal binatang yang dites enam ekor, bulu-bulunya telah

dicukur.

14
 Bahan yang akan dites diletakkan pada bahan berbentuk segiempat

(dapat berupa surgical gauze).

 Bahan yang dites untuk bahan setengah padat : 0,5 gram.

 Lalu selurut badan kelinci dibungkus dengan bahan yang bersifat

elastic (rubberized cloth) selama 24 jam. Ini untuk menjaga agar

bahan yang akan dites tetap di posisi semula dan mencegah bahan

menguap. Setelah 24 jam bahan diangkat dan hasil reaksi

dievaluasi, diulang setelah 72 jam.

7. Uji Isi Minimum ( FI Edisi IV )

 Pengujian krim yang dikemas dalam wadah dengan etiket yang

mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 10 g.

 Ambil 10 contoh, isi wadah dikeluarkan, bersihkan dan keringkan,

timbang wadah.

 Timbang lagi masing-masing wadah yang kering dan bersih beserta

bagian-bagiannya.

 Perbedaan antara kedua penumbangan adalah bobot bersih isi

wadah.

 Bobot bersih + isi dan wadah tidak kurang dari bobot yang tertera

pada etiket dan tidak satu pun wadah yang bobot bersih isinya

kurang dari 90% dan bobot yang tertera pada etiket untuk bobot ≤

60 g dan tidak kurang dari 95% dari bobot yang tertera pada etiket.

Untuk bobot lebih besar dari 60 g dan lebih dari 150 g. Jika

persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan bobot minimum.

8. Uji Stabilitas
15
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa

setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan

yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan.

Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas

kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam

label. (Lachman, 1994).

Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada

perubahan penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari

formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya

dapat dipastikan melalui analisis kimia. (Ansel,1989).

Cream dikatakan stabil jika :

 Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau

distribusi partikel dari globul fasa dalam selama life time produk.

 Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.

 Memiliki aliran tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar tetapi

memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan stabilitas

fisiknya).

 Tidak terjadi koalesen fasa internal, creaming dan perubahan

penampilan, bau, warna, serta sifat fisik yang lain.

 Uji Stabilitas Dipercepat :

Analisis frekuensi ukuran dari emulsi dari waktu kewaktu dengan

makin duk etrsebut. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat,

penyelidikan mikroskopik dari fase dalam yang terpisah sudah

cukup.

16
9. Uji Sifat Aliran (Viskositas)

Menggunakan viskometer ostwald

Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya

tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Viskositas dapat

diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung

berbentuk silinder. Viskositas ostwald digunakan untuk

menentukan laju aliran kuat kapiler. Pada viskositas ostwald yang

diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah cairan tertentu

untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan

oleh berat cairan itu sendiri. Viskositas ostwald digunakan untuk

untuk menentukanviskositas dengan nilai tinggi (kental).

10. Uji Mikrobiologi

 Uji Angka Lempeng Total

Metode ini digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob

mesofil dalam sampel makanan, minuman,kosmetik, dan obat

tradisional. Prosedur

1. Homogenisasi sampel

Dilakukan dengan cara prosedur homogenisasi sampel sesuai

jenis sampel sehingga diperoleh suspensi sampel dengan

konsentrasi 10-1 dalam pengencer yang sesuai.

2. Pengenceran

Dari suspensi pengenceran 10-1 dipipet 1 mL ke dalam tabung

berisi 9 mL pengencer pertama dikocok homogen hingga

diperoleh suspensi pengenceran 10-2. Pengenceran dilanjutkan

17
dengan cara yang sama hingga diperoleh suspensi dengan

pengenceran sesuai dengan yang diperlukan (dua digit di

bawah syarat SNI).

3. Inokulasi dan Inkubasi

Dari tiap pengenceran dipipet 1 mL ke dalam cawan petri steril

masing-masing dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri yang

telah dimasukkan sampel, dituangkan 15 – 20 mL media PCA cair

suhu ± 45°C yang telah ditambahkan pereaksi TTC, segera

cawan digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga

suspensi tercampur merata dalam media kemudian dibiarkan

memadat. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran

dibuat uji kontrol (blanko). Pada satu cawan diisi 1 mL

pengencer tanpa sampel dan media agar, pada cawan yang lain

diisi media. Setelah agar memadat, cawan diinkubasi pada

suhu 35 – 37 °C selama 24 – 48 jam dengan posisi dibalik.

 Uji Angka Kapang Khamir

Metode ini digunakan untuk menetapkan angka

kapang/khamir dalam sampel makanan, minuman,kosmetik,

dan obat tradisional.

Prosedur

1. Homogenisasi sampel

18
Dilakukan dengan cara prosedur homogenisasi sampel sesuai

jenis sampel sehingga diperoleh suspensi sampel dengan

konsentrasi 10-1 dalam pengencer yang sesuai.

2. Pengenceran

Dari suspensi pengenceran 10-1 dipipet 1 mL ke dalam tabung

berisi 9 mL pengencer pertama dikocok homogen hingga

diperoleh suspensi pengenceran 10-2. Pengenceran dilanjutkan

dengan cara yang sama hingga diperoleh suspensi dengan pengenceran

10-4 atau sesuai dengan yang diperlukan (dua digit dibawah

syarat SNI).

3. Inokulasi dan Inkubasi

Dari tiap pengenceran dipipet 0,5 mL ke permukaan lempeng

media PDA yang sebelumnya telah dituang ke dalam cawan

petri dan dibiarkan memadat, masing-masing dibuat duplo.

Dengan segera lempeng digoyang dan diputar sedemikian rupa

sehingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas

media dan pengencer dilakukan uji blanko. Pada satu lempeng

PDA diteteskan 0,5 mL pengencer disebar-ratakan dan untuk

uji media digunakan satu lempeng PDA yang lain. Seluruh

lempeng PDA diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu 20-25°C,

dengan posisi tidak dibalik. Pengamatan dan penghitungan

koloni kapang/khamir dilakukan mulai hari ke-4 sampai ke-7.

Koloni khamir memiliki bentuk bulat kecil, putih, hampir

menyerupai bakteri. Koloni kapang memiliki miselium atau

19
filamen, sehingga penampakan umumnya seperti benang-

benang halus dan berspora. Jumlah koloni yang tumbuh

diamati dan dihitung.

2.2.4. Karakteristik

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar

yang digunakan untuk kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang

diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari

inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada

dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk

menjadi lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling

mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar

krim padat atau cair pada penggunaan.

Krim yang baik menurut Formularium Kosmetik Indonesia harus

memiliki kriteria :

1. Mudah dioleskan merata pada kulit.

2. Mudah dicuci besih dari daerah lekatan.

3. Tidak menodai pakaian.

4. Tidak berbau tengik.

20
5. Bebas partikulat keras dan tajam.

6. Tidak mengiritasi kulit.

7. Dalam penyimpanan, harus memiliki sifat sebagai berikut :

- Harus tetap homogen dan stabil.

- Tidak berbau tengik.

- Bebas partikulat keras dan tajam.

- Tidak mengiritasi kulit.

2.2.5. Kelebihan dan Kekurangan Krim

 Kelebihan :

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis mudah dibersihkan atau dicuci

3. Cara kerja langsung pada jaringan setempat

4. Tidak lengket terutama tipe O/W

5. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe W/O

6. Digunakan sebagai kosmetik

7. Bahan yang dibuat topikal jumlah yang diabsorbsi tidak cukup

beracun

 Kekurangan :

1. Susah dalam pembuatan krim karena krim harus tetap dalam

keadaan panas

2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

21
3. Mudah kering danmudah rusak khususnya tipe W/O karena

terganggu sistem campuran terutama disebabkan suhu dan

perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase

secara berlebihan.

2.3. Foot Cream

Foot cream merupakan krim yang dibuat khusus untuk perawatan kaki.

Pada umumnya fungsi utama foot cream adalah untuk mengobati pecah-pecah

pada kaki dan kasar karena kekeringan. Foot krim bekerja melembabkan dan

menstabilkan kembali kelembaban kulit kaki yang kering, sehingga kulit dapat

memperbaharui diri (ganti sel) dengan sel baru.

Tumit kaki yang pecah-pecah atau retak dan terasa kasar apabila diraba

disebabkan ada 2 fakor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

 Faktor internal

Seiring dengan perputaran waktu, sangatlah wajar jika tubuh manusia

mengalami penurunan kualitas. Karena itulah faktor internal sangat

dipengaruhi oleh kemampuan regenerasi sel atau kemampuan menghasilkan

sel-sel baru yang masih segar dan sehat. Gangguan hormonal dipengaruhi

oleh gaya hidup yang tidak sehat dan seringnya mengkonsumsi makanan

tidak aman dari bahan pengawet dan kimiawi. Dengan demikian tubuh

menjadi rentanakan berbagai masalah kesehatan kulit kaki seperti kaki pecah-

pecah dan kulit kasar.

 Faktor eksternal

22
Lingkungan disekitar kita juga mempengaruhi kesehatan kaki seperti

perubahan cuaca yang akhir-akhir ini begitu ekstrim. Kulit kaki yang

terlindungi bisa menjadi kering dengan cepat. Faktor lainnya adalah karena

sering terkena sabun atau deterjen ketika mencuci. Kandungan coastic soda

membuat kaki terasa panas dan terbakar sehingga merusak sel-sel kaki.

Meskipun kandungan soda dalam produk sabun memenuhi batas toleransi,

tetapi kontak dengan kaki yang terlalu sering,mengakibatkan sel kulit menjadi

mati dan kehilangan kelembapan dalam jumlah yang tidak sedikit.

Oleh karena faktor-faktor diatas, sangat diperlukan untuk menggunakan

foot cream agar kulit kaki tetap sehat.

Manfat Foot Cream adalah untuk :

 Membantu menghilangkan sel-sel mati pada kulit kaki yang tebal

 Membantu sel-sel kulit kaki melakukan regenerasi membuat sel baru

yang sehat

 Melembabkan kaki dan menjaganya agar terhindar dari kekeringan

 Melembutkan kembali kulit tumit kaki yang retak-retak dan kasar

2.4. Praformulasi Foot Cream

 Lidah Buaya (Aloe vera)

23
Tanaman lidah buaya (Aloe vera) lebih dikenal sebagai tanaman hias

dan banyak digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan dan kosmetika, baik

secara langsung dalam keadaan segar atau diolah oleh perusahaan dan

dipadukan dengan bahan-bahan yang lain. Tanaman lidah buaya termasuk

keluarga liliaceae yang memiliki sekitar 200 spesies. Dikenal tiga spesies

lidah buaya yakni Aloe sorocortin yang berasal dari Zanzibar (Zanzibar

aloe), Aloe barbadansis miller dan Aloe vulgaris. Pada mumnya banyak

ditanam di Indonesia adalah jenis barbadansis yang memiliki sinonim Aloe

vera linn. Aloe vera, merupakan bahan alami yang memiliki banyak

manfaat diantaranya untuk mengatasi kasar dan pecah-pecah pada

kaki,sehingga dapat di formulasikan dalam pembuatan foot cream. Fungsi

lidah buaya untuk kulit yaitu melembabkan kulit, detoksifikasi kulit,

penghapusan bekas luka, serta memperbaiki dan meremajakan kulit.

Kandungan dalam Lidah Buaya :

1. Flavonoid

Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar dan

terdapat dalam semua tumbuhan hijau dan memiliki senyawa metabolit

sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flovonoid

tersusun dari dua cincin aromatis yang terdiri dari 15 atom karbon,

dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3)

sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 seperti yang di tunjukkan

pada gambar 1. Dalam lidah buaya ini flavonoid berfungsi sebagai

antibakteri, antioksidan, dan dapat menghambat pendarahan pada kulit.

2. Tanin

24
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa

polifenol kompleks. Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang

berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada pada

bagian yang spesifik tanaman seperti daun, buah, akar dan batang. Tanin

merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan campuran polifenol

yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk kristal

(Robert,1997). Tanin biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis,

berwarna coklat kuning yang larut dalam organik yang polar. Tanin

mempunyai aktivitas antioksidan menghambat pertumbuhan tumor dan

enzim (Harborne, 1987). Teori lain menyebutkan bahwa tanin

mempunyai daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan

bakteri atau jamur berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan

penutupan pori-pori kulit

3. Saponin

Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : saponin steroid dan saponin

triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan

molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu

aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek

anti jamur. Pada binatang menunjukkan penghambatan aktifitas otot

polos. Saponin steroid diekskresikan setelah konjugasi dengan asam

glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintesis

dari obat kortikosteroid.

Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul

karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut

25
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat

asetilasi sehingga dapat dimurnikan.

4. Polifenol

Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas

sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk

mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik,

farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat

radikal bebas dari rusaknya ion ion logam. Kelompok tersebut sangat

mudah larut dalam air dan lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C

dan E

5. Steroid

Steroid merupakan bagian yang penting dari senyawa organik dan

seringkali berfungsi sebagai nukleus. Salah satu jenis steroid, yakni

kolesterol mempunyai peranan yang vital bagi fungsi-fungsi selular dan

menjadi substrat awal bagi vitamin yang larut dalam lemak, dan hormon

steroid. Steroid sebagai anti-inflamatory, bersifat antiseptik dan

penghilang rasa sakit.

 Daun Pegagan ( Centella aciatica )

26
Tumbuhan yang secara empiris biasa digunakan dalam perawatan kaki

dengan tujuan untuk melembutkan dan melembapkan kulit pada bagian

telapak kaki adalah pegagan. Kandungan triterpenoid terutama asiaticoside

dari pegagan mampu untuk membentuk kembali jaringan kolagen dengan

jumlah yang banyak dan kualitas yang baik, memperbaiki kekokohan

jaringan dan berperan dalam menjaga elastisitas kulit, memperbaiki

penampilan dan kelembutan kulit. Berdasarkan hal tersebut pegagan dibuat

menjadi sediaan topikal untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit dan

penyejuk kulit

 Asam Stearat

Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang

mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat

pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Asam stearat

diproses antara lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi.

Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. larut dalam

etanol dan propilen glikol, tidak larut dalam air, memiliki Konsentrasi 1–

20%, sebagai pelarut.Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai

bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan

karet. Titik lebur asam stearat 69.6 °C dan titik didihnya 361 °C. Reduksi

asam stearat menghasilkan stearil alkohol. Asam stearat merupakan bahan

kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku surfaktan, metil ester,

maupun sabun dan deterjen melalui reaksi saponifikasi. Produk ini

dihasilkan dari reaksi hidrolisis minyak atau lemak dengan air.

 Adeps Lanae ( lemak nulu domba)

27
Adeps lanae adalah Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba

mentah. Adeps Lanae berwarna kuning muda, setengah bening, dengan

bentuk yang menyerupai salep, mempunyai bau khas, Tidak larut dalam air,

dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut

dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter

dan dalam kloroform. Kegunaan sebagai pengemulsi

 Triethanolamine

Triethanolamin merupakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan

permukaan kedua cairan tersebut sehingga bersifat sebagai surfaktan. Fungsi

lain dari Triethanolamin tersebut adalah menstabilkan tingkat pH, Kelarutan

dalam etanol 95% larut, methanollarut, airlarut.

 Parafinum liquiduidum

Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal

yang diperoleh dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak

berbau dan tidak berwarna, hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak

lebih rendah dari 0,87 – 0,88 (selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak

dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10 mm). kekentalan 10 -

12°.Parafin liquid apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih, bila

parafin liquid dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga

mendidih dan dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah

didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, maka

reaksinya adalah netral. Parafin liquid dipanaskan pada suhu 60° dengan

campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat

dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang,

28
maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna.

Parafin liquid tidak dapat larut dalam air.

 Virgin Coconut Oil

Virgin coconut oil atau VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah

kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak

melalui penambahan bahan kimia atau pun proses melibatkan panas yang

tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO mempunyai asam lemak

yang tidak terhidrogenasi seperti pada minyak kelapa biasa.

Menurut Setiaji (2005), bahwa VCO yang berkualitas tidak mudah tengik

karena kandungan asam lemak jenuhnya yang tinggi sehingga proses

oksidasi tidak mudah terjadi, akan tetapi bila kualitas VCO rendah,

ketengikan akan terjadi lebih awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

oksigen, keberadaan air, dan mikroba yang akan mengurangi kandungan

lemak yang berada dalam VCO. Secara fisik, VCO harus berwarna jernih

yang menandakan bahwa didalamnya tidak tercampur oleh bahan kotoran

lain. Apabila di dalam VCO masih terdapat kandungan air, biasanya akan

ada gumpalan berwarna putih. Gumpalan tersebut kemungkinan juga

merupakan komponen blondo dari protein yang tidak tersaring semuanya.

Tercampurnya komponen seperti ini secara langsung akan berpengaruh

terhadap kualitas VCO. Manfaat VCO bagi kesehatan yang banyak

dipublikasikan oleh banyak peneliti di dunia:

 Nipagin

Memiliki berat molekul 152,15, berfungsi sebagai antimikroba untuk

sediaan topikal 0,02%-0,3%, berbentuk kristal putih, tidak berbau, panas.

29
Kelarutannya dalam etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400

 Aquadest

Aquadest ini merupakan H2O murni, Karena sifatnya yang murni ini,

aquadest (suling) sering digunakan dalam laboratorium untuk menghindari

kontaminasi zat maupun galat-galat yang akan ditimbulkan dalam

penelitian.

30
BAB III

METODOLOGI

3.1. Formula Pembanding

Bahan F1 F2 F3 F4 Kegunaan
Ekstrak Lidah Buaya 15 % Zat aktif ( pelembut )
Ekstrak Delima 2% Zat aktif(penegerasi kulit)
Ekstrak etanol daun 10% Zat aktif (antimikroba)
kirinyuh
Ekstrak singkong 4% Zat aktif (epitelisasi kulit)
Isopropyl miristat 5,8% Emolien

Setil alkohol 8,7% Stabilizer


Twen 60 4,2 % Emulgator

Span 60 0,6% Emulgator

Gliserin 9,7% Humektan

BHT 0,05 Antioksidan


%
Asam Stearat 14,5 14,5 10% Stabilizer
% %
Trietinolamin 1,5 % 1,5 % 1% Emulgator

Adeps Lanae 3% 3% Emulgator

Paraffin Liquidum 5% 25 % 8% Humektan

Sorbitan monostearat 2% Emulgator

Vaselin album 6% Emulgator

Virgin Coconut Oil 20 % Stabilizer dan antijamur

Nipagin 0,1 % 0,05% 0,1% 0,05% Pengawet


Nipasol 0,05% 0,05% 0,05% Pengawet

Aquadest Ad Ad Ad Ad Pelarut
100 100 100 100

31
3.2. Formula Kelompok

Komponen Kadar (%) Kegunaan

Ekstrak daun pegagan 10% untuk memperbaiki dan

meregenerasi kulit dan penyejuk

kulit

Ekstrak lidah buaya 10% untuk pelembut dan pelembap kulit,

pembersih kulit, serta sumber

vitamin bagi kulit.

Virgin coconut oil 10% Antiinfeksi, antibakteri, antivirus,

antijamur

Asam stearat 14% Stabilizer

Parrafinum liquidum 5% Humektan

Trietinolamin 1,5% Emulgator

Adeps lanae 3% Emulgator

Nipagin 0,1% Pengawet

Aquadest Ad 100 Pelarut

3.3. Metode Pembuatan Krim

3.3.1. Ekstraksi Lidah buaya

1. Pengumpulan lidah buaya.

2. Lidah buaya dibersihkan, dan penyikatan kemudian dibilas.

3. Pangkal lidah buaya dipotong sekitar satu cm, kemudian dikuliti

kulitnya.

32
4. Daging (gel) lidah buaya kemudian dibilas beberapa kali dengan air

yang mengalir.

5. Gel lidah buaya segera di blender dan hasilnya yang berupa ekstrak

kasar disaring.

6. Gel lidah buaya dipanaskan (blanching) 45 – 700 C selama sepuluh

menit.

3.3.2. Ekstraksi Daun Pegagan

1. Pengumpulan daun Pegagan

2. Daun Pegagang dibersihkan

3. Kemudian dijemur sampai kering

4. Daun pegagan yang sudah kering disortir agar terpisah dengan

kotoran

5. Daun pegagang yang sudah disortir kemudian di blender halus

menjadi ekstrak kering.

3.3.3. Cara Pembuatan Cream

a. Menimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat

dalam formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak

dan fase air.

b. Fase minyak yaitu asam stearat, paraffin liquid, adeps lanae

dipindahkan dalam cawan porselin, dipanaskan diatas hot plate

dengan suhu 70℃ sampai lebur.

33
c. Fase air yaitu Trietanolamin dan akuades, dipanaskan di atas hot plate

pada suhu 70℃ sampai lebur.

d. Fase air dimasukkan secara perlahan lahan ke dalam fase minyak

kemudian tambahkan nipasol dan nipagin dengan pengadukan yang

konstan sampai diperoleh massa krim yang homogen.

e. Krim dibuat dengan cara: dituangkan ekstrak lidah buaya dan ekstrak

daun pegagan ke dalam cawan porselin yang berisi 100 g krim,

digerus pelan-pelan sampai homogen.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Perbandingan Formula

4.1.1. Formula 1

Zat aktif yang digunakan adalah ekstrak lidah buaya yang berfungsi

untuk untuk pelembut dan pelembap kulit, pembersih kulit, serta sumber

vitamin bagi kulit. Dasar krim yang digunakan adalah asam stearat,

trietinolamin, adeps lanae, paraffin liquid dan penambahan virgin

coconut oil yang memiliki sederet manfaat salah satunya adalah

memudahkan penyerapan serta memberi tekstur yang lembut dan halus

pada kulit. Penggunaan Virgin coconut Oil juga dinilai dapat

menstabilkan sediaan cream.

4.1.2. Formula 2

Zat Aktif yang digunakan adala ekstrak delima yang mengandung

senyawa flavonoid, tannin, alkaloid dan asam fenolat dimana senyawa

fenoliknya memiliki aktivitas antioksidan dan mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Dasr krim yang digunakan adalah isopropyl

miristat, tween 60, span 60 dan gliserin. Menghasilkan krim yang stabil

berdasarkan uji kestabilan fisik.

4.1.3. Formula 3

35
Zat aktif yang digunakan adalah ekstrak etanol daun kirinyuh yang

mempunyai aktivitas antimikroba dengan dasar krim asam stearat,

trietinolamin, adeps lanae yang memberikan krim yang stabil setelah

pengujian kestabilan fisik

4.1.4. Formula 4

Zat Aktif yang digunakan adalah ekstrak singkong memiliki kandungan

zat karbohidrat, fosfor, kalsium, vitamin C, protein, zat besi dan vitamin

B1 yang dapat memberikan efek penyembuhan terhadap luka.

Kandungan yang terdapat dalam singkong mampu memberikan efek

untuk epitelisasi kembali kulit yang mengalami kerusakan jaringan sel.

Dasar salep yang digunakan adalah asam stearat, trietinolamin, vaselin

album, sorbitan monostearat. Memberikan krim yang stabil.

4.1.5. Formula Kelompok

Zat aktif yang digunakan adalah ekstrak lidah buaya dan ekstrak daun

pegagan. Daun pegagan berfungsi untuk memperbaiki dan meregenerasi

kulit sedangkan lidah buaya penyejuk kulit. untuk pelembut dan

pelembap kulit, pembersih kulit, serta sumber vitamin bagi kulit. Dasar

krim yang digunakan adalah asam stearat, trietinolamin, adeps lanae dan

paraffin liquid serta penambahan virgin coconut oil yang berguna sebagai

penyerapan serta memberi tekstur yang lembut dan halus pada kulit.

36
4.2. Kelebihan Formula Kelompok

 Zat aktif yang digunakan ganda yaitu ekstrak lidah buaya dan ekstrak

daun pegagan yang memberikan aktivitas ganda yaitu daun pegagan

berfungsi untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit seperti kulit kaki

yang pecah-pecah. Dan lidah buaya untuk pelembab kulit dan pelembut.

 Penambahan virgin coconut oil sebagai mempercepat penyerapan pada

kulit dan penambah efek kelembutan yang diberikan pada kulit.

 Penambahan virgin coconut oil juga menjaga sediaan cream lebih stabil

dan tahan lama

37
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Foot cream merupakan krim yang dibuat khusus untuk perawatan kaki. Pada

umumnya fungsi utama foot cream adalah untuk mengobati pecah-pecah pada

kaki dan kasar karena kekeringan. Foot krim bekerja melembabkan dan

menstabilkan kembali kelembaban kulit kaki yang kering, sehingga kulit dapat

memperbaharui diri (ganti sel) dengan sel baru.

Karakteristik foot cream secara umum antara lain :Mudah dioleskan merata

pada kulit, Mudah dicuci besih dari daerah lekatan, Tidak berbau tengik., Bebas

partikulat keras dan tajam., Tidak mengiritasi kulit, Dalam penyimpanan, harus

memiliki sifat sebagai berikut : Harus tetap homogen dan stabil, Tidak berbau

tengik., Bebas partikulat keras dan tajam. Tidak mengiritasi kulit.

Komponen foot cream antara lain terdiri atas zat aktif, emulgator, stabilizer,

neralizer, polimer, preservative, humektan, pewangi dan pelarut.

Formula kelompok yang digunakan adalah ekstrak daun pegagan, ekstrak

lidah buaya, virgin coconut oil, asam stearat, parrafin liquidum, trietanolamin,

adeps lanae, nipagin, dan aqua dest.

Kelebihan Formula Kelompok. Zat aktif yang digunakan ganda yaitu

ekstrak lidah buaya dan ekstrak daun pegagan yang memberikan aktivitas ganda

yaitu daun pegagan berfungsi untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit seperti

kulit kaki yang pecah-pecah. Dan lidah buaya untuk pelembab kulit dan

38
pelembut. Penambahan virgin coconut oil sebagai mempercepat penyerapan

pada kulit dan penambah efek kelembutan yang diberikan pada kulit.

Penambahan virgin coconut oil juga menjaga sediaan cream lebih stabil dan

tahan lama

Evaluasi yang dilakukan pada foot cream adalah Uji Organoleptis, Uji

Homogenitas, Uji pH, Test Type Emulsi, Uji Sensitivitas, Test Iritasi, Uji Isi

Minimum, Uji Stabilitas, Uji Sifat Aliran (Viskositas), Uji Mikrobiologi.

5.2. Saran

 Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.

Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin

dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu

semua larutan berair yang tahan panas.

 Untuk menghindari bentuk krim yang tidak stabil perlu diperhatikan

perbandingan fase minyak dan fase air dalam pembuatan formulasinya.

 Penggunaan zat tambahan, disesuaikan dengan karakteristik dari zat utama

yang digunakan dalam formulasi. Penggunaan anti oksidan perlu diperhatikan

jika zat utama yang digunakan mudah teeroksidasi, serta penggunaan

pengawet diperlukan jika digunakan air sebagai bahan pembawanya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta.

The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134

Armstrong, N.A., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and

Interpretation, Taylor and Francis, Bristol.

Sweetman, S. C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth

Edition, London : Pharmaceutical Press.

Yati, Kori.dkk., 2010, Formulasi Mikroemulsi Minyak Kelapa Murni (Virgin

Coconut Oil) Dengan Tween 80 Sebagai Surfaktan, Jakarta : UHAMKA

Munson, J. W. 1991. Analis Farmasi Parwa B.Surabaya: Airlangga UniversityPress.

Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Falles,R. 2013. Formulasi Krim Penyembuh Luka Terinfeksi Ekstrak daun Tapak

Kuda Pada Tipe A/m. Manado : UNSRAT

Hanny,S. 2013. Krim Kulit Buah Durian Sebagai Obat Herbal Pengobatan

Antijamur. Semarang : STTIF

Rizky,A.2013. Formulasi Ekstrak krim Lidah Buayasebagai alternatif penyembuh

luka. Semarang :UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Rowe, Raymond C, et al. 1983. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth

Edition.

40
Kibbe, A. H., 2006, Povidone in : Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Owen, S. C.,

Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, Pharmaceutical Press

and American Association, USA

Lucida, Henny.dkk., 2003, Uji Daya Peningkat Penetrasi Virgin Coconut Oil (VCO)

Dalam Basis Krim. Padang : Universitas Andalas

41

Anda mungkin juga menyukai