OLEH :
Dosen Pengampu :
Vivin Novianti., M.Sc., Apt
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cerminan
kesehatan. Kulit terletak paling luar dan membatasi dengan lingkungan hidup manusia.
Kulit adalah organ kompleks yang terlibat dalam termoregulasi, pertukaran gas,
perlindungan terhadap patogen, dan memiliki fungsi barrier untuk mempertahankan
hidrasi. Terdapat tiga lapisan struktur kulit yaitu epidermis, dermis dan subkutis.
Rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan apokrin dianggap sebagai
derivat dari kulit. Kulit adalah organ dinamis yang secara konstan berubah, sel pada
lapisan luar berganti secara terus menerus dan digantikan oleh sel-sel dari dalam yang
naik ke permukaan. Meskipun secara struktural konsisten di seluruh tubuh, kulit
bervariasi dalam ketebalan sesuai dengan anatomi dan usia individu. Kulit
mempunyai peranan yang sangat penting selain fungsi utama dalam menjamin
kelangsungan hidup, yaitu mempunyai arti lain dalam estetika, ras, dan indikator
sistemik. Profil dan fungsi kulit yang normal menunjukkan kadar air pada stratum
korneum harus lebih besar dari 10 %. Kadar air dapat berkurang melalui proses
evaporasi ke lingkungan dengan kondisi kelembaban udara yang rendah dan harus
digantikan kembali oleh air dari lapisan dibawahnya.
Setiap hari jutaan orang menderita kekeringan kulit, gatal, bersisik dan
kemerahan karena berbagai macam penyebab. Penyebab paling umum dari kulit
kering adalah paparan surfaktan atau pelarut, baik sebagai bagian dari kebersihan
sehari-hari yang dilakukan secara agresif, terlalu sering mencuci tangan, paparan
zat-zat pencuci dan berbagai aktivitas pekerjaan. Kulit kering atau xerosis cutis
didefinisikan sebagai gambaran hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban
stratum corneum. Xerosis cutis merupakan kelainan kulit dimana kulit menjadi kasar,
bersisik, berkeriput dan kurang elastis dibandingkan kulit normal dan kering pada
perabaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Xerosis cutis adalah istilah medis untuk kulit kering. Nama ini berasal dari kata
Yunani "Xero" yang berarti kering.2 Hal ini ditandai secara klinis dengan kulit yang
kasar, bersisik, dan kulit sering terasa gatal. Kulit kering disebabkan oleh kurangnya
kelembapan pada stratum korneum akibat penurunan kadar air. Kerusakan pada
stratum korneum menyebabkan kadar air dibawah 10%.
2. Etiologi
Penyebab kulit kering dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen.
A. Faktor endogen
a. Genetik
Sebagian besar kasus kulit kering disebabkan karena faktor herediter. Jika
keluarga memiliki garis keturunan kulit kering maka kemungkinan besar generasi
selanjutnya akan mengalami kulit kering.
b. Usia
Kulit kering dapat terjadi pada semua golongan usia. Namun, insidens dan
keparahan kulit kering meningkat dengan bertambahnya usia.3 Seiring bertambahnya
usia, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan berkurangnya elastisitas,
peningkatan kerapuhan dan perubahan respon imun. Pada usia lanjut, penurunan
deskuamasi dari korneosit dan retensi keratin menyebabkan kulit menjadi kasar dan
kering.
c. Jenis kelamin
Kulit kering sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan
karena wanita memiliki kulit yang lebih tipis dan wanita lebih sering menggunakan
bahan-bahan iritatif serta melakukan perawatan kulit yang dapat mengiritasi kulit.
Sedangkan kulit pada laki-laki lebih tebal sehingga laki-laki terlindungi dari paparan
sinar UV. Selain itu, keseimbangan hormon testosteron, estrogen dan progesteron
pada perempuan dan laki-laki juga berperan dalam produksi sebum. Pada wanita
menopause, produksi estrogen akan menurun sehingga kualitas kulit juga menurun
menjadi mudah rusak dan kering karena menurunnya kolagen pada dermis.
d. Penyakit kulit
e. Penyakit sistemik
Kulit merupakan gejala umum dari penyakit sistemik kronis termasuk diabetes
melitus, gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik, hipotiroid, keganasan, dan infeksi
HIV. Pada hipotiroid mensintesis lipid yang abnormal dan dapat mengurangi aktivitas
kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Prevalensi kulit kering pada diabetes melitus
sekitar 30% dan dianggap sebagai akibat dari perubahan saraf dan pembuluh darah
dan bila terjadi neuropati, kelenjar keringat akan atrofi. Kulit kering dan gatal
merupakan salah satu gejala dari gangguan penyakit hati dan ginjal. Telah dilaporkan
prevalensi kulit kering pada penderita yang mengalami hemodialisis pada gagal ginjal
sekitar 66% dan sebanyak 50% orang yang mengidap HIV mengalami kulit kering.
B. Faktor eksogen
Terlalu sering terpapar bahan kimia seperti deterjen, sabun cuci dan cairan
pembersih lantai dapat mengakibatkan struktur lipid keratin dapat mengalami proses
denaturasi yang abnormal.
c. Radiasi sinar UV
Radiasi sinar UV yang tinggi dapat menyebabkan kulit kering, penuaan dini,
keriput dan kanker kulit. Hal ini disebabkan karena sel ? Sel kulit menyerap radiasi
dan memproduksi reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak DNA dan
dinding sel.
d. Polusi udara
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa polusi udara juga mempengaruhi
integritas kulit. Polusi udara seperti asap kendaraan bermotor akan memicu proses
kimia kompleks seperti proses oksidasi berupa radikal bebas yang bersifat oksidatif.
Radikal bebas ini akan memacu kerusakan DNA pada inti sel serta memacu proses
autoimun yang menyebabkan peradangan pada kulit sehingga kulit menjadi kering.
e. Nutrisi
Kurangnya nutrisi seperti sayur, buah, suplemen dan kurangnya minum air putih
dapat mempengaruhi kondisi kulit. Protein yang terdiri dari asam amino membantu
pembentukan keratin dan kolagen. Kekurangan protein dapat mempengaruhi
kelembapan kulit. Air menjaga kelembapan kulit dari dehidrasi. Bersama dengan
vitamin E, vitamin C dapat membantu melindungi kulit dari berbagai kerusakan
akibat sinar matahari. Vitamin C juga berfungsi membentuk kolagen untuk
membentuk struktur kulit.
3. Patofisiologi
Pada keadaan normal, air mengalir secara difusi dari dermis menuju ke epidermis
melalui dua cara yaitu melalui stratum korneum dan ruang interseluler. Kulit secara
terus-menerus akan kehilangan cairan secara difusi kemudian akan menguap melalui
stratum korneum dan ruang interseluler, keadaan ini dikenal dengan transepidermal
water loss (TEWL). Stratum korneum merupakan barier hidrasi yang sangat penting
dalam mempertahankan kelembapan kulit. Bila daya pengikat air pada stratum
korneum menurun maka stratum korneum akan mengandung sedikit air sehingga
menyebabkan timbulnya skuama dan kulit kering.
3) Gangguan keratinisasi
4. Gambaran klinis
5. Tatalaksana
a. Asupan cairan. Pada usia lanjut risiko dehidrasi meningkat karena perubahan sistem
kontrol fisiologis rasa haus dan kenyang. Jumlah cairan minimal yang
direkomendasikan adalah 8-9 gelas atau 1,5 liter per hari; disarankan mengkonsumsi 1
liter lebih banyak dari jumlah yang dianjurkan, hidrasi kulit akan meningkat.
b. Sabun menghilangkan emolien alami kulit, memperberat kondisi kulit kering, dan
dapat mengiritasi. Disarankan menggunakan sabun yang mengandung pelembap.
Sabun dengan pH alkali akan merusak lapisan lipid protektif kulit melalui pemutusan
ikatan antar komponen lipid menjadi komponen larut air. Akibatnya, terjadi
peningkatan transepidermal water loss (TEWL) dan kulit kering.
2) Pelembap
Gejala dari kulit kering dapat ditangani dengan meningkatkan hidrasi stratum
korneum dengan komposisi pelembap yaitu oklusif, humektan, emolien untuk
menghaluskan permukaan kulit yang kasar. Selain merehidrasi korneosit di stratum
korneum, pelembap memiliki fungsi mengembalikan struktur dan fungsi sawar kulit.
KASUS
Seorang mahasiswa Yayuk datang ke apotik Setiabudi ingin ketemu seorang apoteker
dan mengutarakan keluhannya. Mahasiswa tersebut mempunyai keluhan kulit
ditangan sangat kering dan kadang2 merasa gatal dan kalau pas kering sekali bisa
berdarah. tapi ibu tersebut karena bekerja pada siang hari jadi ingin obatnya yang
tidak mengantuk agar tidak mengganggu akitivitas bekerja.
PENYELESAIAN
Metode ISBAR
- Identification
Nama : Yayuk
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Pegawai
- Symptom
- Kulit ditangan kering
- Gatal
- Bisa berdarah jika saat kering sekali
- Background
Pasien mengeluh kulit ditangan sangat kering dan kadang-kadang merasa gatal dan
dapat berdarah apabila kering sekali. Agar tidak mengganggu aktivitasnya ibu
meminta obat yang tidak mengantuk.
- Assesment
Kulit kering (xerosis)
- Recommendation
Harga Rp 21.687.
Kandungan Petrolatum
Harga Rp 26.000
Kontraindikasi -
DIALOG
Apoteker : “Assalamu’alaikum, selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu ?”
Apoteker : “Mungkin bisa diperjelas lagi yang Ibu rasakan seperti apa?”
Apoteker : “Baik, sebelum saya berikan berikan obat, ada beberapa hal saya
tanya dulu ya Bu..”
menyusui?”
Apoteker :“Ini pertama kali ibu merasakan kulit ibu seperti ini atau
bagaimana ?”
Apoteker : “Jika setelah mengkonsumsi obat Ibu merasakan iritasi pada kulit
misalnya, rasa panas, menyengat rasa terbakar pada kulit itu efek
samping dari obat ini. Tapi jangan khawatir, karena tidak semua
orang mengalami efek samping tersebut, jadi jarang terjadi.
Sebaiknya ibu menghentikan jika mengalaminya dan periksa ke
dokter. Untuk mempercepat proses penyembuhan saya juga
menyarankan Ibu untuk mengkompres tangan ibu dengan air hangat,
jangan menggaruknya juga. Nah kontraindikasi obat ini hipersensitif,
jadi maksudnya obat ini tidak dapat diberikan kepada orang yang
alergi terhadap obat ini.”
Apoteker : “Maaf kalau Ibu berkenan, bisa diulang kembali terkait obat yang
saya berikan ini ?”
Pasien : “Iya baik pak, jadi obatnya bentuk lotion namanya Carmed Lotion
untuk melembabkan kulit saya kering ini, cara pakainya dioleskan
1-2 kali sehari setelah mandi. Obatnya disimpan di ruangan yang
terhindar dari cahaya atau di kotak obat.
Aporeker : “Baik bu sudah benar yang ibu katakan. Jika dalam waktu 3-5 hari
Ibu merasa tidak ada perubahan atau semakin buruk kondisinya,
saya sarankan Ibu untuk segera konsultasi langsung dengan dokter
ya, Bu.”
Apoteker : “Baik kalau begitu. Ini Bu obatnya. Silakan bayar dikasir ya, Bu.
Jika sewaktu-waktu ibu ada yang ingin ditanyakan silahkan
hubungin nomor saya bu, ini kartu nama saya.”
Farage MA, Miller KW, Berardesca E, Maibach HI. Non-neoplastic disorders of the
aging skin. In: Farage MA, Miller KW, MaibachHI,editors. Textbook of
aging skin. Berlin: Springer; 2010. p.52742.
Kang BC, Kim YE, Chang MJ, Choi HD, Li K, Shin WG. Optimizing EEMCO
guidance for the assessment of dry skin (xerosis) for pharmacies. Skin Res
Technol 2014; 20: 87-91 10.
Proksch E. Dryness in chronogically and photo-aged skin. In: Loden M, Maibach HI,
editors. Dry skin and moisturizers chemistry and function.2nd ed. London:
Taylor and Francis group; 2006. p. 117-26.
Serup J. Dry skin (xerosis): clinical scoring and instrumental characterization. In:
Wilhelm KP, Elsner P, Berardesca E, Maibach HI, editors. Bioengineering of
the skin: skin imaging and analysis. 2nded. London: Informa healthcare; 2006.
p.27587.
Wasiatmadja SM. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Djuanda A, editor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. 3-8 p.