Anda di halaman 1dari 196

Ulkus Peptikum

Diagnosis
ulkus
peptikum

Tanpa komplikasi Dengan


(Diagnosis awal) komplikasi

Radiografi
Tes deteksi mendeteksi Deteksi
saluran
antibodi perdarahan penunjang
cerna atas
Mendeteksi Mendeteksi
perdarahan H.pylori
Pemeriksaan
sekretori
lambung

Hemoccult Invasif Non-Invasif


Hematokrit Hemoglobin
test

Biopsi deteksi
mukosa Kultur
Endoskopi aktivitas
atas bakteri
urease
lambung Uji
tes deteksi
untuk Ppernafasa
antibodi
histologi n urea
Pemeriksaan
Gastrin
Pemeriksaan
serum gastrin
Pemeriksaan
Asam Lambung

Tes UPD Hematokrit

Hemoglobin

Stool Hemocult
Test

Tes H. Pylori

Radiografi/Tes
Kontras Barium
Definisi
• Gastrin adalah hormon yang disekresi oleh sel – sel G
dari mukosa pylorus yang menstimulasi sekresi cairan
gaster, misalnya asam hidroklorida (HCl). Sejumlah
gastrin disekresi oleh pulau Langerhans di pancreas.
Nilai gastrin mengikuti irama sirkardian di mana nilai
tertinggi terjadi pada siang hari, khususnya setelah
makan.
• Kadar gastrin serum Normal:
Dewasa: Puasa < 100 pg/mL. Tidak Puasa 50
-200 pg/ml
Anak < 10-125 pg/mL

Sumber : Kee, 1997


Kadar Gastrin Serum Puasa dan
Dirangsang pada Berbagai Keadaan

• Rangkaian Uji kadar gastrin serum hendaknya diukur jika ada gambaran
klinis sindromadan keadaan – keadaan sebagai berikut (Speicher, 1996)
• Sekresi asam basal >10 mEq/jam pasa pasien – pasien dengan lambung yang
tidak menunjukkan lesi (utuh)
• Rasio curah asam lambung basal dan pasca stimulasi > 40 persen pada
pasien dengan lambung yang tidak mengalami lesi (utuh)
• Pasien dengan ulserasi berulang setelah tindakan bedah tukak duodenum
• Pasien dengan tukak duodenum yang direncanakan untuk bedah lambung
efektif
Cara pengukuran Gastrin
(Kee, 1997)
1. Tahap persiapan
• Pasien dilarang minum alkohol selama 24 jam sebelum tes.
• Pasien dilarang makan selama 12 jam sebelum tes.
• Pasien dilarang makan atau minum apa pun yang mengandung kaffein seperti
kopi, selama 12 jam sebelum tes.
• Pasien dilarang mengunyah permen karet atau asap rokok selama 4 jam sebelum
tes.
• Anda dapat minum air sebanyak yang Anda inginkan sampai 1 jam sebelum tes.
• Pasien dilarang meminm obat yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran gastrin

2. Tahap pengukuran
• Ambil 10 mL darah vena
• Untuk pemeriksaan stimulasi gastrin, masukkan infuse kalsium glukonat selama 3-
4 jam. Contoh darah diambil setiap 30 menit sampai 1 jam selama diinfus.
• Untuk pemeriksaan sekresi, masukkan infuse sekretin selama 1 jam. Ambil contoh
darah sebelum pemeriksaan kemudian setiap 15-30 menit selama 1 jam
• Ukur gastrin dalam plasma melalui metode radioimmunoassay (RIA)
Alat – alat dalam pengukuran Gastrin

Alat Radioimmunoasssay Jarum Suntik

Tube wadah
darah
Nilai
No. Parameter
Normal
20-107
1. Pepsinogen I (PG I)
mg/L
2. Pepsinogen II (PG II) 3-19 mg/L
Rasio Pepsinogen
3. 4:1
I/II
• Pepsinogen merupakan pro-enzim yang inaktif dari enzim-
enzim pencernaan
• Pepsinogen dapat digunakan sebagai biopsy serologi
untuk mengetahui adanya inflamasi mukosa gaster
• Pesinogen terdiri dari 2 macam yaitu :
1. Pepsinogen I (PG A) yang diproduksi oleh sel chief dan sel
leher mukosa dalam kelenjar-kelenjar fundus dan korpus.
2. Pepsinogen II (PG C) yang diproduksi pada sel chief, sel-sel
kelenjar pilorus dan kelenjar Brunner.
• Rasio PG I/II merupakan parameter yang sensitivitas dan
spesifisitasnya (99% dan 94%) paling baik untuk
menentukan diagnosis mukosa normal dan beratnya
gastritis.
• Peningkatan kadar pepsinogen dapat dilihat pada
pasien dengan kondisi penyakit yang menyebabkan
peningkatan output lambung atau dengan
peningkatan massa sel parietal, yaitu, gastrinomas,
sindrom Zollinger-Ellison, penyakit ulkus duodenum
dan gastritis akut dan kronis.
• Penurunan kadar pepsinogen berhubungan dengan
keadaan penyakit yang ditandai dengan penurunan
massa sel parietal, gastritis yaitu atrofi dan
karsinoma lambung serta pada pasien dengan
myxedema, penyakit Addison dan hipopituitarisme.
• Rendahnya konsentrasi PG I dan rasio PG I/II sering
dikaitkan dengan adanya gastritis atrofi.
Kadar Pepsinogen dapat diukur
menggunakan immunoassay (ELISA).
Antibodi monoklonal spesifik PG II manusia yang
melekat pada polistiren mengikat permukaan
molekul PG II yang ada dalam sampel.

Wells dicuci untuk menghilangkan sisa sampel.

Antibodi deteksi HRP-terkonjugasi ditambahkan


ke dalam wells dan mengikat molekul PG II.

Well dicuci dan substrat TMB ditambahkan. Substrat


akan teroksidasi oleh enzim dan memproduksi produk
akhir berwarna biru.

Reaksi enzim dihentikan dengan stop solution. Larutan


dalam microwell harus menguning. Intensitas warna
kekuningan yang dikembangkan secara langsung
berhubungan dengan konsentrasi PGII sampel.ell
dicuci dan substrat TMB ditambahkan. Substrat akan
teroksidasi oleh enzim dan memproduksi produk akhir
berwarna biru.
• Asam lambung merupakan cairan tidak bewarna dengan
pH sangat asam (kurang dari 2,5) yang mengandung asam
klorida (HCl), elektrolit, enzim dan mukus.
• Asam lambung disekresikan oleh sel parietal di lambung
dalam merespon stimulasi neurologi dan hormonal.
• Asam lambung disekresikan selama fasa pencernaan
untuk pemecahan protein dan absorpsi vitamin B12, asam
folat dan besi.
• Pada kondisi tumor, penyakit ulkus, atau anemia
pernisiosa, sekresi asam lambung oleh sel parietal dapat
berubah
↑ Meningkat ↓ Menurun
• ulkus duodenum, ulkus • achlorhydria, anemia
lambung, pyloric ulcer, pernisiosa, Crohn’s
sindrom Zollinger-Ellison disease, atropi gastrik,
• penggunaan obat : bloker neoplasma gastrik, ulkus
adrenergik, alseroxylon, gastrik, gasthritis,
kafein, garam kalsium, • penggunaan obat :
kolinergik, seperti antasida,
kortikosteroid, antikolinergik, beta
deserpidin, etanol, bloker, simetidin,
rescinnamine dan famotidin, nizatidin,
reserpin ranitidin HCl dan
antidepresan trisiklik.
Metode pemeriksaan
• Pentagastrin dan tetragastrin
tes
Invasif • Endoskopi gastrin tes
• Intragastric pH measurement

• Tes pewarnaan
• Heidelberg capsule
Noninfasif
BAO,MAO,PAO
• BAO,MAO,PAO ; merupakan nilai yang di dapat
untuk memperlihatkan kinerja sel parietal
dengan kadar asam lambung perjam (mmol/h)
• BAO (basal acid output)  kondisi pada saat
lambung tidak terstimulasi
• MAO (maximal acid output)  total eksresi
asam lambung setelah pemberian 1 jam setelah
pemberian stimulan dosis tinggi
• PAO (Peak acid output)  rata-rata tertinggi
dari sekresi asam lambung setelah di stimulasi
Endoskopi gastrin tes
• Stimulasi asam lambung dengan gastrin

Setelah
Puasa dalam Endoskopi endoskop
waktu 4-6 jam dilakukan 15 dimasukkan ke
sebelum tes,
injeksikan menit setelah dalam lambung,
dilakukan kemudian cairan
gastrin secara
injeksi gastrin asam lambung
SK, IM, atau IV
dikeluarkan.

Cairan yang diambil adalah cairan asam


lambung yang disekresikan dalam waktu 20-
30 menit setelah injeksi gastrin
Pentagastrin dan tetragastrin tes
• Pentagastrin dan tetragastrin adalah senyawa
kimia analog gastrin yg dapat mestimulasi
pengeluaran asam lambung
• Indentifikasi hasil di lihat dari BAO,MAO,dan
PAO
• Dosis pentagastrin  6 μg/kg
• Dosis tetragastrin  4 μg/kg
Prosedur pengujian

Endoskopi Setelah endoskop


Puasa dalam waktu dimasukkan ke dalam
4-6 jam sebelum tes, dilakukan 15 lambung, kemudian cairan
injeksikan menit setelah asam lambung dikeluarkan.
Cairan yang diambil adalah
pentagastrin/tetra dilakukan injeksi cairan asam lambung yang
gastrin secara SK, pentagastrin/tetra disekresikan dalam waktu
20-30 menit setelah injeksi
IM, atau IV gastrin pentagastrin/tetragastrin
Tabel kadar gastrin
Intragastric pH measurement
• Mendapatkan nilai pH
dalam saluran
pencernaan
• Pelaksanaan metode
mirip endoskopi
• Perbedaan hanya pada
ujung alat endoskopi di
ganti dengan elektroda
untuk mengetahui nilai
pH
Noninvasif
Tes Pewarnaan
• Di perkenalkan Segal tahun 1950
• Dengan sistem pertukaran kation
• Zat yang di gunakan : azure A dye di
kombinasikan resin penukar kation (diagnex
blue )
• Warna akan muncul pada pH 3.2 dan
maksimal muncul pd pH 1.5
Heidelberg capsule
• Di perkenalkan pd tahun 1960-an oleh Noeller
• Menggunakan kapsul radio telemtery pH-sensitif
( dikenal dengan nama Heidelberg kapsul)
• Kapsul tersebut berisi sebuah baterai , pH sensor
dan radio transmiter.
• Sistem kerja kapsul ini akan masuk kedalam
tubuh dan mengecek pada lambung kadar asam
lambung yg akan terlihat hasilnya pada monitor
penangkap gelombang radio
Deteksi Pendarahan
1 Pemeriksaan Hematokrit

2 Pemeriksaan Hemoglobin

3 Hemoccult Test
Pemeriksaan Hematokrit
• Hematokrit adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengestimasi volume sel darah merah pasien dan
juga kapasitas darah dalam membawa oksigen.
• Pengukuran hematokrit sangat berguna dalam
skrinning anemia akibat penyakit tertentu, evaluasi
terapi anemia, memperkirakan darah yang hilang
akibat perdarahan (hemorrhage) atau trauma, dan
skrinning donor darah potensial.
Pemisahan elemen seluler darah dari
plasma dengan menggunakan sentrifugasi.

• Setelah darah disentrifugasi pada pipa kapiler, sel darah merah akan
mengendap pada bagian bawah pipa, sedangkan sel darah putih
akan membentuk lapisan tipis diatas lapisan sel darah merah.
Lapisan-lapisan yang terbentuk dari sentrifugasi disebut sebagai
packed cell column. Lapisan yang mengandung sel darah putih dan
platetlet memiliki warna putih kecoklatan sehingga disebut buffy
coat.
• Normal :
– Pria = 39-49%
– Wanita = 35-45%
Peralatan
• Pisau bedah steril
• Alkohol pad
• Pipa kapiler
mikrohematokrit (telah
diberi heparin)
• Sentrifugasi
mikrohematokrit
• Mikrohematokrit reader
• Sealing crit
• Peralatan untuk prosedur
venipuncture meliputi
tourniquet, jarum, tabung
yang telah mengandung
antikoagulan
Mikrohematokrit reader
• Merupakan alat untuk mengukur presentase kolom sel darah
merah pada hematokrit dibandingkan dengan kolom totoal.
Pembaca mikrohematokrit mengukur presentase fraksi
langsung dan bukan panjang dari kolom atau pipa
mikrohematokrit. Terdapat tiga tipe skala, kartu pembaca
hematokrit, pembaca mikrohematokrit bentuk spiral, dan
pembaca mikro-hematokrit bentuk sirkular.
Prosedur
1. Untuk hematokrit yang diperoleh dari ujung jari, sapukan ujung jari
dengan alkohol pad pada jari di tangan yang tidak dominan (jari ketiga,
keempat dan kelima tangan kiri). Goreskan ujung jari dengan penusuk/
lanset steril. Spesimen juga dapat diambil pada daun telinga dan pada
telapak kaki untuk bayi.
2. Letakkan tabung hematokrit
didekat ujung jari untuk
mengalirkan darah hingga
darah mencapai tanda pada
tabung/pipa atau sekitar ¾
bagian tabung. Lakukan hingga
terdapat tiga buah tube untuk
diukur.

3. Untuk pengambilan sampel uji


melalui venipuncture, ambil
darah dan masukkan ke dalam
tabung yang telah berisi
antikoagulan (larutan garam
dikalium EDTA) dan
campurkan. Tube harus di
tutup menggunakan sealing
crit.
4. Untuk pipa kapiler, Tutup
pipa kapiler dengan
menotolkannya
menggunakan wax.

5. Letakkan tube pada alat


sentrifugasi
mikrohematokrit lalu
sentrifugasi selama 3-10
menit dengan kecepatan
maksimum untuk
membuat darah
memisah. Bagian wax
menghadap keluar dan
sentrifugasi harus
diseimbangkan
6. Ukur panjang mikrohematokrit pada bagian
volume sel derah merah menggunakan
mikrohematocrit reader yang dipilih. Misalnya
menggunakan prosedur pembacaan sederhana
manual dengan menggunakan penggaris.
7. Hasil yang terukur kemudian dibagi dengan
panjang total dari darah (sel dan plasma).
Untuk mengetahui nilai hematokrit, kalikan
hasil pembagian tersebut dengan 100%.
Lakukan perhitungan rata-rata dari ketiga hasil
mikrohematokrit yang terukur.
Contoh
• Misalnya: panjang dari
sel darah merah pada
hematokrit adalah 20
mm dan panjang total
darah 50 mm, maka nilai
hemaokritnya adalah
20/50 = 0,4 x 100% =
40%. Nilai hematokrit
juga dapat diperoleh dari
konversi nilai Hb dengan
menggunakan rumus Hct
= Hb x 3.
Rentang % (Persen
Pasien Rentang Satuan SI (L/L)
Hematokrit)

Wanita Dewasa 36-46 0,36-0,46


Pria Dewasa 41-53 0,41-0,53
Bayi baru lahir 51-61 0,51-0,61
Anak Usia 1 32-38 0,32-0,38
tahun
Anak Usia 6 34-42 0,34-0,42
tahun
Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hemoglobin
• Pemeriksaan Hb
dilakukan untuk
mengetahui kadar Hb Nilai normal Hb:
dalam darah.
Wanita : 12-16 gr / dl
• Tes ini digunakan untuk Pria : 14-18 gr / dl
mengetahui apakah Anak : 10-16 gr / dl
seseorang yang
menderita ulkus peptik Bayi baru lahir : 12-24 gr / dl
telah mengalami anemia
akibat pendarahan yang
terjadi pada saluran GIT.
Metode Penetapan Kadar Hemoglobin

Sahli Kolorimetri

Sianmethemoglobin

Oksihemoglobin
Perubahan hemoglobin
menjadi asam hematin yang
berwarna coklat,
akibat hidrolisis oleh
asam klorida 1 N
Tabung sampel
Batang pengaduk
Selang

Wadah
HCl 0,1 N

Sikat
pembersih
Hemometer Sahli
1 2 3

Masukkan ke dalam
Masukkan HCl 0,1 N Ambil sampel darah
HCl 0,1 N, kocok

4 5

Tambahkan HCl 0,1 N,


Cocokkan warna
aduk
+ HCl 0,1 N
Kelebihan Kekurangan
Murah Subjektif

Mudah Butuh kalibrasi


Proses pengerjaan harus
Tidak perlu listrik
tepat
Dapat menjadi metode
alternatif yang mudah Waktu pengerjaan terbatas
dilakukan

Alat butuh perawatan


Metode Sianmethemoglobin
Sianmethemoglobin

Larutan uji mengandung


Kalium ferisianida
(K3Fe(CN)6)
dan
Kalium sianida (KCN)
Keuntungan metode
sianmethemoglobin adalah:

1. Dapat mengukur seluruh bentuk


hemoglobin kecuali sulfhemoglobin
2. Dapat dengan mudah diperoleh
standarnya
3. Drabkin solution sangat stabil bila
disimpan pada botol tertutup dan
berwarna agar terhidar dari cahaya.
REAKSI

Hb (Fe2+)

K3Fe(CN)6

Methemoglobin (Fe3+)

KCN

Sianmethemoglobin
• Prinsip dari metode ini adalah saat darah
tercampur dengan larutan yang mengandung
Kalium Ferisianida (K3Fe(CN)6) dan Kalium
Sianida (KCN), (K3Fe(CN)6) akan mengoksidasi
Fe2+ dalam darah menjadi Fe3+ .
• Hasil dari oksidasi ini akan membentuk
methemoglobin.
• KCN yang berikatan dengan methemoglobin
akan membentuk sianmethemoglobin,
komponen yang stabil.
• Saat diukur secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 540 nm dan lihat hasil
serapannya, kemudian hitung konsentrasi
sianmethemoglobin dengan bantuan
persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi
standar.
• Pada perhitungan, 80 mg/dL
sianmethemoglobin standar ekuivalen dengan
20 g/dL hemoglobin.
Kemungkinan kesalahan dalam pengujian
dengan metode sianmethemoglobin:

• Pipet yang tidak akurat


• Menggunakan kuvet yang kotor
• Hemoglobin belum bereaksi sepenuhnya
dengan reagen saat membentuk
sianmethemoglobin
• Reagen yang sudah menurun mutunya
OKSIHEMOGLOBIN
DEFINISI-TUJUAN
Metode yang paling sederhana dan tercepat untuk
diagnosis umum menggunakan fotometer atau
kolorimeter.

Kerugian dari metode ini ialah kesulitan untuk


mempersiapkan standar HbO2 yang stabil, sehingga
kalibrasi instrumen ini harus diperiksa secara teratur
menggunakan larutan standar HiCN atau standar
sekunder darah atau lisat.

Kelebihan metode ini ialah tidak terpengaruhnya


pengujian oleh kenaikan bilirubin dalam plasma,
tetapi hasilnya tidak memuaskan apabila didalam
darah terdapat HbCO, Hi atau SHb.
PHOTOELECTRIC COLORIMETER
1) Wavelength selection
2) Printer button
3) Concentration factor
adjustment
4) UV mode selector
(Deuterium lamp)
5) Readout
6) Sample compartment
7) Zero control (100% T)
8) Sensitivity switch
9) ON/OFF switch
STANDAR
Standar yang digunakan merupakan spesimen darah normal
antikoagulan.

Konsentrasi Hb ditentukan dengan metode HiCN. Darah


diencerkan 1: 201 (20 ml darah dalam 4 ml amonia) absorbansi
diukur dengan spektrometer pada panjang gelombang 540 nm
atau fotometer menggunakan filter kuning-hijau (Ilford 625).

Jenis filter cahaya yang digunakan akan mempengaruhi uji dari


fotometer. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan jenis
cahaya yang dipilih terhadap standar pembanding HiCN dalam
fotometer yang akan digunakan.
SAMPEL UJI
Cuci 20 ml darah dalam tabung yang berisi 4 ml larutan amoniak 0,4
ml/l (berat jenis 0.88) untuk memperoleh pengenceran 1:201.
Gunakan stopper dan campur keduanya dengan membalik tabung
beberapa kali

Larutan dari HbO2 dibandingkan terhadap standar menggunakan


spektrometer pada panjang gelombang 540 nm atau fotometer
dengan filter kuning-hijau (misalnya, Ilford 625)

Jika absorbansi larutan hemoglobin melebihi 0,7, perlu dilakukan


pengenceran terhadap darah lebih lanjut dan mengulang pembacaan
PERHITUNGAN
Hb (g/l) =

• Jika metode HiCN tidak tersedia, filter abu-abu netral


dengan densitas 0,475 (Ilford atau Chance) dapat
digunakan sebagai standar kalibrasi.

• Hal ini dilakukan terhadap hasil pengenceran 1: 201


darah dengan konsentrasi hemoglobin 146 g/l dalam
kuvet 1 cm pada panjang gelombang 540 nm
Hemoccult Test
• Tes skrining yang
sederhana dan sangat
sensitif untuk mendeteksi
keberadaan darah dalam
feses bahkan sebelum
dapat terlihat dengan
mata telanjang.
• Umumnya tes ini
menggambarkan apakah
sudah terjadi pendarahan
di saluran GIT. Test Card, Front View
PRINSIP
• Card test berupa kertas putih yang telah
diresapi dengan resin guaiac yang akan
membiru setelah penambahan hemoglobin
dan hidrogen peroksida (H2O2).

Guaiac Resin + Heme + H2O2 blue color


PERALATAN

• Hemoccult ® Test Card


and Developer
• Keduanya memiliki
tanggal kadaluarsa yang
terpisah.
Jangan gunakan jika
telah melewati tanggal
kadaluarsa

Developer
SAMPEL
• Hemoccult tes hanya
membutuhkan sedikit
spesimen feses.
• Spesimen tersebut
diaplikasikan pada Hemoccult
card berupa olesan tipis
dengan menggunakan
aplikator yang telah disediakan
atau sarung tangan, seperti
yang ditunjukkan di sini.
• Oleskan sampel pada kedua
kotak A dan B jika terdapat
feses dari daerah yang
berbeda.
PENGUJIAN
• Tunggu 3-5 menit setelah • Untuk memaksimalkan akurasi,
mengoleskan sampel, untuk beberapa tindakan pencegahan
memastikan waktu yang cukup khusus yang disarankan:
agar sampel dapat menembus 1. Jangan mengumpulkan sampel
kertas tes. selama periode menstruasi Anda
• Buka bagian belakang kertas (atau sampai 3 hari setelah masa
tersebut, kemudian tambahkan 2 menstruasi), atau saat Anda
tetes Hemoccult developer mengalami wasir pendarahan
langsung di atas setiap olesan atau darah dalam urin Anda.
tersebut. 2. Selama 3 hari sebelum pengujian,
• Baca hasil dalam waktu 60 detik. hindari Vitamin C tablet, tablet
Jika terdapat bercak biru pada zat besi, daging merah, brokoli
tepi olesan menunjukkan hasil mentah, kembang kol, lobak,
positif adanya darah yang wortel, lobak, dan melon.
tersembunyi pada feses.
Hasil positif : Apabila
Hasil negatif: Apabila tidak
dihasilkan warna biru pada
dihasilkan warna biru pada
spesimen tinja. Hasil ini
spesimen tinja maka tidak
menunjukkan bahwa darah
ada darah pada specimen
ada dalam spesimen tinja
tinja (normal)
(abnormal)
PERHATIAN

• Hasil tes negatif dapat pula disebabkan karena


penggunaan suplemen vitamin C.
• Hasil positif palsu dapat diperoleh pada orang
sehat karena gangguan makanan (daging merah),
atau obat-obatan (NSAID, kortikosteroid,
antikoagulan, kemoterapi kanker, dan lain-lain).
• Jangan gunakan Hemoccult untuk menguji
sampel lambung, karena lingkungan normal
lambung (pH, dll) dapat mempengaruhi hasil tes.
Deteksi Helicobacter pylori
Untuk Pengujian adanya Helicobacter
Pylori bisa dengan
ENDOSKOPI maupun
NON ENDOSKOPI
Uji Endoskopi bagian atas: Lebih mahal, tidak
nyaman, membutuhkan biopsi mukosal untuk
histologi, kultur, atau deteksi aktivitas urease.

Direkomendasikan untuk mengambil 3 sampel dari area spesifik pada lambung.


Beberapa pengobatan akan menurunkan sensitifitas uji, antibiotik dan garam bismuth harus
ditunda selama 4 minggu dan PPIs selama 1-2 minggu
TES H. Pylori
Lab
Serologi
Langsung
Non-Endoskopi Urea Breath Test

Stool Antigen test


Tes H. Pylori
Hispatologi

Endoskopi Kultur

Biopsi rapid urea


test
Endoskopi
Endoskopi

Endoskop  tabung fleksibel + kamera (teleskopi)


memeriksa bagian dalam saluran pencernaan

Esophagus-
Ulkus
gastroduo
Peptikum
denoscopy
Tujuan Endoskopi
• ada tidaknya ulkus dalam lambung
• Lokasi dan ukuran ulkus
• Lesi pada mucosal saluran
percernaan bagian atas
• Biopsi dan untuk mendapatkan
gambaran histologi saluran
pencernaan
Persiapan Endoskopi

puasa (makan,minum) selama 6-8 jam

anastesi faring (lidokain atau benzokain)


 kenyamanan pasien

sedatif intravena (meperidin hidroklorida, diazepam, lorazepam,


dan midazolam hidroklorida)  kenyamanan pasien

Obat antimuskarinik (atropine sulfat)


- peningkat frekuensi denyut jantung pasien,
- antispasmodik (mengurangi pergerakan duodenal dan kolon)
Endoskop

(Sumber : Management of Acute Bleeding from Peptic Ulcer)


Prosedur Endoskopi
1) Pasien diberi anestetik cair lokal  melumpuhkan kerongkongan
dan melemaskan refleks menelan. Jika diberi sedatif  secara IV
melalui vena di lengan  membantu pasien untuk tetap tenang dan
merasa nyaman.
2) Monitor tanda-tanda vital pasien.
3) Pasien berbaring telentang atau menyamping di meja pemeriksaan
 endoskop secara perlahan dimasukkan melalui esofagus hingga
ke bagian dalam perut dan duodenum.
4) Kamera kecil pada endoskop  menampilkan gambaran kondisi
bag. dalam saluran cerna.
5) Udara dipompakan melalui endoskop untuk mengembangkan perut
dan duodenum  mempermudah pengamatan dalam endoskopi.
6) Pada endoskop juga terpasang suatu alat yang dapat digunakan
untuk melakukan biopsi, menghentikan perdarahan, dan
mengangkat pertumbuhan abnormal yang terdapat pada saluran
cerna.
Gambaran Hasil Endoskopi

IA
Perdarahan akut
Gambaran hasil endoskopi IB
ulkus peptikum II A
II B Akan terjadi perdarahan
(Sumber : Pharmacology, A II C
Pathophysiologic Approach)
III Bersih
Kontraindikasi
• pasien dengan penyakit respirasi akut,
• gagal jantung, dan
• suspected perforated viscera.

Pasien diabetes mellitus, mengonsumsi obat-


obatan jantung, dan obat pengencer darah 
berkonsultasi dengan dokter
Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan Histologi

• Gold Standar
• Sensitifitas > 95%
• Tidak direkomendasikan
untuk diagnosa awal
• Tes untuk H. Pylori aktif
• Antibiotik, Bismut, dan PPI 
hasil negatif palsu
Pemeriksaan Histopatologi

Spesimen Biopsi

Fiksasi dalam buffer formalin 4%


(satu malam)

Tanam dalam parafin

Pewarnaan dengan
hematosilin-eosin • Jika (+) H. Pylori  densitas bakteri
dihitung secara semikuantitatif, skala
Pemeriksaan mikroskop dengan ordinal (0 - 3) oleh ahli patologi.
perbesaran 3400x
Sumber: Laboratorium Histologi dan Biologi Sel FK UGM
 http://fk.ugm.ac.id/histologycellbiology
Sumber: Laboratorium Histologi dan Biologi Sel FK UGM
 http://fk.ugm.ac.id/histologycellbiology
Sumber: Griniatsos, J., et al., 2009
Rapid Urease Test
 Identifikasi infeksi Helicobater pylori melalui
aktivitas enzim urease, < 24 jam

Media + Enzim urease


spesimen bekerja
PRINSIP

Perubahan Perubahan
warna media pH
Tempat sampling :
• 2 tempat di atrium
• 2 tempat di korpus
• 1 tempat di insisura angularis.
Kertas
MEDIA Cakram
Gel
Kandungan
Urea

Indikator warna

Bakteriostatik
Tahapan pengujian RUT

1. Penyiapan kit rapid urease test


2. Pengambilan spesimen biopsi lambung dari
pasien.
3. Spesimen biopsi segera diletakkan pada kit
dan tunggu hingga muncul hasilnya.
No. KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Sensitivitas : 96% Negatif palsu pada anak-anak dan acute
ulcer bleeding karena koloni bakteri yang
2. Selektifitas: 90% lebih sedikit

3. Tidak mahal Sensitivitas berkurang signifikan pada


pasien yang telah mendapatkan terapi.
Terapi PPI, antibiotik dan senyawa
4. Hasil cepat
bismuth

Pasien harus menghentikan terapi


PPI, antibiotik atau senyawa
bismuth selama 1-2 minggu
sebelum rapid urease test
CONTOH KIT

1. CLOtest
• Media: gelurea, indikator pH dan
bakteriostatik.
• Perubahaan warna : kuning merah jambu atau
merah (12 - 24 ja)
• Sensitifitas: 95%
• Selektifitas: 98%
2. AMA RUT 1

• Media: cakram.
• Ukuran spesimen biopsi ≤
2mm
• Perubahan warna kuning 
biru
Analisis data kit AMA RUT 1
3. PyloriTek
• Media: kertas.
• Perubahan warna : kuning  biru gelap/ungu.
• Kelebihan yaitu
– terdapat blangko positif pada setiap kit
sebagai perbandingan
– dapat terdiri dari 3 sampel spesimen..
• Sensitifitas : 89%
KIT

Bagian dalam
I diletakkan Kit dilipat
sampel

Chamber

Bagian dalam
II 16 menit :
ditetesi oleh
cairan hidrasi pengamatan

Positif Tunggu 1 jam


Negatif
Berupa Tablet 4. Jatrox

Spesimen Larutan
biopsi media
Kultur Bakteriologi
Kultur Bakteriologi
Salah satu cara yang terbaik
untuk menegakkan diagnosis
untuk setiap infeksi bakteri
termasuk Helicobacter pylori.
Helicobacter pylori dapat dibiak
dari sampel jaringan biopsi
lambung dan duodenum.
Teknik Kultur Helicobacter pylori
Stuart’s Transport Medium (STM)
Pylori gelose (Bio-Merieux)

Pisau Scalpel
media transpor
Spesimen biopsi Stuart/Stuart’s Transport
(sampel) Medium (STM) atau
saline (larutan garam)

disebarkan pada Pylori Spesimen biopsi


gelose (Bio-Merieux) dipotong secara aseptis
khusus H. pylori dengan menggunakan
pisau scalpel dalam 0,5
ml media pepton cair

di inkubasi pada suhu


37oC dalam Campijar Plat Gelose diinkubasi
((Bio-Merieux) kondisi sampai koloni bakteri
mikroaerofilik tampak
Plat harus diperiksa setiap hari dari 3
sampai 7 hari dalam KASUS BARU, dan

selama 10 sampai 14 hari untuk KASUS


PASCA-PERAWATAN

Hasil kultur dinyatakan negatif jika tidak


ada tampak pertumbuhan koloni bakteri
dalam waktu tujuh hari (KASUS BARU)
bila ada, segera
setelah koloni Helicobacter pylori
tumbuh, dilakukan

identifikasi
Helicobacter pylori
Koloni Gram negatif
dengan menggunakan
pewarnaan Gram

uji biokimia berupa uji


uji biokimia yang
aktivitas urease,
positif
katalase dan oksidase.

mikroorganisme
(bakteri) memiliki
bentuk yang
melengkung
Pewarnaan Helicobacter pylori
Setelah isolasi, strain dibekukan
dalam media pepton cair
dilengkapi dengan 25% gliserol
atau dapat dibekukan dalam
brain heart infusion (BHI)
glyceral pada -70 ° C untuk
beberapa bulan.
Kelebihan Metode Kultur

Dapat dilakukan uji


sensitivitas terhadap
Dapat menentukan jenis
antibiotik , terutama
antibiotik yang tepat
pada bagi pasien dengan
untuk digunakan
infeksi persisten dengan
kegagalan terapi
Kekurangan Metode Kultur

Teknik kultur
memerlukan adanya risiko
ini sulit karena
waktu yang pertumbuhan
memerlukan
jenis cukup lama berlebih
suasana media
pemeriksaan dan intensif maupun
yang
yang tidak dan personil kontaminasi
mikroaerofilik
praktis yang terlatih yang
(5% oksigen
dan membuatnya
dengan 5-10%
termotivasi kurang sensitif
CO2)
RANGKUMAN
Karakteristik
Histologi Kultur Biopsy rapid urease
Utama
Pemeriksaan HP urease menghasilkan
Deskripsi mikrobiologi dengan Kultur biopsi amonia  perubahan
pewarnaan warna
Kecepatan Tidak Tidak Cepat
Invasif Parah Parah Ya
Sampel Jaringan Jaringan Jaringan
Kemudahan Tidak Tidak Mudah
Deteksi Infeksi Aktif HP
100% spesifik. Tes
sensitif untuk
Sensitivitas >95 % (Gold Standard) menentukan terapi >90 %
yang tepat atau
resistensi antibiotik
Sensitif dan Spesifik Dapat digunakan Mudah dan hasil cepat
Kelebihan dapat mengetahui setelah kegagaln terapi
(24 jam). Tes pilihan
klasifikasi gastritis lini kedua untuk endoskopi
Tes mungkin memberi
Tidak Tidak
hasil yang krg akurat
Kekurangan direkomendasikan direkomendasikan
pada pendarahan ulkus
untuk diagnosis awal untuk diagnosis awal
aktif
Antibiotik, Bismuth, dan PPIs mungkin menyebabkan hasil negatif yang salah
Kapasitas Teknis GI endoskopist GI endoskopist GI Endoskopis
Non-
Endoskopi
Urea Breath Test (UBT)
adalah pemeriksaan yang
dilakukan terhadap infeksi
H.pylori secara non invasif
yang pertama kali
dikemukakan oleh Graham
dan Bell (1987).

1.Pemeriksaan bersifat
non invasif
2.Menggunakan isotop
Carbon (13C ataupun
14C)
Prinsip Kerja
Jika ada maka akan terdeteksi dengan
Aktivitas menghasilkan isotop Carbon yang
urease dari diserap dan dikeluarkan melalui
si H.pylori pernapasan.

Perbandingan
kenaikan ekskresi Interpretasi
isotop dengan hasil
pembanding nilai
dasar
Cara kerja UBT
4. Dibutuhkan alat mass
1. Bila pada pemeriksaan spectrometer untuk
hasilnya menunjukkan mengukur kadar isotop 13C.
positif berarti terdapat 5. Dilakukan pemberian tes
infeksi si H.pylori . meal sebelum pengukuran
2. isotop C merupakan kadar isotop.
isotop yang nonradioaktif, 6. Biasanya dosis penggunaan
13C (bentuk urea) → 75-
ditemukan pada 1,11% 100mg.
CO2 yang keluar melalui 7. Isotop 14C menggunakan
udara pernapasan scintillation counter untuk
normal. penganalisaan.
3. Dianggap + → jika terjadi 8. Tidak dianjurkan pada
↑ min. 0,01% kadar perempuan hamil atau anak-
anak.
isotop.
• Dalam hal akurasi, kedua cara ini setara dengan
sensitifitas dan spesifisitas ± 90%.
• Hasil positif palsu harus sering
dipertimbangkan bila diduga ada kemungkinan
M.O lain yg menghasilkan urease pada keadaan
aklorhidrida.
• Hasil negatif palsu dapat terjadi jika pasien
mendapat AB, antacid, bismuth, atau anti
sekresi asam.
13C 14C urea breath test H. pylori
Urea Breath Test Kit for
analyzer
H. pylori analyzer
Test Kit for H. Pylori(13C Urea Breath Testing)
Test Kit for H. Pylori(14C Urea Breath Testing)
Breath Bag
TES
ANTIBODI
SEROLOGI
(ELISA)

Diagnosis Ulkus Peptikum terhadap


Helicobacter Pylori (Non-Endoskopi)
PENDAHULUAN
• Tes antibodi seologi digunakan untuk
mengetahui infeksi kuman Helicobacter pylori
yang diketahui dari pemeriksaan antibodi
terhadap H. pylori IgG.

• Pemeriksaan serologi IgG H.pylori memiliki


sensitivitas 85% dan spesifitas 79%.
PRINSIP PENGUJIAN DENGAN METODE
ELISA
• Apabila terdapat infeksi H. pylori maka sistem kekebalan
tubuh akan memunculkan reaksi melalui produksi
immunoglobulin (IgG) terhadap antigen spesifik
organisme.
• Antibodi ini bisa terdeteksi dalam serum atau sampel
darah yang dengan mudah diperoleh.
• Keberadaan antibodi IgG terhadap H. pylori bisa dideteksi
dengan menggunakan pengujian biokimia.
JENIS-JENIS TES ANTIBODI SEROLOGI
(ELISA)

Deteksi Antibodi
Deteksi Antibodi (yang dilakukan
(berdasarkan langsung dekat
laboratorium) pasien/rapid
test)
DETEKSI ANTIBODI (BERDASARKAN
LABORATORIUM)
Mendeteksi antibodi H. pylori dalam serum (di Amerika hanya
antibodi anti-HP IgG yang diterima oleh FDA yang boleh digunakan).

kurang sensitif dan spesifik lebih akurat daripada tes yang


kuantitatif jika dibandingkan dengan tes dilakukan langsung dekat
endoskopik dengan pasien (rapid test)

titer antibodi sangat


tidak dapat membedakan
bervariasi di setiap individu,
apakah antibodi tersebut tidak berpengaruh kepada PPI
butuh 6 bulan sampai 1 tahun
untuk infeksi aktif atau infeksi atau bismuth
untuk mengembalikan ke
yang menyembuhkan
kisaran yang tidak terinfeksi
antibiotik dapat diberikan
dengan indikasi yang tidak
berkaitan tetapi tes antibodi
akan tetap memberikan hasil
positif.
DETEKSI ANTIBODI (RAPID TEST)
Mendeteksi antibodi H. pylori dalam
keseluruhan bagian darah.
cepat (waktu yang dibutuhkan
kualitatif
sekitar 15 menit)

tidak dapat membedakan kebanyakan pasien tetap


apakah antibodi tersebut seropositif untuk minimal 6
untuk infeksi aktif atau infeksi bulan hingga 1 tahun paska
yang menyembuhkan eradikasi HP

tidak terpengaruh oleh PPI,


bismuth, atau antibiotik.
STOOL ANTIGEN TEST
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg)
Tes
(HpSAg) merupakan enzim immunoassay dari
salah satu tes non-endoskopi yang digunakan
pada pemeriksaan antigen H. pylori dari
keseluruhan campuran sel lysate yang telah
dimurnikan.

Dilakukan untuk langsung membedakan antara


infeksi aktif dan laten kuman H. pylori
Menurut Food and Drug Administration (FDA)
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg) Tes
dapat digunakan untuk :

Diagnosa pasien yang terinfeksi H. pylori aktif dengan


gejala (deteksi awal)

Memantau keefektivitasan terapi dengan antibiotik selama


14 hari pengobatan

Mengkonfirmasi obat antibiotik yang digunakan


PROSEDUR
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg)
Tes
Sampel wadah sampel protokol
Fases khusus yang bersih,
kering dan anti bocor

Sampel diserahkan
ke petugas kurun waktu kurang dari
laboratorium 24 jam setelah
pengambilan sampel
PENGUJIAN SAMPEL
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg) Tes
Sampel dimasukkan ke
dalam tabung aplikator
khusus berisi larutan
buffer untuk diencerkan

Kocok perlahan 
sampel tidak
menggumpal dan
terdispersi

Larutan sampel
dimasukkan ke sumur
perangkat tes
kemudian diidentifikasi
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg)
Tes

• perubahan warna yang


dapat dilihat secara
Prinsip visual atau dengan
spektrofotometer.

• Antibiotik
Kekeliruan • Bismut
Hasil (-) • Proton Pump Inhibitor
(PPI)
PEMANTAUAN TERAPI DENGAN
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg)
Tes
Kegagalan dapat disebabkan
oleh :
• kurangnya kepatuhan
• resistensi, atau
• kurangnya rejimen
pengobatan
Hasil (+) tes HpSAg Hasil (-) pada tes
pada hari ke-5 -7/ > HpSAg  terapi telah
setelah terapi  mengurangi infeksi di
kegagalan pengobatan bawah tingkat deteksi
untuk memastikan
keberhasilan pemberantasan
kuman H. pylori dapat dilihat
minimal 4 minggu setelah
pengobatan
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Helicobacter pylori Stool Antigen (HpSAg)
Tes
• Lebih murah dibandingkan
• Lebih mudah dengan Urea
Breath test (UBT),
• Dapat dilakukan
pada anak-anak

kurang akurat bila


digunakan untuk
memastikan
pemberantasan kuman
H. pylori setelah
pengobatan.
RANGKUMAN
 Nyaman
UJI HP NON-ENDOSKOPI  Lebih murah
Tes deteksi
antibodi Stool antigen
serologi Urea Breath Test (UBT) Test

• Berdasarkan aktivitas Urease HP.


• Penggunaa
• Menggunakan 13Carbon (isotop non-
n terbatas
radioaktif) dan 14carbon (isotop radioaktif)
dalam
• Pasien mengkonsumsi urea yg tlh d label 
evaluasi
dihidrolisis HP (jika ad di lambung)  • Lebih murah
eradikasi
menjadi ammonia dan bicarbonat yang • Dapat
paska
berradiolabel. menguntungk
terapi.
• Radiolabel bikarbonat diabsorbsi dalam an untuk
• Tidak
darah dan diekskresikan pada Nafas. anak-anak
menguntun
• Spektrofotometer masa digunakan untuk
gkan untuk
mendeteksi 13carbon. Sedangkan 14carbon
Anak2
dideteksi dengan gamma scintillation
counter
Karakteristik H. pylori Urea Urea Breath Stool Antigen
Utama
Serologi Blood Test Test Test

Kecepatan Ya Tidak Tidak Ya


Invasif Rendah Rendah Rendah Rendah
Nafas dalam
Sampel Darah/Serum Darah Feses
Kantong Khusus
Kemudahan Ya Sedang Tidak Ya
Deteksi Infeksi
Tidak Ya Ya Ya
Aktif
Sensitivitas 80-95 % N/A 90-98 % >95 %
Spesifisitas 80-95 % N/A 90-98 % >95 %
Phlebotomis
Kapasitas Teknis Phlebotomis medis Perawat medis Tenaga medis
medis
Karakteristik Deteksi Antibodi (di kantor atau
Deteksi Antibodi (Lab)
Utama dekat pasien)

• Deteksi antibodi IgG terhadap


• Deteksi antibodi terhadap HP dalam
HP dalam seluruh darah atau
serum. Antibodi Anti-HP IgG
ujung jari
• Kuantitatif
• Kualitatif.
• Kurang spesifik dibandding endoskopi.
• Tidak bisa menentukan
• Lebih akurat dibanding yang deteksi
antibodi yang aktif atau
langsung.
Deskripsi infeksi yang telah sembuh.
• Jumlah antibodi berbeda untuk tiap
• Kebanyakan pasien
orang. Butuh 6 bulan – 1 thn untuk
seropositif untuk min 6
kembali pada rentang tidak terinfeksi
bulan-1 tahun setelah
• Tidak dipengaruhi PPI atau bismuth.
eradikasi HP.
Antibiotik menyembuhkan infeksi, tapi
• Tidak dipengaruhi PPI,
tes antibodi tetap positif.
bismuth atau antibiotik

Kecepatan Ya Ya (15 menit)


• Urea Breath Test • Stool Antigen Test

• HP urease memecah C-urea yang


dilabel  pasien menghembuskan CO2 • Identifikasi antigen HP dalam tinja 
yang berlabel perubahan warna yg dideteksi visual dengan
• Tes untuk infeksi Hp aktif Spektrofotometer
• Antibiotik, bismuth, PPIs, dan H2RA • Tes untuk infeksi HP aktif.
mungkin menyebabkan hasil negatif • Sensitifitas dan spesifisitas sebanding dengan
yang salah UBT ketika untuk diagnosis awal.
• Tundah PPIs atau H2RA (1-2 minggu) • Antibiotik, bismut, PPI mungkin menyebabkan
dan bismuth atau antibiotik (2-4 hasil negatif yang salah,
minggu) sebelum tes. • Dapat digunakan untuk konfirmasi eradikasi
• Mungkin digunakan untuk konfirmasi paska terapi.
eradikasi paska terapi

• 2 hari • Ya
RADIOLOGI
RADIOLOGI

Prosedur radiologi bergantung pada


perbedaan dalam penyerapan radiasi dari
jaringan yang berdekatan untuk melihat
anatomi dan patologi jaringan
Keuntungan Kerugian

• Penggunaan radiografi pada • Adanya faktor resiko yang


saluran pencernaan bersifat kecil berupa kanker
merupakan prosedur yang dari paparan yang berlebihan
aman dan bersifat non- terhadap radiasi. Namun
invasif. manfaat dari diagnosis yang
• Hasilnya akurat dari akurat jauh lebih besar
lambung, kerongkongan dan dibandingkan resiko.
duodenum. • Adanya kemungkinan yang
• Barium merupakan senyawa alergi terhadap barium pada
yang tidak diserap ke dalam beberapa orang.
darah, sehingga reaksi alergi
umumnya langka terjadi.
• Tidak ada radiasi yang tersisa
dalam tubuh pasien setelah
pemeriksaan.
Media pengontras larut air
Gastrografin-Iodine

Agen pembentuk gas Barium


natrium bikarbonat sebagai Media media pengontras radioopaque
bahan dasar dan dengan pengontras dan ditelan dengan tujuan
tambahan asam sitrat atau melihat anatomi dan patologi
tartrat melalui x-ray.

Agen farmakologis
obat hipotonis seperti
Buscopan atau Glukagon untuk
memperlambat pengosongan
lambung dengan mengurangi
bowel peristalsis selama
pengujian sehingga
memberikan aksi relaksan otot.
JENIS-JENIS
1. Barium Doubel Kontras
Pasien harus dalam keadaan puasa dalam pengujian ini. Sebelum
dimulai, pasien diberikan suntikan antispasmodik yang bertujuan agar
lambung dan usus tenang dan lemas (suppleatau pliable). Hal ini akan
membantu membuat gambaran lambung menjadi bagus dan halus.

Pasien kemudian diminta meminum suspensi barium sulfat dan


dilanjutkan dengan kontras ganda. Kontras negatif yang paling bagus
dan murah ialah udara. Sebuah tabung karet nasogastrik dimasukkan
lewat hidung dan esofagus ke dalam lambung, kemudian dipompakan
udara. Jumlah suspensi yang diminum lebih kurang 300 ml. Dengan
demikian lambung dan bulbus duodenum menjadi kembung, selaput
lendir menjadi rata, dan gambaran lambung menjadi jernih dan
transparan. Selaput lendir kemudian tidak kentara lagi sehingga area
gastric dapat dilihat. Cara ini dapat digunakan untuk mendeteksi ulkus
kecil yang berukuran kurang dari 2 mm dan kanker yang masih kecil
dan masih berada di mukosa.
Gastric ulcer di bagian
antrum

Duodenal ulcer
Ulkus Bulbus Duodenum
Kawah ulkus bulbus duodenum digambarkan sebagai kontas barium
yang berbentuk bulat atau oval dengan batas tegas yang sering kali
dikelilingi oleh mukosa edema. Bayangan lipatan memancar
konvergen ke tepibentukan kawah (Gambar). Ulkus di dinding
anterior dapat dideteksi sebagai bayangan cincin (Gambar),
dengan lapisan barium menutupi bagian tepi ulkus yang tidak terisi.

Ulkus duodenum pada dinding anterior (kiri) dan


foto lateral dari ulkus dinding anterior duodenum(kanan)
Ulkus Postbulbar
Ulkus postbulbar biasanya terletak di dinding medial proksimal
duodenum descenden di atas ampula vateri (Gambar) dan rentan
terhadap pendarahan. Deteksi kawah ulkus sering sulit karena
adanya edema dan spasme, yang juga dapat menyebabkan
indentasi dari dinding lateral duodenum descenden yang
berlawanan dengan ulkus. Indentasi ini dapat menyebabkan
pembentukan striktur sebagai akibat dari fibrosis dan mungkin
dapat menyerupai bentukan suatu karsinoma duodenum.

Ulkus
Postbulbar
JENIS-JENIS
2. CT SCAN
CT-SCAN abdomen sering digunakan untuk menilai keadaan patologis
pada saluran pencernaan. CT-SCAN konvensional diperoleh dengan
menggunakan kontras radioopaque untuk menggambarkan saluran
pencernaan. Jika ada kecurigaan lesi, beberapa teknik dapat digunakan
untuk mengoptimalkan gambar. Kontras yang diminum membantu
meningkatkan opasitas duodenum, dan bikarbonat merangsang
pembentukan gas karbondioksida dapat mendistensikan lambung dan
duodenum. Jika terdapat abnormalitas pada mukosa, maka kontras yang
digunakan adalah kontras dengan atenuasi rendah seperti air atau susu.

Pemberian kontras intravena dengan helical thin collimation berguna


dalam identifikasi struktur vaskuler dan meningkatkan tanda lesi
duodemum. Ulkus duodenum yang mengalami perforasi dapat
didiagnosa dengan CT-SCAN melalui adanya (a) penebalan dinding (b)
cairan periduodenal (c) udara retroperitoneal atau (d) udara
intraperitoneal.
Ulkus duodenum yang menyebabkan obstruksi gastric
outlet, didapatkan dengan kontras oral dan menunjukkan
dilatasi lambung dan penebalan dinding bulbus
duodenum dengan lemak periduodenal yang tersebar
(panah)
JENIS-JENIS
3. MRI
Secara tradisional, MRI hanya memberikan manfaat yang terbatas dalam pemeriksaan
abdomen karena banyaknya artefak yang bergerak. Dengan adanya peningkatan gradien
dan pencitraan dengan menahan napas telah memungkinkan pencitraan MRI terhadap
abdomen dan pelvis pada sebagian besar pasien. Sebagai tambahan, untuk mencapai
pencitraan yang optimal dengan MRI seringkali membutuhkan penggunaan sejumlah
besar volume zat kontras positif atau negatif yang diberikan baik secara oral atau melalui
selang nasojejunal atau rektal.

Akan tetapi, pasien dengan penyakit akut mungkin tidak dapat mentoleransi pemberian
sejumlah besar cairan per oral. Jika terjadi distensi usus suboptimal, akan terjadi
gangguan dalam mendeteksi segmen-segmen usus yang terinflamasi. Parameter-
parameter penyakit aktif mencakup penebalan dinding, proliferasi fibrosa dan lemak, dan
enhancement dinding usus dengan zat kontras gadolinium-based.

Selama fase inflamasi aktif, enhancement gadolinium dinding usus dapat pula terlihat
pada pencitraan T2-weighted, dan dapat dengan mudah dibedakan dari usus yang
normal. Secara singkatnya, pada MRI, satu-satunya tanda adanya ulkus pada duodenum
MRI usus kecil yang menunjukkan adanya
penebalan (panah putih) dan ulcerasi (panah hitam
melengkung) dari duodenum. Tampak pemisahan
dari loop usus halus dan peningkatan lemak
mesenterika
JENIS-JENIS
4. Skintigrafi

Teknik pengobatan nuklir menawarkan berbagai macam cara untuk


mengevaluasi motilitas saluran pencernaan. Pada pemeriksaan skintigrafi,
pasien diberi 100 ml air yang dicampur dengan 500µCi koloid sulfur yang
dilabel dengan technetium 99m. Pasien berada pada posisi supine kemudian
dilakukan akuisisi dengan gamma kamera selama kurang lebih 1 jam dengan
interval masing-masing selama 5 menit.

Pada ulkus duodenum akan tampak adanya gambaran peningkatan aktivitas


radio nuklida pada daerah superior dari bulbus duodenum dan antrum gaster,
yang diambil secara berurutan yaitu pada menit ke 5, 10, 15, 20, dan 25.
(Gambar). Tampak adanya peningkatan intensitas dan penyebaran ke arah
superior ke kurvatura minor. Tidak ada bukti adanya obstruksi outlet gaster,
namun kemungkinan ada kelambatan pengosongan gaster. Pada gambar di
bawah ini, tampaknya ada perforasi dari area posterior dari bulbus duodenum
A: Foto awal bagian anterior dari saluran cerna bagian atas.
Aktivitas radio nuklida abnormal di superior dari bulbus
duodenum (tanda panah terbuka). B-D: Foto serial pada menit ke
5, 15 dan 20 menunjukkan area dengan peningkatan aktivitas
yang progresif di superior dari kurvatura minor. (tanda panah
tertutup)
JENIS-JENIS
5. USG Abdomen

USG abdomen menggunakan gelombang suara


untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ
dan struktur lain di perut bagian atas. Kadang-
kadang USG khusus digunakan untuk evaluasi
lebih rinci tentang organ tertentu, seperti USG
ginjal. USG perut dapat mengevaluasi aorta
abdominal, hati, kantong empedu, pankreas,
limpa dan ginjal
Ulkus Duodenum.
Gambaran oblique di Ulkus Duodenum Perforata.
abdomen bagian atas Gambaran USG menunjukkan
adanya penebalan dari dinding
menunjukkan fokus septum kandung empedu, cairan
echogenic (panah) di bebas di kantong Morrison
(panah putih) dan foci
duodenum (DUO), yang hiperreflektif (panah hitam)
menunjukkan udara di dengan artefak “ekor komet”
cekungan ulkus dari pada fissure ligamentum teres
(panah putih kecil
ulkus duodenum
Bahan kontras : bahan yang dapat menyebabkan
gambaran untuk radiografi menjadi sangat
radiolucent atau radioopak apabila berinteraksi
dengan sinar-X, sehingga dapat membedakan
antara organ dan jaringan sekitarnya, yaitu :
• Anatomy/morphology: tissue versus fluid,
locational information
• Physiology: vasculature, vascular integrity,
qualitative assessment of function
• Positive contrast
(Barium, iodine-based
agents)
• Negative contrast
(Gas)
Why need more Contrast?
• Untuk memperjelas perbedaan antar jaringan
• Untuk mengidentifikasi normal vs. abnormal
• Untuk mengidentifikasi perubahan pada
vasculature and vascular
• Untuk mengetahui perubahan Organ, masa,
obstruki, dilatasi,
• Untuk menentukan lokasi operasi
Barium contrast
• Barium Sulfat merupakan media kontras positive
(opaque)
• BaSO4 berbentuk powder (serbuk putih), substansi yang
berbentuk kapur.
• seperti segelas susu kental atau milkshake yang cair.
Bubuk barium sulfat homogen, sangat lembut, dan
berwarna putih– sangat mirip dengan susu.
• Serbuk atau bubuk barium sulfat sebaiknya disimpan
pada suhu ruangan (disarankan 25ºC).
• Rasanya seperti susu kental, hangat atau minuman yang
cukup kental saat diminumkan.
• Rasa Barium sulfat kurang enak, terkadang membuat
pasien ingin muntah, dan ini tergantung bagaimana cara
penyajian terhadap pasien serta memberikan sensasi
panas setelah diminum
ADVANTAGES :
• Inexpensive
• Not hypertonic
• Non-absorbable
• Insoluble
• Inert, non-irritating to
GIT
• Excellent contrast

DISADVANTAGES
• Toxicity
Barium test: Barium meal and follow-
• Use for GI or topical only through. Normal stomach
• Use Ba sulfate only and small bowel. From Aspinall and Taylor-
Robinson, 2001.
• Instability, settles
Metode single contrast
• Teknik pemeriksaan
• Pada metode ini, pasien diinstruksikan untuk meminum
suspense barium sulfat sebanyak 60 ml dengan
perbandingan kekentalan 1:1,
• pemberian suspensi barium sulfat ini dilakukan untuk
melihat kelainan yang terjadi pada oesofagus dan mukosa
lambung dengan menggunakan teknik flourscopy.
• Setelah oesofagus dan mukosa lambung terisi suspensi
barium sulfat lagi dengan kekentalan yang lebih encer
dibandingkan dengan kekentalan pada pemeriksaan
esophagus yaitu dengan perbandingan 1:4 sebanyak 220-
240 ml. fungsi dari peminuman sespensi barium sulfat
yang kedua ini adalah agar semua lambung terisi barium
sulfat.
Metode double contrast
Bahan-bahan yang digunakan pada metode double contrast yaitu :
• Suspensi barium sulfat sebanyak 220-240 ml.
• Ez-gas yang dapat menghasilka gas sebanyak +- 200-300 ml di dalam
lambung.
• 1 ampul buscopan atau glucagon.

• Pemeriksaan dimulai dengan peminuman suspense barium sulfat


yang telah dicampur dengan ez-gas. Pasien akan merasa lambungnya
terisi oleh gas, pasien diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama
pemeriksaan. Kemudian pasien disuntikkan busopan atau glucagon
sebanyak 1 ampul secara intra vena yang bertujuan untuk
mengurangi gerak peristaltic lambung. Langkah berikutnya, pasien
dipersilahkan untuk tiduran diatas meja pemeriksaan dan
diinstruksikan untuk merubah posisi dari supine – oblique – prone.
Tujuan dari gerakan ini agar suspense barium sulfat melapisi seluruh
mukosa lambung.
Perhatian Khusus!
• Pasien Diabetes mellitus
– Perlu pengaturan gula darah khusus sebelum dan
sesudah pemerksaan. Pengaturan kembali
normal antara 24-48 setelah prosedur.
– Hindari hipoglikemia.
– Monitor gula darah.
– Perubahan dosis insulin sore sebelum hari
keesokan pemeriksaan (DM tipe I). Perubahan
dosis dikonsultasikan dengan tenaga medis.
Alat dan Bahan
• Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
• Baju Pasien
• Gonad Shield
• Sarung tangan Pb
• Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm.
• Bengkok
• Grid
• X-Ray marker
• Tissue / Kertas pembersih
• Bahan kontras barium sulfat
• Barium encer dengan air hangat ( BaSO4 : air = 1 :4 )
• Kontras negative ( tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dll)
• Obat emergency : dexametason, delladryl,dll)
• Air Masak Sendok / Straw ( pipet ) dan gelas
Habitus
• Merupakan posisi lambung.
• Penting untuk memudahkan prediksi posisi
ulcer.
• Terdapat 4 macam habitus :
– Hiperstenic
– Stenic
– Hypostenic
– Astenic
• PA erect ( film 30 x 40 ) untuk melihat type dan posisi lambung
• Lateral erect untuk melihat space retrogastric kiri
• PA recumbent untuk melihat gastroduodenal surface
• PA Oblique ( RAO ) untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb
• Right Lateral Decubitus utk melihat duodenal loop,
duodenojujunal junction dan retrogastric space
• AP Recumbent utk melihat bagian fundus terutama pada teknik
double kontras, rotasi lateral untuk melihat lesi pada dinding
anterior dan posterior, retrogastric portion dari jejunum dan
illium
• Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 250 – 300
untuk melihat hernia hiatal dan 10 – 15 derajat dan rotasi pasien
ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat gastroesophageal
junction juga untuk melihat regurgitasi.
Proyeksi PA (film 30 x40)
– Fungsi : untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab
pylorus lambung
– Posisi Pasien : berdiri, prone menghadap kaset
– Posisi Objek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-
10 ), Batas Bawah: SIAS, diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.
– CR : Tegak Lurus
– CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.
• Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae
• Astenic : 2 inchi dibawah L2
• Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum
– Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
– Kriteria Radiograf :
• Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
• Body dan pylorus tercover
• Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
• Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada
Proyeksi Lateral Erect (Lateral kanan)
– Fungsi : memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel,
tumor, ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.
– Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti
kemiringan pasien
– Posisi Objek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas
xyphoid, batas bawah crista iliaka
– Central Ray : Tegak Lurus
– Central Point : bulbus duodenum pada L1
• Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane
• Astenic : 2 inchi dibawah L1
• Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
– FFD : 100 cm
– Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
– Kriteria Radiograf :
• Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric, pylorus
dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic
• Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1
• Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.
Proyeksi LPO (left posterior oblique)
– Fungsi : bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas batas
antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk GASTRITIS dan
ULKUS
– Posisi Pasien : pasien recumbent, punggung menempel kaset.
– Posisi Objek : dari posisi supine dirotasikan 30 – 60 derajat dengan bagian kiri
menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang, Batas atas :proc.xyphoideus,
Batas bawah : SIAS
– CR : Tegak Lurus
– CP : pertengahan crista iliaca
• Stenik : L1
• Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line
• Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
• FFD : 100 cm
• Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
– Kriteria Radiograf :
• Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum tanpa superposisi
dengan pylorus
• Fundud tampak tertempeli BaSO4
• Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara
• Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum
Proyeksi PA Oblique (RAO)
– Posisi Pasien : recumbent, prone
– Posisi Objek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut
40 – 70 derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri
flexi ke depan, knee joint flexi.
– Central Ray : vertical tegak lurus
– Central Point : daerah bulbus duodeni
• Stenik : 1-2 inch dari L2
• Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2
• Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2
– FFD : 100 cm
– Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
– Kriteri radiograf :
• Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk
huruf C
• Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
• Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan
• Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.
Proyeksi AP
– Posisi Pasien : Supine
– Posisi Objek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi
– CR : tegak lurus dengan kaset
– CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )
• Stenik : L1
• Asthenic : 2 inchi di bawah L1
• Hiperstenic : 1 inchi di atas L1
– FFD : 100 cm
– Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
– Kriteria radiograf :
• Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-paru bagian bawah
• Tampak bagian – bagian dari lambung bebas superposisi
• Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan
• Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.
– Catatan :
• Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 25 – 30 derajat untuk melihat hernia
hiatal.
• 10 – 15 derajat dengan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat
gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.
• Penegakkan diagnosis ulkus peptikum dilakukan
melalui beberapa pemeriksaan laboratorium.
– Pemeriksaan gastrin
– Pemeriksaan konsentrasi serum gastrin (hanya
direkomendasikan untuk pasien yang tidak responsif
terhadap terapi atau yang diduga mengalami penyakit
hipersekretori)
– Hematokrit dan hemoglobin RENDAH  disertai
pendarahan
– Stool Hemocult Tes POSITIF (+)
– Tes untuk uji adanya Helicobacter pylori
• Tes diagnostik lain:
– Endoskopi Fiberoptic bagian atas
(esofaogastroduodenoskopi)  mendeteksi
>90% ulkus peptik dan memungkinkan inspeksi
langsung, biopsi, penampakan erosi (pengikisan)
superfisial, dan tempat pendarahan aktif.
– Teknik kontras barium tunggal rutin 
mendeteksi 30% ulkus peptikum; radiografi
optimal kontras ganda  mendeteksi 60%-80%
ulkus
• Tes Helicobacter pylori direkomendasikan untuk dilakukan bila
terapi eradikasi dipertimbangkan
• Bila tdk dilakukan endoskopi  Tes Antibodi serologi adalah
pilihan tepat untuk menentukan status HP
• Evaluasi paska terapi untuk mengkonfirmasi eradikasi tidak perlu
pada hampir seluruh pasien PUD, kecuali memiliki gejala
berulang, komplikasi ulkus, MALT Limfoma, atau kanker lambung.
• UBT tes yang terpilih untuk metode non-endoskopi untuk
verifikasi eradikasi HP setelah terapi. Sehingga, untuk mencegah
kebingungan antara supresi bakteri dan eradikasi, UBT harus
ditunda paling tidak 4 minggu setelah terapi tuntas/selesai.
• Eradikasi? Atau sembuh yakni tes paska terapi yang dilakukan 4
minggu setelah terapi usai tidak menunjukkan adanya
mikroorganisme.
• Tes jumlah antibodi dipertimbangkan setelah terapi  untuk
emmantau jumlah antibodi yang akan meningkat dengan berjalan
waktu.
• Radiografi dapat menjadi pilihan prosedur
untuk diagnosa pasien dengan PUD yang tidak
mengalami komplikasi. Karena murah,
ketersediaan alat banyak, keamanan lebih
besar.
• Bila komplikasi ada, endoskopi jadi pilihan.
• Kee, Joyce LeFever. 1997. Pemeriksaan laboratorium
and Diagnostik Edisi 2. EGC Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta
• McColl Kenneth E.L., and Derek Gillen. 2009. Evidence
That Proton-Pump Inhibitor Therapy Induces the
Symptoms it Is Used to Treat EDITORIAL. Division of
Cardiovascular & Medical Sciences, University of
Glasgow, Gardiner Institute, Glasgow, UK
• Speicher, Carl E., and Jack W Smith. 1996. Pemilihan
Uji Laboratorium yang Efektif. EGC Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta
• McPherson, Richard A. and Pincus, Matthew
R. 2007. Henry's Clinical Diagnosis and
Management by Laboratory Methods. USA :
W.B Saunders Company
• William D. Chey, M.D., F.A.C.G., A.G.A.F., F.A.C.P., Benjamin C.Y. Wong, M.D., Ph.D.,
F.A.C.G., F.A.C.P., American College of Gastroenterology Guideline on the Management
of Helicobacter pylori Infection. Am J Gastroenterology 2007;102;1808-1825

• Aziz Rani, A., Fauzi Achmad., Infeksi Helicobacter pylori dan Penyakit Gastro-Duodenal,
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi Keempat. Jakarta: PB PAPDI; 2006. p 329-31.

• Kenneth E.L. McColl, M.D, Helicobacter pylori Infection. N Engl J Med 2010;362:1597-
604.

• Sebastian Suerbaum, M.D., Pierre Michetti, M.D., Helicobacter pylori Infection (Review
Article). N Engl J Med, Vol.347, No.15.

• Yaron NIV, MD., Galia NIV, MSc, RN., and Rivka Koren, BSc., 13C-Urea Breath Test for
Diagnosis of Helicobacter pylori Infection in the Elderly, Digestive Diseases and Sciences
2004 ; Vol. 49, Nos. 11/12., p.1840-1844
• Cramp, S., Hewett, D., Shepherd, H., 2005,
Gastroschopy Oesophago-gastro duodenoscopy
(OGD) the procedure explained, Hampshire :
Royal Hampshire Country, Hospital
• Nawaz, M., Jehanzaib, M., Zari, M., 2008, Role
Of Barium Meal Examination In Diagnosis Of
Peptic Ulcer, J Ayub Med, 20(4) : 59-61.
• Price, S., and Wilson, M.L., 2006, Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 6, Vol 2
: 407, EGC, Jakarta.
PERTANYAAN DAN JAWABAN DI JWB
DAN DITULIS
• Tes pendarahan ada 3  anemia, apakah
penting dilakukan? Apakah tiga2 nya harus
dilakukan?

Anda mungkin juga menyukai