Anda di halaman 1dari 12

KISI – KISI UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKTIKUM

MATA KULIAH PATOFISIOLOGI


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

GASTRITIS DAN GERD (KEL 1)

1. Definisi Gastritis dan Gerd


Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang
menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat
merangsang timbulnya inflamasi pada lambung.
GERD atau gastroesophageal reflux disease adalah perubahan mukosa yang diakibatkan
oleh gangguan sistem saluran pencernaan, di mana asam lambung dan isi perut mengalir
kembali ke kerongkongan (esofagus). Aliran balik atau refluks ini dapat menyebabkan
sensasi perih dan panas seperti terbakar di bawah tulang dada (heartburn). = asam
lambung atau empedu mengalir ke saluran makanan

2. Etiologi Gastritis disebabkan infeksi bakteri dan Etiologi Gerd


Gastritis disebabkan infeksi bakteri pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup
banyak jenisnya. Namun, yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori. Selain
dipengaruhi faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh pola
hidup dan pola makan.
GERD disebabkan akibat melemahnya sfingter esofagus atau otot-otot pembatas antara
kerongkongan dan lambung sehingga menyebabkan refluks (aliran balik) atau naiknya isi
dan asam lambung ke saluran esofagus (kerongkongan). Klep ini normalnya akan
menutup saluran kerongkongan setelah makanan turun ke lambung, bila otot ini lemah
klep ini akan tetap terbuka sehingga asam lambung akan naik kembali ke kerongkongan.
Paparan asam lambung yang berulang-ulang naik ke esofagus akan mengakibatkan iritasi
pada lapisan esofagus atau kerongkongan.
3. Nama Jenis Pemeriksaan Gastritis
- Endoskopi = memasukkan alat khusus ke dalam organ internal untuk dilakukan
diagnosis tanpa melakukan pembedahan besar. Dilakukan menggunakan
endoskop, yaitu sebuah alat berbentuk selang dengan kamera di bagian ujungnya.
- Pemeriksaan Histopatologi = pemeriksaan dengan spesimen yang diambil dengan
prosedur anestesi. Untuk mengetahui kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
- Pemeriksaan Pernapasan = untuk menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H.pylori atau tidak.
- Pemeriksaan Serum Vitamin B12 = untuk mengetahui adanya defisiensi B12.
- Analisa feses = untuk mengetahui adanya darah apakah terdapat H. Pylori dalam
feses.
- Tes antibody serum = untuk mengetahui adanya antibodi sel parietal dan faktor
intrinsik lambung terhadap H. Pylori.
- Analisa Gaster = untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Achlorhydria
menunjukkan adanya gastritis atrofi.

4. Diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan


- Terapi empirik = meliputi tindakan terapi non-farmakologi, farmakologi,
endoskopik, dan bedah. Ada 5 target yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan
GERD yaitu menghilangkan gejala/keluhan, menyembuhkan lesi esofagus,
mencegah kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya
komplikasi.
- Endoskopi = untuk melihat kondisi lambung secara jelas dan nyata. Pemeriksaan
akan memasukkan sebuah alat dengan kamera bernama endoskop ke dalam bagian
lambung melalui mulut pasien. Disarankan untuk pasien yang memiliki gangguan
lambung yang berulang dan cukup parah.
- Esophageal Manometry = untuk mengukur fungsi sfingter esofagus bagian bawah
(katup yang mencegah refluks, atau aliran balik, asam lambung ke esofagus) dan
otot-otot esofagus, apakah kerongkongan dapat memindahkan makanan ke perut
dengan normal.
- Ambulatory Reflux Monitoring = dilakukan dengan pemeriksaan selama 24 jam
untuk menilai paparan asam dalam esofagus dan mengkorelasikan dengan gejala
yang ada. Pemantauan pH esofagus (pH-metri) dapat dipercaya untuk menilai
paparan asam pada esofagus.

5. Nilai Normal eritrosit, lukosit dan trombosit pada makalah Gastritis

THYPUS ABDOMINALIS (KEL 2)

1. Karakteristik bakteri pada Penyakit Thypus Abdominalis


Bakteri Salmonella thypi merupakan bakteri basil gram negatif yang motil dan bersifat
aerob. Bergerak Dengan bulu getar dan tidak berspora. Salmonella thypi masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Bakteri lain adalah Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella
paratyphi B, Salmonella paratyphi C.

2. Nama Jenis Antigen bakteri Penyakit Thypus Abdominalis


Antigen O (Ohne Hauch) = antigen somatik (tidak menyebar)
Antigen H (Hauch) = terdapat pada flagella dan bersifat termolabil (menyebar)
Antigen V1 (Kapsul) = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis.
3. Widal Test
Sampel serum pada penderita typus abdominalis ketika di uji dengan antigen Salmonella
typhi dan antigen Salmonella parathphi akan terjadi pembentukan antibodi atau aglutinin
O dan H setelah diencerkan berkali-kali.
Salmonella typhi dan Salmonella parathphi ketika di ujikan dengan serum pasien, jika
masing-masing membentuk antibodi sebagai bukti yang menunjukkan pasien tersebut
positif.
Ada uji widal slide dan ada uji widal tabung.

4. Gambaran pemeriksaan darah tepi


Gambaran darah tepi pada pasien dengan Typus abdominalis :
- Ditemukannya anemia normokromik normositer pada gambaran darah tepi
- Adanya penurunan kadar hemoglobin (normalnya yaitu untuk anak-anak ≥ 11 g/dl,
wanita dewasa ≥ 12 g/dl, dan pria dewasa ≥ 13 g/dl)
- adanya trombositopenia (kondisi jumlah keping darah (trombosit) di bawah normal
yang normalnya yaitu 150.000-450.000/µl)
- aneosinofilia (menghilangnya eosinophil yang normalnya tidak lebih 500 sel/mcL)
- limfopenia (keadaan ketika jumlah limfosit dalam aliran darah lebih rendah)
- leukopenia (kondisi kadar darah putih yang rendah yaitu kurang dari 5000)
- leukosit normal,
- leukositosis (kondisi saat seseorang memiliki jumlah sel darah putih (leukosit) lebih
dari batas atas nilai normal)

5. Nilai Pemeriksaan Hb
Kadar hemoglobin normal :
- anak-anak ≥ 11 g/dl
- wanita dewasa ≥ 12 g/dl
- pria dewasa ≥ 13 g/dl
KOLESISTITIS DAN PANKREATITIS (KEL 3)

1. Penyebab Pankreatitis
- Batu empedu = adalah penyebab utama pankreatitis. Adalah sebuah batu yang
menyumbat sfingter Oddi
- Konsumsi alkohol berlebih = penyebab paling umum kedua
- Kadar kalsium dalam darah yang melebihi batas normal (hiperkalsemia) =
diakibatkan dari hiperparatiroidisme (kelenjar paratiroid memproduksi ormone
paratiroid terlalu banyak)
- Kadar trigliserida dalam darah yang melebihi batas normal (hipertrigliseridemia)
- Fibrosis kistik
- Obesitas
- Efek samping obat-obatan tertentu

2. Perkembangan Kolesistitis dilihat dari waktu/ hari


• Hari ke 2-4 = kemacetan dan edema atau juga disebut kolesistitis edematous
• Hari ke 3-5 = Kolesistitis nekrotikans ditandai denganperdarahan dan nekrosis.
• Hari ke 7-10 = berkembang menjadi fase purulen, juga dikenal sebagai kolesistitis
supuratif. Fase akut kolesistitis berlangsung
• 2-3 minggu = sarang purulen diganti dengan jaringan granulasi, dan berkembang
menjadi kolesistitis subakut, akhirnya menjadi kolesistitis kronis

3. Nama Jenis Pemeriksaan Kolesistitis


- Pemeriksaan Laboratorium = menghitung sel darah lengkap, pemeriksaan feses,
urin, tes fungsi hati, kadar amilase dan lipase serum.
- Ultrasonography (USG) = menunjukkan adanya bendungan/hambatan
- Endoscopic Retrograde Choledocho Pancreaticography (ERCP) = untuk melihat
kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum. Endoskop
dimasukkan melalui mulut. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar
sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akakn berpindah ke usus halus.
- Magnetic Resonance Cholangiography (MRCP) = menggunakan prinsip hidrografi
resonansi magnetik, tanpa agen kontras.
- Computerized Tomography (CT) Scan

4. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP)


• Kadar serum CRP lebih dari 150 mg/dL atau 14.286 nmol/L dalam 48 jam masuk
rumah sakit menunjukkan bentuk pankreatitis akut berat dari pankreatitis akut
ringan
• Kadar serum CRP lebih dari 180 mg/dL dalam 72 jam berhubungan dengan
adanya nekrosis pankreas
• Kadar CRP mencapai puncaknya pada 36-72 jam setelah gejala muncul sehingga
tidak membantu jika dilakukan pada awal masuk rumah sakit

5. Jenis Pemeriksaan Lipid

HIPERTENSI DAN STROKE (KEL 4)

1. Patofisiologi stroke yang berkaitan dengan oksigen


Stroke terjadi ketika bagian otak tertentu kekurangan oksigen (disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah arteri akibat endapan darah pada pembuluh darah,
pecahnya pembuluh darah dampak kelemahan dinding pembuluh darah atau kelainan di
keadaan darah sendiri) ataupun nutrisi sehingga menyebabkan sel-sel otak mati, yang
menyebabkan kegagalan produksi senyawa fosfat energi tinggi seperti adenine trifosfat
(ATP).

2. Pemeriksaan Kolesterol Total dan LDL


- Pemeriksaan Kolesterol Total (pemeriksaan profil lipid) = untuk menentukan
evaluasi kadar kolesterol dalam darah. Berupa tes darah untuk mengukur jumlah
total zat lemak (kolesterol dan trigliserida) dalam darah.
- Pemeriksaan LDL Kolesterol = untuk mengetahui faktor risiko penyakit jantung,
mendeteksi metabolisme lemak dalam tubuh dan pemantauan terapi penurunan
lemak. Merupakan pemeriksaan darah yang mengukur konsentrasi kolesterol LDL
dalam darah menggunakan metode langsung (direk).

3. Nama Jenis Pemeriksaan Penunjang Penyakit Stroke


- Pemeriksaan ACA IgG = ACA IgG adalah antibodi antifosfolipid yang berperan
dalam progresi aterosklerosis dan trombosis, serta berkaitan dengan stroke dan
komplikasi vaskular lainnya. Hasil positif menunjukkan bahwa terdapat antibodi
kardiolipin yang kemungkinan menjadi penyebab dari gangguan yang dialami
- Pemeriksaan ACA IgM = pemeriksaan Antibodi anti Cardiolipin IgM. Pemeriksaan
ini untuk membantu menegakkan diagnosa penderita APS. ACA IgM juga
memperlihatkan hubungan dengan penyumbatan vena
- Pemeriksaan APO A1 = untuk mengetahui faktor risiko stroke. APO A1 adalah
struktur dan komponen protein utama high density lipoprotein (HDL).
Apolipoprotein A1 memicu reaksi esterifikasi kolesterol yang mengubah kolesterol
menjadi bentuk yang dapat terintegrasi ke dalam HDL dan diangkut melalui alirah
darah.

JANTUNG KORONER DAN GAGAL JANTUNG (KEL 5)

1. Patofisiologi jantung koroner disebabkan kondisi ini yang dipicu dari beberapa gaya
hidup
- Mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung natrium tinggi
- Jarang mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
- Kecanduan rokok (nikotin, karbon monoksida)
- Stress
- Diabetes
- Hipertensi
- Obesitas
- Riwayat keluarga
2. Definisi Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung
Jantung koroner = penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara aliran darah
koroner dan homeostatis adenosine trifosfat (ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan).
Penyebab utamanya adalah obstruksi arteri koroner oleh plak atheroma.
Gagal jantung = ketidakmampuan mempertahankan curah jantung yang cukup untuk
kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat klinis. Sering disebabkan oleh gagal
kontraktilitas miokard, seperti yang terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau
kardiomiopati.
Gagal jantung akut : kegagalan mempertahankan curah jantung yang terjadi mendadak.
Gagal jantung kronis : curah jantung menurun secara bertahap

3. Pemeriksaan jantung (kelistrikan, pergerakan, gangguan aliran, struktur dan fungsi


jantung)
- Kelistrikan = Pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG)
untuk mengukur aktivitas elektrik atau kelistrikan jantung. Dalam setiap detak,
impuls atau gelombang elektrik bergerak melalui jantung. Dari tes EKG ini bisa
diketahui kelainan pada jantung pasien untuk dilakukan langkah selanjutnya.
- Pergerakan = Ekokardiografi
suatu prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk menilai struktur
dan fungsi jantung. Ekokardiografi dapat mengvisualisasi secara langsung struktur
jantung. Dengan menilai pergerakan dinding jantung, Ekokardografi dapat
memprediksi adanya gangguan aliran darah di arteri koroner tertentu.
- Fungsi = Radionuclear Medicine
dipergunakan terutama untuk menilai fungsi jantung dan viabilitas (kemungkinan
untuk hidup) dari miokard terutama pada pasien penyakit jantung koroner (PJK)
dengan metode nuklir
THALASSEMIA (KEL 6)

1. Definisi Thalassemia
Adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam
pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari) yang
ditandai dengan adanya kelainan sintesis rantai globin.
Kelainan darah disebabkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein
yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin

2. Penyebab Thalasemia dilihat dari gen


Etiologi terjadinya thalassemia adalah genetik. Penyakit ini diturunkan dari orang tua
secara autosomal resesif, artinya diperlukan kedua kopi gen dari orang tua untuk
munculnya penyakit.

3. Persentase kemungkinan lahir pada Thalasemia


• Jika sesama Thalasemia mayor menikah maka mereka akan melahirkan anak 100%
thalasemia mayor.
• Jika thalasemia mayor menikah dengan pembawa thalasemia (thalasemia minor),
maka akan melahirkan 50% anak thalasemia mayor dan 50% thalasemia minor
• Jika sesama pembawa thalasemia (minor) maka akan melahirkan 25% anak
thalasemia mayor kemungkinan 25% normal, 50% thalasemia minor.
• Jika pembawa thalasemia minor menikah dengan pasangan normal maka tidak akan
menghasilkan anak thalasemia mayor. (Kemungkinan 50% normal, 50% thalasemia
minor)
• Jika thalasemia mayor menikah dengan pasangan normal tidak akan melahirkan anak
thalasemia mayor.
4. Nilai Normal Hemoglobin

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (KEL 7)

1. Penyebab Lupus Eritematosus Sistemik


Faktor Genetik = pengaruh riwayat keluarga terhadap terjadinya LES pada individu
tergolong rendah, yaitu 3-18%. Faktor genetik dapat mempengaruhi keparahan penyakit
dan hubungan familial ini ditemukan lebih besar pada keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi yang tinggi.
Faktor Lingkungan
• Hormon = hormon estrogen dapat merangsang sistem imun tubuh dan LES sering
terjadi pada perempuan dimana terdapat kadar estrogen yang tinggi
• Obat-obatan = beberapa obat dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem imun
karena molekul obat memiliki struktur yang sama dengan molekul di dalam tubuh
sehingga menyebabkan gangguan toleransi imun
• Infeksi = memicu respon imun dan pelepasan na sel yang rusak akibat infeksi dan
dapat meningkatkan respon imun sehingga menyebabkan penyakit autoimun
• Paparan sinar UV = menyebabkan kerusakan dan kematian sel kulit dan berkaitan
dengan fotosensitivitas pada LES.
2. Kriteria Klasifikasi SLE berdasarkan ACR dan SLICC (no 1 - 3 di makalah)

No Kriteria Definisi
Ruam malar Eritema yang menetap, rata  atau menonjol, pada daerah malar dan
1
cenderung tidak melibatkan lipat nasolabial
Ruam diskoid Plak eritema menonjol dengan keratotik dan sumbatan folikular. Pada
2
LES lanjut dapat ditemukan parut atrofik
3 Fotosensitivitas Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari
4 Ulkus mulut Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri
Artritis Artritis non erosif yang melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai
5
oleh nyeri tekan, bengkak atau efusi.
Serositis
Pleuritis Riwayat nyeri pleuritik atau pleuritic friction rub yang didengar oleh
6 dokter pemeriksa atau terdapat bukti efusi pleura.
Perikarditis Terbukti dengan rekaman EKG atau pericardial friction rub atau terdapat
bukti efusi perikardium.
Gangguan Proteinuria menetap >0.5 gram per hari atau >3+ bila tidak dilakukan
7 renal pemeriksaan kuantitatif, atau Silinder seluler dapat berupa silinder
eritrosit, hemoglobin, granular, tubular atau campuran
Kejang yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
Gangguan
8 metabolik, atau Psikosis yang bukan disebabkan oleh obat-obatan atau
neurologi
gangguan metabolik
1. Anemia hemolitik dengan retikulosis
Gangguan 2. Leukopenia <4000/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih
9
hematologik 3. Limfopenia <1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau lebih
4. Trombositopenia <100.000/mm3 tanpa disebabkan oleh obat-obatan
1. Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan titer yang abnormal
Gangguan
10 2. Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm
imunologik
3. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid
Titer abnormal dari antibodi anti-nuklear berdasarkan pemeriksaan
Antibodi
imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun waktu
11 antinuclear
perjalan penyakit tanpa keterlibatan obat yang diketahui berhubungan
(ANA) positif
dengan sindroma lupus yang diinduksi obat.

3. Pemeriksaan ANA, Imunologi dan Kimia Darah


- ANA = mendeteksi auto-antibodies yang ada dalam serum darah penderita. Tes
ANA dikatakan positif apabila hasil yang didapat >60 Unit.
- Imunologi = atau bisa disebut tes antibodi digunakan untuk mendiagnosis adanya
infeksi pada organ tubuh
- Kimia darah = ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid

Anda mungkin juga menyukai