Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
HEMATEMESIS MELENA

OLEH:
Randi baharsyah
1826010070

DOSEN PENGAMPU : Ns.Hanipa,S.kep.M.kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020

1
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI
BAB I konsep dasar penyakit
1. Deinisi................................................................3
2. Etiologi..............................................................3
3. Patofisiologi......................................................4
4. Manifestasi klinis..............................................5
5. Web of causa.....................................................6
6. Penatalaksanaan...............................................7
7. Pemeriksaan penunjang...................................10
BAB II konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian.........................................................12
2. rumusan diagnosa keperawatan......................20
3. rencana keperawatan........................................21
BAB III PENUTUP
1. keSimpulan........................................................25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT

2
A. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-
merahan dan bergumpal-gumpal. (syaifudin,2010)

B. Etiologi
Hematemesis Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis
atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
(Syaifudin.2010) Etiologi dari Hematemesis melena adalah :
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan
duodenum,keganasan dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan


saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha
penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai
di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 %
seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (syaifudin.2010)

3
C. Patofisiologi
1. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena
jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam
hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam
klorida.
2. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu :
fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada fase lambung
dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung, dan (3) fase
usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi
asam lambung.
3. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang
dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan
mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami
ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi
asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.Apapun yang
menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung
adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan
obat antiinflamasi.
4. Sindrom Zollinger-Ellison

4
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung,
ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
5. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari
duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat
dan trauma organ multipel.

D. Menifestasi Klinis

Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan


beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan
tanda sebagai berikut :

1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,


2. muntah dan diare.
3. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
4. Ascites, hidratonaks dan edemo.
5. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.
6. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites,
dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis
dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya
prekoma dan koma hepatikum.
7. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding,
koput medusa, wasir dan varises esofagus.
8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu:
a. Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila
dan pubis.
b. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae

5
c. Spider nevi dan eritema
d. Hiperpigmentasi Jari tabuh

E. WOC

F. Penatalaksanaan
Bila pasien memuntahkan darah maka sumber cedera di bagian atas
saluran pencernaan seperti esofagus, duodenum dan lambung. Muntahan darah
segar di hubungkan dengan perdarahan varises esofagus yang merupakan vena
besar. Keadaan tersebut terjadi sabagai penyulit penyakit hati berat, seperti
alkoholisme menahun. Sokong sirkulasi penderita dengan darah Ringer Laktat
dan oksigen: penderita dapat merasakan Muntah darah segar dengan riwayat
berak hitam menggambarkan ulkus yang berdarah yang tak semendesak
perdarahan varices esofagus. Pengeluaran darah segar dalam feses atau setelah
buang air besar merupakan tanda perdarahan saluran cerna bawah akibat
hemoroid, divertikula, penyakit keganasan atau polip. (Sayaifudin.2010)
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini

6
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit  untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita
perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
1.Pengawasan dan pengobatan umum
a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan
efek sedatif(penenang) morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya
dihindarkan.
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis 
selama belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan
bila perlu dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
g. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.
2.Pemasangan pipa naso-gastrik Tujuan pemasangan pipa naso gastrik
adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan
air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air  pada kumbah lambung
akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi
penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan

7
akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali
memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih
dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan
endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah
jernih.
a. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin
per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan
splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu
diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati
dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit
jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram
dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung
koroner/iskemik.
b. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian
SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan
bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi
pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur
esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
c. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau
sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang

8
fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan
dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai
populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus.
d. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat
dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan
adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-
kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan
berhenti dan fungsi hari membaik.
Selain cara-cara tersebut diatas, adapula metode lain untuk
menghentikan perdarahan varises esophagus, antara lain :
1. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem jaringan
(His-toacryl R) yang langsung disuntikkan intravena.
2. Endoscopic band ligator
Sedangkan pada perdarahan non variceal, dapat dilakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Laser photo coagulation
b.   Diathermy coagulation
c.   Adrenalin injection
d.   Sclerotheraphy injection. (Lynda.2008)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari
sel yang mengalami kerusakan.

9
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik
dan pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
g. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
2. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal

10
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Biodata Pasien
Nama : Ny.L
Umur : 85 tahun
Tanggal Lahir : 31 Desember 1933
Jenis Klamin : Perempuan
Alamat : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Tanggal masuk RS : 3 januari 2018 jam 13.00 WIB
Tanggal/jam pengkajian : 3 Januari 2018 jam 17.40 WIB
Diagnosa Medis : Hematemesis Melena

Penanggung Jawab Pasien :


 Nama : Ny.A
 Hubungan dengan pasien : Anak
 Pekerjaan : PNS

B. Riwayat Penyakit

1. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami maag dan jika maag itu kambuh
pasien mengatakan segera periksa ke dokter
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti
jantung, diabetes, paru-paru
3. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan mempunyai alergi dingin, dan jika dingin maka kulit
pasien akan terasa gatal-gatal
4. Riwayat Penggunaan Obat-Obatan
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan

11
5. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan tidak merokok
6. Riwayat tranfusi darah
Pasien mengatakan tidak pernah tranfusi darah
7. Tindakan terapi yang sudah diberikan
Infus NACL 20tpm

Riwayat Penyakit saat ini


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan muntah darah, BAB berwarna hitam sudah 3 hari.
Keluhan Penyerta : Pasien mengatakan perut nyeri sambil memengang
area abdomen epigastrium mual, lemas
2. Riwayat Sakit Sekarang/alasan masuk RS
Pasien mengalami muntah darah di rumah sekitar hampir 3 hari lalu dan
pada tanggal 3 Januari 2018 pukul 05.00 pasien muntah darah lagi dan
BAB hitam sehingga keluarga membawa ke IGD RS Panti Rahayu
Purwodadi pada tanggal 3 Januari 2018 sekitar pukul 13.00. dan diperiksa
oleh dokter jaga. Pasien dipasang infus Nacl 20 tpm dan dibawa ke ruang
Anggur kamar 2C

Pengkajian Pola Gordon


1. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan

a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan bahwa sehat itu jika bisa melakukan
aktivitas sehari hari seperti menjadi tukang pijat bayi dan ketika sakit
pasien mengatakan segera memeriksakan dirinya ke mantri desa
langgananya
b. Saat Sakit : Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya
sehari harinya sebagai tukang pijat bayi, pasien mengatakan belum
mengerti tentang penyakit yang di dideritanya dan pasien ingin cepat
sembuh, bersedia mengikuti program dari RS. Pasien tampak kebingungan
saat ditanya tentang penyakitnya

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

1. Sebelum sakit :
A: TB : 140cm BB : 41kg IMT :20,9 kg/m2 (normal)
B: Tidak terkaji
C: Tidak terkaji
D: Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi dan lauk seadanya
dengan porsi sedikit dan minum sekitar 5gelas sehari air putih

12
2. Saat sakit :
A : TB : 140cm BB : 41kg IMT : 20,9 kg/m2 (normal)
B : HB : 16,6 g/dL, K: 1,94 mmol/L
C : Konjungtiva merah muda, mukosa bibir kering, kulit kering
D: Pasien hanya minum air tajin dari RS 200cc X 6gelas/hari dan selalu
habis

3. Pola eliminasi

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB rutin 1x sehari dengan


konsistensi lembek berbentuk, berbau khas dan warna coklat kekuningan
b. Saat sakit : Pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi lembek,
berwarna hitam, urine berwarna kuning pekat sekitar 200cc

4. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari hari menjadi tukang pijat bayi,
dan dalam melakukan aktivitas tidak dibantu orang lain. Pasien tidak
merasa sesak nafas saat beraktifitas
b. Saat sakit : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit lemas dan dalam
beraktivitas dibantu oleh anaknya, namun pasien tidak merasakan sesak
nafas saat beraktivitas

5. Pola Istirahat dan Tidur

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dirumah tidur selama 8jam mulai


tidur dari jam 21.00 dan bangun jam 05.00 dengan kualitas tidur nyenyak
b. Saat sakit : Pasien mengatakan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak
karena lingkungan di RS sedikit ramai dan tidur hanya beberapa jam saja
kira-kira pukul 22.00-05.00 dan sering terbangun

6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

a. Sebelum dan saat sakit : Penglihatan pasien tidak terganggu, bisa melihat
dengan jelas, pengecap dan pendengaran baik

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

13
a. Sebelum sakit : Pasien merasa sangat bersyukur kepada Allah karena
masih diberi hidup hingga saat ini pasien ingin selalu sehat supaya tidak
merepotkan anaknya
b. Saat sakit : Pasien merasa tidak enak kepada anaknya karena
merepotkan dan pasien ingin cepat sembuh
c. Pola Seksualitas dan Reproduksi
d. Sebelum dan saat sakit : pasien sudah menopouse sejak sekitar umur 50
tahun dan mempunyai 7 anak

8. Pola Peran dan Hubungan

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan dia berperan sebagai nenek dan ibu
bagi anak-anaknya. Pasien mengatakan akrab dan berhubungan baik
dengan keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan
b. Saat sakit : Pasien mengatakan tidak dapat berperan sebagai nenek
dan tidak bisa memijat bayi. Komunikasi pasien dengan tetangga juga
terhambat karena pasien dirawat di RS

9. Pola Managemen Koping Stres

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika mempunyai masalah bercerita


pada keluarganya
b. Saat sakit : Pasien mengutarakan keluhan sakitnya pada keluarga dan
perawat.

10. Pola Nilai dan Kepercayaan

a. Sebelum sakit : Pasien beragama Islam dan saat dirumah pasien sholat 5
waktu
b. Saat sakit : Pasien mengatakan tetap sholat walaupun terbaring di
rumah sakit

C. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang, tampak lemah,terpasang


infus Nacl 20tpm ditangan kiri,
 Tingkat kesadaran :
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif : E : 4, M : 5, V : 6 Nilai : 15
 Tanda vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg

14
b. Suhu : 36,5 0C
c. Respiration rate (RR) : 18 x/menit
d. Nadi : 68 x/menit
e. Nyeri :

P (Provokatif) : Pendarahan di lambung


Q (Quality) : Tertusuk
R (Regio) : Abdomen
S (Skala) : Skala nyeri yang dirasakan pasien 4
T (Time) : Hilang timbul

Pengkajian Head to Toe

a. Kepala : bentuk mesosephal, rambut hitam beruban, ikal


b. Wajah : bentuk wajah oval, tidak terdapat nyeri tekan, kulit
wajah sawo matang
c. Mata : bentuk simetris, terdapat kantung mata,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, reflek
cahaya (+)
d. Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada
nyeri tekan
e. Telinga : Simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat
serumen
f. Mulut : Mukosa bibir kering, gigi tidak lengkap, tidak ada
stomatitis, pasien mengatakan belum sikat gigi
sejak masuk RS
g. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak terdapat nyeri
tekan
h. Toraks ( Paru-paru)
I : Simetris
P : Getaran paru kanan kiri sama
P : Sonor
A : Vesikuler tidak ada suara tambahan ronchi/wheezing
i. Jantung:
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Terdengar bunyi pekak batas jantung atas ICS 2 sinistra,
bawah ICS 5 sinistra, kanan linea sternalis dekstra, kiri
linea axilaris anterior sinistra
A : Tidak ada suara tambahan jantung BJ 3

15
j. Abdomen:
I : Tidak terdapat lesi,
A : Bising usus 12 x/menit
P : Timpany
P : Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian epigastrium
k. Genetalia : Tidak terpasang kateter, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan
l. Ekstermitas :
1. Atas : Pasien terpasang infus NaCL 20tpm lancar tidak bengkak,
tidak ada kemerahan
2. Bawah : pasien tidak terpasang kateter, tidak ada edema tonus
otot
5 5

5 5

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tangga Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Interpretasi


l normal
HEMATOLOGI
3-1- Hemoglobin 16.6 H g/Dl 12-14 High
2018
(15.54)
Leukosit 13.100 H /µL 4000- High
10.000
Hematokrit 50 H % 37-43 High
Trombosit 205.000 /µL 150.000- Normal
400.000
KIMIA KLINIK
Gula Darah 103 mg/dL (<140) Normal
SGOT 13 ui/L (<35) Normal
SGPT 11 ui/L (<39) Normal
Alkali Phospat 133 ui/L 60-170 Normal
Total protein 7.0 gr/100 ml (6-8) Normal
Albumin 4,6 gr/100 ml (3,5-4,8) Normal
Globulin 2,4 L gr/100 ml (2,5-3,2) Low

BILIRUBIN
Bilirubin total 1,64 H mg/dl <1 High

16
Bilirubin direk 0,48H mg/dl <0,25 High
Bilirubin indirek 1,16 H mg/dl <0,75 High
Gamma GT 10 U/L 7-32 Normal
ELEKTROLIT
Natrium 128 L mmol/L (135- Low
155)
Kalium 1.94 L mmol/L (3,6-5,5) Low
Klorida 101 mmol/L (96-106) Normal
Ureum 32 mg% (10-50) Normal
Creatinin darah 0,63 mg% (0,5-1,4) Normal
Asam Urat 3,1 mg% (2.4-5.0) Normal

Pemeriksaan Radiologi Thorax AP (supine) 31-1-2018, 13,31


Cor : Membesar dengan apeks cordis grounded, dilatasi aorta (+), klasifiasi
aorti knob (+)
Pulmo : Tak tampak infiltrat dikedua lapang paru orakan bronkovaskuler
sinus phrenioo stalis kanan kiri tajam

Diafragma : normal
Trakea ditengah
Sterna tulang baik
Kesimpulan :
1. Cardiomegaly dengan konfigurasi HHD disertai aertoslerosis
2. Broncitis

E. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. L
Tanggal Lahir :01 Januari 1955
Data Fokus Problem Etiologi
DS : Kekurangan volume Kehilangan cairan aktif
- Pasien mengatakan cairan dan elektrolit
muntah darah, BAB
berwarna hitam
sudah 3 hari

DO :
- Pasien tampak lemah
- Mukosa bibir kering
- Kulit kering
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 68X/menit
S : 36,5 C

17
RR :18x/m
- Natrium : 128
mmol/L
- Kalium : 1.94
mmol/L
- Hematokrit : 50 %
DS : Nyeri akut Agens cedera biologis
- Pasien mengatakan
perut nyeri sambil
memengang area
abdomen
epigastrium
DO :
- Terdapat nyeri tekan pada
abdomen bagian epigastrium
saat di palpasi
- Nyeri
P: Pendarahan di
lambung
Q: Tertusuk
R: Abdomen
S: Skala nyeri 4 dari
1-10
T: Hilang timbul
DS : Defisiensi pengetahuan Kurang informasi
- Pasien mengatakan
belum mengerti
tentang penyakit
yang di dideritanya
DO :
- Pasien tampak
bingung saat di tanya
tentang penyakitnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan Kehilangan
cairan aktif

18
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agens cedera biologis

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. L
Tanggal Lahir : 31 Desember 1933
Tanggal No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional Tanda
/Jam DP Hasil tangan
1. Setelah di lakukan 1. Mengetahui
tindakan 1. Memonitor apakah ada
keperawatan cairan elektrolit kekurangan atau
selama 4x24 jam pasien kelebihan cairan
kekurangan 2. Monitoring elektrolit pada
volume cairan dan tanda-tanda tubuh pasien
elektrolit teratasi, vital setiap 8 2. Perubahan TD dan
dengan kriteria jam nadi dapat
hasil : 3. Monitoring diperkirakan
1. BAB intake dan untuk perkiraan
pasien output cairan kehilangan daraan
lancar pasien nadi dapat
tidak 4. Pertahankan diperkirakan
berwarna tirah baring untuk perkiraan
hitam untuk kehilangan darah
2. Pasien mencegah 3. Memberikan
tidak muntah dan pedoman untuk
muntah tegang saat pemberian cairan
darah defekasi kepada pasien
3. Mukosa 5. Ajarkan pasien 4. Aktifitas
bibir dan keluarga dantekanan intra
lembab tentang abdominal dapat
4. Natrium makanan yang mencetuskan

19
dala batas sesuai dengan pendarahan lanjut
normal diet pasien 5. Mengetahui
(135- 6. Kolaborasi makanan apa saja
155m dengan ahli gizi yang tidak boleh
Mol) dalam dan boleh di
5. Kalium pemberian diet makan saat pasien
dalam pasien mengalamai sakit
batas 7. Kolaborasi terentu
normal dengan dokter 6. Mengetahui
(3,6- dan tenaga Kebutuhan gizi
5,5mmol) medis dalam yang di perlukan
pemberian pasien saat sakit
terapi obat 7. Mengatasi
medis yang keadaan akibat
sesuai (KCL) rendahnya
8. Kolaborasi elektrolit
dengan dokter 8. Untuk
dalam mempercepat
pemberian proses
terapi obat penyembuhan
- Anti mual pasien
muntah
- Anti
pendarahan
- Elektolit (KCL)

2. Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri


tindakan pasien 1. Pemantauan
keperawatan 2. Atur posisi yang dilakukan agar
selama 2-4 jam nyaman untuk mengetahui
nyeri dapat pasien perkembangan/pe

20
berkurangi, 3. Ajarkan teknik ngurangan skala
dengan kriteria relaksasi dan nyeri pasien
hasil : nafas dalam 2. Posisi yang
1. Pasien 4. Kolaborasi nyaman membuat
tampak dengan dokter lebih rileks
lebih untuk pemberian 3. Mengurangi rasa
rileks anti sekresi asam lebih nyaman dan
2. Skala lambung (OMZ) rileks
nyeri 4. Anti sekresi
dapat menggurangi
berkurang peningkatan asam
menjadi 3 lambung pada
tubuh pasien

12:00 3 Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai tolok ukur


tindakan pengetahuan pemberian
keperawatan pasien tentang pendidikan
selama 1x24 jam penyakit kesehatan
difisit hematemesis 2. Pasien dan
pengetahuan melena keluarga pasien
berkurang dengan 2. Lakukan mengetahui
kriteria hasil : pendidikan tentang cara
1. Pasien kesehatan pencegahan dan
mengetahu terhadap pasien penyebab
i tentang dan keluarga 3. Pengetahuan dapat
penyakit pasien tantang mencegah
yang di penyakit terulangnya
derita Hematemesis kembali suatu
2. Pasien melena penyakit
tidak ( pengertian, 4. Mempercepat
tampak penyebab, tanda proses

21
kebingung dan gejala, penyembuhan
an lagi penatalaksanaan pasien dengan
saat di dan diit). meminumn obat
tanya 3. Ajarkan pasien secara teratur dan
dan keluarga istirahat cukup.
pasien untuk
menjaga pola
makan dan
kebersihanya
4. Libatkan keluarga
pasien untuk
menjaga
kesehatan pasien
dan supaya
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

22
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan
berwarna hitam

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al. (1992). Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia

23
Hernomo O.K. (1997). Hematemisis dan Melena dalam Penanggulangan Gawat
Darurat, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Hudak C.M. (1994). Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.

24
25

Anda mungkin juga menyukai