Anda di halaman 1dari 13

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM

PENDENGARAN

OLEH KELOMPOK 1:

YORI DESTIA ULANDARI 1826010044


RIA FRADILA 1826010045
RANDI BAHARSYAH 1826010070

DOSEN PENGAMPU : Ns. FERNALIA, S.Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan kekuatan inspirasi kepada penulis dalam
menuangkan ide, gagasan, dan kata-kata sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul“Anatomi fisiologi system pendengaran”. Penulisan
makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas matakuliah system senori
persepsi program studi Ilmu Keperawatan Stikes Tri MandiriSakti Bengkulu Tahun
2021.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk salah satu standar penilaian matakuliah
system sensori persepsi khususnya tentang materi anatomi fisiologi system
pendengaran. Didalam makalah ini penulis akan menguraikan lebih lanjut tentang
Anatomi fisiologi system pendengaran.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari Dosen Pembimbing dan Teman-Teman.Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman-
teman yang telah mendukung sehingga tugas makalah ini terselesaikan.

Bengkulu, 24 januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indera pendengaran merupakan salah satu indera manusia yang
berfungsi untuk mengenali berbagai macam bunyi menentukan lokasi sumber
bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi
manusia karena tidak hanya diperlukan untuk komunikasi antara sesama
manusia namun juga untuk mengenali kondisi sekitar tubuh. Bunyi itu sendiri
merupakan suatu getaran yang berasal oleh benda yang menimbulkan suatu
gelombang. Gelombang tersebut akan menghasilkan bunyi, baik yang bernada
tinggi ataupun bernada rendah. Manusia dapat mendengarkan bunyi antara 20
Hz sampai dengan 20 ribu Hz.
Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga. Telinga
selain berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan.
Secara anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa), telinga
tengah (auris media) dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar berperan
seperti mikrofon yaitu mengumpulkan bunyi dan meneruskannya melalui
saluran telinga (canalis acusticus externus) menuju telinga tengah dan telinga
dalam. Getaran yang sampai ke telinga dalam selanjutnya akan diubah
menjadi rangsang listrik yang selanjutnya akan dikirim ke pusat pendengaran
di otak.
Gangguan pada telinga dapat menyebabkan penurunan fungsi
pendengaran yaitu ketajaman pendengaran yang bersifat ringan yang bersifat
sementara sampai dengan terjadinya ketulian yang bersifat permanen. Ada 2
jenis ketulian yaitu tuli hantara dan tuli sensorineural. Tuli hantaran
disebabkan oleh kelainan pada telinga luar dan tengah, sedangkan tuli
sensorineural disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam.
Adanya halangan masuknya bunyi dari luar menuju telinga tengah
dapat menyebabkan penurunan ketajaman pendengaran dan penentuan
lokalisasi bunyi. Penentuan lokalisasi bunyi merupakan salah fungsi indera
pendengaran yang sangat penting karena berkaitan dengan faktor keselamatan
diri.
Faktor yang menjadi penghalang masuknya bunyi dari luar untuk
masuk ke dalam telinga tengah dapat bersifat internal maupun eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari telinga sendiri, misalnya adalah
serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Serumen dapat
menumpuk pada saluran telinga sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif.
Selain faktor internal, dijumpai adanya faktor eksternal yang dapat
menyebabkan gangguan penghantaran bunyi ke telinga tengah, misalnya
pemakaian seperti topi, helm ataupun busana seperti jilbab yang menutupi
telinga.

B. Tujuan
Makalah ini menjabarkan secara rinci tentang anatomi fisiologi system
pendengaran dan serta pembaca diharapkan memahami lebih luas lagi tentang
anatomi fisiologi system pendengaran.

C. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui tentang anatomi fisiologi system
pendengaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indra ini
adalah saraf kranial ke delapan atau nerfus auditorius. Telinga terdiri atas
3 bagian : telinga luar,telinga tengah,dan rongga telinga dalam.

B. ANATOMI SISTEM PENDENGARAN


1. Telinga luar
Terdiri atas aurikel atau pina,yang pada binatang rendahan
berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan
gelombang suara dan meatus auditorius eksternal yang menjorok ke
dalam menjauhi pina serta menghantarkan getaran suara menuju
membrane timpani.
Yang ini berukuran panjang sekitar 2,5 cm sepertiga luarnya
adalah tulang rawan sementara 2/3 dalamnya berupa tulang.bagian
tulanga rawan tidak lurus serta bergerak kearah atas dan belakang.
Liang ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga
keatas dan kebelakang.hal ini biasanya dilakukan bila kita hendak
menyemprot telinga. Cairan semprotan itu harus diarahkan kedinding
posterior dan dinding atas liang telinga,setelah disemprot dan
diperiksa,cairan selebihnya dapat dikibaskan keluar oleh pasien.
Aurikel berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan
dan jaringan fibrus kecuali pada ujung bawah yaitu cuping telinga
yang terutama terdiri atas lemak.
Ada tiga kelompok otot yang terletak pada bagian depan, atas,
dan belakang telinga. Kendati demikian manusia hanya sanggup
menggerakkan telinganya sedikit sekali, sehingga hampir2 tidak
keliatan.

2. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang
mengandung udara.rongga itu terletak sebelah dalam membrane
timpani atau gendang telinga.yang memisahkan rongga itu dari meatus
auditorius eksterna.rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang
dan dinding membranosa,sementara pada bagian belakangnya
bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus pada
tulang temporalis,melalui sebuah celah yang disebut aditus.

Tuba eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah


menuju nasofaring lantas terbuka.dengan demikian tekanan udara pada
kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus
auditorius eksterna,serta melalui tuba Eustakhius ( faring
timpani).celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan
biasa,dan akan terbuka setiap kali kita menelan.dengfan demikian
tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang
dengan tekanan udara dalam atmosfer,sehingga cedera atau ketulian
akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan.adanya
hubungan dengan nasofaring ini memungkinkan infeksi pada hidung
atau tenggorokan dapat menjalar masuk kedalam rongga telinga
tengah.
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang
tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung
dan membrane timpani menuju rongga telinga dalam.tulang sebelah
luar adalah maleus,berbentuk seperti martil dengan gagang yang
terkait pada membrane timpani,sementara kepalanya menjulur
kedalam ruang timpani.
Tulang yang berada di tengah adalah inkus atau landasan,sis
luarnya bersendi dengan maleus,sementara sisi dalamnya bersendi
dengan sisi dalam sebuah tulang kecil,yaitu stapes.
Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan pada inkus dengan ujungnya
yang lebih kecil,sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada
membrane yang menutup fenestra vestibula atau tingkat
jorong.rangkaian tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getaran
suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam.
Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang
terletak dibelakang telinga sementara ruang udara yang berada pada
bagian atasnya pada antrum mastoideus yang berhubungan dengan
rongga telinga tengah.
3. Telinga dalam.
Berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis. Rongga
telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran
– saluran dalam tulang temporalis. Rongga – rongga itu disebut labirin
tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin
membranosa. Saluran2 bermembran ini mengandung cairan dan
ujung2 akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
Labirin tulanga terdiri atas 3 bagian :
a. Vestibula yang merupakan bagian tengah dan tempat
bersambungnya bagian2 yang lain ibarat sebuah pintu yang
menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah.
b. Saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula. Ada 3
jenis saluran2 itu yaitu saluran superior, posterior, dan leteral.
Saluran leteral letaknya horizontal sementara ke tiga2nya saling
membuat sudut tegak lurus. Pada salah satu ujung setiap saluran
terdapat penebalan yang disebut ampula.
c. Koklea adalah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya
laksana sebuah rumah siput. Belitan2 itu melingkari sebuah sumbu
yang berbentuk keruciut yang memiliki bagia tengah dari tulang
dan disebut modiulus.
Dalam setiap belitan ini terdapat saluran membranosa yang
mengandung ujung2 akhir saraf pendengaran. Cairan dalam labirin
membranosa disebut endolimfa, sementara cairan diluar labirin
membranosa dan dalam labirin tulang disebut ferilimfa. Ada 2 tingkap
dalam ruang melingkar ini.
a. Fenestra vestibuli ( ini juga disebut fenestra ovalis lantaran
yang bentuknya bulat panjang) ditutup tulang stapes.
b. Fenestra koklea ( yang disebut fenestra rotunda lantaran
bentuknya yang bulat ditutup sebuah membrane).
Kedua2nya menghadap ketelinga dalam adanya tingkap2 ini dalam
labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga
telinga tengah guna dilangsungkan dalan perilimfa. Getaran dalam
perilimfa dialihkan menuju endolimfa,dan denga demikian
merangsang ujung2 akhir saraf pendengaran.
Nerfus auditorius terdiri atas 2 bagian salah satunya
pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibular rongga telinga dalam
yang mempunayi hubungan dengan keseimbangan.serabut2 saraf ini
bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik
pertemuan antar pons dan medulla oblongata, lantas bergerak terus
menuju sereblum. Bagian koklearis pada nerfus auditorius adalah saraf
pendengar yang sebenarnya serabut2 sarafnya mula2 dipancarkan pada
sebuah nucleus khusus yang berada tepat dibelakang thalamus.
Kemudian dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir
dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.

cedera pada saraf koklealis akan berakibat ketulian saraf,


sementara cedera pada saraf vestibularis akan berakibat vertigo,
ataksia, dan nistagmus.
C. FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN
1. Pendengaran
Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai
gelombang suara yang kecepatan dan volume nya berbeda-
beda.gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang
menyebabkan membrane timpani bergetar.getaran-getaran tersebut
selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes,melalui maleus yang
terkait pada membrane itu.karena gerakan-gerakan yang timbul pada
setiap tulang ini sendiri,tulang-tulang itu memperbesar getaran,yang
kemudian disalurkan melalui venestra vestibular menuju peri
limfe.getaran peri limfa dialihkan melalui membrane menuju endo limfa
dalam saluran koklea,dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf
dalam organ corti,untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus
auditorius.
Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak/tidak
enak,ingar binger atau musical.istilah-istilah ini digunakan dalam artinya
yang seluas-luasnya.gelombang suara yang tak teratur menghasilkan
keributan atau keingar-bingaran,sementara gelombang suara,beirama
teratur menghasilkan bunyi musical enak.suara merambat dengan
kecepatan 343 m/detik dalam udara tenang,pad suhu 15,5 celcius.

2. Keseimbangan
Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semi sirkularis
menghantarkan impuls-impuls menuju otak.impuls-impuls itu
dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi,karena adanya perubahan kedudukan
cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu.hal ini mempunyai hubungan
erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan.apabila
seseorang sekonyong-konyong didorong ke satu sisi,kepala orang itu
cenderung miring kea rah lain ( berlawanan dengan arah badan yang
didorong),guna mempertahankan keseimbangan,mengatur berat
badan,mempertahakan posisi berdiri,dan dapat menghindarkan jatuhnya
badan.perubahan kedudukan cairan dalam saluran semi sirkular inilah
yang merangsang impuls yang segera dijawab badan berupa gerak
reflek,guna memindahkan berat badan serta mempertahankan
keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA

Pearce,Evelyn. 2013. Anatomi fisiologi untuk paramedic.


Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai