lapisan yang mencegah terjadinya difusi air, tetapi pajanan yang berulang
terhadap surfactant dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan yang
mengakibatkan kekeringan kulit (Pedersen and Jemec, 2006).
b. Cuaca dan iklim:
Perubahan mendadak pada kelembaban udara akan mempengaruhi
kelembaban kulit. Lingkungan dengan kelembaban yang rendah akan
merusak sawar kulit, sehingga terdapat respons peningkatan sintesis DNA
(Deoxyribonucleic acid) epidermis (Denda et al., 1998).
Penelitian terhadap hewan menunjukkan, TEWL menurun sekitar 30%
pada hewan yang dipajankan pada udara yang kering (<10% RH). Hal ini
terjadi karena terdapat peningkatan biosintesis lipid, peningkatan lamellar
bodies dan penebalan stratum korneum. Sedangkan pada hewan yang
dipajankan udara yang lembab (80% RH) akan menginduksi penurunan
biosintesis lipid. Setelah dipindahkan dari lingkungan yang lembab (80%
RH) ke lingkungan yang kering (10%RH), terdapat peningkatan TEWL 6
kali lipat (Sato et al., 2001).
c. Gaya hidup (Lifestyle):
Sekalipun tanpa memiliki kelainan kulit, kondisi kulit kering dapat saja
terjadi akibat pengaruh lifestyle. Akhir-akhir ini semakin meningkat
dengan kebiasaan mandi dengan shower dan air panas yang terlalu sering
dilakukan atau berendam dalam air yang ditambahkan bath salt dan busa
sabun. Berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi ikatan air dalam
stratum korneum dan menyebabkan kekeringan kulit di antaranya
(Bauman, 2002) :
(1) Mandi dengan air panas: berendam dengan air panas dalam waktu
yang lama akan mengakibatkan lipid natural pada kulit mudah hilang.
(2) Gesekan pakaian
(3) Kebiasaan bepergian dengan pesawat udara
(4) Berada di ruang ber AC dalam waktu lama
2.4 Struktur dan Fungsi Epidermis
Kulit tersusun atas 3 lapisan primer: epidermis, dermis dan subkutan. Tiap
lapisan memiliki karakter dan fungsi masing-masing. Sekalipun
merupakan struktur dan jaringan yang menyatu, epidermis merupakan
lapisan terluar dan sangat penting perannya dalam segi kosmetik, karena
memberikan kelembaban dan tekstur kulit (Bauman, 2002a).
Gambar 2. 1 Corneodesmosome
Paku yang melekatkan korneosit satu sama lain adalah struktur protein
spesial yang disebut corneodesmosomes. Struktur ini juga merupakan
bagian dari analogi "mortar" pada "brick and mortar" analogy.
Corneodesmosomes merupakan struktur utama yang harus rusak agar
kulit dapat mengelupas dalam proses deskuamasi (Brannon, 2007).
sehingga hanya memiliki keratin fibril yang tersusun paralel pada panjang
sel. Di antara keratin fibril terdapat matriks keratohialin yang tersisa
(McGrath et al., 2004).
Protein pada matriks ini tampaknya berdegradasi dengan susunan
material yang berat molekulnya rendah, termasuk asam amino. Selama
proses kornifikasi, protein envelope pada korneosit selalu ditambahkan di
antara permukaan internal membran sel dan melekat pada serabut
keratin (Polakowska and Goldsmith, 1991).
bertambahnya usia, maka kadar NMF juga akan menurun (Scott and
Harding, 2000).
Natural moisturizing factor (NMF) merupakan kumpulan substansi watersoluble yang hanya didapatkan pada stratum korneum, kadarnya sekitar
20-30%. Lapisan lipid yang mengelilingi korneosit menyelubungi dan
mencegah hilangnya NMF (Brannon, 2007).
Gambar 2. 8
Intercellular Lipid Asam lemak bebas dan ceramides yang dibebaskan
dari lamellar bodies akan berfusi bersama dalam stratum korneum untuk
membentuk continuous layer lipids. Karena terdapat dua tipe lipid, maka
lapisan ini juga disebut lamellar lipid bilayer. Lipid bilayer berperan
penting dalam memelihara sawar kulit dan analog dengan "mortar" pada
model brick and mortar (Brannon, 2007).
2.7.3 Elastin
Serabut elastin terdapat di perifer serabut kolagen, tersusun dalam
bentuk mikrofibril yang merupakan gabungan fibrilin. Fibrilin merupakan
tempat elastin dideposit. Bila sering terpajan sinar matahari elastin
menjadi substansi yang amorf pada dermis dan rusak (Kimyai-Asadi et al.,
2003).
2.7.4 Glycosaminoglycans
Glycosaminoglycans (GAG) adalah rantai polisakarida yang tersusun oleh
unit disakarida yang berulang dan berikatan secara kovalen dengan
protein inti. GAG merupakan senyawa yang mampu mengikat air dan
berperanan dalam pelembaban kulit (Jung et al., 1997). Proteoglycans
merupakan makromolekul kompleks yang terdiri atas protein utama dan
satu atau lebih rantai GAG yang terikat secara kovalen. GAG terutama
didapatkan dalam matriks ekstraseluler tetapi terutama disintesis oleh
apparatus Golgi yang terdapat dalam sel (Jung et al., 1997).
Bagian utama dari GAG adalah gula yang berupa konjugat molekul
kompleks yang disebut glycan. Glycan terdapat dalam berbagai bentuk
dan ukuran dari rantai linier (polisakarida) sampai molekul dengan banyak
cabang. Glycan merupakan bagian terbesar yang menempati
ekstraselular matriks dan berperan penting dalam transmisi sinyal
biokimia ke dalam dan antar sel (Tzellos et al., 2009).
Dermatan sulfate adalah GAG yang terutama didapat dalam kulit tetapi
juga pada pembuluh darah, katup jantung, tendon dan paru. Dermatan
sulfate berperan dalam koagulasi, penyakit jantung, karsinogenesis,
infeksi, penyembuhan luka dan fibrosis (Tzellos et al., 2009).
Chondroitin sulfate adalah GAG yang tersulfatasi tersusun atas rantai gula
((N-acetyl-galactosamine dan glucuronic acid). Biasanya melekat pada
proteoglycan. Rantai chondroitin dapat memiliki 100 gula dalam berbagai
variasi posisi dan jumlah. Chondroitin sulfate merupakan struktur
komponen utama dari kartilago dan berfungsi melindungi dari regangan
dan benturan (Bertozzi and Rabuka, 2009).
Kompleks Molekul Gula dari Glycan Merupakan diversi dari struktur yang
membentuk permukaan sel dan matriks ekstraseluler yang berada di
antara sel. Polisakarida ini tampak tersusun seperti manik-manik yang
berwarna-warni yang melekat pada protein (berwarna biru) dengan ikatan
kovalen. Glycan dapat merupakan rantai linier (GAG) atau memiliki
cabang molekul gula. Glycan dibentuk dalam Golgi. Terdapat vesikel lipid
yang mengangkut glycan yang sudah dimodifikasi menjadi protein ke
permukaan sel (Bertozzi and Rabuka, 2009).
Perkembangan teknologi terbaru untuk mengeksplorasi struktur rantai
gula dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut Glycobiology. Istilah ini
pertamakali dikenalkan oleh Rademacher, Parekh, dan Dwek pada tahun
1988 untuk menunjukkan pengetahuan modern tentang kimia karbohidrat
dan biokimia serta biologi molekuler dari glycan. Sampai saat ini istilah
tersebut tetap digunakan (Rademacher et al., 1988).
Ilmu ini terutama mempelajari tentang struktur, biosintesis dan biologi
dari saccharide (rantai gula atau glycan). Saat ini merupakan dasar ilmu
bagi perkembangan bioteknologi, farmasi dan laboratorium. Glycobiology
sangat bergantung pada disiplin ilmu genetika molekuler, biologi sel,
fisiologi dan kimia protein (Bertozzi and Rabuka, 2009).
Dalam perkembangan Glycobiology akan dibahas lebih jauh tentang peran
utama molekul kompleks karbohidrat dalam komunikasi sel. Paradigma
sentral dari biologi molekuler modern adalah tentang alur informasi dari
DNA ke RNA. Konsep utama dari informasi ini bukan hanya presisi dalam
template-driven tetapi juga kemampuan memanipulasi tiap kelas molekul
berdasarkan pengetahuan tentang pola urutan homologi dan
hubungannya dengan fungsi dan evolusi. Dengan selesainya urutan
genom manusia (human genom project) dan pengetahuan berbagai model
organisme akan menjadi salah satu pengetahuan yang sangat berharga
bagi perkembangan sistem biologi (Bertozzi and Rabuka, 2009).
2.11 Jalur Komunikasi Glycan
Merupakan petunjuk komunikasi yang penting bagi perkembangan sel dan
jaringan serta fungsi fisiologisnya (Bertozzi and Rabuka, 2009) Untuk
menunjukkan peran glycan dalam komunikasi sel dapat digambarkan
dengan salah satu contoh sebagai berikut. Salah satu interaksi protein
dan GAG adalah fibroblast growth factor akan menerima sinyal dari GAG
sehingga fibroblast growth factor dapat berinteraksi dengan reseptornya
pada permukaan sel. Pengikatan growth factor
pada reseptornya
merupakan gerakan akibat sinyal kaskade yang berakhir dalam nukleus
sel dan memicu gen yang memodulasi proliferasi sel. Untuk mempercepat
sinyal bertingkat ini reseptor pada permukaan sel harus berubah struktur
yaitu dengan melekat pada reseptor kedua (glycan) secara simultan (Esko
and Linhardt, 2009). Jenis GAG yang terbanyak pada dermis adalah
hyaluronic acid (HA) atau hyaluronan (Gambar 2.12) (Varki, et al. 2009).
Volume HA yang besar berhubungan dengan kandungan air dan hidrasi
kulit, kemampuan memelihara kegiatan sel. Kadarnya meningkat pada
aktivitas proliferasi, regenerasi dan penyembuhan luka (wound healing).
Dengan demikian HA memiliki potensial sebagai anti penuaan. HA
terutama diproduksi dalam mesenkim jaringan konektif dan paling banyak
oleh fibroblas. Dapat mencapai sirkulasi darah melalui saluran limfatik
(Neudecker et al., 2004).
keratin
sehingga
menjadi
struktur
matriks
yang
Gambar.
Filagrin Akibat mutasi homozigot, kulit tidak memiliki filagrin.
Immunostaining dengan filaggrin repeat domain mAb 15C10 (Novocastra,
Newcastle upon Tyne, United Kingdom) menunjukkan granula keratohialin
pada kulit normal (kiri)
berbeda kontras dengan hilangnya lapisan
granulosum pada individu homozigot yang kehilangan filagrin (kanan).
Pasien remaja ini menderita iktiosis vulgaris dan dermatitis atopik yang
sedang sampai berat sejak bayi (Irvine and Mc Lean, 2006).
per jam. Nilai TEWL normal adalah antara 2-5 gr/m2 per jam. Nilainya
dapat mencapai 90-100 gr/m2/ jam setelah stripping kulit atau pada
keadaan adanya lesi dermatitis atopik (Black et al., 2005).
2.12 Pelembab
Menurut Gabard (1994), pelembab adalah emulsi yang mengandung
substansi aktif yang dioleskan pada kulit dengan tujuan untuk rehidrasi
atau regenerasi kulit kering, kasar dan bersisik akibat xerosis, iritasi atau
oleh sebab lain. Sediaan pelembab adalah, lotion, krim, salep dan bath oil.
Pelembab bekerja dengan komposisi yang bersifat oklusif dan atau
humektan seperti halnya komponen pada NMF. Komposisi yang bersifat
oklusif secara fisik memblokir kehilangan air dari permukaan kulit (Hannon
and Maibach, 2005).
a. Substansi hidrofobik ini akan membentuk lapisan oklusif pada kulit yang
akan menurunkan TEWL dengan mencegah penguapan air.
b. Menjaga kadar lipid barrier kulit.
c. Contoh : petrolatum, beeswax, lanolin.
Komposisi yang bersifat
humektan bekerja dengan menarik air ke dalam kulit (Hannon and
Maibach, 2005).
a. Air yang diambil untuk mempertahankan kelembaban kulit berasal dari
lapisan epidermis yang lebih dalam, jarang dari lingkungan.
b. Hidrasi stratum korneum akan menormalkan lipid interselular dan
proses deskuamasi alami
c. Kulit menjadi lebih resisten terhadap kondisi kekeringan.
d. Humektan akan berperan seperti halnya natural hydrophilic humectants
dalam stratum korneum.
e. Yang termasuk humektan antara lain: asam amino, asam laktat, alpha
hydroxy acids, propylene glycol, glycerine dan urea.
f. Beberapa substansi di atas merupakan komponen NMF.
Selain komponen
mengandung:
oklusif
dan
humektan,
pelembab
juga
dapat
terapi topikal pada penyakit kulit lain misalnya psoriasis, iktiosis, dan
dermatitis atopik. Terdapat efek samping berupa kemerahan, rasa
tersengat dan rasa terbakar terutama pada lesi ekskoriasi yang baru
(Black et al., 2005).
e. Propilenglikol : sebagai humektan dan bahan oklusif, tidak berbau,
berbentuk cairan, serta larut dalam air, alkohol dan minyak, mempunyai
efek keratolitik, antimikrobial, dan meningkatkan penetrasi. Efek samping
berupa terjadi dermatitis alergi, iritasi dan rasa terbakar (Yu and Van
Scott, 2005).
f. Kolagen dan Polipeptida lain :
kolagen yang mampu melakukan
penetrasi ke dalam stratum korneum adalah kolagen yang mempunyai
berat molekul < 5000 dalton, yang akan melekat pada permukaan kulit
sehingga permukaan menjadi lebih rata dan halus, dan setelah kering
akan memberikan efek mengencangkan kulit yang bersifat sementara (Yu
and Van Scott, 2005).
g. Asam hidroksi alfa maupun beta dapat memudahkan pengelupasan
kulit. Asam alfa hidroksi membantu sintesis lipid interselular terutama
sintesis ceramide (Yu and Van Scott, 2005).
Gambar
Hidrasi Kulit Sangat Dipengaruhi oleh Kadar GAG dan Proteoglycans
Proteoglycans, Glycoproteins dan Glycosaminoglycans merupakan
regulator yang mengaktifkan fungsi sel. Berinteraksi dengan matriks
ekstrasel dan memiliki peran biologi yang penting dalam proliferasi
(Kligman, 2000).
Mekanisme pelembaban kulit tidak terlepas dari sinyal kaskade
yang memerlukan HA sebagai salah satu reseptor untuk membawa sinyal
pada permukaan kulit agar mempertahankan kelembaban kulit (Bertozzi
and Rabuka, 2009).
Pelembab digunakan untuk melembabkan kulit sehingga gejala dan
tanda kekeringan kulit, bersisik, permukaan yang kasar menjadi lembut
dan halus. Pelembab berbeda dengan barrier cream yang digunakan
untuk melindungi pajanan bahan kontak yang menyebabkan dermatosis
(Kligman, 2000). Pelembab memiliki manfaat yang tidak saja
melembabkan kulit, tetapi juga dapat mengobati dermatosis kronik seperti
dermatitis atopik dan psoriasis karena dapat memperbaiki kerusakan
sawar kulit. Pelembab sering digunakan sebagai antiinflamasi pada pasien
yang diterapi dengan psoralen yang dikombinasi dengan UVA (PUVA)
(Kligman, 2000). Pelembab yang digunakan selama lebih dari 6 bulan
Kombinasi
SI
dan
berbagai
bahan
pelembab
berperan
mengefektifkan kelembaban kulit dengan berikatan pada grup asam
amino lisin yang ada pada keratin stratum korneum. Karena ikatannya
sangat kuat, maka akan tetap efektif sekalipun berada pada udara yang
kering dan kelembabannya rendah (Pentapharm, 2009).
Pelembab juga ditambahkan bahan yang mengandung bahan inaktif
yang membantu melarutkan, menstabilkan, mengemulsi sehingga
didapatkan bentuk produk yang nyaman dipakai (Warner and Boissy,
2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan produsen Saccharide
Isomerate, sebelum dipasarkan, didapatkan hasil bahwa ikatan SI dengan
dengan stratum korneum. Oleh karena itu hanya bisa terlepas dengan
proses deskuamasi, oleh karena itu sangat efektif melembabkan kulit, di
samping itu juga dapat membuat kulit menjadi lebih halus dan tidak gatal
(Pentapharm, 2009).