Anda di halaman 1dari 21

Review

MOISTURIZER, AGEN PELEMBAB KULIT DAN RAMBUT


Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester matakuliah Produk Kosmetika

Oleh:
Yuniar Wahyu Rahmawati
NIM.112210101042

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS JEMBER
2014
Review
MOISTURIZER, AGEN PELEMBAB KULIT DAN RAMBUT
Dewasa ini kebutuhan akan kosmetik sudah demikian primer dan tidak terpisahkan
dari kehidupan kita. Berbagai jenis kosmetika yang digunakan untuk menunjang penampilan
kita, salah satunya adalah kosmetika perawatan kulit dan rambut. Kosmetika perawatan kulit
semakin beragam dan terus berkembang. Sebagian besar kosmetika perawatan kulit untuk
sediaan topikal ada dalam bentuk krim atau losion. Sebagian besar orang menggunakan krim
untuk merawat kulit, dimana kulit mengandung lapisan lemak tipis yang berfungsi untuk
melindungi dari kelebihan penguapan air yang menyebabkan dehidrasi. (Lubis,et.al. 2012)
Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat yang mengandung dua zat yang
tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-
butir kecil dalam cairan lain, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan
mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat
penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen
POM, 1985 dalam Lubis,et.al. 2012).

Kondisi fisiologis dan patologis


Kulit adalah suatu pembatas, seperti dinding, yang berfungsi untuk memisahkan dan
melindungi bagian dalam tubuh dari mikroba yang ada di lingkungan dan merupakan suatu
pertahanan primer melawan infeksi (Brodell dan Rosenthal, 2008 dalam Husni,2012). Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari (Tranggono dan Latifah, 2007 dalam
Husni,et.al,2012).
Stratum corneum adalah lapisan terluar kulit dan yang merupakan pembatas dengan
lingkungan luar tubuh. Salah satu fungsi utamanya adalah meregulasi kehilangan air dari
tubuh dan mengatur keseimbangan air antara tubuh dengan lingkungan. Menurut
Ananthapadmanabhan, dkk., 2009 dalam Husni,et.al, 2012, hal-hal yang dapat mempengaruhi
kelembaban kulit, antara lain perubahan kelembaban lingkungan, temperatur, dan
penggunaan sabun sehari-hari. Sehingga penguapan air dari kulit masing-masing orang
berbeda-beda.
Kandungan air dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat
penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya tergantung pada air yang

112210101042 - Moisturizer 1
dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Stratum corneum yang diletakkan
diudara kering menjadi keras, kering, bersisik dan tidak dapat dilunakan kembali hanya
dengan pemberian lemak seperti lanolin, olive oil, dan petrolatum. Stratum corneum baru
menjadi lunak kembali setelah diberi air (Tranggono dan Latifah, 2007 dalam (Lubis,et.al.
2012).
Stratum corneum mengandung 3 lipid penting,yaitu ceramide, kolesterol , dan asam
lemak. Defisiensi salah satu dari tiga jenis lipid tersebut menunjukkan karakter abnormalitas
dengan meningkatnya trans epidermal water loss. Trans epidermal water loss dihitung
sebagai gram air per meter persegi per jam. Pengukuran TEWL memberikan informasi
perubahan kelembaban yang diinduksi oleh treatment yang tidak mempengaruhi barier dan
perubahan sifat barier oleh treatment yang tidak mempengaruhi kelembaban. Perawatan
keseimbangan air pada SC dilindungi lewat dua mekanisme biofisik utama. Pertama, lipid
lamellar intraseluler yang menyediakan perlindungan paling efektif untuk air melewati
jaringan. Mekanisme kedua adalah dengan natural moisturizing factor (NMF), senyawa larut
air yang ada didalam korneosit. (Leyden,2002)

Gambar 1. Derajat kekeringan kulit (Leyden.2002)

112210101042 - Moisturizer 2
Retak-retak pada stratum corneum di bawah kondisi yang kurang baik, akan
menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius dan retak-retak itu akan menimbulkan iritasi
dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah
perlunya kosmetik pelembab kulit, untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan
kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya atau dengan
mengkonsumsi buah yang dapat melembabkan kulit (Lubis,et.al. 2012).
Selain kulit secara umum, moisturizer juga diperlukan untuk bibir dan rambut. Prinsip
utamanya sama, untuk mencegah kekeringan. Rambut tidak hanya perlu conditioner tetapi
juga membutuhkan moisturizer atau pelembab untuk menjaga kesegaran, kekuatan, dan
keindahannya (Kompas,2010). Sekitar 30 persen struktur rambut manusia terdiri dari air.
Gunanya, untuk keindahan rambut serta menjadikannya halus, ringan, dan mudah diatur.
Kadar kelembaban rambut normal adalah 10-30 persen. Namun, seiring dengan gaya hidup
modern yang terus berubah, kadar kelembaban rambut tidak lagi mencukupi. Beberapa faktor
yang dapat menghilangkan kelembaban alami rambut adalah kondisi lingkungan yang
semakin memburuk, seperti tingginya tingkat polusi, teriknya sinar matahari, serta udara yang
kering. Selain itu, kondisi dalam ruang, seperti dinginnya AC di rumah atau di tempat kerja,
serta penanganan rambut yang berlebihan dapat semakin mengurangi kadar kelembaban
rambut.

Pelembab/ moisturizer
Simion, dkk., (2005) dalam Husni,et.al., (2012) menjelaskan bahwa pelembab adalah
salah satu jenis kosmetika yang berfungsi menghidrasi kulit dengan cara mengurangi
penguapan air dari kulit dan menarik air dari udara masuk ke dalam stratum corneum yang
mengalami dehidrasi.Bahan-bahan yang dapat mengurangi penguapan air dari kulit adalah
bahanbahan oklusif yang berminyak dan bahan-bahan yang dapat menarik air ke dalam
stratum corneum dikenal sebagai humektan. Bahkan Draelos( 2009). dalam Husni,et.al. 2012
menyebutkan bahwa pelembab adalah kosmetika yang sangat penting dibandingkan
kosmetika lainnya. Hal ini dikarenakan pelembab dapat mengurangi penguapan air dari kulit
hingga kandungan air dalam kulit terpenuhi dan meminimalkan tanda-tanda eczema.
Umumnya, kosmetika pelembab kulit terdiri dari bahan pelembab yang dapat membentuk
lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan
mengurangi penguapan air dari kulit (Wasitaatmadja, 1997 dalam Husni,et.al.2012).
Ada empat langkah dalam terapi pelembaban yaitu memperbaiki barier kulit,
meningkatkan kadar air, menurunkan TEWL,dan mengembalikan fungsi normal barier kulit.
112210101042 - Moisturizer 3
Dalam konsep moisturizer dikenal istilah emolien, humektan, dan oklusif
(Kompas,2010 dan Husni, et.al.2012). Emolien didefinisikan sebagai bahan kosmetik yang
digunakan untuk menjaga kulit tampak lunak, halus, licin dan lembut. Emolien dapat
berfungsi sebagai pelembab karena kemampuannya membentuk lapisan pada permukaan
kulit atau stratum korneum dan beraksi sebagai pelumas (lubrikan), untuk mengurangi kulit
bersisik dan memperbaiki penampilan kulit. Contoh emolien adalah lanolin.
Humektan merupakan bahan aktif dalam kosmetik yang ditujukan untuk
meningkatkan kandungan air pada permukaan kulit terluar. Bahan-bahan yang termasuk ke
dalam humektan terutama adalah bahan-bahan yang bersifat higroskopis yang dapat
digunakan secara khusus untuk tujuan melembabkan kulit. Sedangkan pada konsep
perawatan rambut, humectant artinya melembabkan rambut dengan cara menarik moisturizer
ke rambut sehingga membuat helaian rambut lebih terhidrasi. Dengan meningkatnya kadar
hidrasi rambut, helaian rambut pun menjadi lebih halus, ringan, dan mudah diatur. Contoh
humektan adalah gliserin.
Oklusif adalah bahan aktif kosmetik yang dapat menghambat terjadinya penguapan
air dari permukaan kulit. Dengan menghambat terjadinya penguapan air pada permukaan
kulit, bahan-bahan oklusif dapat meningkatkan kandungan air dalam kulit. Jika dalam knsep
perawatan rambut, occlusive, artinya menambah material yang dapat melapisi permukaan
rambut dan memberikan efek lubrikasi pada helaiannya. Tujuannya, memperbaiki efek
sensori rambut kering dan kusam menjadi halus dan lembut. Dibandingkan dengan
moisturizer, zat yang terkandung dalam conditioner hanya merupakan salah satu bagian yang
bekerja dengan cara melapisi helaian rambut. Contoh oklusif adalah petrolatum.

Bahan aktif dan mekanisme kerjanya


Bahan pelembab dari lemak yang biasa digunakan adalah lanolin, lemak wool, lemak
alkohol yang tinggi, lilin Lanette, gliserol monostearat, dan lainlain. Sebagai tambahan
adalah campuran minyak seperti minyak tumbuhan, yang lebih baik daripada minyak mineral
karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum
korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono dan Latifah,2007 dalam
Husni,et.al.2012).
Humektan adalah suatu bahan higroskopis yang mempunyai sifat dapat mengikat air
dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada pada sediaan. Ada tiga
golongan humektan, yaitu: golongan gula (sukrosa, dekstrosa, maltosa, fruktosa), golongan
poliol (glikol, sorbitol, gliserol, manitol) dan golongan garam (natrium klorida, natrium

112210101042 - Moisturizer 4
bromida, kalium klorida) (Purnomo,1995 dalam Lubis,et.al. 2012). Beberapa contoh
humektan adalah sebagai berikut.(Draelos,et.al.,2006 dan Barel, et.al, 2009)
1. BUTYLENE GLYCOL
Biasa berbentuk 1,3-butanediol, atau bisa juga 2,3-butanediol. Cairan tak
berwarna yang larut air. Biasa digunakan pada produk topikal dan diklaim sebagai
yang paling resisten pada kelembaban tinggi. Memiliki efek iritasi lebih rendah dari
propilen glikol.
2. GLYCERIN
Dibuat dari hidrolisis olive oil. Cairan tak berbau dan hiroskopik. Gliserin tidak
hanya menjerat air tetapi juga memodulasi kebiasaan dari lipid SC dan mencegah
kristalisasi struktur lamelar in vitro pada kelembaban relatir yang rendah. Mode aksi
gliserol baik di hidrasi SC dan fungsi penghalang epidermal tampaknya berhubungan
dengan aquaporin 3 kanal. Aquaporins adalah keluarga dari protein membran integral
kecil yang berfungsi sebagai transporter membran plasma air dan dalam beberapa
kasus-kasus kecil zat terlarut polar. Gliserol diangkut sangat lambat ke dalam
epidermis, dan dengan demikian, tingkat transportasi yang sensitif terhadap
permeabilitas gliserol intrinsik dari lapisan keratinosit basal. Stripping rekaman
berulang yang diambil dari kulit yang dirawat dengan 15% gliserin cream
menunjukkan bahwa gliserin berdifusi ke SC untuk membentuk reservoir. Selama
beberapa jam setelah aplikasi, penurunan kehilangan air transepidermal (TEWL) telah
dicatat. Tidak ada bukti kerusakan pada fungsi sawar kulit telah dicatat setelah
pengobatan jangka panjang yang normaldan kulit atopik dengan 20% gliserin.
Sebaliknya, gliserin telah ditemukan untuk mempercepat pemulihan penghalang
setelah gangguan eksternal akut. Selain itu, pada kulit manusia, permukaannya,
impedansi listrik, dan peningkatan koefisien gesekan ditemukan mengiringi perbaikan
kondisi kulit, sebagaimana dinilai oleh seorang ahli. Gliserin juga mendorong
menyusutnya corneocytes dangkal, yang independen dari Efek osmotik. Kontraksi ini
mungkin memberikan SC lebih kompak dan mengurangi risiko dermatitis kontak
iritan.
3. HYALURONAN (HYALURONIC ACID)
Komponen dominan dari matriks ekstraseluler adalah hyaluronan yang terdiri dari
asam hyaluronat dan natrium hyaluronat. Asam hyaluronat adalah pengatur perilaku
metabolisme sel. Selain itu, molekul mengikat air dan berfungsi sebagai pelumas
antara kolagen dan jaringan serat elastis dalam dermis selama
112210101042 - Moisturizer 5
gerakan kulit. Rantai karbohidrat juga sensitif untuk memecah radikal bebas, radiasi
UV dan agen oksidasi.
Larutan asam hyaluronic molekul tinggi membentuk film viskoelastik terhidrasi
pada kulit. Semakin besar ukuran molekul, semakin besar agregasi dan belitan dari
molekul, dan karenanya, film viskoelastik lebih substansial dan fungsional yang
berhubungan dengan permukaan kulit. Karena berat molekul tinggi, asam hyaluronic
tidak akan menembus lebih dalam dari celah-celah antara sel-sel desquamasi. Polimer
juga dapat disuntikkan ke kulit untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus dan
mengurangi kedalaman keriput.
4. ASAM LAKTAT
Lactic acid adalah sebuah a-hydroxy acid (AHA). Laktat juga merupakan
komponen materi higroskopis dari subkutan. Dalam korneum kaki babi telah
menunjukkan bahwa kedua asam laktat dan sodium lactat meningkatkan kapasitas
menahan air dan ekstensibilitas kulit. Kalium laktat telah diuji untuk mengembalikan
SC hidrasi lebih efektif daripada sodium laktat, menunjukkan bahwa ion kalium itu
sendiri mungkin memainkan peran tertentu dalam mempertahankan sifat fisik SC.
Asam laktat juga mengurangi kohesi antara corneocytes dan mengganggu ikatan
antara sel-sel, yang menyebabkan pergantian sel meningkat, terutama pada pH sekitar
3. Konsentrasi yang digunakan untuk pengobatan ichthyosis dan kulit kering berkisar
hingga 12% .
5. PANTHENOL
Panthenol adalah sebuah alkohol yang dikonversi di jaringan menjadi D-
pantothenic acid (vitamin B5). Efek pada kulit dan rambut adalah meningkatkan
penetrasi dan dikonversi menjadi asam pantotenat. Kemerahan kulit menurun dengan
treatmen pantotenat. Asam pantotenat ditemukan normal di rambut. Larutan pantenol
2% dapat meningkatkan diameter rambut hingga 10%.
6. PCA DAN GARAM PCA
“PCA” adalah 2-pyrrolidone-5-carboxylic acid. PCA meningkatkan kemampuan
menahan air untuk mengurangi kekeringan kulit.
7. PROPYLENE GLYCOL
Propilen glikol pada kulit memiliki efek humektan, keratolitik, antifungal dan
antibakterial.

112210101042 - Moisturizer 6
8. PROTEIN
Protein ada bermacam-macam. Untuk perawatan kulit umumnya menggunakan
kolagen dan protein terhidrolisis. Ia dapat berikatan dengan asam lemak membentuk
polimer.
9. SORBITOL
Efek negatif sorbitol lebih rendah dari gliserin namun mekanisme rinci sifat
humektannya belum diketahui.
10. UREA
Urea merupakan substansi fisiologis pada jaringan,darah dan urin mausia. Efek
pada kulit adalah meningkatkan kemampuan menahan air dan peningkatan
permeabilitas kulit.
Tabel 1. Contoh bahan moisturizer

Contoh formula
Formulasi dari moisturizer juga harus dioptimalkan untuk mencapai target perawatan
yang diinginkan. Berikut adalah beberapa contoh formula sediaan moisturizer, baik untuk
kulit maupun rambut (Flick,1989).

Gambar 2. Formula umum skin moisturizer

112210101042 - Moisturizer 7
Gambar 3. Formula aloe vera gel moisturizer

Gambar 4. Formula pelembab rambut

Gambar 5. NMF rambut

112210101042 - Moisturizer 8
Gambar 6. Moisturizer plus conditioner

Ada juga beberapa formula moisturizer lain menurut Leyden,2002.

Gambar 7. Formula dasar moisture lotion


112210101042 - Moisturizer 9
Gambar 8. Formula moisturizer w/o dengan viskositas tinggi

Gambar 9. Formula krim dasar kulit kering tipe emulsi o/w

112210101042 - Moisturizer 10
Gambar 10. Formula moisturizer yang lain

112210101042 - Moisturizer 11
Gambar 11. Formula moisturizing gel

Pengujian secara invitro dan in vivo

1. Pemeriksaan kemampuan sediaan mengurangi penguapan air dari kulit (deNavarre,


1975 dalam Husni,et.al.2012).

Uji efek pelembab terhadap kulit dilakukan dengan cara mengukur kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Sediaan ditimbang sekitar 500 mg.
Dioleskan sediaan tersebut pada lengan bawah sukarelawan. Pada kain kasa, silika gel
yang aktif ditimbang seksama sebanyak 10 g, dibungkus, kemudian dimasukkan ke
dalam wadah plastik yang dilubangi dan disatukan dengan wadah plastik yang tidak
dilubangi dengan bantuan selotip transparan. Selanjutnya, wadah plastik yang dilubangi
diletakkan menempel pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Alat
ini dibiarkan menempel selama 3 jam, kemudian segera dilepas, dan silika gel yang
telah digunakan ditimbang kembali.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan persentase pengurangan penguapan air
dari kulit adalah:
a. Pertambahan berat silika gel = berat awal silika gel – berat akhir silika gel

112210101042 - Moisturizer 12
x− y
b. Persentase pengurangan penguapan air = x 100 %
x
Keterangan:
x: pertambahan berat silika gel yang digunakan pada kulit yang tidak diolesi sediaan
y: pertambahan berat silika gel yang digunakan pada kulit yang diolesi sediaan
Kemudian, data hasil penentuan kemampuan sediaan mengurangi penguapan air
dari kulit yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode
ANAVA. Analisis statistik ini menggunakan program Statistical Product and Service
Solutions (SPSS).
2. Pengujian Kelembaban dan Kecerahan Kulit Secara Klinis (Wih,et.al. 2009)
Pengujian dilakukan terhadap 30 orang relawan wanita yang diseleksi
berdasarkan kriteria di bawah ini. Kriteria penerimaan: Berusia 18- 35 tahun,
mempunyai kulit yang sehat dengan jenis kulit normal cenderung kering. Relawan
harus menandatangani “perjanjian tertulis” terlebih dahulu dan juga harus
menghentikan pemakaian produk lain pada daerah uji selain ekstrak yang diuji, satu
minggu sebelum dan selama pengujian berlangsung.
Kriteria Penolakan: Relawan dengan masalah kesehatan, tidak dapat ikut serta
dalam pengujian ini. Demikian pula wanita hamil dan sedang menyusui, dan/atau
mereka yang sedang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi keadaan kulit
sehingga dapat mempengaruhi pengamatan.
Penentuan kadar kelembaban kulit diukur dengan menggunakan alat Corneometer
CM 820 sebelum pemakaian sediaan uji. Selanjutnya sediaan uji diaplikasikan pada
daerah uji dua kali sehari selama 4 minggu. Penentuan kadar kelembaban kulit
dilakukan pada waktu-waktu tertentu yaitu 2 jam, 2 minggu dan 4 minggu setelah
pemakaian.
3. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit (Lubis,et.al.
2012)
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan
dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai
sedemikian rupa. Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah
sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang diameternya sama dengan diameter
tutup pot plastik yang digunakan.
Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan
terlebih dahulu agar dicapai berat konstan kemudian diletakkan pada desikator. Pada

112210101042 - Moisturizer 13
wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah plastik yang lain
dilubangi, dimasukkan silika gel dalam kain kasa yang telah dijahit sehingga silika gel
tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika gel dibalikkan lalu diletakkan di atas pot
plastik kemudian wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan.
Wadah yang berlubang berada pada bagian bawah dan posisi wadah lainnya
menelungkup.
Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah
diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk
mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan yang
ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan
menempel selama 3 jam kemudian segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap konsentrasi dan pembanding yaitu sediaan
yang mengandung gliserin 2% dan blanko sebagai kontrol serta pengujian yang tanpa
diolesi sediaan.
4. Pengujian Keamanan Secara Klinis (Wih,et.al. 2009)
Pengujian dilakukan terhadap 52 orang wanita yang diseleksi berdasarkan kriteria
di bawah ini. Kriteria penerimaan: Relawan yang berpartisipasi dalam pengujian ini
berusia 18-55 tahun dalam keadaan sehat dan mempunyai kulit normal dan/atau
sensitif. Sebelum pengujian berlangsung, relawan harus menandatangani “perjanjian
tertulis” terlebih dahulu. Di samping itu relawan juga harus menghentikan pemakaian
produk lain pada daerah uji selain produk yang diuji, satu minggu sebelum dan selama
pengujian berlangsung.
Kriteria Penolakan: Relawan dengan masalah kesehatan, tidak dapat ikut serta
dalam pengujian ini. Demikian pula wanita hamil dan sedang menyusui, dan/atau
mereka yang sedang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi keadaan kulit
sehingga dapat mengganggu pengamatan.
a. Uji Tempel terbuka Berulang (UTTB) (Wih,et.al. 2009)
Ekstrak uji dengan konsentrasi 5% diaplikasikan sebanyak 3 kali. Selama
aplikasi, daerah uji tidak boleh dicuci. Reaksi yang terjadi pada kulit
dievaluasi oleh penguji terlatih, setelah 24 jam, 48 jam dan 72 jam setelah
aplikasi. Reaksi yang diamati berupa iritasi dan alergi baik secara objektif
maupun subyektif.
b. Uji Tempel Tertutup Tunggal(UTTT) (Wih,et.al. 2009)

112210101042 - Moisturizer 14
Ekstrak uji dengan konsentrasi 1%, 3% dan 5% diuji dengan menggunakan
finn chamber yang dilekatkan pada kulit punggung dengan menggunakan
plester khusus (patch). Patch tersebut dilepas setelah 24 jam. Reaksi yang
terjadi pada kulit dievaluasi oleh penguji terlatih, setelah 1 jam, 24 jam, 48 jam
dan 72 jam setelah patch dilepas. Reaksi yang diamati berupa iritasi dan alergi
baik secara objektif maupun subyektif.
c. Metode Evaluasi(Wih,et.al. 2009)
Reaksi iritasi dan alergi yang terjadi dievaluasi dengan menggunakan skala
yang dikembangkan oleh International Contact Dermatitis Research Group
berdasarkan tingkat keparahan dari reaksi dan waktu terjadinya reaksi pada
kulit.
5. Pengujian HETCAM (Wih,et.al. 2009)
Pengujian HETCAM dilakukan untuk mengevaluasi tingkat iritasi ekstrak uji
pada membran mukosa, berdasarkan metode Luepke. Sejumlah ekstrak uji,
diaplikasikan pada membran chorioallantoic dan dibiarkan selama waktu tertentu.
Kemudian, membran tersebut dievaluasi selama 5 menit untuk melihat adanya gejala
hiperemia, pendarahan dan kekeruhan.
6. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Sejumlah sediaan dioleskan di belakang telinga 12 orang sukarelawan dan
dibiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula,
vesikula dan edema (Ditjen POM, 1985 dalam (Lubis,et.al. 2012).
Kesimpulan
Stratum corneum bertugas sebagai barier utama dalam kelebaban kulit. Moisturizer
adalah agen pelembab untuk kulit dan rambut. Bahan aktif yang digunakan sebagai
moisturizer antara lain pantenol, propilen glikol,urea, dan protein. Formulasi moizturizer
disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan efektifitasnya. Berbagai uji kelembaban dan
iritasi digunakan dalam pembuatan sediaan moisturizer.

112210101042 - Moisturizer 15
DAFTAR PUSTAKA

Barel, Andre O,et.al. 2009. Handbook of cosmetic science and technology. New
York;Informa Healthcare.
Draelos, Zoe Diana,et.al.. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product. New
York;Taylor&Francis Group.
Flick,Ernest W. 1989. Cosmetic and toiletry Forulation. New Jersey;Noyes Publication.
Husna, Nurul, et al. 2012. Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari dalam Sediaan Krim
Tangan (The Moisturizer Effect of Sunflower Seed Oil In Hand Cream Preparation).
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 63 – 69.
Kompas. 2010.Kenapa Rambut Butuh Pelembab?.Jakarta: Kompas.com
Leyden,James J, et.al.2002.Skin Moisturization.New York;Marcel-Dekker Inc.
Lubis,Ervina Syahfitri, et.al. 2012. Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali [Citrus
maxima (Burm.) Osbeck] Natural Skin Moisturizer From Pomelo Juice [Citrus
maxima (Burm.) Osbeck]. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1
(2): 104 -111
Wih,Wong Lip, et al. 2009. PENELITIAN BAHAN PENCERAH DAN PELEMBAB KULIT
DARI TANAMAN INDONESIA. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 1, April 2009,
01 – 08 (Sudah dipresentasikan di Kongres Ilmiah ISFI XV, 17-19 Juni 2007, Jakarta.)

112210101042 - Moisturizer 16
LAMPIRAN REFERENSI
(dapat diklik dua kali ada gambar untuk membaca literatur selengkapnya)

112210101042 - Moisturizer 17
112210101042 - Moisturizer 18
112210101042 - Moisturizer 19
112210101042 - Moisturizer 20

Anda mungkin juga menyukai