Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL LOTION

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT

Disusun Oleh:
Nama : Hanindia Dena Pramesti
NIM : 161710101058
Kelompok/Kelas : 8 / THP B

Asisten: 1. Rina Kartika Wati 082340144468


2. Lutfi Putri Yusviani 082346057858
3. Dwi Cahya Putra 081217280695
4. Seno Dwi Pratama P 082233842560

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Lotion merupakan pelembab yang berfungsi menyokong kelembaban dan
daya tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga
kehalusan kulit (Mitsui 1997). Lotion merupakan emulsi cair yang terdiri dari fase
minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai
pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat
dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
(Rieger dkk., 1994).
Hand body lotion merupakan suatu sediaan kosmetika berbentuk emulsi
cair yang digunakan pada daerah tangan dan tubuh dengan tujuan melembabkan
dan melembutkan kulit. Sediaan hand body lotion yang ada di pasaran umumnya
dikombinasi dengan bahan alam, seperti bubuk mutiara Cina, bunga lotus salju,
Aloe vera, mulberry, minyak biji anggur, beras Jepang, teh hijau Jepang, dan daun
mint. Bahan alam tersebut mempunyai manfaat yang berbeda-beda, salah satunya
sebagai antioksidan.

Daun teh yang


telah dihaluskan

Aquadest Ekstraksi
1:20

Pemanasan dengan waterbath


T= 1000C selama 1 jam

Ekstrak teh

Gambar 1a. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Teh


Calamine

Pelembutan dan
pengadukan pada mortir

ZnO Homogenisasi

Glyserin, Aqua
Homogenisasi
jasmine

Calamine
lotion

Gambar 1b. Skema Kerja Pembuatan Calamine Lotion

Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi,


bahan pengisi, pembersih,bahan aktif, pelarut, pewangi dan pengawet. Proses
pembuatan lotion dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase minyak dengan cara
pemanasan dan pengadukan (Dewi, 2012). Proses pembuatan lotion dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pada umumnya, lotion disusun oleh komponen-komponen emulsifier
(pengemulsi), humektan, emolien, bahan aktif dan air (Keithler 1956). Emulsifier
atau pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan lotion hampir sama dengan
pembuatan krim, triethanolamine stearat dan oleat adalah emulsifier yang umum
digunakan. Selain itu, asam stearat juga dapat digunakan dalam formulasi sesuai
dengan sifatnya yang dapat menghasilkan kilauan yang khas pada produk lotion
(Wilkinson et al. 1962).
Emolien adalah sebuah media yang bila digunakan pada lapisan kulit yang
keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan adanya hidrasi
ulang (Schmitt 1996). Emolien yang digunakan dalam formulasi lotion sangat
terbatas pada beberapa jenis. Cetil alkohol merupakan emolien yang paling baik
yang juga berfungsi sebagai bahan pengental. Cetil alkohol ini biasanya
digunakan antara 1-3 % pada formulasi bubuk. Semakin besar konsentrasi cetil
alkohol yang digunakan pada formulasi maka emulsi yang terbentuk akan
semakin besar, padat dan kemungkinana akan terjadi granulasi (Wilkinson dan
Moore 1982).
Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada lotion. Humektan
merupakan zat yang melindungi emulsi dari “pengeringan”, zat ini penting untuk
produk-produk pelembab dan pasta gigi (Schmitt 1996). Penambahan humektan
dalam lotion digunakan untuk mengurangi kekeringan ketika produk disimpan
pasa suhu ruang. Terdapat tiga jenis humektan yaitu inorganic humetan, metal-
organik humektan dan organic humektan (Wilkinson et al. 1982). Humektan yang
penting adalah gliserol yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan
sorbitol [C6H8(OH)6], serta suatu alkohol heksa (Mitsui 1997).
Gliserin merupakan humektan yang paling baik digunakan pada pembuatan
lotion. Menurut Mitsui (1997), gliserin merupakan humektan yang sudah
digtunakan sejak lama dalam pembuatan lotion. Menurut de Navarre (1945)
menyatakan bahwa dalam produksi oil in water hand lotion yang berhubungan
dengan konsistensinya, penggunaan gliserin akan menghasilkan lotion dengan
karakteristik skin lotion yang terbaik sedangkan penggunaan propilen glikol dan
sorbitol menunjukkan hasil skin lotion dengan konsistensi menyerupai gel.
Gliserin berfungsi sebagai penarik air, penahan dan penyimpan air serta penyuplai
sumber air pada celah lapisan cornified di permukaan kulit (Barnett 1962).
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenmya dalam
pembuatan skin lotion. Air merupakan substansi yang paling reaktif diantara
bahan-bahan penyusun produk kosmetik. Pada kosmetik, air merupakan bahan
pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya dibandingkan bahan baku lainnya,
tetapi air memiliki sifat korosi. Pada sistem emulsi air juga berperan penting
sebagai emolien yang efektif dan sebagai fase pendispersi dalam tipe air dalam
minyak serta satu-satunya plasticizer pada stratum corneum.
Salah satu parameter yang paling penting untuk menunjukkan stabilitas
produk maupun untuk penenganan suatu produk kosmetik selama penanganan dan
distribusi produk adalah viskositas.Thickening agent atau bahan pengental
digunakan untuk mengatur kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan
penggunaan kosmetika tersebut dan mempertahankan kestabilan dari produk
tersebut (Mitsui 1997). Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan lotion
atau foundation bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi.
Pengental-pengental polimer seperti gum-gum alami, derivet selulose dan
karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi
berbasis surfaktan (Schmitt 1996).
DAFTAR PUSTAKA

Barnett G. 1962. Cosmetics and Science Technology. Volume 1. Willey


Interscience, New York. Carley H.1982. Food Science 2nd ed. John Wiley
and Sons Inc, New York
De Navarre M G. 1945. The Effect of Polyols on Emulsions. Proc. Sci. Sec. TGA,
47:22.
Dewi, R. K. (2012). Studi Awal Pemanfaatan Minyak Biji Mangga (Mangifera
indica L. Var Arumanis) sebagai Bahan Pembuatan Lotion Preliminary
Study ofMango (Mangifera indica L. Var Arumanis) Seed Oil as the
Ingredient of Lotion (Doctoral dissertation, Program Studi Kimia FSM-
UKSW).
Keithler W M R. 1956. The Formulation of Cosmetics and Cosmetics Specialtics.
Drug and Cosmetic Industry, New York.
Mitsui. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, New York.
Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam : Lachman et al. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Ed ke-2. Suyatmi S, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari Theory and Pharmacy Practical Industry. Ed ke-2.
Schmitt W H. 1996. Skin Care Products. Di dalam: Williams, D.F. and W.H.
Schmitt (Ed). 1996. Cosmetics And Toiltries Industry. 2nd Ed. Blackie
Academe and Profesional, London.
Wilkinson J B., R Clark E. Green, T P M. 1962. Modern Cosmeticology. Volume
I. Leonard Hill, London.
Wilkinson J B., RJ Moore. 1982. Harry’s Cosmeticology. George Godwin,
London.

Anda mungkin juga menyukai