Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN BODY LOTION

EKSTRAK ALPUKAT (Pachyrrhizus erosus)

Disusun Oleh:

Kelompok 2B

Rahmanita Novita Sari (11161020000034)

Erina Reggiany (11161020000036)

Farnia Zahra (11161020000046)

Reza Adhitya Pratama (11161020000049)

Farmasi 2016 B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
APRIL/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kaum wanita banyak menggunakan berbagai macam sediaan


kosmetik baik yang berfungsi untuk merawat kulit, tubuh, maupun tata rias.
Adapun sediaan kosmetik untuk perawatan kulit (skin care cosmetics) antara
lain pembersih, kondisioner, dan pelindung. Salah satu sediaan kosmetik
perawatan kulit adalah hand body lotion. Hand body lotion merupakan suatu
sediaan kosmetika berbentuk emulsi cair yang digunakan pada daerah tangan
dan tubuh dengan tujuan melembabkan dan melembutkan kulit (Buchmann,
2001; Mitsui, 1997).

Lotion merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang termasuk


dalam kosmetik pelembab yang secara umum dipakai untuk melembabkan,
melembutkan dan menghaluskan kulit karena adanya kandungan emolien,
humektan dan zat pembawa (Afifah dan Mirwan, 2008)

Salah satu tanaman yang sering dikembangkan sebagai zat aktif dalam
hand and body lotion adalah bengkuang (Pachyrrizus erosus L.). Bengkuang
memiliki khasiat untuk kecantikan yaitu dapat mencerahkan kulit karena
mengandung vitamin C.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memformulasikan body lotion?
2. Bagaimana proses pembuatan body lotion?
C. Tujuan Praktikum
1. Menjelaskan formula body lotion.
2. Menjelaskan proses pembuatan body lotion.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Body Lotion


Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung
airlebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber
lembab bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum,
membuat tangan dan badanmenjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan
mudah dioleskan. Hand and body lotion(losio tangan dan badan) merupakan
sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995)
Lotion bdapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium
air yangdigunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung
substansi tidak larut yangtersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di
mana mediumnya berupa air. Biasanyaditambah gliserin untuk mencegah
efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepatkering pada waktu
dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan,lotionadalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi,
terdiri darisedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai
viskositas rendah serta dapatmengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion
ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang sehat.
Jadi,lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air
yangdistabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di
dalamnya.Lotiondimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung.
Konsistensi yang berbentuk cairmemungkinkan pemakaian yang cepat dan
merata pada permukaan kulit, sehingga mudahmenyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis padapermukaan
kulit (Lachman et al., 1994)
Body Lotion merupakan sediaan yang paling encer dibandingkan dengan
pelembaplainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalugreasy(berminyak) saat
digunakan dan dapatmenyerap dengan cepat saat dioleskan di kulit. Lotion
merupakan pilihan paling tepat jikamembutuhkan pelembap yang ringan atau
bila digunakan untuk seluruh tubuh. Karenabentuknya ringan dan tidak
meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpaperlu khawatir
bisa menempel di pakaian. Lotion baik digunakan apabila berada di iklim
yang lembap atau ketika cuaca mulai panas (Aifen,2011).
B. Bengkuang
Menurut Van Steenis (2005) dalam Hilman (2012), klasifikasi tanaman
bengkuang adalah :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (polong-polongan)
Genus : Pachyrrhizus
Species : Pachyrrhizus erosus

Bengkoang (Pacchyrrizus erosus) memiliki Umbi akar tunggal, kulit luar


krem atau coklat muda atau coklat tua, berdaging warna putih atau kuning-
keputihan; pada bentuk liarnya berumbi banyak, bentuknya memanjang.
Daun majemuk, beranak daun 3; helaian daun bercuping menjari atau utuh
dengan tepi bergigi; anak daun lateral mengetupat tidak simetris sampai
membundar telur, anak daun terminal mengginjal. Perbungaan tandan semu,
berbunga banyak. Bunga berkelopak coklat, mahkota bunga ungu-biru atau
putih. Buah polong. Biji pipih bersegi - membundar , berwana hijau- coklat
atau coklat tua kemerahan.

Umbi bengkuang tidak tahan terhadap suhu rendah, sehingga mudah


mengalami kerusakan. Karena itulah, umbi sebaiknya disimpan pada tempat
kering bersuhu maksimal 16oC. Umbi bengkuang dapat bertahan sekitar dua
bulan dengan penyimpanan pada kelembapan dan suhu yang sesuai (Astawan,
2009).

Sifat kimiawi dan efek farmakologis umbi bengkuang adalah manis,


dingin, sejuk, dan berkhasiat mendinginkan. Kandungan kimianya adalah
pachyrhizon, rotenon, vitamin B1, dan vitamin C, komposisi zat gizi
bengkuang bisa dilihat pada Tabel
Komposisi kimia yang seperti itu memungkinkan umbi bengkuang
digunakan sebagai obat, baik obat luar maupun obat dalam. Untuk obat luar,
bengkuang dijadikan masker wajah yang memberikan kesegaran pada kulit
wajah. Untuk obat dalam, bengkuang dapat menngatasi penyakit diabetes
mellitus, demam, eksim, sariawan dan wasir.

C. Formulasi Lotion

Sediaanlotiontersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi


danhumektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak
dari tanaman,hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak
jojoba, minyak parafin, lilinlebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya
berupa surfaktan anionik, kationik maupunnonionik. Humektan bahan
pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilenglikol dan
polialkohol (Jellineck, 1970).

Dalam pembuatanlotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah


fungsi darilotionyang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi darilotionadalah
untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan,
mencegah kehilanganair, dan mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih,
dkk., 2007).Lotionjuga dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti
pruritik dan efek protektif dalam pengobatan dermatosisakut. Sebaiknya tidak
digunakan pada luka yang berair sebab akan terjadicakingdanruntuhan kulit serta
bakteri dapat tetap tinggal di bawahlotionyang menjadicake (Anief,1984).
Komponen-komponen yang menyusunlotionadalah pelembab, pengemulsi,
bahanpengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet
(Setyaningsih, dkk., 2007)

Proses pembuatanlotionadalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan


yang larutdalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak,
dengan cara pemanasan danpengadukan (Schmitt, 1996). Bahan-bahan
lainnya yang digunakan dalam pembuatanlotionadalahsunscreen,
humektan,thickening,mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif.Sun
screenberfungsi sebagai ultra violet filter, yaitu melindungi kulit dari panas
matahari juga bahan dasar pembuatan krim/ lotion. Gliserin sebagai humektan
berfungsi menahan air dibawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga
mencegah kehilangan air yang berlebihan.Mineral oildan silikon berfungsi
sebagai pelembab (moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk.,2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab
(Setyaningsih, dkk.,2007). Selain itu, setil alkohol pada sediaanlotionberfungsi
sebagaithickening agent (Rowe,et al., 2003) dengan konsentrasi 2%, 6% dan
10%.Thickeningmerupakan pengental yangberfungsi sebagai pengikat fasa
minyak dan fasa air yang terkait dengan Hidrofil LipofilBalance
(HLB).Thickening agent adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu
formula, yang berfungsi sebagai bahan pengental atau pengeras di dalam
formulalotion.Bahan pengental atauthickening agentsdigunakan untuk
mengatur kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan
kosmetik dan mempertahankan kestabilan dariproduk tersebut (Mitsui, 1997).
Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatanskinlotionbertujuan untuk
mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnyawater
soluble polymersdigunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan
sebagai polimer alami,semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui,
1997). Menurut Schmitt (1996), bahanpengental polimer seperti gum alami,
derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakandalam sistem emulsi
dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan
bahanpengental dalam pembuatanskin lotionbiasanya digunakan dalam proporsi
yang kecil yaitudibawah 2,5% (Strianse, 1996).
D. Evaluasi Sediaan
 Evaluasi Fisika
a. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau yang
diamatisecara visual.
b. Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akandiuji pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harusmenunjukkan
susunan yang homogen (Depkes RI, 1979).
c. Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan
luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagideng
an plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g dan di-
biarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan
dapat dihitung (Voigt, 1994).
Sediaan lotion yang memiliki nilai daya sebar yang baik berkisar
antara7-16 cm.
d. Uji Daya Lekat
Sampel 0,25 gram diletakan diatas 2 gelas obyek yang telah
ditentukan.Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah
itu bebandiangkat dari gelas obyek kemudian gelas obyek dipasang pada
alat uji.Alatuji diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu
pelepasannya krim darigelas obyek (Miranti, 2009). Dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali.
e. Pemisahan Fase
Formula yang telah dibuat dituang ke dalam wadah sebanyak 10
ml.Pemisahannya diamati pada hari ke 0,1,3,7 selama 4 minggu. Cara
pengukuranpersen pemisahan dapat dilihat pada :
Keterangan:F = Persen pemisahan (%)

Hu = Tinggi endapan air

Ho = Tinggi mula-mula

f. Uji Viskositas

Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga


akanmengikuti sifat aliran tikso tropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur
denganmenggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini
dapatmengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton.
Prinsipkerjanya adalah dengan dengan menggunakan spindel dan motor.
Setelahmotor dihidupkan maka spindel akan berputar dan diamati angka
yangditunjukkan oleh jarum merah, dicatat. Untuk menghitung viskositasnya
makaangka yang ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan suatu faktor
yangterdapat pada brosur alat.

Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara menempatkan sediaankrim


yang akan diperiksa dalam gelas bermulut lebar 100 mL, kemudianspindel yang
sesuai (spindel No. 1) dimasukkan ke dalam sediaan sampaiterbenam. Klep
pengunci dibuka dan rotor dinyalakan hingga diperoleh angkayang stabil yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Pengukuran viskositasdilakukan pada hari ke
1, 3, 7 selama 1 minggu (Gozali ,2009)Sediaan lotion yang memiliki nilai
viskositas yang baik berkisar antara20-60 dpas serta pergeseran viskositas tidak
kurang dari 30%

 Evaluasi Kimia
Pengukuran pH

Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.


Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga
10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang
diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi
tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI, 199)

E. Studi Performulasi
1. Asam Stearat (HOPE 6th(2009)Hal. 494)

 Pemerian : Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau


putih.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
 Konsentrasi : 1-20%.
 Kegunaan : emulsifying agent, zat tambahan untuk melembutkan kulit
dengan konsentrasi 1-20%.
 Rumus Molekul : C18H36O2.
 BM : 284,47.
 BJ : 0,980 g/cm3.
 Titik Leleh : 69-70°C.
 Fungsi : Emulsifying agent, Solublelizing agent.
 OTT : Inkomapatibel dengan hampir semua logam hidroksida
dan zat pengoksidasi.
 Stabilitas : Stabilitas, merupakan bahan yang stabil, antioksidan dapat
ditambahkan ke dalamnya. Harus didimpan dalam wadah tertutup, di tempat
yang sejuk dan kering.

2. Vit E Tokoferol (HOPE 6th (2009)Hal. 31)


 Nama Lain : Vitamin E.
 Berat Molekul : 430,72.
 RM : C29H50O2.
 Pemerian : Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna, atau
cokelat kekuningan; tidak berbau dan tidak berasa.
 Ph : 5.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton,
etanol, eter, dan minyak nabati.
 Stabilitas : Tokoferol teroksidasi oleh adanya oksigen atmosfer secara
perlahan dan dipercepat oleh adanya garam besi dan perak. 
 Penyimpanan : Tokoferol harus disimpan dalam gas inert, dalam wadah
kedap udara yang sejuk dan kering dan terlindung dari cahaya.
 Indikasi : Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat
melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal bebas. Mencegah
degenerasi otot, rusaknya sel darah merah, menghambat menuanya sel-sel
tubuh.
 Kegunaan : Antioksidan

3. Nipagin / Methylis Parabenum (HOPE 6th(2009)Hal. 441)

 Rumus Molekul :  C8H8O3.


 Berat Molekul :  152,15.
 Titik leleh : 1250-1280C.
 pH : 4 – 8.
 Pemerian :  Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas.
 Kelarutan :  Mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam
minayak; larut dalam 400 bagian air.
 OTT :  Surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat.
 Kegunaan  :  Pengawet (Antifungi).
 Konsentrasi :  0.02–0.3% untuk topikal.

4. Cetil Alkohol (HOPE 6th(2009) Hal. 155)

 Nama lain : Alkohol cetylicus. Ethal


 Sinonim : 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; palmityl alcohol.
 Nama Resmi : Alcoholum Cetylicum, cetyl alkohol.
 Rumus Molekul : C16H34O.
 Berat Molekul : 242,44.
 Pemerian : Serpihan putih licin, granul, atau kubus putih, bau khas
lemah, rasa lemah.
 Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam
eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu.
 Stabilitas : Dalam asam, basa, cahaya dan udara stabil.
 Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat.
 Fungsi : Setil alkohol digunakan dalam formulasi karena
mempunyai efek atau manfaat ganda, yakni dapat digunakan sebagai
emulgator dan sebagai stiffering agent. Stiffering agent adalah suatu zat yang
ditambahkan kedalam suatu formula, yang berfungsi sebagai pengental /
pengeras didalam sedian lotion.
 Kegunaan : Stiffening agent.

5. Aquadest (FIV (2014) Hal. 96)


 BM : 18,02.
 Rumus molekul : H2O.
 Fungsi : Pelarut.
 Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,tidak berasa.
 Kelarutan : Tercampur dengan sebagian besar pelarutpolar.
 Stabilitas : Stabil dalam semua keadaan.
 Inkompatibilitas : Dalam formulasi air dapat bereaksi dengan obat-obatan
dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dengan adanya
air atau uap air) di lingkungan dan suhu tinggi. Air dapat bereaksi dengan
logam alkohol.

6. Trietanolamin (TEA) (HOPE 6th(2009)Hal. 663)


 Rumus struktur

 Rumus empiris :C6H15NO3.


 Berat molekul : 149.19.
 Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.
 Kelarutan : Bercampur dengan aseton, metanol, dan air, dalam
benzene 1 : 24, dalam etil eter 1:63, dan larut dalam kloroform.
 Titik leleh : 20-21oC.
 Konsentrasi : 2-4%.
 Kegunaan : Alkalizing agent.
 pH : 10,5.
 titik didih : 3350C.
 titik nyala : 2080C.
 OTT : Akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk
garam kristal dan ester.Dengan asam lemak tinggi, TEA membentuk garam
yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun.
 Stabilitas : TEA sangat higroskopik dan dapat berubah menjadi warna
coklat dengan paparan udara dan cahaya.

7. Gliserol (HOPE 6th, 2009)


 Nama senyawa : Gliserin.
 Sinonim : Croderol; E422; glicerol; glycerine; glycerolum; Glycon
G-100; Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane
glycerol.
 Struktur Molekul :

 Rumus molekul : C3H8O3.


 Bobot molekul : 92,09 g/mol.
 Pemerian : Cairan kental bening, tidak berwarna, tidak berbau,
higroskopik, memiliki rasa manis.
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan etanol, sedikit larut dalam eter,
tidak dalam benzen dan karbon tetraklorida, klorofom, proteleum eter, dan
minyak.
 Titik leleh : 17,8°C.
 Pka : 14,4.
 Stabilitas : Campuran gliserin dengan air, etanol 90%, dan propilen
glikol secara kimiawi stabil, dapat mengkristal pada suhu rendah.
 Metode analitik : Bisa dengan menggunakan volumetrik, gravimetrik, dan
tritrimetrik.
 Kegunaan : Kosolven, Humektan.

8. Olive Oil (Martindal The Extra Pharmacopoeia 28thHal 697)


 Pemerian : Minyak berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan
dengan sedikit bau khas dan rasa yang khas.
 Kelarutan : Sukar larut dalam alcohol, larut dalam aseton, karbon
disulfide, kloroform dan eter.
 Kegunaan : Emolien.
 Konsentrasi : 5 %.

9. Oleum Citri (FI V, 2014, dan Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th)
 Nama Lain : Rosa oil.
 Nama Tanaman Asal : Rosa sinensis L.
 Penggunaan : Parfum.
 Pemerian : tidak bewarna atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas, dan kental.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh,
di tempat sejuk.
 Kelarutan : Larut dalam 1 bagian klorofom, larutan
jernih.
 Konsentrasi : 0,01% - 0,05%.
BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Formula
No
Nama Bahan Jumlah (%)
.
1 Ekstrak bengkoang 5
2 Olive oil 5
3 Asam stearat 4
4 Setil alkohol 1
5 TEA 1
6 Vit. E 0,5
7 Nipagin 0,1
8 Gliserin 10
9 Parfum qs
10 Aquadest ad Ad 100

B. Perhitungan Bahan sediaan body lotion 100mL


1. Ekstrak bengkoang 5%
5/100 x 100 mL = 5mL + 10% = 5,5 mL
2. Olive oil
5/100 x 100 mL = 5mL + 10% = 5,5 mL
3. Asam stearat
4/100 x 100 mL = 4gram + 10% = 4,4 gram
4. Setil alkohol
1/100 x 100 mL = 1gram + 10% = 1,1 gram
5. TEA
1/100 x 100 mL = 1mL + 10% = 1,1 mL
6. Vit. E
0,5/100 x 100 mL = 0,5mL + 10% = 0,55 mL
7. Nipagin
0,1/100 x 100 mL = 0,1mL + 10% = 0,11 mL
8. Gliserin
10/100 x 100 mL = 10mL + 10% = 11 mL
9. Parfum qs
10. Aquadest
= 110 mL – (5,5 + 5,5 + 4,4 + 1,1 + 1,1 + 0,55 + 0,11 + 11)mL
= 110 mL – 29,26 mL
= 80,74 mL

C. Alat dan Bahan


No
Alat
.
1 Hot plate
2 Timbangan Analitik
3 Alat-alat gelas
4 Cawan Porselen
5 Spatel
6 Sudip
7 Batang Pengaduk
8 Plastik
9 Mortir
10 Spuit Injeksi
11 Kain lap

D. Prosedur Kerja
No
Prosedur Kerja Lampiran
.
Disiapkan alat dan bahan yang
1 dibutuhkan untuk pembuatan sediaan
body lotion.

Fase minyak (Olive oil (Minyak


zaitun), Asam stearat, Setil alkohol)
2
dilebur di atas penangas air hingga
suhu 70°C.
Pada saat yang sama fase air
(Gliserin, TEA, Nipagin, Air
3
(sebagian)) dipanaskan di atas
penangas air hingga suhu 70°C.

Dicampurkan fase minyak dan fase


air kedalam mortir yang sebelumnya
telah dihangatkan. Aduk hingga
4
terbentuk masa putih seperti susu.
(Hal ini sesuai yang diinginkan
apakah ingin o/w atau w/o).

Setelah dingin 40°C ditambahkan


5
vitamin E, diaduk hingga homogen.

Ditambahkan zat aktif yaitu ekstrak


6 bengkoang kemudian diaduk hingga
homogen.
Ditambahkan parfum kemudian
7
diaduk terus hingga homogen.

Dimasukkan kedalam wadah sediaan


8
body lotion.

E. Evaluasi Sediaan Body Lotion


1. Homogenitas
Krim dioleskan diatas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca
objek lain, lalu amati apakah body lotion tersebut homogen, apakah
permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras.
2. Penampilan
Penampilan body lotion yang diamati adalah warna dan bau. Body lotion
yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan.
3. Uji pH dengan menggunakan pH indikator universal.
4. Uji hedonik dengan melihat pendapat kelompok lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

Evaluasi Sediaan
Hasil
Kelompok 2
Cair sedikit kental, tidak greasy atau berminyak,
Organoleptis cepat menyerap, memiliki aroma mawar, dan
berwarna putih seperti susu
Homogenitas Homogen
Ekstrak : 5
pH
Sediaan : 7
Cair sedikit kental, tidak lengket, homogen, cepat
Hedonik menyerap dan bau mawar

Evaluasi
KEL. 1 KEL. 2 KEL. 3 KEL. 4 KEL. 5
sediaan
Organol Cair sedikit Agak Lembut, Aroma Lembut,
eptis kental, tidak cair, warna mawar, warma putih
greasy atau tidak sedikit warna kecoklatan,
berminyak, greasy hijau, agak putih bau mawar
cepat atau cair seperti
menyerap, berminya susu,
memiliki k, tekstur
aroma jeruk, memiliki lembut
dan aroma cepat
berwarna mawar, menyerap
putih seperti warna
susu putih
seperti
susu
Homoge Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
nitas
pH Ekstrak :3 Ekstrak : Ekstrak : 4 Ekstrak : 5 Ekstrak : 5
Sediaan : 6- 5 Sediaan : 7 Sediaan : Sediaan :7
7 Sediaan : 7
7
Hedonic cair, tidak Bagus, Lembut cair, tidak Lembut, lama
lengket, tidak dan wangi lengket,ho menyerap
homogeny lengket, mogeny,
dan wangi lembut wangi
jeruk mawar

Bahan Fungsi
Olive oil Emollient
Asam stearate Emulgator
Gliserin Humektan
TEA Alkalizing agent,emulgator fase air
Setil alcohol Pengental,emollient, stiffening agent
Nipagin Pengawet
Vit E Antioksidan
Parfum Pewangi
Aquadest Pelarut
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kelompok kami membuat sediaan body lotion
dengan menggunakan ekstrak bengkoang. Menurut Keithler (1956) pada
umumnya body lotion disusun oleh komponen-komponen emulsifier
(pengemulsi), humektan, emolien, bahan aktif, dan air. Sedangkan menurut
Barnett (1972), bahan penyusun body lotion terdiri dari astringent, antiseptik,
alkohol, humektan, minyak, lemak, pengemulsi, surfaktan, dan emolien. Body
lotion umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air (o/w), dimana minyak
merupakan fase terdispersi (internal) dan air merupakan fase pendispersi
(eksternal). Tipe skin lotion umumnya terdiri dari 10-15% fase minyak, 5-10%
humektan, dan 75-85% fase air (Balsam et al., 1972). 
Bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah olive oil 15%
sebagai emolient, gliserin 10% sebagai humektan, cetyl alkohol 1% sebagai
pengental, emulgator, stiffening agent , TEA 1% sebagai emulgator juga
alkalizing agent, asam stearat 4% sebagai emulgator dan pengental, metil paraben
atau nipagin 0,1% sebagai pengawet (fase air), alfa-tocopherol atau vitamin E
0,5% sebagai antioksidan, ekstrak bengkoang sebagai zat aktif, parfum dan
aquades. Fase minyak terdapat olive oil, asam starat dan setil alcohol. Fase air
tedapat gliserin,TEA, nipagin dan aquades.
Kami menggunakan ekstrak bengkoang karena bengkoang kandungan
vitamin C yang cukup tinggi, memungkinkan bengkuang digunakan sebagai
sumber antioksidan yang potensial untuk menangkal atau menetralisir serangan
radikal bebas yang cenderung meningkat dalam tubuh akibat hiperglikemia (stres
oksidatif) sehingga dapat menghambat terjadinya peroksidasi lipid, mencegah
penurunan kadar asam askorbat dalam testis dan mencegah penurunan kualitas
spermatozoa (Hafiz, 2006 dalam Fithroh dan Sukarjati, 2013). Vitamin C juga
dapat digunakan untuk mencerahkan kulit.

Olive oil digunakan sebagai emollient digunakan karena mengandung


kelompok lipofilik (Barnett, 1972) emolient berfungsi sebagai oklusif atau
membentuk lapisan yang mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan
hidrofilik alamiah sehingga mengurangi terjadinya kulit kering. Emolient
dapat bekerja pada kulit normal maupun dengan kelainan sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek emolient
adalah melembabkan kulit , anti inflamasi, antimitotik dan anti pruritus
(Purwandhani, 2000). Gliserin sebagai humektan yang berfungsi untuk
mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang. Humektan juga
membantu dalam menyediakan kontrol untuk mengurangi rata-rata kehilangan air
dan peningkatan viskositas. Gliserin berfungsi sebagai penarik air, penahan dan
penyimpan air dan penyuplai sumber air pada celah lapisan cornified di
permukaan kulit (Barnett, 1972).

Setil alkohol sebagai emolien yang dapat berfungsi sebagai bahan


pengental. Bahan pengental ini bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel
dari emulsi. Setil alkohol yang umum digunakan berkisar antara 1-3 %pada
formulasi produk. Semakin besar konsentrasi alkohol yang digunakanpada
formulasi, emulsi yang terbentuk akan semakin tebal dan padat, dan kemungkinan
akan terjadi granulasi (Wilkinson dan Moore, 1982).Setil alkohol paling efektif
sebagai pelembut karena bersifat hidrofobik, yaitu memproduksi film penghambat
menghindari hidrasi dari kulit kering (Balsam et al.,1972).

TEA sebagai alkalizing agent, asam stearat memiliki nilai keasaman


sebesar 195-212, asam stearat dinetralkan keasamannya dengan senyawa
alkali atau trietanolamin (TEA) pada formulasi sediaan topikal agar tidak
mengiritasi kulit ketika diaplikasikan pada kulit serta agar membentuk konsistensi
creamy. Nipagin digunakan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme, karena pada sediaan body
lotion yang kami buat ini mengandung banyak air dan minyak yang mudah
ditumbuhi oleh bakteri dan jamur. Pada sediaan body lotion yang kami buat
nipagin ditambahkan sebesar 0,1%,sesuai dengan literatur yaitu 0,02-0,3%
(HOPE,2009) Pada sediaan ini, nipagin dapat bekerja secara efektif karena
memiliki efektifitas sebagai pengawet pada rentang pH 4-8, dimana rentang pH
tersebut sesuai dengan pH sediaan body lotion yang kami buat yaitu 7. Vitamin E
dimana dapat berfungsi sebagai emolien dan dapat mencegah pengerutan dan
penuaan pada kulit, juga bersifat antioksidan.
Asam stearate juga berfungsi menghasilkan kilauan yang khas pada
produk skin lotion(Wilkinson et al., 1962). Juga berfungsi sebagai emulsifier.
Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam pembuatan
body lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu
molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan
disisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan
hidrofillipofil balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air
dan larut minyak (Schmitt 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film)
yang menyelimuti partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan
partikel sejenisnya. Asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol
merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam produk emulsi (Suryani et al.
2000).

Prosedur pembuatan sediaan body lotion pertama dengan meleburkan fase


minyak pada fase air di wadah yang berbeda dengan suhu 70 °C. Suhu yang sama
karena suhu lebur dari kedua fase yang sama dan bertujuan agar emulsi tidak
pecah, jadi kedua fase bisa tercampur dengan baik. Setelah semua bahan melebur
dengan sempurna, masukkan fase air ke dalam mortar yang sebelumnya sudah
dibasahi dengan air hangat yang berguna untuk menutup pori-pori mortar. Lalu
masukkan fase minyak sedikit sedikit sambil digerus secara stabil namun jangan
terlalu kencang agar emulsi tidak pecah.

Kemudian ketika suhu sudah mencapai 40 °C, masukkan vitamin E dan


ekstrak bengkoang, Vitamin E dapat dirusak oleh adanya oksigen atau teroksidasi.
Proses oksidasi dapat berlangsung lebih cepat apabila terkena cahaya, panas,
alkali, dan adanya logam seperti Cu2+ dan Fe 3+. Oleh karena itu penambahan
vitamin E tidak dilakukan pada suhu yang tinggi. (Raymond.2009). Ekstrak
bengkoang pun tidak tahan terhadap pemanasan

Tahap terakhir adalah penambahan parfum secukupnya untuk memberikan


bau yang wangi pada sediaan.Setelah campuran diaduk homogen, campuran
dimasukan ke dalam wadah. Lalu lakukan evaluasi.

Sediaan yang didapatkan homogenitas diuji dengan kaca objek didapatkan


hasil yang homogen. Organoleptis warna putih dan bau rosae. PH ekstrak
didapatkan 5, pH sediaan 7. Penampilan agak cair. Uji hedonic dari kelompok lain
bagus dan lembut.

Uji homogenitas dengan dioleskannya sediaan hasil kami secara tipis pada
kedua sisi kaca objek, didapatkan hasil homogen ditandai dengan tidak adanya
partikel yang tidak terdispersi.

Viskositas merupakan salah satu parameter penting dalam produk-produk


emulsi khususnya lotion. Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi
suatu bahan yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas emulsi. Menurut
Schmitt (1996), semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan
semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin
kentalnya suatu bahan. Viskositas body lotion berkisar 900-3459 cP
(Purwaningsih, 2014). Sediaan yang kami buat memiliki kekentalan yang rendah
cenderung ke cair karena bengkoang yang memiliki kandungan air tinggi (sekitar
80-90%) (Chooi,2008) juga saat pembuatan esktrak bengkoang dengan cara
menghaluskan dengan blender terdapat penambahan air yang sedikit lebih banyak
dari seharusnya.

Pengukuran pH dilakukan dengan pH indicator universal. Adapun pH


ekstrak adalah 5. Bengkuang tumbuh optimum pada pH 4,8 – 7,3 (Echo Plant
Information Sheet, 2006) Adapun pH bengkoang memasuki range asam namun
mendekati netral karena adanya kandungan isoflavonoid yang tinggi (Kay, 1973).
, isoflavon merupakan bagian fenolik dari flavonoids yang bersifat asam
mendekati netral.Adapaun pH pada sediaan adalah 7. pH menentukan kualitas
hand body saat diaplikasikan pada kulit. pH hand body disesuaikan dengan range
pH kulit luar yaitu 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, 1997) sehingga tidak menyebabkan
iritasi atau rasa panas bila digunakan pada kulit.pH sediaan sudah sesuai dengan
literature. Kenaikan pH dari pH esktrak menjadi 7 dikarenakan adanya
penambahan TEA yang memiliki pH 10,5 (HOPE,2009) termasuk range basa
TEA selain menajdi emulsifier fase air juga sebagai alkalizing agent.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Lotionadalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung
airlebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber
lembab bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan
sebum, membuat tangan dan badanmenjadi lembut, tetapi tidak berasa
berminyak dan mudah dioleskan.
2. Body lotion disusun oleh komponen-komponen emulsifier (pengemulsi),
humektan, emolien, bahan aktif, dan air
3. Bengkoang memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi,
memungkinkan bengkuang digunakan sebagai sumber antioksidan dan
juga dapat digunakan untuk mencerahkan kulit.
4. Bahan yang digunakanadalah olive oil 15% sebagai emolient, gliserin 10%
sebagai humektan, cetyl alkohol 1% sebagai pengental, emulgator,
stiffening agent, TEA 1% sebagai emulgator juga alkalizing agent, asam
stearat 4% sebagai emulgator dan pengental, metil paraben atau nipagin
0,1% sebagai pengawet (fase air), alfa-tocopherol atau vitamin E 0,5%
sebagai antioksidan, ekstrak bengkoang sebagai zat aktif, parfum dan
aquades.
5. Fase minyak terdapat olive oil, asam stearat dan setil alcohol. Fase air
tedapat gliserin,TEA, nipagin dan aquades.
6. Evaluasi yang dilakukan yaitu pengujian organoleptis, homogenitas,
viskositas, uji pH, dan uji hedonic.
7. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan uji organoleptis sediaan berwarna
putih dan bau rosae. pH ekstrak didapatkan 5, pH sediaan 7. Penampilan
agak cair. Dan uji hedonic dari kelompok lain bagus dan lembut.
DAFTAR PUSTAKA

Aifen,Liena. 2011. Perbedaan Body Lotion, Body Cream dan Body


Butter. Available at :http://www.sekarjagatbali.com/ perbedaan-body-lotion-
body-cream-dan- body-butter/  Opened on : 2019-04-19Anief, M. 1984.
Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe
R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation

Astawan, M. 2009. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat.


Balsam MS, Gerson SD, Reiger MM, Sagarin E, Striange SJ. 1972. Cosmetics Sc
ience and Technology. United States of America.

Barnett  G.  1972.   Emollient   Cream  and  Lotions.  Di  dalam   Cosmetic  Scie


nceTechnology. Volume I. New York: Willey-Interscience. 
Depkes RI, 1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fitroh, A. F. & Sukarjati 2013. Pengaruh Umbi Bengkoang (Pachyrhizua erosus)
pada Berbagai Volume dan Varietas Terhadap Kualitas Spernatozoa
Marmut (Cavia porcellus) yang Hiperglikemia. WAHANA Jurnal, 60:33-
42.
Gazali,dolih,dkk.2009. Formulasi dan Uji Stabilitas Mikroemulsi Ketokonazole
sebagai AntiJamur.Farmaka Vol 7.
Hilman, A. 2012. Karakteristik Polisakarida Larut Air (PLA) Umbi Bengkuang
(Pachyrhizus erosus L) dari Berbagai Metode Ekstraksi. Skripsi.
Departemen Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Ikrawan, Y. 2005. Rahasia di Balik Enaknya Cokelat. Hikmah, Minggu 13
Nopember 2005.
Jellineck, S. 1970.Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley
Interscience.
Keithler, 1956. Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York:
Drug and Cosmetic Industry.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994.Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Jilid II, Edisi III .Jakarta : Universitas Indonesia.
Martindale :The Extra Pharmacopoeia 28th ed., 1982. The Pharmaceutical
Press,London, p. 1066.Martindale XXXIV The Complete Drug Reference,
2005. Pharmaceutical Press,London, p. 997.

Miranti, L.2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia 


galanga) dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya
HambatBakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro. Surakarta: Fakultas
Farmasi UniversitasMuhamadiyah.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam Netherlands :
191-198,335-338.
Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & emolien untuk kelainan kulit pada
bayi dan anak dalam MDVI vol 27 no4 September 2000 :20s-26s.
Schmitt, W.H. 1996.Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt
(Ed).London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy
andProfesional.Setyaningsih, Owi, Erliza
Strianse, S. J. 1996.Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and
Technology.Vol.1.2nd Ed.New York : Willy Interscience, a Division of
John Wiley and Sons, Inc.
Sularto, S. A. dkk. 1995.Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi
Gliserin dalam Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya.
Laporan Penelitian, LP Unpad.Bandung: Universitas Padjajaran.
Van Steenis, C.G. G. J. 2003. Flora. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada
UniversityPress.
Wasitaatmadja, S.M.1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Wilkinson, J.B. and R.J. Moore. 1982. Cosmeticology, 7thed., George-Godwin
publ., London. 325 p.
Wilkinson, JB, R.Clark., E. Green., TP McLaughlin. 1962. Modern
Cosmeticology.Volume I. Leonard Hill, London.
LAMPIRAN

Fase minyak dan fase air dilebur pada Fase minyak dan fase air dicampur
suhu 70⁰C. dalam mortir yang telah dihangatkan.

Ditambahkan vit. E
Ditambahkan ekstrak alpukat

Ditambahkan parfum, diaduk Uji Homogenitas.


homogen
pH ekstrak. pH sediaan akhir.

Anda mungkin juga menyukai