Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM OBAT HERBAL

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

SEDIAAN LOTION EKSTRAK DAUN KELOR


( Moringa oleifera )

DISUSUN OLEH :
MARIA NOVITA ( PO.714251181032)
MAGHFIRAH RAKMADHANI ( PO.714251181031)
MUHAINI ZULFIKKAR F ( PO.714251181033)
NILAM APRILIYA I MAYA ( PO.714251181034)
NINING FADILAH UTAMI ( PO.714251181036)
NOVITA ( PO.714251181038)
NUR AISYAH ( PO.714251181039)
NUR AVITKA ( PO.714251181040)
NUR AZIZAH FEBRIYANTI ( PO.714251181041)

KELOMPOK : D2/1

HARI PRAKTIKUM : KAMIS, 4 NOVEMBER 2020

PEMBIMBING : TIM DOSEN OBAT HERBAL

JURUSAN FARMASI
POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas dalam

kehidupan sehari-hari. Asap rokok, makanan yang digoreng dan dibakar,

paparan sinar matahari yang berlebihan, dan polusi udara yang berasal dari

kendaraan bermotor merupakan beberapa sumber pembentuk sennyawa

radikal bebas. Radikal bebas dalam tubuh dapat menyebabkan dampak

negative. Dampak negative tersebut menyebabkan kerusakan oksidatif yang

berperan dalam proses penuaan serta menyebabkan penyakit degenerative

yang berdampak pada kulit yang ditandai dengan munculnya keriput, kulit

mejadi kasar, timbul bintik-bintik pada kulit, dan berkurangkan elastisitas

serta kelembutan pada kulit (Santoso, 2017).

Tubuh manusia mampu mensintesis berbagai senyawa antioksidan

sendiri, namun ketika radikal bebas lebih banyak daripada kemampuan

pertahanan antioksidan alami tersebut bisa mengalami gangguan. Tubuh

memerlukan antioksidan tambahan dari luar untuk melindungi kulit dari

bahaya radikal bebas, salah satunya dengan penggunaan tabir surya (Suryanto

et al., 2009).

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang membantu

melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. Selain itu,

antioksidan juga berperan memperlambat proses penuan dengan membantu

mengganti sel-sel tubuh pada tingkat yang lebih cepat dari usianya.
Manfaat antioksidan tersebut salah satunya sangat cocok untuk diaplikasikan

pada sediaan kosmetik (lotion) untuk melindungi kulit dari bahaya radikal

bebas.

Lotion merupakan produk kosmetika berupa cairan yang digunakan

untuk memelihara kesehatan kulit dan tetap menjaga kesehatan. Lotion terdiri

dari sebuah emulsi berbentuk oil in water (minyak dalam air). Lotion

digunakan untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan kulit,

mencegah kehilangan air, membersihkan kulit dan mempertahankan bahan

aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Schmitt, 1996).

Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan alami

adalah kelor (Moringa oleifera). Pada daun kelor banyak mengandung

senyawa yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami seperti flavonoid,

alkaloid, tannin, saponin dan fenolik ( Rajanandh et al., 2012).

B. Tujuan Praktikum

1. Memformulasikan dan membuat sediaan produk kosmetik hand and

body cream yang memanfaatkan antioksidan dari daun kelor (Moringa

oleifera).

C. Manfaat Praktikum

1. Mengetahui manfaat lain dari daun kelor (Moringa oleifera) sebagai

sediaan hand and body cream

2. Memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat terkait pemanfaatan

daun kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan aktif dalam pembuatan

hand and body cream.


D. Prinsip Praktikum

Pembuatan lotion dalam bentuk emulsi dengan campuran air, pelembab,

pengemulsi, pengawet, penwangi serta penambahan sari daun kelor.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang

mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu

sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir

sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak

berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan

dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et

al, 1995).

Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium

air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung

substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di

mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah

efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu

dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984).

Lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri

dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas

rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan

untuk pemakaian pada kulit yang sehat (Wilkinson, 1982).

Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air

yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di

dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai


pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang

cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat

segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada

permukaan kulit (Lachman et al., 1994).

Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat

pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak

maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak

zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat

pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun nonionik.

Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol,

propilen glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).

Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah

fungsi dari lotion yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion

adalah untuk mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan

membersihkan, mencegah kehilangan air, dan mempertahankan bahan aktif.

Lotion juga dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan efek

protektif dalam pengobatan dermatosis akut. Sebaiknya tidak digunakan pada

luka yang berair sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta bakteri

dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief, 1984).

Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,

pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan

pengawet (Setyaningsih, dkk., 2007).


Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-

bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase

lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996).

Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah

sun screen, humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol, silikon dan

preservatif. Sun screen berfungsi sebagai ultra violet filter, yaitu melindungi

kulit dari panas matahari juga bahan dasar pembuatan krim/lotion. Gliserin

sebagai humektan berfungsi menahan air di bawah lapisan kulit agar tidak

keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan. Mineral oil dan

silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk.,

2007).

Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab

Selain itu, setil alkohol pada sedian lotion berfungsi sebagai thickening agent

dengan konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickening merupakan pengental yang

berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan

Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang

ditambahkan ke dalam suatu formula, yang berfungsi sebagai bahan

pengental atau pengeras di dalam formula lotion. Bahan pengental atau

thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan produk sehingga

sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan kestabilan

dari produk tersebut (Mitsui, 1997).

Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion

bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water


soluble polymers digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan

sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui,

1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental polimer seperti gum alami,

derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan dalam sistem emulsi

dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan.

Penggunaan bahan pengental dalam pembuatan skin lotion biasanya

digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu dibawah 2,5% (Strianse, 1996).

Semua pelembap tubuh (moisturizer) dibuat dengan karakteristik

tersendiri sehingga memiliki kombinasi air, tipe minyak, dan emolien

(pengencer) yang berbeda satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hasilyang

terbaik pemilihan pelembap harus sesuai dengan kondisi kulit. Hal-hal yang

harus diperhatikan sebelum memilih pelembab tubuh yang tepat bagi antara

lain : seberapa kering kulit tubuh, iklim tempat tinggal, dan bagian tubuh

mana yang paling membutuhkan pelembap (Aifen, 2011).

Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan alami

adalah kelor (Moringa oleifera). Pada daun kelor banyak mengandung

senyawa yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami seperti flavonoid,

alkaloid, tannin, saponin dan fenolik ( Rajanandh et al., 2012).

B. Uraian Tanaman Daun Kelor

1. Klasifikasi

Tanaman kelor dapat tumbuh pada lingkungan yang berbeda.

Tanaman kelor dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-35°C, tetapi

mampu mentoleransi lingkungan dengan 28°C (Palada, 2003).


Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera

(Rollof et al., 2009)

2. Nama daerah daun kelor

Penanaman kelor di Indonesia tersebar di seluruh daerah, mulai

dari Aceh hingga Merauke. Oleh karena itu, tanaman kelor dikenal

diberbagai daerah, seperti murong (Aceh), munggai (Sumatera Barat),

kilor (Lampung), kelor (Jawa Barat dan Jawa Tengah), marongghi

(Madura), kiloro (Bugis), parongge (Bima), kawona (Sumba), dan kelo

(Ternate) (Mardiana, 2013).

3. Morfologi

Tumbuhan Kelor merupakan tanaman yang tinggi pohonnya dapat

mencapai 12 meter dengan diameter 30 cm, berakar tunggang berwarna

putih yang membesar seperti lobak, mempunyai batang bulat dengan arah

tumbuh lurus ke atas dan permukaannya kasar. Percabangan pada

batangnya terjadi secara simpodial, daun majemuk, bertangkai panjang,


tersusun berseling, helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah

tua berwarna hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-3 cm,

lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat,

dan tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, permukaan atas dan

bawah halus, bunga berwarna putih agak krem, menebar aroma khas,

buah berbentuk segitiga memanjang berwarna coklat setelah tua, biji

berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau terang dan berwarna coklat

kehitaman ketika polong matang dan kering, bagian kayu warna coklat

muda atau krem berserabut (Anwar, et al., 2007).

4. Kandungan Daun Kelor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor banyak

mengandung nutrisi dan senyawa kimia antara lain, protein (27%), zat

besi, kalsium, fosfor, alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin,

polisakarida, asam amino serta kandungan Universitas Sumatera Utara 7

polifenol lainnya (Gaikwad, et al., 2011). Selain itu daun kelor juga

mengandung vitamin A, B1, B2, B3, C dan vitamin E, asam-asam

fenolik, seperti asam gallat, klorogenik, asam ferulat dan asam ellagat,

flavonoid (kaemferol, quercetin, rutin), dan karotenoid (lutein, β-karoten)

(Pandey, et al., 2012).

5. Kegunaan Daun Kelor

Pemanfaatan tanaman kelor cukup beragam. Kelor biasanya

ditanam sebagai bahan sayuran dan tanaman pagar. Selain itu, dapat pula

dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi dan kambing. Kelor juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan, akar kelor ampuh menyembuhkan

nyeri, rematik, sariawan dan asma. Sementara kulit batang dapat

digunakan untuk pelancar haid, flu dan sariawan. Ramuan daun kelor

dapat membantu penyembuhan pembengkakkan limpa, penurun gula

darah, penurun kolesterol, anemia, dan meningkatkan nafsu makan

(Mardiana, 2013).

Secara tradisional daun kelor juga digunakan sebagai obat malaria,

penyembuh luka, antiasma, analgesik, antipiretik, antitumor,

antiinflamasi, antihipertensi (Pandey, et al., 2012).

C. Uraian Bahan

1. Asam Stearat ( FI ed III Hal. 57)

Nama resmi : Acidum Stearicum

Nama lain : Asam Stearat

RM/BM : CH 3 ¿ ¿COOH/284,47

Pemerian : Zat pedas keras mengkilat menunjukkan susunan

hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian

etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan

dalam 3 bagian eter P

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan

konsentrasi 1-20%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


2. Setil alkohol ( FI ed III Hal. 72)

Nama resmi : Alcoholum cetylicum

Nama lain : Setil alkohol

RM/BM : CH 3 ¿ ¿OH/242,44

Pemerian : Serpihan putih licin, granul,atau kubus, putih, bauh

khas lemah, rasa lemah

Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam

eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu

Khasiat : Agen pengental

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Aquadest (FI ed III Hal. 96)

Nama resmi : Aquadestillata

Nama lain : Air suling

RM/BM : H 2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Propil Paraben ( FI ed III Hal. 535)

Nama resmi : Propylis parabenum

Nama lain : Propil paraben, nipasol

RM/BM : C 10 H 12 O 3/180,21

Pemerian : Serbuk hablur putih, berbau, tidak berasa


Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5

bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,

dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian

minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali

hidroksida

Khasiat : Zat pengawet

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. Gliserin ( FI ed III Hal. 413)

Nama resmi : Glycerolum

Nama lain : Gliserin

RM/BM : CH 2 OH . CHOH . CH 2OH/92.09

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa

manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau

tidak enak). Higroskopik, netral terhadap lakmus

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak

dan dalam minyak menguap

Khasiat : Humektan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

6. Metil paraben ( FI ed III Hal. 551)

Nama resmi : Methylis Parabenum

Nama lain : Metil paraben

RM/BM : C 6 H 8 O3/152,15
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,

putih, tidak berbau atau berbau khas lemah,

mempunyai sedikit rasa terbakar

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam

karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan

dalam eter

Khasiat : Pengawet

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. Propilenglikol ( FI ed III Hal. 534)

Nama resmi : Propylenglycolum

Nama lain : Propilenglikol

RM/BM : CH 3 CHOH .CH 2OH/76,10

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau,

rasa agak manis, higroskopik

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)

P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter

P, tidak dapat bercampur dengan minyak tanah P

dan dengan minyak lemak

Khasiat : Zat tambahan, pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. Natrium hidroksida ( FI ed III Hal. 412)

Nama resmi : Natrii Hydroxydum

Nama lain : Natrium Hidroksida


RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

hablur, putih, tidak meleleh basah. Sangat alkalis

dan korosif, segera menyerap karbondioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P

Khasiat : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9. Minyak Melati ( Dirjen POM, 1979: 21; www.guidechem.com/cas-

802/8022-96-6.html)

Nama resmi : Olea Volitilia

Nama lain : Minyak Melati, Jasmine Oil.

RM/BM : C10H16 / 136,02 g/mol

Pemerian : Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman asal

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% P,

larut dalam kloroform dan dalam eter

Khasiat : Pengaroma

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Batang pengaduk

b. Beaker gelas

c. Cawan porselin

d. Gelas piala

e. Kertas perkamen

f. Penangas air

g. Pengorek

h. Penjepit kayu

i. Pipet tetes

j. Sendok tanduk

k. Timbangan elektrik

2. Bahan yang digunakan

a. Asam Stearat

b. Aquadest

c. Gliserin

d. Metil paraben

e. Minyak melati

f. Natrium hidroksida

g. Propilenglikol
h. Propil paraben

i. Setil alkohol

j. Sari daun kelor

B. Metode Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang semua bahan-bahan yang diperlukan

3. Dimasukkan asam stearate, setil alkohol, dan propil paraben ke dalam

gelas piala ( campuran A)

4. Dimasukkan metil paraben, propilenglikol, gliserin, aquadest, NaOH, dan

sari daun kelor ke dalam kelas piala ( campuran B)

5. Dipanaskan campuran A dan campuran B di atas penangas air hingga

lebur

6. Dicampuran A dan campuran B ke dalam beaker glass kemudian diaduk

dengan kecepatan dan konsisten hingga dingin

7. Ditambahkan aquadest secukupnya

8. Ditambahkan minyak melati kedalam campuran lotion

9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat

10. Lotion diberi label


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Warna Bau atau Tekstur Jumlah Lotion

aroma Yang Dibuat


Hijau muda Minyak Melati Lembut 5 botol

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan body lotion dengan

menggunakan bahan alami/herbal yaitu sari daun kelor. Lotion merupakan

salah satu bentuk emulsi yang diformulasikan sebagai dua campuran dari

dua cairan yang tidak bercampur dengan sistem emulsi, dan memiliki

beberapa sifat yaitu melembabkan, melembutkan, mencerahkan, tidak

berasa minyak dan mudah dioleskan.

Berdasarkan formulasi yang telah dirancang untuk body lotion,

bahan yang digunakan yaitu ekstrak daun kelor sebagai zat aktif

(antioksidan), asam stearate sebagai emulgator dan pelembab, gliserin &

propilenglikol sebagai humektan, setil alcohol sebagai pelembut dan agen

emulsi, metil paraben & propil paraben sebagai pengawet, aquadest

sebagai pelarut, natrium hidroksida sebagai pendapar, minyak melati

sebagai pengharum. Bahan-bahan yang digunakan dikelompokkan menjadi

2 fase, yaitu fase air (metil paraben, propilenglikol, gliserin, aquadest,

NaOH, ekstrak daun kelor) dan fase minyak (asam stearate, setil alcohol,

dan propil paraben).


Pada pembuatan body lotion ini, fase air dan fase minyak

dipanaskan terlebih dahulu secara bersamaan. Setelah kedua fase larut dan

homogen, fase minyak dituangkan ke dalam gelas kimia yang berisi fase

air, kemudian di aduk hingga sediaan yang terbentuk konsisten dan stabil.

Kemudian didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes minyak melati

sebagai pengaroma/pengharum.

Sediaan lotion yang telah dibuat kemudian dituangkan ke dalam

wadah yang sesuai berupa botol plastik dan ditempelkan etiket sediaan

body lotion. Sediaan yang jadi memiliki warna hijau muda, tekstur yang

lembut dan memiliki aroma minyak melati. Lotion yang mengandung sari

daun kelor ini juga berfungsi mencerahkan kulit.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa body lotion yang mengandung bahan alami yaitu sari

daun kelor yang berfungsi untuk mencerahkan, menyegarkan, dan

melembapkan kulit.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam proses

pengerjaan agar mendapatkan hasil yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.


Anwar et. al 2007. “Moringa oleifera: Afood Plant With Multipl Medicinal Uses,”
vol 21, pp.

Dirjen POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI: Jakarta.

Jellineck, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley


Interscience.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
Mardiana L. 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penerbit Swadaya : Jakarta.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. Elsevier: New York.

Palada, M., C, Chang L.C. 2003. Suggested Cultural Practices for Moringa.
Taiwan: A VRDC.

Pandey A et. Al. 2012. Moringa oleifera Lam a plant with a plethora of diverse
therapeutic benefits: an update restrospection. Medicinal and Aromatic
Plants 1: 2-8

Rollof, A., H Weisgerber., U. Lang., B. stimm. 2009. Moringa oleifera LAM.


Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co. KgaA.

Rajanandh, M., and Kavitha, J. 2010. Quantitative estimation of β- sitosterol,


total phenolic and flavonoid compounds in the leaves of Moringa oleifera.
International journal of pharmTech Research.

Santoso, Umar. 2017. Antioksidan Pangan. Gadjah Mada Universty Press:


Yogyakarta.

Schmit WH. 1996. Skin care products. Di dalam Williams DF and Schmit WH,
editor. Chemistry and Technologi of The Cosmetics and Toiletries
Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional.

Strianse, S.J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and
Technology Vol.1. 2nd Ed. New York : Willy Interscience, a Division of
John Wiley and Sons,Inc.

Sularto, S.A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Pensubtitusi


Gliserin dalam Beberapa Jenis Krim terhadap Kestabilan Fisiknya.
Laporan Penelitian, LP Unpad, Bandung : Universitas Padajajaran.

Suryanto et. Al. 2009. Potensi daun kelor sebagai sumber antioksidan alami.
Kemajuan kimia.
Wilkinson, J.B and Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology. London: George
Godwin

LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Rancangan Formula

Moriafera Hand and Body Lotion

Tiap 100 ml mengandung :


Asam Stearat 15 gram

Setil Alkohol 6 gram

Potassium Hidroksida 0,7 gram

Metil Paraben 0,3 ml

Gliserin 5,0 ml

Propilenglikol 3,0 gram

Ekstrak Daun Kelor 10%

Oleum Green Tea qs

Aquadest ad 100 ml

B. Perhitungan

Dibuat lotion sebanyak 5 botol @ 100 ml

1. Asam Stearat : 15 gram x 3 = 45 gram

2. Setil Alkohol : 6 gram x 3 = 18 gram

3. Potassium Hidroksida : 0,7 ml x 3 = 2,1 gram

4. Metil paraben : 0,3 x 3 = 0,9 gram

5. Gliserin : 5,0 ml x 3 = 15 ml

6. Propilenglikol : 3,0 gram x 3 = 9 gram

7. Ekstrak bengkoang : 10 ml x 3 = 30 ml

8. Aquadest : 100 ml x 3 = 300 ml

9. Oleum Volitilia : qs

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai