Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PENELITIAN RIAS

“FORMULASI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI BODY


LOTION ”

Disusun Oleh :

ELIANA AGUSTINA (20078082)

JULI ANETA PUTRI (20078040)

RAHMI JUITA (20078053)

SANDYA PUTRI DELVITA (20078057)

WILVY SRI SELVA (20078066)

Dosen Pengampu

Indra Saputra, M.Pd.

DAPARTEMEN TATA RIAS DAN KECANTIKAN

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar dan berpotensi tinggi
untuk bidang farmasi, antara lain untuk sediaan obat, suplemen makan dan kosmetik.
Saat ini banyak kaum wanita menggunakan berbagai macam sediaan kosmetik baik
yang berfungsi untuk merawat kulit, tubuh, maupun tata rias. Adapun sediaan
kosmetik untuk perawatan kulit antara lain pembersih, kondisioner, dan pelindung.
Salah satu sediaan kosmetik perawatan kulit adalah lotion. Lotion merupakan salah
satu sediaan kosmetika berbentuk emulsi cair yang digunakan pada daerah tangan dan
tubuh dengan tujuan melembabkan dan melembutkan kulit (Barel, Paye dan
Maibach, 2001).
Kulit merupakan organ yang memiliki fungsi dalam melindungi seluruh
jaringan serta organ bagian dalam dan bagian luar pada tubuh. Peran kulit tidak hanya
melindungi, namun berperan juga sebagai pengaturan suhu tubuh, keratinisasi,
pembentukan vitamin D, pembentukan pigmen, absorpsi dan ekskresi. Secara alami,
kulit berusaha melindungi dirinya beserta organ di bawahnya dari beberapa pengaruh
luar diantaranya seperti bahaya sinar UV dan partikel radikal bebas yang dihasilkan
emisi udara (Lubis, Lubis, and Reveny 2012) .
Kesehatan kulit ini perlu dijaga agar dapat bekerja secara optimal yang salah
satu caranya menggunakan lotion sebagai perlindungan dari luar. Lotion adalah
bentuk sediaan setengah padat yang diaplikasikan pada tubuh, mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Depkes RI,
1995). Lotion umumnya mudah menyebar rata dan untuk lotion tipe minyak dalam air
(M/A) lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air. Lotion tipe M/A merupakan
tipe lotion yang paling banyak digunakan untuk penggunaan dermatologi topikal
karena memiliki kualitas absorbsi yang sangat baik dan dapat diformulasikan menjadi
produk kosmetik (Mardikasari et al. 2017).
Lotion dengan tipe M/A mengandung air yang cukup banyak sebagai basis
utama dalam pembuatannya. Sediaan lotion mengandung bahan tambahan tertentu
dalam menjaga kestabilan sediaan serta membantu absorbsi dari lotion tersebut
diantaranya dibutuhkan bahan tambahan seperti stabilisator, bahan pengental,
antioksidan, pembentuk gel, emollient, humektan dan pengemulsi. Pencampuran
bahan-bahan tersebut tentu saja menghasilkan interaksi-interaksi yang bersifat kimia
sehingga perlu penetapan kadar masing-masing bahan dengan tepat agar tidak
menimbulkan efek yang dapat merusak stabilitas sediaan hingga merusak kulit ketika
diaplikasikan (Purwaningsih, Salamah, and Budiarti 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lotion?
2. Kandungan apa saja yang harus ada dalam pembuatan body lotion dari ekstrak
daun jambu biji?
3. Kandungan apa saja yang terdapat dalam ekstrak daun jambu biji?
4. Bahan dan metode pembuatan body lotion dari ekstrak daun jambu biji?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan lotion
2. Untuk Mengetahui Kandungan apa saja yang harus ada dalam pembuatan body
lotion dari ekstrak daun jambu biji
3. Untuk Mengetahui Kandungan apa saja yang terdapat dalam ekstrak daun jambu
biji
4. Untuk Mengetahui Bahan dan metode pembuatan body lotion dari ekstrak daun
jambu biji
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang
mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai
sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum,
membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak terasa berminyak dan mudah
dioleskan. Hand and body lotion (lotion tangan dan badan) merupakan sebutan umum
bagi sediaan ini di pasaran (Sularto; et a.l, 1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut
yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi dimana mediumnya berupa air.
Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi
alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya
(Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang
umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan
mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi.
Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang sehat. Jadi, lotion adalah emulsi
cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator,
mengandung satu atau lebih bahan aktif didalamnya.
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung.
Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata
pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah
pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman; et al,
1994). Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan
humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari
tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba,
minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa
surfaktan anionik, kationik maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari
udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilenglikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari
lotion yang diinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah untuk
mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah
kehilangan air, dan mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih; dkk, 2007).
Lotion juga dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, antipruritus dan efek
protektif dalam pengobatan dermatitis akut. Sebaiknya tidak digunakan pada luka
yang berair sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap
tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief, 1984). Komponen-komponen yang
menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan
aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih; dkk, 2007). Proses pembuatan
lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada
bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan
(Schmitt, 1996). Hal yang membedakan antara lotion dan krim secara fisik adalah
krim mempunyai viskositas yang tinggi dan tidak mudah dituang, sedangkan lotion
dapat mudah dituang jadi dengan kata lain lotion adalah bentuk emulsi yang cair
(Barel; dkk, 2002).

B. Bahan Sediaan Lotion


Pada umumnya suatu sediaan body lotion terdiri dari :
1. Bahan aktif
Bahan aktif yang digunakan dalam sediaan body lotion biasanya adalah bahan
tidak larut yang tersuspensi dalam basis, bahan yang larut dalam air, larut
dalam minyak, atau memberi efek lokal pada kulit.
2. Zat tambahan
Bahan tambahan yang sering digunakan untuk memberikan keadaan yang
lebih baik dari suatu body lotion. Bahan tambahan yang sering digunakan
adalah :
a. Emolien (Pelunak)
Emolien (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan
sebagai sebuah bahan yang jika digunakan pada lapisan kulit kering
akan mempengaruhi kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar
sel kulit, membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan
dan melumasi (Mariani, 2007). Bahan-bahan yang berfungsi sebagai
emolien adalah minyak mineral, ester isopropil, turunan lanolin,
trigliserida, dan asam lemak (Schmitt, 1996).
b. Humektan
Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada body lotion
karena merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan
mempertahankan kandungan air produk saat pemakaian pada
permukaan kulit. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu
melembutkan kulit dan menjaga kulit agar tetap seimbang. Humektan
ditambahkan pada body lotion dan produk dengan tipe emulsi minyak
dalam air lainnya untuk mengurangi kekeringan ketika disimpan pada
suhu ruang (Mitsui, 1997). Humektan yang dapat digunakan dalam
body lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran
penggunaan 0,5-15% (Schmitt, 1996).
c. Bahan pengental (thickener)
Bahan pengental digunakan untuk membentuk kekentalan dan
mempertahankan kestabilan produk. Digunakan połymers larut air
yang digunakan sebagai bahan pengental sebagai polimer natural, semi
sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Pengental polimer
seperti gum-gum alami, derivatif selulosa, dan karbomer lebih sering
digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis
surfaktan. Penggunaan pengental dalam pembuatan body lotion biasa
digunakan dalam menggambar yang kecil yaitu di bawah 2,5%
(Schmitt, 1996).
d. Zat pengemulsi
Pemilihan zat emulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat lotion
yang dikehendaki. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil,
dipilih pengemulsi yang larut dalam fase yang dominan, yaitu fase
pendispersi. Asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol
merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam produk emulsi
(Suryani; et al, 2000).
e. Zat pengawet
Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk mengantisipasi
pertumbuhan mikroba patogen dalam sediaan lotion. Pengawet yang
biasa digunakan dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil
paraben serta asam benzoat, dan senyawa amonium kuartener (Dirjen
POM, 1995:17).
f. Zat pewangi dan pewarna
Zat pewangi dan pewarna diberikan ke dalam sediaan topikal dengan
tujuan untuk meningkatkan daya tarik suatu sediaan serta menutupi
warna dan bau tidak sedap dari basis yang digunakan.
3. Formulasi sediaan body lotion
Formula dasar body lotion (Anasthasia Pujiastuti dan Monica Kristiani, 2019).
Formula lotion tipe basis minyak dalam air (M/A), sebagai berikut:
a. Propilen glikol 15%
b. Tween 80 10%
c. Paraffin liquidum 10%
d. Setil alkohol 8%
e. Asam stearat 6%
f. Natrium Benzoate 0,3%
g. Aquadest ad 100%.
4. Bahan lotion
a. Propilen glikol
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, etanol
(95%) P dan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter : tidak dapat
campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Khasiat dan penggunaannya yaitu sebagai zat tambahan, pelarut
(Depkes RI, 1979).
b. Tween 80 (Polysorbate 80)
Tween 80 berbentuk cairan seperti minyak jernih berwarna kuning
muda, hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit, dan hangat.
Kelarutannya yaitu sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol,
dalam etil asetat, dan tidak larut dalam minyak mineral. Digunakan
sebagai emulsifying agent (Depkes RI, 1995).
c. Paraffin liq
Pemerian : kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak berasa. Kelarutan : praktis tidak
larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform P dan
dalam eter P (Depkes RI, 1979).
d. Setil alcohol
Pemerian : serpihan putih licin, granul atau kubus, putih, bau khas
lemah, rasa lemah. Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol
dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan meningkatnya suhu
(Depkes RI, 2014).
e. Asam stearate
Pemerian : Padatan Kristal, berwarna putih atau sedikit kuning,
mengkilat. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air Penggunaan :
sebagai emulsifying agent (Depkes RI, 1995).
f. Natrium benzoate
Pemerian : butiran atau serbuk hablur, putih , tidak berbau atau hampir
tidak berbau. Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian
etanol (95%) P. Penggunaan : sebagai bahan pengawet (Depkes RI,
1979).
g. Aquades
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa Inkompatibilitas : Meta
alkali, magnesium oksida, garam anhydrous, bahan organik dan
kalsium karbid Penggunaan : sebagai pelarut (Depkes RI, 1979).

C. Kandungan Yang Terdapat Dalam Ekstrak Daun Jambu Biji


Daun jambu biji di Indonesia dijadikan obat alternatif terhadap berbagai
penyakit sangat besar. Hal ini disebabkan karena ada beberapa senyawa kimia
yang terkandung dalam daun jambu biji yaitu senyawa polifenol, karoten, flavonoid
dan tanin.
Polifenol yang ditemukan pada daun jambu biji merah diketahui memiliki
aktivitas antioksidan. Kandungan senyawa fenolik seperti flavonoid, turunan,
kumarin dan lainnya yang terkandung di dalam bahan tanaman tertentu
diketahui dapat menangkal stres oksidatif di tubuh manusia dengan cara
membantu mempertahankan keseimbangan antara oksidan dan anti oksidan. Stres
oksidatif adalah keadaan ketika kandungan oksidan dan radikal bebas di dalam
tubuh lebih banyak dibandingkan antioksidan.
Aktivitas antioksidan merupakan suatu aktivitas senyawa yang bersifat untuk
menghambat terjadinya pembentukan radikal bebas di dalam tubuh. Antioksidan
substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah
kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal. Antioksidan
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas dan dapat menghambat terjadinya reaksi berantai dari
pembentukan radikal bebas.
Khusus daun jambu biji, sejak lama digunakan untuk pengobatan secara
tradisional, dan sudah banyak produk herbal dari sediaan jambu biji. Daun jambu biji
mengandung flavonoid, tannin (17,4 %), fenolat (575,3 mg/g), polifenol, karoten dan
minyak atsiri (Vijayakumar, et al, 2015). Adapun salah satu senyawa dari flavonoid
yang terkandung dalam daun jambu biji adalah kuersetin, yang memiliki titik lebur
310°C, sehingga kuersetin tahan terhadap pemanasan.
Beberapa khasiat jambu biji dalam mengobati penyakit diare, kanker,
hipertensi, batuk flu, merawat kulit, mencegah sembelit, diabetes, menurunkan berat
badan, sariawan perut, demam berdarah. Ekstrak daun jambu biji juga dapat
meningkatkan jumlah trombosit dalam darah. senyawa aktif dari daun jambu biji yang
diduga memiliki aktivitas sebagai antidiabetes adalah senyawa polifenol dan
flavonoid terutama karsetin. Keduanya bekerja sama dalam menurunkan kadar
glukosa darah pada mencit. Hal lain dapat mempengaruhi kandungan senyawa
tanaman adalah tempat tumbuh tanaman dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan,
intensitas sinar matahari, ketinggian dan lingkungan di sekitar tempat tumbuhnya,
selain itu dipengaruhi oleh umur tanaman, sehingga kandungan senyawa dan
komposisinya dapat berbeda- beda.

D. Bahan dan Metode Yang diperlukan Dalam Pembuatan Body Lotion Dari
Ekstrak Daun Jambu Biji
1. Pembuatan simplisia Daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebanyak 1 kg
diambil di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah. Daun jambu biji disortasi
basah dan dibersihkan dengan air bersih. Daun jambu biji dirajang kemudian
dikeringkan di bawah cahaya matahari dengan ditutupi kain hitam. Daun
jambu biji yang telah kering disortasi kering kemudian diblender dan disimpan
di dalam wadah.
2. Ekstraksi sampel
Serbuk simplisia daun jambu biji diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% (Merck). Serbuk simplisia 500 gram
dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan ditambahkan pelarut etanol 96%
sebanyak 3500 ml dengan perbandingan 1:7. Perendaman ini dilakukan selama
3 kali 24 jam dengan 2 kali remaserasi dan dilakukan pengadukan. Kemudian
ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator (Hahn Shin) pada suhu 40-50oC
hingga terbentuk ekstrak kental.
3. Skrining fitokimia flavonoid
Skrining fitokimia ekstrak daun jambu biji dalam penelitian ini dilakukan uji
flavonoid. Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan ke dalam gelas kimia dan
ditambah dengan 10 ml etanol (Merck) dan dipanaskan selama 5 menit,
kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekat (Merck) dan 0,2 g serbuk Mg
(Merck).
4. Pembuatan sediaan lotion
Pembuatan sediaan lotion ekstrak daun jambu biji dengan metode peleburan
dengan formula yaitu dengan Fase minyak yang terdiri dari asam stearate
(Zhengzhou Sino Chemical), setil alcohol (Echo chem), dan propil paraben
(Shijiazhuang Jinghong Chemical Technology) dileburkan di atas hot plate
(AccuplateTM) pada suhu 70-75oC. Fase air yang terdiri dari trietanolamin
(Henan Tianfu Chemcal), gliserin (Guangzhou Zio Chemical), metil paraben
(Hefei TNJ Chemical) dan aquades dileburkan dengan langkah yang sama
seperti fase minyak secara terpisah. Selanjutnya fase minyak ditambahkan ke
dalam fase air secara perlahan sambil diaduk sampai kedua fase tersebut
homogen, kemudian ditambahkan ekstrak daun jambu biji dan dilakukan
pengadukan hingga terbentuk sediaan lotion.

Anda mungkin juga menyukai