Oleh:
Kelompok I
JURUSAN FARMASI
F A KU LT A S MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN A L AM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion
(losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al,
1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang
sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion
(losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al,
1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang
sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
2.3 Gliserin
a. Bobot molekul : 92.09 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemeriaan : Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan
higroskopis, rasa manis (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama
sebagai humektan dan emolien. Gliserin digunakan sebagai
pelarut atau kosolven pada krim dan emulsi (Rowe et al, 2003).
o
d. Titik lebur : 17,8 C (Rowe et al, 2003).
e. Kelarutan : Larut dalam air, etanol dan metanol; sedikit larut dalam aseton;
praktis tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak;
kelarutan dalam eter 1:500; kelarutan dalam etil asetat 1:11
(Rowe et al, 2003).
f. Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mudah
dioksidasi oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa,
tapi akan terdekomposisi oleh panas dan akan berevolusi
menjadi zat yang toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol
95%, dan propilen glikol stabil secara kimia. Gliserin
membentuk kristal jika disimpan pada temperatur rendah,
o
kristal tidak meleleh sampai penghangatan hingga 20 C (Rowe
et al, 2003).
g. Penyimpanan : Gliserin dapat disimpan pada wadah kedap udara, di tempat
sejuk dan kering (Rowe et al, 2003).
h. Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak apabila dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida, atau potasium
permanganat. Dalam larutan cair, hasil reaksi pada kecepatan
lebih lambat dengan membentuk beberapa produk oksidasi.
Penghilangan warna hitam pada gliserin terjadi pada pemaparan
sinar, atau pada kontak dengan zink oksida atau bismut nitrat.
Adanya besi pada gliserin bertanggung jawab menjadikan
warna campuran yang mengandung fenol, salisilat, dan tanin
menjadi lebih gelap. Gliserin membentuk kompleks asam borat,
asam gliseroborik, yang lebih kuat daripada asam borat (Rowe
et al, 2003).
2.4 Trietanolamin
a. Bobot molekul : 149,19 (Rowe et al, 2003).
b. Pemeriaan : Trietanolamina tak berwarna, berwarna kuning pucat, cairan
kental, memiliki sedikit bau amoniak. Trietanolamina adalah
campuran basa terutama 2,20,200-nitrilotriethanol, meskipun
juga mengandung dietanolamina dan jumlah yang lebih kecil
dari monoetanolamina (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Trietanolamina banyak digunakan dalam formulasi farmasi
topikal, terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur
dalam proporsi equimolar dengan asam lemak, seperti asam
stearat atau asam oleat, trietanolamina membentuk sabun
anionic dengan pH sekitar 8, yang dapat digunakan sebagai
agen pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air
yang halus, stabil. Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk
emulsifikasi adalah 2- 4 % v / v trietanolamina dan 2-5 kali dari
asam lemak. Dalam kasus minyak mineral, 5% v/v
trietanolamina akan diperlukan, dengan peningkatan yang tepat
dalam jumlah asam lemak yang digunakan. Persiapan
yang mengandung sabun trietanolamina cenderung gelap pada
penyimpanan. Namun, perubahan warna dapat dikurangi
dengan menghindari paparan cahaya dan kontak dengan logam
dan ion logam (Rowe et al, 2003).
d. pH : 10,5 (larutan 0,1N) (Rowe et al, 2003).
o
e. Titik lebur : 20-21 C (Rowe et al, 2003).
2.7 Propilenglikol
a. Bobot molekul : 76,09 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, manis,
berasa sedikit tajam seperti gliserin (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 15% digunakan sebagai
humektan pada sediaan topikal; 15-30% digunakan sebagai
bahan pengawet pada sediaan larutan dan semisolida;
digunakan sebagai solven atau kosolven dengan konsentrasi 10-
30% pada sediaan larutan aerosol, 10-25% pada sediaan
larutan oral, 10-60% pada sediaan parenteral, dan 5 -80% pada
sediaan topikal (Rowe et al, 2003).
d. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin, dan air; larut 1:6 dalam eter; tidak dapat bercampur
dengan minyak mineral atau campuran minyak, tetapi dapat
dilarutkan oleh beberapa minyak essensial (Rowe et al, 2003).
e. Suhu lebur : -59°C (Rowe et al, 2003).
f. Stabilitas : Propilenglikol stabil pada suhu kamar jika disimpan pada
wadah tertutup baik, tetapi pada keadaan terbuka dan
temperatur tinggi akan teroksidasi dan menghasilkan produk
seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam
asetat. Propilenglikol stabil ketika dicampur dengan etanol
95%, gliserin, atau air. Propilenglikol bersifat higroskopis
(Rowe et al, 2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk dan kering (Rowe et al, 2003).
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan reagen pengoksidasi
seperti potasium permanganat (Rowe et al, 2003).
2.8 Setil Alkohol
a. Bobot molekul : 242,44 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul, kubus,
bau dan rasa lemah (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai
emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi; digunakan
sebagai agen pengeras ( Stiffening agent) pada konsentrasi 2-
10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada konsentrasi 5 % (Rowe
et al, 2003).
d. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan
peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air. Ketika
dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, parafin padat atau
cair, dan isoprpil miristat (Rowe et al, 2003).
e. Suhu lebur : 49°C (Rowe et al, 2003).
f. Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya, serta udara, dan
tidak menjadi tengik (Rowe et al, 2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering (Rowe
et al, 2003).
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan agen pengoksidasi
kuat (Rowe et al, 2003).
Zaitun 42.5%
Setaric Acid 10.3%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Setil Alkohol 1%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
b. Formula Alternatif 2
VCO 42.%
Setaric Acid 10.3%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Setil Alkohol 1%
Vitamin E 0.5%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
c. Formula Alternatif 3
VCO 42%
Setaric Acid 11%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Vitamin E 0.5%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
d. Formula Alternatif 4
VCO 42%
Setaric Acid 11%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Bahan
a. Zaitun
b. Setaric Acid
c. Trietanolamin
d. Gliserin
e. Metil Paraben
f. Propil Paraben
g. Propilenglikol
h. Setil Alkohol
i. Essential oil
j. Destilled Water
4.2 Alat
a. Timbangan elektrik
b. Penangas air
c. Batang pengaduk
d. Cawan porselin
e. Penjepit kayu
f. Termometer
g. Beaker glass
h. Kertas perkamen
i. Sendok tanduk
j. Pipet tetes
k. Gelas arloji
l. Mortir
m. Stamper
n. Wadah lotion
4.3 Perhitungan
a. Formula Pustaka
1. White oil
Asam stearat
Asam stearat 7 % = 3.
Trietanolamin
Trietanolamin 2 % = 4.
Gliserin
Gliserin 10%= 5.
Metil Paraben
6. Setil alkohol
Setil alkohol 2 % = 7.
Akuades
Akuades 58,9%=
b. Formula Alternatif 1
1. Minyak Zaitun
2. Asam stearat
3. Trietanolamin
Trietanolamin 2 % = 4.
Gliserin
Gliserin 8,5%=
5. Metil Paraben
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2 % = 8.
Setil alkohol
Setil alkohol 1 % = 9.
c. Formula Alternatif 2
1. V C O
V C O 42%= 2.
Asam stearat
3. Trietanolamin
Trietanolamin 2 % = 4.
Gliserin
Gliserin 8,5%=
5. Metil Paraben
6. Propil Paraben
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2 % = 8.
Setil alkohol
Setil alkohol 1 % = 9.
Vitamin E
Vitamin E 0,5%=
10. Essential oil = q.s
11. Destilled Water
d. Formula Alternatif 3
1. V C O
V C O 42%=
2. Asam stearat
Trietanolamin
Trietanolamin 2 % = 4.
Gliserin
Gliserin 8,5%=
5. Metil Paraben
6. Propil Paraben
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2 % = 8.
Vitamin E
Vitamin E 0,5%=
e. Formula Alternatif 4
1. Minyak Zaitun
Trietanolamin
Trietanolamin 2 % = 4.
Gliserin
Gliserin 8,5%=
5. Metil Paraben
6. Propil Paraben
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2 % = 8.
Akuades 34%=
e. Formula Alternatif 4
150 Penambahan
Rentang Persen 50 gram
gram bobot
Nama Bahan pada yang sediaan Fungsi
sediaan 15%
pustaka digunakan (gram)
(gram) (gram)
VCO 42 21 63 72.45 fase minyak
agen
pengemulsi
Asam stearat 1-20% 11.5 5.75 17.25 19.8375
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
TEA 2-4% 2 1 3 3.45
(stabilizer in
water)
Gliserin <30% 8.5 4.25 12.75 14.6625 Emolint
emolint &
Propilenglikol 5-80% 2 1 3 3.45
pelarut
Metil Paraben 0,02-0,3% 0.2 0.1 0.3 0.345 Pengawet
Propilparaben 0,01-0,6% 0.5 0.25 0.75 0.8625 Pengawet
Esensial oil qs qs qs qs Pewangi
Aquadest 33.3 16.65 49.95 57.4425 fase air
4.5 CARA KERJA
a. Formula Pustaka
1. Diawali dengan pemanasan asam stearat, white oil, dan setil alkohol dalam beker
o
gelas hingga suhu 70 C disertai dengan pengadukan.
o
2. Suhu diturunkan hingga 65 C, dimasukkan trietanolamin secara p erlahan-lahan dan
terus diaduk sampai adonan tercampur rata dalam beker gelas diatas magnetic
stirer (Adonan 1)
o
3. Gliserin dan air dipanaskan hingga suhu 80 C dalam wadah yang berbeda. Lalu
o
dilakukan pendinginan hingga suhu 65 C (Adonan 2).
4. Adonan 1 dan 2 dicampur sambil terus diaduk dengan magnetic stirer pada putaran
penuh. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Kemudian
pengadukan dilanjutkan secara manual terus dilakukan sampai adonan
mengembang (Adonan 3).
o
Adonan 3 dibiarkan hingga suhu turun menjadi 40 C. Metil paraben ditambahkan
sambil terus dilakukan pengadukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Setelah
dingin dimasukkan dalam kemasan botol plastik. (Tano,1999)
b. Formula Alternatif 1
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan minyak zaitun, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen
lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam P ropilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air ( Campuran C )
o
5. Panaskan campuran C suhu 80 C.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket.
c. Formula Alternatif 2
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan
porselen lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam P ropilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air ( Campuran C )
o
5. Panaskan campuran C suhu 80 C.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
d. Formula Alternatif 3
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam P ropilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C )
o
5. Panaskan campuran C suhu 80 C.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
e. Formula Alternatif 4
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam P ropilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air ( Campuran C )
o
5. Panaskan campuran C suhu 80 C.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
Terlampir
6.3 ETIKET
Terlampir
BAB VII
LEMBAR PENGAMATAN
7.1 U j i Organoleptis
Hari ke-
Pengujian
1 2 3 4 5 6 7
Bentuk
Bau
Warna
7.2 U j i Homogenitas
Hari ke- Hasil
1
2
3
4
5
6
7
U j i Viskositas
Hari 1 2 3 rata-rata
No. Speed (rpm)
ke- (cP) (cP) (cP) (cP)
1
1 2
3
1
2 2
3
1
3 2
3
7.7 Pengukuran p H
Hari ke- Hasil
1
2
3
4
5
6
7
DAFTAR PUSTAKA
Aifen, Liena. 2011. Perbedaan Body Lotion, Body Cream dan Body Butter.
Available at : http://www.sekarjagatbali.com/ perbedaan-body-lotion-body-cream-
dan- body-butter/
Opened on : 2012-03-14
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam Netherlands : 191-198,
335-338.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients
London: Pharmaceutical Press.
Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).
London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and
Profesional.
Setyaningsih, Owi, Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotionpenolak Nyamuk.
Jurnal Teknologi Indonesi Vol 17(3) : 97-103.
Strianse, S. J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and Technology Vol.1.
2nd Ed. New Y o r k : Willy Interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc.
Sularto, S. A . dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam
Beberapa Jenis Kri m Terhadap Kestabilan Fisiknya Laporan Penelitian, L P Unpad.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Tano, E. 1999. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip Kecantikan Jakarta : Rineka Cipta.
Voigt, R . 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wilkinson, J . B and Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology. London : George Godwin.