Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dalam penyusunan makalah ini, kami nbanyak mendapatkan tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan dan hambatan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
kami mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapatkan bakasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.

Kami sudah berusaha menyempurnakan isi makalah ini. Tetapi menurut kami makalah ini
masih belum sempurna baik dari bentuk penyusunan maupun materi. Kritik konstruksi dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Jakarta, 14 Desember 2018

penulis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................


1.2. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................
BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian lotion......................................................................................................
2.2 Formulasi lotion......................................................................................................
2.3 Kegunaan,keuntungan dan kerugian lotion............................................................
2.4 Macam-macam aspek dan pembagiannya...............................................................
2.5 Evaluasi,pengujian keamanan,dan sensitivitas........................................................
BAB 111 PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hand body lotion merupakan salah satu produk kecantikan yang banyak digunakan oleh wanita
untuk melindungi kulit mereka dari paparan sinar matahari. Intensitas sinar matahari yang tinggi di
negara tropis seperti Indonesia sangat membahayakan kulit terutama dari pancaran sinar ultraviolet
(UV).Adapun sediaan kosmetik untuk perawatan kulit (skin care cosmetics) antara lain pembersih,
kondisioner, dan pelindung. Salah satu sediaan kosmetik perawatan kulit adalah hand body lotion.
Hand body lotion merupakan suatu sediaan kosmetika berbentuk emulsi cair yang digunakan pada
daerah tangan dan tubuh dengan tujuan melembabkan dan melembutkan kulit (Buchmann, 2001;
Mitsui, 1997).
Sediaan hand body lotion yang ada di pasaran umumnya dikombinasi dengan bahan alam,
seperti bubuk mutiara Cina, bunga lotus salju, Aloe vera, mulberry, minyak biji anggur, beras
Jepang, teh hijau Jepang, dan daun mint. Bahan alam tersebut mempunyai manfaat yang berbeda-
beda, salah satunya sebagai antioksidan. Antioksidan berfungsi sebagai pelindung dari radikal bebas
yang reaktif terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel. Sumber pembentuk
senyawa radikal bebas antara lain paparan sinar matahari yang berlebih, polusi, dan asap rokok.
Bagian tubuh yang sering terpapar radikal bebas adalah kulit. Kulit yang terkena paparan radikal
bebas terlalu lama dapat menyebabkan penuaan kulit dan dapat mulai karsinogenesis (Mucha,
Budzisz, and Rotsztejn, 2013; Umayah dan Amrun, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lotion ?
2. Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion?
3. Macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya?
4. Evaluasi, pegujian keamanan dan sensitivitas?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut lotion
2. Untuk mengetahui kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion
3. Untuk mengetahui macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya
4. Untuk mengetahui evaluasi, pengujian dan sensitivitas pada lotion
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lotion

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih
banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan
minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak
berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan dan badan) merupakan
sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al, 1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang digunakan
pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula
berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk
mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan
memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk
kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan
mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan
untuk pemakaian pada kulit yang sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh
emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk
pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian
yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering
setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
 Formulasi Lotion
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan humektan.
Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak
mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat
pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun nonionik. Humektan bahan
pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari lotion
yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah untuk mempertahankan kelembaban
kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan air, dan mempertahankan bahan aktif
(Setyaningsih, dkk., 2007). Lotion juga dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan
efek protektif dalam pengobatan dermatosis akut. Sebaiknya tidak digunakan pada luka yang berair
sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap tinggal di bawah lotion yang
menjadi cake (Anief, 1984). Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,
pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih,
dkk., 2007).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase
air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt,
1996). Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah sun screen, humektan,
thickening, mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif. Sun screen berfungsi sebagai ultra violet
filter, yaitu melindungi kulit dari panas matahari juga bahan dasar pembuatan krim/lotion. Gliserin
sebagai humektan berfungsi menahan air di bawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah
kehilangan air yang berlebihan. Mineral oil dan silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing)
kulit. (Setyaningsih, dkk., 2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab (Setyaningsih, dkk., 2007).
Selain itu, setil alkohol pada sedian lotion berfungsi sebagai thickening agent (Rowe, et al., 2003)
dengan konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickening merupakan pengental yang berfungsi sebagai
pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Thickening
agent adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formula, yang berfungsi sebagai bahan
pengental atau pengeras di dalam formula lotion. Bahan pengental atau thickening agents digunakan
untuk mengatur kekentalan produk sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan
mempertahankan kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997).
Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk mencegah
terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers digunakan sebagai bahan
pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis
(Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental polimer seperti gum alami, derivat selulosa
dan karbomer lebih sering digunakan dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis
surfaktan. Penggunaan bahan pengental dalam pembuatan skin lotion biasanya digunakan dalam
proporsi yang kecil yaitu dibawah 2,5% (Strianse, 1996).

2.2 Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion

kegunaan lotion

lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:

a. Antibiotik
b. Antiseptik
c. Anti jamur (anti fungi)
d. Kortikosteroid
e. Anti jerawat
f. Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung (seperti calamine)
g. Pijat
h. Memperbaiki kulit (estetika)

Keuntungan penggunaan lotion

a. Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada krim)


b. Lebih ekonomis (lotion menyebar dalam lapisan tipis)
c. Umumnya dosis yang digunakan lebih rendah
d. Kerja sistemnya rendah

Kerugian penggunaan lotion

a. Bahaya umumnya lebih besar


b. Penyimpanan BSO (bentuk sediaan obat) lotion tidak tahan lama
c. BSO (bentuk sediaan obat) kurang praktis dibawa kemana mana
2.3 Macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya

Formulasi umum dari sediaan lotion terdiri dari zat aktif dan eksipien :

1. Zat Aktif
Untuk memperoleh lotion yang memenuhi persyaratan formulasi, teknologi serta syarat
biologinya terlebih dahulu harus diperhatikan sifat zat aktifnya, antara lain:
a. Sifat Organoleptik
b. Sifat fisika, meliputi kelarutan, titik leleh, bobot jenis, polimorfisa, ukuran partikel dan
koefisien partisi.
c. Sifat kimia, meliputi: pH dan kestabilan.
d. Kemurnian dan rumus kimia.
e. Parameter Farmakokinetik.
2. Eksipien
Eksipien adalah bahan pembantu yang memberikan bentuk pada sediaan. Pemilihan bahan
pembantu sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya.. Eksipien yang diperlukan pada lotion
adalah pengemulsi, pengental, penstabil, pH, antioksidan, pengawet dan pelarut.
a. Pengemulsi
Pengemulsi digunakan untuk menstabilkan suatu campuran, sehingga menghasilkan
sediaan lotion yang rganic dan merata. Contoh pengemulsi: emulsifying wax,
polisorbat, polietilenglikol, steril rganic, lanolin, asam rganic .
b. Pelembut (Emolient)
Merupakan zat pelembut, dimana proses yang terjadi adalah dengan menambah jumlah
air pada kulit. Contohnya: setil rganic, gliserin, rganic palmiat, gliserin monostearat,
dan petrolatum.
c. Pelembab
Yaitu suatu zat yang dapat membantu menahan air dan berguna untuk melembabkan
kulit. Selain untuk menahan air juga berguna untuk mencegah kekeringan pada sediaan
kosmetik itu sendiri, baik selama penggunaan. Humektan sering juga disebut sebagai
moisturizer atau pelembab. Contohnya: sorbitol, gliserin, mineral oil, dan triacetin.
d. Antioksidan
Karena pada umumnya sediaan kosmetik mengandung lemak-lemak atau minyak-minyak
dimana partikel-partikelnya mempunyai ikatan yang tidak jenuh, sehingga mudah untuk
teroksidasi, maka perlu ditambahkan suatu antioksidan. Beberapa rgani yang harus
diperhatikan dalam antioksidan ini adalah toksisitas, kemampuan mengiritasi, bau, warna,
kelarutan dan stabilitas didalam sediaan. Contoh antioksidan yang biasa digunakan
diantaranya: BHA (Butil Hydroxy Anilin), BHT (Butil Hydroxy Toluena), tokoferol, dan
natrium metabisulfit.
e. Pengawet
Ini sangat penting fungsinya dalam sediaan semi solid. Disebut juga konservars, berguna
untuk memperlambat atau mencegah pertumbuhan mikroba, juga mencegah oksidasi dari
minyak atau lemak, sehingga tidak rusak atau tengik. Contohnya: metilparaben (nipagin),
propylparaben (nipasol), natrium rganic , benzyl rganic.
f. Pelarut
Pelarut digunakan untuk melarutkan, contohnya air

2.4 Evaluasi sediaan lotion

Pemeriksaan dan deskripsi dari kumpulan sediaan merupakan tes yang paling mudah
dipraktekkan dan yang paling utama. Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara mikroskopik
dengan mendiskripsikan warna, kejernihan, transparansi, kekeruhan dan bentuk sediaan.
Pemeriksaan ini dapat pula dilakukan secara mikroskopik yang dilakukan dengan mengambil
gambar microphotographs yang berguna untuk dokumentasi (Paye, 2001).
1) Viskositas
Viskositas merupakan gambaran dari tahanan suatu benda cair untuk mengalir. Sifat ini
sanagat penting dalam formulasi sediaan cair dan semi padat karena sifat ini menentukan sifat
dari sediaan dalam hal campuran dan sifat alirnya, baik pada saat diproduksi, dimasukkan
kedalam kemasan, serta sifat-sifat penting pada saat pemakaian, seperti konsistensi, daya
sebar dan kelembaban. Viskositas dari suatu sediaan juga akan mempengaruhi stabilitas fisik
dan ketersediaan hayatinya. (Paye, 2001).
Viskositas adalah karakteristik penting pada produk perawatan tubuh, karena sifat ini
berpengaruh pada preparasi, pengemasan, penyimpanan, pemakaian, dan pelepasan zat aktif.
Sifat ini perlu diperiksa untuk menjaga kualitas dan karakteristik dari sediaan. Viskositas dari
sediaan lotion berkisar pada angka 3000 dan 12000 centipoises (cp) (Reich, Dean, Cheryl, &
Zhi, 2001)
Ada banyak teknik dan metode yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu sediaan.
Metode yang digunakan dalam pengukuran antara lain dengan mengalirkan cairan melalui
tabung, metode putaran atau metode viskositas permukaan. Sedangkan metode lain
menggunakan rganic , jatuh atau penghisap (Paye, 2001).
2) pH
Pengukuran pH (konsentrasi dari ion rganic ) dalam sediaan encer (larutan, rganic , emulsi
m/a dan gel) merupakan pemeriksaan yang penting. Nilai pH dalam rentang fisiologis
biasanya telah disesuaikan, idealnya sama dengan pH kulit atau tempat pemakaian spesifik
untuk menghindari iritasi.
Banyak reaksi dan proses yang bergantung pada nilai pH, antara lain keefektifan pengawet,
stabilitas dan degradasi dari bahan dan kelarutan. Oleh karena itu, pemeriksaan pH
merupakan hal wajib yang dapat dilakukan dengan mudah menggunakan alat yang sesuai
(Paye, 2001).
3) Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dalam banyak kasus dilakukan secara visual. Pengendapan dalam
suatu larutan atau pemisahan fase dalam suatu emulsi dapat dengan mudah dideteksi. Sistem
campuran tak transparan dan rganic sangat sulit untuk diperiksa. Pemeriksaan rgani
campuran yang demikian dilakukan secara mikroskopik dari sampel yang ada, bersamaan
dengan pengujian kuantitatif zat aktif. (Paye, 2001)

2.5 Uji keamanan

a. Uji toksisitas akut

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih
dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam
dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena)

b. Uji iritasi primer

c. Uji iritasi kumulatif

d. Uji sensitivitas

e. Phototoxicity

f. Photosensitivitas

g. Eye irritation

h. Mutagenesis

i. Tes humman patc


BAB III

PEMBAHASAN

Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih

banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,memberi lapisan

minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badanmenjadi lembut, tetapi tidak

berasa berminyak dan mudah dioleskan.

Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yangdigunakan pada

kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yangtersuspensi, dapat pula

berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air.


BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.1.1 Dari hasil pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Lotion adalah suatu bentuk sediaan kosmetik yang pada umumnya digunakan secara

dioleskan pada permukaan kulit atau tubuh, yang mudah dioleskan, yang dapat

memberikan efek local pada pemberiannya.

3.2 SARAN

3.2.1 Perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut untuk mengetahui lebih dalam tentang
sediaan lotion
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jellineck, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley Interscience.

Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam Netherlands : 191-198,
335-338.

Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients. London:
Pharmaceutical Press.

Sularto, S. A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam
Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya. Laporan Penelitian, LP Unpad.
Bandung: Universitas Padjajaran.

Setyaningsih, Owi, Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotionpenolak Nyamuk.
Jurnal Teknologi Indonesi Vol 17(3) : 97-103.

Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed). London:
Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and Profesional.

Strianse, S. J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and Technology Vol. 1.
2nd Ed. New York : Willy Interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai