PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislipidemia ialah satu atau kombinasi dari peningkatan
kolesterol total, LDL-C tinggi, HDL-C rendah, dan peningkatan
trigliserida. Dislipidemia merupakan faktor risiko utama Chronic Heart
Disease (CHD). Orang dengan dislipidemia memiliki risiko dua kali lipat
untuk mengalami Cardiovascular Disease (CVD) dibandingkan dengan
mereka yang memiliki tingkat lipid normal. CVD menjadi penyakit
paling umum penyebab kematian (Gebreegziabiher et al., 2021). (1)
Menurut world health organization (WHO), pada tahun 2008
prevalensi global kolesterol meningkat pada oarang dewasa yaitu 37%
untuk prian dan 40% untuk perempuan. Secara global, rata-rata kolesterol
total berubah sedikit antara tahun 1980 dan 2008, turun kurang dari 0,1
mmol/L per dekade pada pria dan wanita. Prevalensi peningkatan total
kolesterol tertinggi yaitu diwilayah Eropa Barat sekitar 54% untuk kedua
jenis kelamin, diikuti oleh wilayah Amerika 48% untuk kedua jenis
kelamin. Daerah Afrika dan Asia Tenggara menunjukan presentase
terendah yaitu 23% dan 30%. Menurut penelitian oleh National Health
and Nutrition Examination Survey, orang dewasa di Amerika yang
berumur ≥20 tahun memiliki kadar HDL (High Density Lipiprotein) ≤40
mg/Dl, yaitu 31,4% untuk pria dan 11,9% untuk wanita. Menurut The
Helsinki Heart Study, hipertrihliseridemia dan rendahnya kadar HDL
dipengaruhi oleh obesitas Body Mass Index (BMI) >26 kg/m2, perokok,
gaya hidup, tekanan darah ≥140/90 mmHg, dan kadar glukosa darah >4,4
mmol/L.(2)
Prevalensi hiperkolesterolemiadi indonesia menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 pada kelompok usia 25-34
tahun adalah 9,3% dan meningkat seiring bertambahnya usia pada
kelompok usia 53-64 tahun sebesar 15,5%. Untuk prevalensi
hiperkolesterolemia di Indonesia sebesar 1,5% pada laki-laki dan 2,2%
pada perempuan (3). Hasil rikesdas tahun 2013 proporsi penduduk
indonesia dengan kadar kolesterol di atasnormal lebih tinggi yaitu sebesar
39,6% jika dibandingkan laki-laki sebesar 30%. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kadar kolesterol total adalah pola makan tinggi serat, pola
makan tinggi lemak, kebiasaan merokok, jenis kelmin, obesitas dan
aktifitas fisik (4).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pada pasien rawat jalan di Puskesmas
Larangan Utara Kota Tangerang?
2. Bagaimana pola penggunaan obat dislipidemia pada pasien rawat
jalan di Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang?
3. Apakah pada pengobatan dislipidemia pasien rawat jalan di Puskesmas
Larangan Utara Kota Tangerang terjadi Drug Related Problems
(DRPs)?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada :
1. Pasien dislipidemia yang mendapatkan terapi obat dislipidemia di
Puskesmas Larangan Utara.
2. Data yang digunakan adalah data yang termasuk pada kriteria inklusi.
3. Periode lama waktu data rekam medik pasien yang dibutuhkan yaitu
Januari – Desember 2021.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Mengetahui karakteristik dislipidemia pada pasien rawat jalan di
Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang.
2. Untuk mengetahui pola penggunaan obat dislipidemia pada pasien
rawat jalan poli umum Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang.
3. Mengidentifikasi DRPs penggunaan obat dislipidemia pada pasien
dislipidemia yang terkait dengan dosis obat kurang, dosis obat lebih
dan interaksi obat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai
DRPs penggunaan obat dislipidemia pada pasien.
2. Bagi Instansi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
instansi Puskesmas dalam penggunaan obat dislipidemia pada pasien.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru
kepada masyarakat penggunaan obat dislipidemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lipid
1. Definisi
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak,
minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan
lebih karena sifat fisiknya dari pada sifat kmianya. Lipid secara relatif
tidak larut dalam air dan dapat larut dalam pelarut nonpolar (eter dan
kloroform). Lipid dibagi menjadi lipid sederhana (lemak dan wax),
lipid kompleks (fosfolipid, glikolipid, dan lipid kompleks lain), dan
prekursor serta turunan lipid (asam lemak, gliserol, steroid, alkohol
lain, aldehida, lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut lemak,
dan hormon.
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintetis dihari
dan jaringan lemak adiposa harus diangkut ke berbagai organ jaringan
dan organ untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut
dalam air, maka untuk mengangkut lipid dalam plasma darah
diperlukan penggabungan lipid nonpolar (trigliserida dan ester
kolesterol) dengan lipid amfipatik (fospolipid dan kolesterol) serta
protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan
air.
Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein. Lipid plasma
terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan
ester kolesterol (36%), serta sedikit asam lemak rantai panjang tak
tersertifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) merupakan lemak plasma
yang paling efektif secara metabolik.
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana dan lipid kemplek.
Lipid sederhana terdiri dari ester asam lemak dengan berbagai alkohol:
a. Lemak (fat) ester asam lemak gliserol
b. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair
c. Malam (wax) ester asam lemak dengan alkohol monohidrat
berberat molekul tinggi.
Adapun lipid komplek meliputi ester asam lemak yang
mengandung gugus- gugus selain alkohol dan asam lemak :
a. Fosfolipid yaitu lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor
yang mengandung nitrogen dan subsituen lainnya, misalnya
alkohol pada gliserofosfolipid adalah gliserol dan alkohol pada
sfingofosfolipid adalah sfingosin
b. Glikolipid (glikosfingolipid) adalah lipid yang mengandung asam
lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
Lipid komplek lainnya yaitu sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein
2. Lipoprotein
Lipoprotein merupakan makromolekul yang mengandung lipid dan
protein yang disebut apolipoprotein (apoprotein). Unsur pokok lipid
meliputi kolesterol bebas dan kolesterol teresterifikasi, trigliserida, dan
fosfolipid. Apoprotein sangat penting karena menstabilkan struktur
lipoprotein. Sejumlah lipoprotein berfungsi sebagai kofaktor dalam
proses enzimatik yang mengatur metabolisme lipoprotein. Dalam
semua lipoprotein berbentuk sferis, lipid yang sangat tidak larut air
(ester kolesteril dan trigliserida) merupakan komponen inti, sedangkan
komponen yang larut dalam air dan lebih polar (apoprotein, fosfolipid,
dan kolesterol tak teresterifikasi) terletak pada permukaan (Mahley dan
Barsot, 2002).
Tabel 2.1 Jenis lipoprotein, apoprotein, dan kandungan lipid (Arsana,
dkk., 2015)
Jenis Lp Jenis Lokasi Kandungan lipid (%)
Apo Sintesis Trigliserida Kolesterol Fosfolipid
Kilomikron B-48 Usus 80-95 2-7 3-9
VLDL B-100 Hati 55-80 5-15 10-20
IDL B-100 Hasil 20-50 20-40 15-25
katabolisme
VLDL
LDL B-100 Hasil 5-15 40-50 20-25
katabolisme
VLDL
HDL A-I, A- Usus, hati, 5-10 15-25 20-30
II, dan plasma
Keterangan : Lp : Lipoprotein
Apo : Apoprotein
a. Kilomikron
Lipoprotein merupakan makromolekul yang mengandung lipid dan
protein yang disebut apolipoprotein (apoprotein). Unsur pokok
lipid meliputi kolesterol bebas dan kolesterol teresterifikasi,
trigliserida, dan fosfolipid. Apoprotein sangat penting karena
menstabilkan struktur lipoprotein. Sejumlah lipoprotein berfungsi
sebagai kofaktor dalam proses enzimatik yang mengatur
metabolisme lipoprotein. Dalam semua lipoprotein berbentuk
sferis, lipid yang sangat tidak larut air (ester kolesteril dan
trigliserida) merupakan komponen inti, sedangkan komponen yang
larut dalam air dan lebih polar (apoprotein, fosfolipid, dan
kolesterol tak teresterifikasi) terletak pada permukaan (Mahley dan
Barsot, 2002).
Merupakan plasma terbesar dan satu-satunya lipoprotein
yang terapung ke permukaan tubular plasma yang di diamkan
tidak terganggu selama 12 jam. Gaya apung kilomikron
menggambarkan 98% - 99% kandungan lemaknya, 85%
diantaranya adalah trigliserida dari makanan. Dalam kilomikron,
perbandingan trigliserida terhadap kolesterol adalah 10 atau
lebih (Mahley dan Barsot, 2002).
Pada individu dengan lipid normal, kilomikron berada
dalam plasma selama 3-6 jam setelah ingesti makanan yang
mengandung lemak. Setelah berpuasa selama 10-12 jam, tidak
ada kilomikron yang tersisa (Mahley dan Barsot, 2002).
Setelah trigliserida dari makanan banyak dihilangkan
melalui perantara- LPL, kilomikron remnan yang masih
mengandung semua kolesterol dari makanan, lepas dari
permukaan kapiler dan dalam beberapa menit dihilangkan dari
sirkulasi oleh hati melalui proses dalam beberapa tahap yang
diperantarai oleh apoE (Mahley dan Barsot, 1999).
Kilomikron remnan bukan prekursor lipoprotein densitas
rendah. Namun selama hidrolisis awal trigliserida kilomikron
oleh LPL, apoproteinA-I dan fosfolipid dihilangkan dari
permukaan kilomikron tetap di dalam plasma. Ini adalah salah
satu mekanisme di bentuknya HDL (prekursor) baru (Mahley
dan Barsot, 2002).
b. Lipoprotein Densisitas Sangat Rendah (VLDL)
VLDL diproduksi di hati dan disintesis jika produksi trigliserida
distimulasi oleh peningkatan pembesaran asam lemak bebas atau
oleh peningkatan sintesis asam lemak de novo oleh hati. VLDL
memiliki diameter 400- 1000 Ǻ dan cukup besar untuk
menimbulkan kekeruhan plasma, tetapi tidak seperti kilomikron,
partikel VLDL tidak dapat mengapung secara spontan
kepermukaan tubular plasma yang didiamkan tanpa diganggu
selama 12 jam (Mahley dan Barsot, 2002).
c. Lipoprotein Densitas Tinggi (LDL)
Partikel LDL yang berasal dari katabolisme IDL mempunyai
waktu paruh 1,5-2 hari. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi
LDL dalam plasma yang lebih tinggi dibandingkan VLDL dan
IDL. Pada individu yang tidak menderita hipertrigliseridemia,
dua pertiga kolesterol plasma ditemukan pada LDL. Bersihan
partikel LDL dalam plasma terutama diperantarai oleh reseptor
LDL, sebagian kecil komponennya perantarai oleh mekanisme
bersihan nonreseptor (Brown and Goldstein, 1986) (Mahley dan
Barsot, 2002).
Kerusakan atau tidak adanya reseptor LDL menyebabkan
kadar LDL dalam plasma yang tinggi dan hiperkolesterolemia
familial (Brown and Goldstein, 1986; Hobbs, et al., 1992).
ApoB-100 satu-satunya apoprotein LDL, merupakan ligan yang
mengikatkan LDL pada reseptornya. Residunya 3000-3700
diurutan karboksil-terminalnya penting untuk pengikatan. Mutasi
di daerah ini mengganggu pengikatan dan merupakan penyebab
hiperkolesterolemia (gangguan ApoB-100 familial) (Innerarity,
et al., 1990; Pullinger, et al., 1990) (Mahley dan Barsot, 2002).
4. Patofisiologi
Data dari American Heart Association diperkirakan bahwa saat ini
terdapat 98 juta warga Amerika mempunyai kadar kolesterol lebih dari
200 mg/dl dan diperkirakan akan terus meningkat. Dislipidemia
merupakan faktor resiko primer utuk penyakit jantung koroner dan
berperan sebelum faktor resiko utama lainnya muncul. Data
epidemiologi menunjukkan bahwa setiap penurunan LDL sebesar 30
mg/dL maka akan terjadi penurunan resiko untuk penyakit jantung
koroner sebesar 30% (Grundy, 2004).
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam tubuh adalah 10% dari energi total perhari dan
kolesterol >300mg/ hari. Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan
kadar kolesterol LDL. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL
menurun, akan terjadi penimbunan kolesterol di jaringan perifer
termasuk pembuluh darah (Sitorus, 2006)
5. Etiologi
Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
seperti:
a. Faktor Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan
rendahnya kolesterol HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada
wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper
pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol
sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih
cepat sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga
rasio kadar kolesterol total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005).
b. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya
semakin menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas
reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin
meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi,
sedangkan kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10
tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh
darah. Prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34
tahun adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertambahan
usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi,
2005).
c. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya
dislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen
diturunkan secara berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan
satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan
diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor genetik
(Djauzi, 2005
d. Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat
badan atau juga bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan
berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu
banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat
menurunkan HDL (Anwar, 2004).
f. Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk
meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain
itu berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk
membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam darah
terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke
hati untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini
diperlukan melancarkan proses pencernaan kadar lemak
dalam darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka
kadar kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai
menuju ke titik normal (Arisman, 2008)
g. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, dan menurunkan kolesterol HDL. Ketika
pengguna rokok menghisap rokok maka secara otomatis akan
memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan
merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam
asap rokok akan merangsang hormone adrenalin, sehingga akan
mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
h. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
arterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai
resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).
6. Pemeriksaan Laboratorium
Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting
dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Dari berbagai
penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan
dengan besarnya resiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular,
dikenal patokan kadar kolesterol total sebagai berikut :
a. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable)
adalah < 200 mg/dl
b. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk
mulai dikendalikan (borderline high) adalah 200-239 mg/dl
c. Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240
mg/dl .
Untuk trigliserida besamya pengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya komplikasi kardiovaskuler belum disepakati benar. NECP
(National Cholesterol Education Program) tidak memasukkan kadar
trigliserida dalam anjuran pengelolaan lipid mereka. Sebaliknya
kelompok kontinental memasukkan juga faktor trigliserida dalam
algoritma yang mereka anjurkan, dilandasi oleh penelitian mereka di
Eropa. ( studi Procam dan studi Paris ).
Di Indonesia data epidemiologis mengenai lipid masih langka, apa
lagi longitudinal yang berkaitan dengan angka kesakitan atau angka
kematian penyakit kardiovaskuler (Anwar, 2004).
Tabel 2.2 Pedoman klinis kadar kolesterol (Anwar, 2004)
Jenis Diinginkan Diwaspadai Berbaha
Kolesterol mg/dL mg/dL ya
mg/dL
Kolesterol <200 200-239 >240
total
Kolesterol <130 130-159 160
LDL
Kolesterol >45 36-44 <35
LDL
Trigliserida <200 200-399 >400
7. Terapi
Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang
berhubungan dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang
berhubungan dengan intervensi farmakologis. Berikut adalah metode
yang dapat dilakukan untuk mengobati atau mencegah terjadinya
dislipidemia
a. Terapi Non Farmakologi
1). Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan program latihan yang
mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas
sedang (menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu,
dengan pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang
disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda, dan berenang.
Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau
beberapa sesi sepanjang rangkaian dalam sehari (minimal 10
menit). Bagi beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat
disela aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2
hari seminggu (Sugiarto, 2015).
2). Berhenti Merokok
Merokok merupakan faktor risiko kuat, terutama untuk penyakit
jantung koroner, penyakit vaskular perifer, dan stroke. Merokok
mempercepat pembentukan plak pada koroner dan dapat
menyebabkan ruptur plak sehingga sangat berbahaya bagi orang
dengan aterosklerosis koroner yang luas. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa merokok memiliki efek negatif yang besar
pada kadar K-HDL dan rasio K-LDL/K-HDL. Berhenti merokok
minimal dalam 30 hari dapat meningkatkan K-HDL secara
signifikan (Arsana, dkk., 2015).
3). Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan LDL adalah diet
asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor
diet yang paling berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi
kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol
LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan
dengan diet MUFA. Kebiasaan mengkonsumsi ikan
(mengandung PUFA omega-3) berhubungan dengan reduksi
resiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid
plasma.
Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi
makanan rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan
sayuran (≥5 porsi / hari), biji-bijian (≥6 porsi / hari), ikan, dan
daging tanpa lemak. Asupan lemak jenuh, lemak trans, dan
kolesterol harus dibatasi, sedangkan makronutrien yang
menurunkan kadar LDL- C harus mencakup tanaman
stanol/sterol (2 g/hari) dan serat larut air (10-25 g/hari) (Arsana,
dkk., 2015).
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien,
mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak
jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan
gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya
membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting
untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I
atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap
kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian
setelah 3 bulan (Anwar, 2004).
Tabel 2.3 Komposisi nilai asupan gizi (Anwar, 2004)
No Komposisi Tahap I Tahap II
1 Karbohidrat (% kalori) 50-60 50-60
2 Protein (% kalori) 15-20 15-20
3 Lemak (% kalori) <30 <30
4 Kolesterol mg/dl <300 <200
5 Lemak Jenuh (% kalori) <10 <7
a) Simvastin
Rumus Kimia :
c) Lovastatin
Lovastatin merupakan obat yang menurunkan
kadar kolesterol total dan LDL pada pasien dengan
hiperkolesterolemia primer yang tidak dapat diatasi dengan
diet atau tindakan non- farmakologi lain serta menurunkan
kadar kolesterol pada pasien hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia (Charles, 2009)
d) Pravastatin
Pravastatin merupakan obat hiperkolesterolimia
primer pada pasien dengan kadar kolesterol 6,5 mmol/l atau
lebih besar yang tidak cukup memberikan respon terhadap
diet memperlambat progesifitas arterosklerosis koroner dan
menurunkan kejadian jantung pada pasien dengan
hiperkolesterolemia yang mengalami arterosklerosis arteri
koroner. Serta menurunkan resiko infark miokard dan
menurunkan resiko intervensi revakularisasi miokar dan
mortalitas (Charles, 2009).
D. Rekam Medis
1. Definisi
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan doumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam medis memuat pengetahuan mengenai pasien dan
pelayanan yang diperoleh dan uga memuat informasi yang cukup
untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosa dan
pengobatan serta merekam hasilnya.
2. Tujuan dan kegunaannya
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
puskesmas. Tanpa dukungan suatu sistem pengelolaan rekam medis
baik dan benar tertib administrasi puskesmas tidak akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan upaya pelayanan
kesehatan di puskesmas. Kegunaan rekam medis menurut seorang
pakar Gibony yaitu:
a. Administrasi
Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat
digunakan manageman untuk melaksana kan fungsinya guna
pengelolaan berbagai sumber daya.
b. Hukum
Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang
dapat melindungi pasien, dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya serta pengelolaan dan pmilik sarana pelayanan kesehatan
terhadap hukum.
c. Keuangan
Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat dipergunakan
untuk memprediksi pedapatan dan biaya sarana pelayanan
kesehatan
d. Penelitian
Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam penyakit
yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis guna
kepentingan penelitian.
e. Pendidikan
Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan
ilmu.
f. Dokumentasi
Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah
medis seseorang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dianalisis
secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, data
yang diambil adalah data sekunder yang didapat dari rekam medis pasien
rawat jalan yang diberikan obat dislipidemia di poli umum Puskesmas
Larangan Utara Kota Tangerang periode Januari – Desember 2021.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan data
dilakukan pada bulan Maret 2022.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang rekam medik Puskesmas Larangan Utara
Kota Tangerang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien rawat jalan di
Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang periode Januari –
Desember 2021.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah data rekam medis rawat jalan yang
diberikan obat dislipidemia di Puskesmas Larangan Utara Kota
Tangerang periode Januari – Desember 2021.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi
untuk sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pasien rawat jalan di poli umum Puskesmas Larangan Utara Kota
Tangerang periode Januari – Desember 2021.
b. Pasien rawat jalan yang menggunakan obat dislipidemia.
c. Pasien dengan rekam medis yang jelas dan lengkap.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana keadaan yang
menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan. Kriteria eksklusi
untuk sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Pasien rawat jalan di poli umum Puskesmas Larangan Utara Kota
Tangerang periode Januari – Desember 2021.
b. Pasien rawat jalan yang menggunakan obat dislipidemia.
c. Pasien dengan rekam medis yang tidak jelas dan tidak lengkap.
E. Bahan Penelitian
Sumber / bahan penelitian adalah data dari Puskesmas Larangan Utara
Kota Tangerang yang mencangkup :
1. Rekam medis / Medical Record
2. Resep rawat jalan poli umum (sebagai penunjang data)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah
Total Sampling dimana data yang diperoleh dipergunakan untuk
penelitian.
G. Prosedur Perizinan
1. Perizinan
Penelitian diawali dengan pengurusan ijin penelitian. Surat ijin
penelitian diperoleh dari Akademik Institut Sains dan Teknologi Al-
Kamal. Selanjutnya disampaikan kepada Kepala Puskesmas Larangan
Utara Kota Tangerang Januari – Desember 2021 untuk mendapatkan
surat ijin penelitian. Tahap selanjutnya melakukan pendataan di poli
umum Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang untuk menentukan
sampel yang akan diambil.
2. Pelaksanaan Peneltian
a. Tahap Penelusuran Data
Penelusuran data yang dilakukan di bagian Rekam Medis rawat
jalan di poli umum Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang
periode Januari – Desember 2021. Data yang diambil meliputi :
identitas pasien (nomor rekam medis, usia, jenis kelamin) data obat
yang diberikan kepada pasien, meliputi : nama obat dislipidemia
dan obat lain, dosis yang diberikan dalam satu peresepan dan
jumlah pemberian.
b. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, meliputi :
1).Gambaran pasien pada kasus dislipidemia Rawat Jalan di Poli
Umum Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang periode
Januari – Desember 2021 yang meliputi jenis kelamin dan usia
pasien.
2).Gambaran pola penggunaan onat dislipidemia pada pasien
Rawat Jalan di Poli Umum Puskesmas Larangan Utara Kota
Tangerang periode Januari – Desember 2021
3).Jumlah penggunaan masing-masing obat dislipidemia pada
pasien Rawat Jalan di Poli Umum Puskesmas Larangan Utara
Kota Tangerang periode Januari – Desember 2021
4).Evaluasi penggunaan obat-obat dislipidemia pada pasien
berdasarkan parameter tepet indikasi, tepat diagnosa, tepat
pasien, tepat pemilihan obat dan tepat dosis pada pasien Rawat
Jalan di Poli Umum Puskesmas Larangan Utara Kota Tangerang
periode Januari – Desember 2021
5).Data yang diperoleh dari hasil penelusuran data kemudia diolah
menjadi bentuk persentase (%) dan disajikan dalm bentuk tabel
dan grafik.