Anda di halaman 1dari 17

Penanganan Hewan Percobaan

I. Tujuan Percobaan
1.Untuk mengetahui karakteristik hewan-hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan.
2.Untuk mengetahui berbagai teknik pemberian obat.
3.Mengetahui faktor-faktor yang dapat mepengaruhi hasil percobaan

II. Pendahuluan
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah
berjalan puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan keselamatan
manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki,yang dihasilkan oleh Sidang Kesehatan
Dunia ke 16 di Helsinki, Finlandia, pada tahun 1964. Deklarasi tersebut merupakan
rekomendasi kepada penelitian kedokteran, yaitu tentang segi etik penelitian yang
melibatkan manusia sebagai obyek penelitian. Disebutkan, perlunya dilakukan percobaan
pada hewan sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau
diperlakukan terhadap manusia.4
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.5
Pemberian obat pada hewan percobaan bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
dapat dilihat pada table berikut.

III.Prosedur Percobaan
1. Cara Memegang Hewan Percobaan Sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji
a. Mencit
· Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, diletakkan pada suatu tempat yang
permukaannya tidak licin (misal ram kawat pada penutup kandang), sehingga ketika ditarik,
mencit akan mencengkram.
· Kulit tengkuk dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri, ekornya tetap dipegang
dengan tangan kanan.
· Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor
dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri.
b. Tikus
Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, tetapi bagian ekor yang dipegang pada bagian
pangkal ekor dan pegangannya pada bagian tengkuk bukan dengan memegang kulitnya.
Cara memegang tikus sebagai berikut:
· Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang kemudian diletakkan di atas
permukaan kasar.
· Tangan kiri perlahan-lahan diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala.
· Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan depan dijepit di antara kedua jari
tersebut.
c. Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi sigap, karena kadang-kadang memberontak.
Kelinci diperlakukan dengan cara memegang kulit lehrtnya dengan tangan kiri, kemudian
pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke dekat tubuh.
d. Marmot
Marmot diangkat dengan cara memegang bagian punggung atas dengan tangan kiri dan
memegang bagian punggung bawah dengan tangan kanan.

2. Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan


a.Mencit
Oral:
Cairan obat diberikan dengan mengginakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-
langit mulut atas mencit, kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan
cairan obat dimasukkan.
Sub kutan:
Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan
menggunakan alat suntik 1 ml.
Intra vena:
Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar.
Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi,
sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat
dilakukan dengan menggunakan jarum suntik no. 24.
Intramuskular:
Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.
Intra peritonial:
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan
sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar
jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tingga
untuk menghindari terjadinya penyuntikan pada hati.
b. Tikus
· Pemberian secara oral, intra muskular dan intra peritonial dilakukan dengan cara yang sama
seperti pada mencit.
· Pemberian secara sub kutan dilakukan di bawah kulit tengkuk atau kulit abdomen.
· Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada vena penis dibandingkan dengan
vena ekor.
c. Kelinci
Oral:
Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan menggunakan alat penahan
rahang dan pipa lambung.
Sub kutan:
Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk dengan
cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan dengan arah anterior.
Intra vena:
Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga. Sebelum
penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau air hangat.
Intra muskular:
Pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang.
Intra peritoneal:
Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah daripada perut.
Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.
d. Marmot
Oral:
Pemberian obat secara oral dilakukan dengan menggunakan sonde oral.
Intradermal:
Bulu marmot pada daerah yang akan disuntik dicukur terlebih dahulu. Obat disuntikkan ke
dalam kulit secara perlahan-lahan.
Subkutan:
Bagian kulit diangkat dengan cara dicubit, dan jarum suntik ditusukkan ke bawah kulit
dengan arah paralel dengan otot di bawahnya.
Intraperitoneal:
Punggung marmot dipegang sehingga perutnya agak menjolok ke muka. Jarum suntik
ditusukkan seperti pada cara subkutan, sesudah masuk ke dalam kulit, jarum ditegakkan
sehingga menembus lapisan otot dan masuk ke dalam daerah peritonium.
Intramuskular:
Jarum ditusukkan pada jaringan otot. Daerah penyuntikan adalah otot paha bagian
posterior-lateral.

3. Cara Menganestesi Hewan Percobaan


a. Mencit
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anestesi adalah:
Eter
Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakkan dalam suatu wadah,
kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran,
hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan
kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.
Halotan:
Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama.
Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium
Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35
mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg untuk
intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena.
Uretan (etil karabamat)
Ureten diberikan pada dosis 1000-1250 mg/kg secara intraperitoneal dalam bentuk larutan
25% dalam air.
b. Tikus
Senyawa penganestesi yang digunakan dan cara melakukan anestesi pada tikus, umumnya
sama seperti pada mencit.
c. Kelinci
Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah penobarbital natrium,
dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum, biasanya sekitar 22
mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan setengah dosis atas, dengan
ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.
d. Marmot
Anestesi marmot biasanya dilakukan dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium.
Eter digunakan untuk anestesi singkat, setelah hewan dipuasakan selama 12 jam. Dosis
pentobarbital natrium adalah 28 mg/ kg bobot badan.

4. Cara Mengorbankan Hewan Percobaan


a.Mencit
Cara kimia antara lain dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang
mematikan. Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher. Proses dislokasi dilakukan dengan
cara:
· Ekor mencit dipegang dan kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa dijangkaunya.
· Mencit akan meregangkan badannya.
· Saat mencit meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu penahan, misalnya
pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri.
· Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi dan
mencit akan terbunuh.
b.Tikus
Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.
Cara fisik dilakukan dengan proses sebagai berikut:
· Tikus diletakkan diatass sehelai kain, kemudian badan tikus dibungkus termasuk kedua kaki
depannya dengan kain tersebut. Tikus selanjutnya dibunuh dengan cara memukul bagian
belakang telinganya dengan tongkat.
· Tokus dipegang dengan perutnya menghadap ke atas, kemudian bagian belakang kepalanya
dipukulkan dengan keras pada permukaan yang keras seperti meja.
· Ekor tikus dipegang, kemudian diayunkan sampai tengkuknya tepat mengenai permukaan
benda keras seprti bagian pinggir meja.
c.Kelinci
Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.
Cara fisik dilakukan dengan proses:
· Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan kepalanya
tergantung ke bawah menghadap ke kiri.
· Sisi telapak tangan kanan dipukulkan dengan keras pada tengkuk kelinci.
· Pemukulan pada tengkuk kelinci dapat dilakukan dengan menggunakan alat,
mislanya tongkat.
d. Marmot
Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.
Cara fisik dilakukan dengan:
· Tengkuk marmot dipukul dengan keras dengan menggunakan alat atau dengan
memukulkan bagian belakang kepalanya pada permukaan keras.
· Dilakukan dislokasi leher dengan tangan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan diantaranya:


1. Faktor internal
Meliputi variasi biologik, yaitu usia (berpengaruh pada dosis yang harus diberikan) dan jenis
kelamin (ada obat-obat yang lebih peka untuk jantan dan untuk betina). Kemudian ras dan
sifat genetic, faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hewan yang akan di
jadikan percobaan karena akan memepengaruhi hasil dari percobaan disebabkan oleh
pengaruh dosis dan cairan tubuh hewan tersebut sehingga hasil dari pengamatan akan
berbeda-beda, sehingga memepengaruhi efek farmakologinya. Selain itu, status kesehatan
dan nutrisi, bobot tubuh serta luas permukaan tubuh akan berpengaruh pada dosis yang
harus diberikan.
2. Faktor eksternal
Meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing
atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup
seperti suhu, kelembaban, ventilasai, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
pemilihan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil percobaan, dan mempengaruhi efek
farmakologinya, apabila hewan yang sudah biasa di beri obat maka akan terlihat lebih rilex
dan santai berbeda dengan hewan percobaan yang masih baru dan masih asing makan akan
lebih berontak dan agresif, sehingga kita membutuhkan penelitian dan perawatan yang baik
terhadap hewan percobaan sebelum melakukan percobaan.
PENANGANAN HEWAN COBA

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam


penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan
percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha–usaha
kesehatan (Malole, 1989)
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang
dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan
hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi
dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan
sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.
3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan
terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan
percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di
samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu
mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi
kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan
atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan.
Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui
proses absorpsi terlebih dahulu kemudian Sifat Fisiologi Yang Berpengaruh
1. Distribusi.
2. Absorpsi suatu senyawa bioaktif disamping ditentukan oleh sifat senyawa bioaktifnya
sendiri juga ditentukan oleh sifat / keadaan daerah kontak mula oleh senyawa bioaktif
dengan tubuh. Sifat–sifat fisiologis seperti jumlah suplai darah dan keadaan biokimia daerah
kontak mula senyawa bioaktif dengan tubuh menentukan proses absorpsi senyawa bioaktif
yang bersangkutan. Jumlah senyawa bioaktif yang akan mencapai sasaran kerjanya dalam
jangka waktu tertentu akan berbeda(Malole, 1989).
Peranan Cara Pemberian
Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif menentukan daerah kontak mula senyawa
bioaktif dengan tubuh dan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
senyawa bioaktif (Malole, 1989).
Penanganan Umum Beberapa Hewan Coba
Berbeda dengan bahan kimia yang merupakan bahan mati, percobaan dengan hewan
percobaan yang hidup memerlukan perhatian dan penanganan / perlakuan yang
khusus(Malole,1989).
Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat
penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di
malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya
Cara Memegang mencit

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan
menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan
ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor
dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan
(Malole, 1989)..
A. Pengambilan Darah
Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi syok
hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan
anemia.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan
exsanguinis. Misalnya : cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%. Jumlah darah maksimal yang
boleh diambil :
a. 10% total volume darah /2-4 minggu, atau
b. 1% total volume darah / 24 jam.
1. Mencit
Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :
a. Sinus orbitalis mata
b. Vena lateral pada ekor
c. Vena saphena kaki
d. Intrakardial
2. Tikus
Tempat pengambilan sama seperti mencit
3. Kelinci
Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :
a. Vena marginalis telinga
b. Vena jugularis
c. Vena saphena kaki
d. Intrakardial ( http://praktikum-farmakologi.blogspot.com)

Cara Pemberian
1. Cara pemberian oral:

jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian
perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus
kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan
kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara
pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan
atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian (Thomson, E.B,
1985)
2. Cara pemberian intra peritoneal:
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang
. Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen yaitu dengan
menunggingkan mencit atau tikus Jarum disuntikkan sehingga membentuk sudut 46 derajat
dengan abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah (linea alba) untuk
menghindari agar tidak mengenai organ di dalam peritoneum( http://praktikum-
farmakologi.blogspot.com )
2. Cara pemberian subkutan:
Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di antara

http://www.theodora.com/rodent_laboratory/injections.html
jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah kulit di antara kedua jari
tersebut (Thomson, E.B, 1985)
3. Cara pemberian intramuskular:
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha (Thomson, E.B, 1985) .

4. Cara pemberian intravena:


Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang individual yang sempit
dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikan, dapat
dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan air hangat cara lain Masukkan hewan ke
dalam “holder” sehingga ekor terjulur ke luar. Obat disuntikkan pada vena ekor (vena lateral) dengan
terlebih dahulu vena ekor di dilatasi menggunakan alkohol atau xylol ( http://praktikum-
farmakologi.blogspot.com).

2. Memberi kode hewan uji


Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat dalam satu kelompok
atau kandang, sdehingga hewan uji perlul diberi tanda atau kode.
Digunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas yang diberikan
pada punggung hewan uji.
- Bagian kanan menunjukkan angka satuan
- Bagian tengah menunjukkan angka puluhan
- Bagian kiri menunjukan angka ratusan
Dapat pula dengan member kode hewan uji dengan garis melintang atau sejajar sesuai
dengan nomor urut hewan uji (http://cora-ajhy.blogspot.com) .
3. Mengukur panjang hewan uji
- Hewan uji diletakkan pada rang
- Dipegang ekor hewan uji dan ditarik keatas (sehingga kaki depan mencit memegang rang)
- Diukur panjang badan hewan uj menggunakan mistar
4. Mengukur tinggi badan hewan uji
- Hewan uji diletakkan pada baskom (posisi tengkurap)
- Diukur tinggi badan hewan uji menggunakan mistar
5. Menimbang berat badan hewan uji
- Disiapkan timbangan analitik (posisi ON)
- Dimasukkan hewan uji kedalam pinggan timbangan (berbentuk baskom)
- Kemudian diletakkan hewan uji kedalam pinggan
- Dicatat hasil pengamatan pada layar timbangan
6. Menentukan jenis kelamin pada hewan uji
- Pada hewan uji dipegang ekornya dan diangkat keatas (posisi menggantung)
- Dilihat dan diperhatikan tonjolan pada badan bagian bawah mencit
- Jika terdapat banyak tonjolan maka mencit tersebut nerjenis kelamin betina, tetapi
apabila hanya terdapat dua tonjolan maka mencit tersebut berjenis kelamin jantan
7. Tingkah lahu hewan uji (aktifitas)
- Untuk menentukan tingkah laku hewan uji dapat dilihat atau diperhatikan dari keagresifan
keaktifan hewan uji itu sendiri (http://cora-ajhy.blogspot.com) .

Tikus Putih (Rattus norvegiens)


Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini
tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu
cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh
kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi
makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang (Thomson, E.B,
1985) .
Penanganan :

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya dengan
menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang),
kemudian secara hati–hati luncurkan tangan kiri dari belakang
ke arah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkeram,
cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki
kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang
dengan kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan
dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan (Thomson, E.B,
1985) .
Pemberian Obat
Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada mencit.
Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan
pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit
abdomen (Thomson, E.B, 1985) .
Kelinci (Oryctolagus caniculus)
Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa. Kelinci
cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan dengan halus
namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan memegang
kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat dengan tangan
kanan dan didekapkan ke badan (Thomson, E.B, 1985) .

Penanganan
Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang dapat
menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).
Cara Pemberian Obat
1. Cara pemberian oral:
Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut dan pipa
lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan slang yang lunak
dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam kemudian diluncurkan ke dalam
esophagus secara perlahan-lahan
2. Cara pemberian subkutan:
Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi pinggang.
Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian
jarum ditusukkan ke bawah kulit.
3. Cara pemberian intravena:
Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah dekat ujung
telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih dahulu dengan air
hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan terutama pada hewan yang
berwarna bulunya (Thomson, E.B, 1985) .
4. Cara Pemberian Intraokular
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer,
pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan
tonometri (Ilyas, 2004). Pengukuran tekanan intraokuler merupakan hal yang penting pada
pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuler dapat merusak ganglion sel &
berakibat rusaknya pupil dan lapangan pandang sehingga menimbulkan kebutaan (Tanjung,
2003). Tekanan Intraokuler normal pada kelinci berkisar 5–23 mmHg (Harcourt-Brown,2007),
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan
retina di bagian belakang mata yang merupakan daerah yang paling lemah.
Marmot (Cavia porcellus)
Marmot sebenarnya jinak dan mudah diperlakukan. Marmot dipegang dengan mengangkat
badannya dengan kedua tangan.
1. Cara pemberian oral:
Pemberian oral kepada marmot dapat dilakukan dengan pipa lambung dengan bantuan
hewan dianestetik lemah terlebih dahulu.
2. Cara pemberian intra pertoneal:
Penyuntikan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah garis tengah dan di atas
tulang kematian.
3. Cara pemberian subkutan:
Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah tengkuk: kulit dicubit kemudian jarum disuntikkan
ke bawah kulit.
4. Cara pemberian intra pertoneal
dipegang menggantung pada kaki belakangnya sehingga perut maju ke depan. Penyuntikan
dapat dilakukan pada daerah garis tengah di muka kandung kemih.
4. Cara pemberian intramuskular:
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang.
6. Cara pemberian intravena:
Pada marmot cara ini jarang digunakan. Penyuntikan dapat digunakan pada vena marginalis
dengan jarum yang halus dan pendek (cara ini dapat dilakukan untuk marmot yang cukup
besar) atau pada vena pada bagian paha dengan bantuan anestetik terlebih dahulu atau
pada vena penis dengan bantuan anestetik.
7. Pada tiap cara pemberian ini kecuali oral, pembersihan dengan antiseptik pada daerah
penyuntikan perlu dilakukan pada sebelum penyuntikan dan setelah penyuntikan perlu
dilakukan. Jumlah volume penyuntikan dari tiap cara pemberian dan pada berbagai hewan
percobaan berbeda-beda. Dalam tabel pertama terlampir dicantumkan volume maksimum
pemberian yang dapat (Thomson, E.B, 1985) .

Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan


Di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria bobot
badannya di samping usianya. Farmakope Indonesia edisi III-1979 mengemukakan kriteria
bobot beberapa hewan percobaan yang digunakan dalam uji hayati.
Mencit : 17-25 gram
Kelinci : 15-20 kg
Tikus : 150-200 gram
Kucing : tidak kurang lima kg
Marmot : 300-500 gram
Merpati : 100-200 gram ( http://cora-ajhy.blogspot.com)

CARA MENGORBANKAN HEWAN PERCOBAAN


1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit yang hebat atau lama
akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya
terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan.
2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian sehingga hewan
akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan
melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan berprikemanusiaan,
tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan
percobaan dalam rangkaian percobaan.
3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan gas karbondioksida dalam
wadah khusus atau dengan pemberian pentobarbital natrium pada takaran letalnya
(http://limpbizkitundergound.blogspot.com).
ANESTESI PADA BEBERAPA HEWAN PERCOBAAN
Perlakuan anestesi terhadap hewan percobaan kadang kala diperlakukan untuk
memudahkan cara pemberian senyawa bioaktif tertentu (pemberian i.v pada vena penis
tikus) dan untuk percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah insitu
pada karotid hewan dengan manometer condon. Umumnya anestesi hewan percobaan
dapat dilakukan dengan pemberian uretan sebesar 1,2 gram/kg bobot badan yang diberikan
secara intra peritoneal. (http://limpbizkitundergound.blogspot.com)
a. Mencit
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anestesi adalah:
Eter
Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakkan dalam suatu wadah,
kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran,
hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan
kapas yang dibasahi dengan obat tersebut.
Halotan:
Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama.
Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium
Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35
mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg untuk
intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena.
Uretan (etil karabamat)
Ureten diberikan pada dosis 1000-1250 mg/kg secara intraperitoneal dalam bentuk larutan
25% dalam air.
b. Tikus
Senyawa penganestesi yang digunakan dan cara melakukan anestesi pada tikus, umumnya
sama seperti pada mencit.
c. Kelinci
Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah penobarbital natrium,
dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum, biasanya sekitar 22
mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan setengah dosis atas, dengan
ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.
d. Marmot
Anestesi marmot biasanya dilakukan dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium.
Eter digunakan untuk anestesi singkat, setelah hewan dipuasakan selama 12 jam. Dosis
pentobarbital natrium adalah 28 mg/ kg bobot badan (http://mipa-farmasi.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai