Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH KOSMETIKOLOGI

“LOTION”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. NIVIA IRMAYA UTAMI (48201210)


2. RIYAN AZMI (48201210)
3. DEWI RESTIANA POPO (4820121020EX)
4. LIA SUSANTI (48201210)
5. JULITA SUSANTI (48201210)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI EKSTENSI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
BAGU
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Dalam penyusunan makalah ini, kami nbanyak mendapatkan tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan dan hambatan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucap terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapatkan bakasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Kami sudah berusaha menyempurnakan isi makalah ini. Tetapi menurut
kami makalah ini masih belum sempurna baik dari bentuk penyusunan maupun
materi. Kritik konstruksi dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Lombok , 19 agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...................................................................................................

1.2.Tujuan Penulisan
Makalah....................................................................................

BAB 11 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
lotion......................................................................................................

2.2 Formulasi
lotion......................................................................................................

2.3 Kegunaan,keuntungan dan kerugian


lotion............................................................

2.4 Macam-macam aspek dan


pembagiannya...............................................................

2.5 Evaluasi,pengujian keamanan,dan


sensitivitas........................................................

BAB 111 PENUTUP

3.1
Kesimpulan............................................................................................................

3.2
Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hand body lotion merupakan salah satu produk kecantikan yang


banyak digunakan oleh wanita untuk melindungi kulit mereka dari paparan
sinar matahari. Intensitas sinar matahari yang tinggi di negara tropis seperti
Indonesia sangat membahayakan kulit terutama dari pancaran sinar ultraviolet
(UV).Adapun sediaan kosmetik untuk perawatan kulit (skin care cosmetics)
antara lain pembersih, kondisioner, dan pelindung. Salah satu sediaan
kosmetik perawatan kulit adalah hand body lotion. Hand body lotion
merupakan suatu sediaan kosmetika berbentuk emulsi cair yang digunakan
pada daerah tangan dan tubuh dengan tujuan melembabkan dan
melembutkan kulit (Buchmann, 2001; Mitsui, 1997).
Sediaan hand body lotion yang ada di pasaran umumnya dikombinasi
dengan bahan alam, seperti bubuk mutiara Cina, bunga lotus salju, Aloe
vera, mulberry, minyak biji anggur, beras Jepang, teh hijau Jepang, dan daun
mint. Bahan alam tersebut mempunyai manfaat yang berbeda-beda, salah
satunya sebagai antioksidan. Antioksidan berfungsi sebagai pelindung dari
radikal bebas yang reaktif terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat
elektron molekul sel. Sumber pembentuk senyawa radikal bebas antara lain
paparan sinar matahari yang berlebih, polusi, dan asap rokok. Bagian tubuh
yang sering terpapar radikal bebas adalah kulit. Kulit yang terkena paparan
radikal bebas terlalu lama dapat menyebabkan penuaan kulit dan dapat mulai
karsinogenesis (Mucha, Budzisz, and Rotsztejn, 2013; Umayah dan Amrun,
2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lotion ?
2. Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion?
3. Macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya?
4. Evaluasi, pegujian keamanan dan sensitivitas?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut lotion
2. Untuk mengetahui kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion
3. Untuk mengetahui macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya
4. Untuk mengetahui evaluasi, pengujian dan sensitivitas pada lotion

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOSMETIKA PERAWATAN BADAN


Kosmetika Perawatan Badan
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk merawat dirinya,
seperti dengan melakukan pijat, lulur, mandi rempah dan lain sebagainya.
Jenis kosmetika perawatan badan, antara lain:
a. Kosmetika perawatan badan sehari-hari
1. sabun (body shampoo);
2. body lotion;
3. body talk; dan
4. anti bau badan (lotion, spray talk dan lain-lain).
b. Kosmetika perawatan badan berkala / khusus
Kosmetika perawatan badan dilakukan dengan menggunakan
kosmetika khusus untuk perawatan badan yang bertujuan menjaga
kesehatan, kebersihan badan.
Kegunaan kosmetika perawatan badan, antara lain:
1. menjaga kesehatan juga mempertahankan kondisi kulit;
2. menjadikan kulit bercahaya dan tidak kusam;
3. memutihkan/ membersihkan kulit;
4. mengencangkan dan menyehatkan kulit;
5. membuang sel-sel kulit yang sudah mati;
6. memberi nutrisi bagi kulit; dan
7. menunjang penampilan seseorang.
Beberapa kosmetika untuk perawatan badan melalui pemijatan, antara lain:
1. Minyak (massage oil)
Minyak merupakan media terbaik karena dapat menjangkau area
yang luas, dengan tekstur yang ringan dan mudah menyerap ke dalam
kulit.
Minyak yang digunakan untuk pemijatan adalah minyak zaitun,
minyak kelapa, minyak kedelai, minyak almond yang merupakan minyak

6
murni tanpa penggunaan bahan tambahan lain.
2. Massage cream
Cream massage adalah media yang dapat digunakan pada saat
melakukan massage. Cream massage juga merupakan media pelicin yang
baik untuk dapat melakukan gerakan- gerakan massage. Cream lebih cepat
meresap ke dalam kulit daripada minyak.
3. Massage lotion
Lotion juga merupakan alternatif/ pengganti minyak, ataupun
cream. Lotion memberikan formula yang tidak memiliki kandungan
minyak dan tidak lengket, dan tidak terlalu cepat meresap kedalam kulit.
HAND and BODY LOTION
Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan
pensuspensian yang cocok atau emulsi minyak dalam air dengan surfaktan
yang cocok (FI.III,p.19)
Persyaratan umum:
1. tidak menguap dan tahan terhadap air dan keringat
2. tidak toksik
3. tidak berbau/sedikit berbau tapi dapat di terima konsumen
4. mudah dan cepat digunakan tanpa meninggalkan lapisan lilin
5. harus lembut di tangan dan mungkin membantu menyehatkan tanpa
mempengaruhi pernafasan pada kulit tangan (harry's cosmetology thed
p.69)
a. Pengertian Lotion
Lotion merupakan emulsi yang terbentuk dari dua cairan yang
tidak saling campur. Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk
halus yang tidak larut dalam media disperse dan disuspensikan dengan
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Lotion rentan
terhadap ketidakstabilan seperti mudah terjadi creaming, sedimentasi,
flokulasi, peleburan, dan inverse atau berubah tipe dari yang semula
bertipe o/w menjadi w/o. Untuk mencegah ketidakstabilan dari emulsi
tersebut, maka dalam pembuatannya ditambahkan emulsifier dan
pengental dalam jumlah tertentu. Zat pengemulsi atau emulsifier

7
memiliki dua sifat yang menguntungkan, yaitu dapat menurunkan
tegangan muka antara kedua cairan yang tidak saling campur dan
stabilitas fase dispers terhadap medium dispers. Zat pengental disisi
lain dapat menghambat reaksi secara sebagian antara zat yang
terkandung dalam emulsi (Moravkova dan Filip, 2014).
Lotion digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat
karena sifat bahan- bahannya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian
yang merata, cepat, segera kering setelah digunakan, mudah dioleskan,
mudah menyebar, dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat
pada permukaan kulit (Ansel, 1989; Jone, 2008). Selain itu, bentuk
sediaan lotion lebih disukai untuk pengobatan pada kondisi lokal karena
bentuk larutannya lebih berair dan tidak memerlukan penambahan
pengawet (Jone, 2008).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan
medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya
mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa
larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah
gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol
untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya
(Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk
kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan
yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian
pada kulit yang sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan
fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit
sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan
pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).

8
b. Formulasi Lotion
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat
pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak
maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti
minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan
sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik
maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain
gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan
adalah fungsi dari lotion yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi
dari lotion adalah untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan air, dan
mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih, dkk., 2007). Lotion juga
dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan efek
protektif dalam pengobatan dermatosis akut. Sebaiknya tidak digunakan
pada luka yang berair sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta
bakteri dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief,
1984). Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,
pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan
pengawet (Setyaningsih, dkk., 2007).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan
bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut
dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt,
1996). Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion
adalah sun screen, humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol,
silikon dan preservatif. Sun screen berfungsi sebagai ultra violet filter,
yaitu melindungi kulit dari panas matahari juga bahan dasar pembuatan
krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di bawah
lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang
berlebihan. Mineral oil dan silikon berfungsi sebagai pelembab
(moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk., 2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab

9
(Setyaningsih, dkk., 2007). Selain itu, setil alkohol pada sedian lotion
berfungsi sebagai thickening agent (Rowe, et al., 2003) dengan
konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickening merupakan pengental yang
berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan
Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang
ditambahkan ke dalam suatu formula, yang berfungsi sebagai bahan
pengental atau pengeras di dalam formula lotion. Bahan pengental atau
thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan produk sehingga
sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan
kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997).
Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion
bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya
water soluble polymers digunakan sebagai bahan pengental yang
diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan
polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental
polimer seperti gum alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering
digunakan dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis
surfaktan. Penggunaan bahan pengental dalam pembuatan skin lotion
biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu dibawah 2,5%
(Strianse, 1996).

10
c. Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion
Kegunaan Lotion
Kegunaan lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan
kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:
1. Antibiotik
2. Antiseptik
3. Anti jamur (anti fungi)
4. Kortikosteroid
5. Anti Jerawat
6. menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
(seperti Calamine)
7. Pijat
8. Memperbaiki kulit (estetika) Selain penggunaan untuk medis, lotion
banyak digunakan untuk perawatan kulit serta kosmetik.
Keuntungan
 Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada
krim)
 Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisan tipis)
 Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah
 Kerja sistemnya rendah
Kerugian
 Bahaya alergi umumnya lebih besar
 Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
 BSO kurang praktis dibawa kemana-mana (ansel, 2008)
Evaluasi, pegujian keamanan dan sensitivitas
1. Organoleptis dan Homogenitas
Organoleptis merupakan salah satu kontrol kualitas untuk
spesifikasi sediaan produk jadi. Pemeriksaan organoleptis dilakukan
untuk mendeskripsikan warna, bau, konsistensi, pH, dan homogenitas.
Sifat-sifat organoleptis sediaan berpengaruh pada estetika dan
kenyamanan saat pemakaian. Sediaan lotion yang baik memiliki
warna, bau, dan konsistensi yang tidak terlalu kental maupun encer.

11
Pengamatan organoleptis merupakan pengamatan subjektif untuk
sediaan lotion terkait dengan akseptabilitas sediaan (Betageri dan
Prabhu, 2002).
Derajat keasaman merupakan salah satu karakteristik sifat
fisik yang penting di dalam formulasi, karena mempengaruhi
kelarutan obat, aktivitas, absorpsi, stabilitas, dan kenyamanan pasien
(Allen, 2002). Uji pH dilakukan untuk membandingkan antara pH
sediaan lotion yang dibuat dengan pH pada kulit. Uji ini perlu
dilakukan pada sediaan lotion karena sediaan lotion memiliki tujuan
penggunaan secara topikal sehingga sangat penting untuk diketahui
apakah sediaan yang dibuat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.
PH sediaan yang tidak sama dengan pH kulit akan menyebabkan
iritasi pada kulit. Agar tidak mengiritasi kulit, rentang pH untuk
sediaan topikal yang diperbolehkan adalah antara 4-6. Konsistensi
yang lunak dan lembut akan memudahkan pemakaian pada kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Homogenitas lotion berpengaruh pada efektivitas terapi, jika
suatu sediaan lotion homogen, maka kadar zat aktif dapat dikatakan
pada saat pengambilan dan pemakaian akan selalu sama. Cara
pemakaian sediaan lotion yaitu dengan mengaplikasikan sediaan
tersebut pada tempat tertentu, sehingga tiap bagian zat aktif
mempunyai kesempatan yang sama untuk menempati tempat terapi.
Uji homogenitas ini biasanya dilakukan secara visual yaitu
dengan mengamati sediaan lotion secara langsung yang diratakan di
atas gelas objek.

2. Viskositas
Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari
cairan untuk mengalir. Viskositas merupakan salah satu parameter
sifat fisik dalam sediaan semipadat. Viskositas dari suatu sediaan
semipadat perlu diukur untuk mengetahui kecepatan pemisahan
emulsi sediaan menjadi fase minyak dan fase air. Sesuai dengan

12
hukum stoke, kecepatan pemisahan berbanding terbalik dengan
viskositas. Semakin tinggi viskositas kecepatan pemisahan emulsi
semakin berkurang dan dapat dikatakan emulsi tersebut stabil. Selain
itu, viskositas juga menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena berkaitan dengan efek terapi dan kenyamanan dalam
penggunaan. Viskositas harus dapat membuat sediaan mudah
dioleskan dan dapat menempel pada kulit. Viskositas juga dapat
berpengaruh pada daya sebar, dimana viskositas yang semakin besar
akan memberikan daya sebar yang semakin kecil dan viskositas yang
semakin kecil akan memberikan daya sebar yang semakin besar.
Sediaan akan sulit dioleskan jika terlalu kental sedangkan apabila
sediaan terlalu encer maka akan mudah mengalir atau meleleh
kebagian kulit lain.
Sediaan lotion dikatakan mempunyai viskositas yang baik
jika lotion mudah diambil dari wadah, mudah dituang, dan mudah
dioleskan ke tempat terapi. Viskositas lotion akan berpengaruh pada
kemampuan menyebar dan melekat pada permukaan kulit. Semakin
tinggi viskositas maka kemampuan menyebar pada kulit akan semakin
kecil. Demikian juga sebaliknya, bila viskositas lotion menurun maka
kemampuan menyebar akan meningkat sedangkan kemampuan
melekat pada kulit akan semakin menurun.

3. Uji daya lekat


Uji daya lekat menggambarkan kemampuan lotion untuk
menempel pada kulit atau mukosa saat digunakan. Daya lekat
berhubungan dengan lama kontak antara sediaan dengan kulit,
substantivitas, dan kenyamanan saat digunakan. Lotion yang baik
mampu menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga
tujuannya tercapai (Betageri dan Prabu, 2002). Sediaan lotion dengan
daya lekat yang kecil menunjukkan lotion tersebut kurang sempurna
menempel pada tempat terapi dan kurang tahan lama dalam kontak
dengan kulit sehingga substantivitas dan efektivitas dari lotion akan

13
berkurang. Lotion dengan daya lekat yang tinggi akan menempel pada
tempat terapi lebih sempurna dan lebih tahan lama sehingga
substantivitas dan efektivitas terapi akan lebih optimal.
Parameter yang perlu diperhatikan dalam uji daya lekat
adalah waktu lekat. Waktu lekat adalah waktu yang diperlukan untuk
memisahkan dua gelas objek yang telah dilekatkan dengan sampel
menggunakan seperangkat alat uji daya lekat. Sejumlah sampel yang
dilekatkan memiliki bobot yang sama, dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya variasi hasil. Jika konsistensi sampel semakin kental maka
waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua gelas objek akan
semakin lama. Sebaliknya, semakin encer konsistensi sampel maka
waktu yang diperlukan untuk memisahkan akan semakin cepat.

4. Uji daya sebar


Lotion digunakan secara topikal dengan cara dioleskan pada
kulit sehingga salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah mudah
dioleskan dan tidak membutuhkan tekanan yang besar untuk
meratakannya pada daerah aplikasi. Daya sebar dilakukan untuk
mengetahui kemampuan lotion menyebar pada permukaan kulit ketika
diaplikasikan. Kemampuan penyebaran yang baik akan memberikan
kemudahan mengaplikasikan pada permukaan kulit. Selain itu juga
dapat menyebabkan penyebaran bahan aktif secara merata sehingga
efek yang ditimbulkan menjadi lebih optimal. Sediaan lotion dengan
daya sebar terlalu kecil maka dalam penggunaannya diperlukan
tekanan yang besar untuk mengoleskan lotion tersebut pada tempat
terapi, sedangkan daya sebar lotion yang besar akan mempermudah
pengolesan ditempat terapi tanpa memerlukan penekanan yang besar.
Daya sebar sediaan lotion berbanding terbalik dengan viskositasnya,
dimana semakin besar viskositas maka semakin kecil daya sebar
lotion (Garg dkk., 2002).

14
5. Tipe Pelembab
Komponen pelembab dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu humektan, oklusif, emolien, dan konstituen
pelembab alami atau esensial protein. Tipe pelembab dan contohnya
seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Humektan adalah zat yang dapat menarik air jika dioleskan
pada kulit. Secara teoritis dapat meningkatkan hidrasi SC. Bahan
humektan yang umumnya digunakan termasuk gliserin, sorbitol, urea,

asam alfa hidroksi, dan glukosa.20 Selain itu, sifat higroskopis


dimiliki oleh beberapa humektan, diantaranya asam alfa hidroksi,
amonium laktat juga terbukti mengurangi terjadinya penebalan
abnormal pada SC, meningkatkan kohesi antara corneocytes,
mengurangi penampilan yang terlihat pada ichthyosis, dan kondisi
hiperkarotik lainnya. Perlu diingat, penggunaan humektan terjadi
secara transepidermal bukan berasal dari lingkungan. Karena itu,
penguapan terus terjadi dari kulit yang dapat memperburuk kondisi
kulit dan menyebabkan kulit menjadi kasar. Konsentrasi yang tinggi
pada beberapa humektan, diantaranya urea, gliserin, dan propilen
glikol dapat menjadi penyebab terjadinya iritasi dan harus dihindari
pada individu yang memiliki kulit sensitif.21
Oklusif secara fisik dapat memblokir secara transepidermal
terjadinya kehilangan air pada SC dan membantu mempertahankan
kadar air.20 Lanolin adalah salah satu zat digunakan sebagai oklusif
dan telah lama digunakan sebagai pelembab tunggal. Oklusif terdiri
dari berbagai campuran, seperti ester, diester, hidroksi ester yang
memiliki berat molekul yang tinggi, lanolin alkohol, dan asam lanolin.
Namun sampai saat ini lanolin bisa dikatakan cukup efektif untuk
meminimalkan terjadinya penguapan dan juga dermatitis. Oleh sebab
itu, penggunaan lanolin harus dibatasi pada individu yang memiliki
jenis kulit yang sensitif. Selain lanolin, petrolatum juga telah banyak
digunakan sebagai pelembab. Seiring meningkatnya permasalah
kesehatan dan juga lingkungan, saat ini telah dikembangkan derivat

15
petroleum dari minyak bumi yang menjadi alternatif. Bahan tersebut,
diantaranya dimeticon dan zinc dioxide. Beberapa oklusif diantaranya
juga memiliki efek emolien yang lebih kemampuannya untuk
meningkatkan kemampuan kualitas kulit secara keseluruhan.

Tabel 1. Tipe pelembab dan contohnya


Kelompok Mekanisme Aksi Contoh
Humektan Menarik air ke SC Gliserin
Sorbitol
Urea
Asam alpa hidroksi
Gula
Oklusif Pelindung dan mencegah Lanolin
kehilangan kandungan air Petrolatum
Minyak mineral
Silikon
Zinc oxide
Emolien Mengisi ruang di antara Squalene Kolestrol Asam
Corneocyte lemak
Asam hialuronik

Pelembab Kombinasi rendah dari Asam Amino Amonia


alami/esensi berat molekul zat yang Uric acid Glucosamine
al protein tahan air Creatinine

Citrate Organic acids


Peptides

Nonsteroidal anti- Sebanding dengan steroid MimyX Cream


Inflamasi yang berada pada kulit yang Atopiclair®
berfungsi memperbaiki EpiCeram®
fungsi SC

Emolien sering digunakan ke dalam produk pelembab yang


berfungsi untuk menghaluskan kulit melalui pengisian ruang antara lapisan
corneocyt. Meskipun tidak seperti sifat bahan oklusif, emolien juga dapat
berfungsi mencegah terjadinya penguapan air pada kulit. Umumnya emolien
terdiri dari emulsi air dalam minyak dengan komponen minyak sebesar 3-
25%.

16
Konsentrasi minyak dapat mempengaruhi dan mempermudah
penyebaran produk saat diaplikasikan. Bahan emolien yang umumnya
digunakan dalam suatu produk, termasuk squelene, kolestrol, dan asam
lemak. Squelene adalah bahan organik alami yang berasal dari minyak hati
ikan hiu, biji bayam, gandum, dan zaitun. Secara komersial, squelen biasanya
terhidrogenasi untuk menghasilkan turunan yang jenuh yang dikenal dengan

sebutan squalene, yang tidak rentan terhadap oksidasi. Pada konsentrasi yang
digunakan dalam produk pelembab, baik squalene dan turunan squalene telah

terbukti dapat menyebabkan iritasi. Selain itu, sintesis ceramide juga telah
tersedia secara komersial dan terbukti efektif dalam memperbaiki kulit yang
kering.26 Untuk individu yang memiliki kulit yang lebih berminyak produk
bebas minyak telah dikembangkan dengan menggunakan propilen glikol atau
gliserin.

Natural Moisturizing Factor (NMF) menggambarkan senyawa


yang ditemukan pada epidermis dimana dapat mengurangi dehidrasi kulit.27
NMF mengandung kombinasi beberapa jenis bahan alami, seperti asam

amino bebas, asam urokanik, garam anorganik, gula, asam laktat, dan urea. 28
Banyak diantaranya memiliki efisiensi yang sangat tinggi dalam menarik dan
mengikat air dari lingkungan yang memungkinkan terjadinya hidrasi
corneocyt yang memadai bahkan pada lingkungan dengan kelembaban yang
rendah. Sebagian besar NMF berasal dari pemecahan filaggrin yang kaya
akan histidin dan merupakan protein dengan molekul yang besar dalam
lapisan corneocyt yang membantu pembentukan filamen pada keratin. Kulit
yang sering dibersihkan dapat mengurangi tingkat NMF

Kelompok pelembab anti-inflamasi, senyawa yang telah disetujui


FDA. Contoh produk produk dalam pelembab ini adalah krim MimyX,
Atopiclair®, EpiCeram®. Produk pelembab tersebut adalah produk yang
dirancang untuk kulit kering dan penyakit dermatitis atopik. Krim MimyX
mengandung palmitoylethanolamide, yaitu suatu lemak bioaktif yang

ditujukan untuk pasien yang mengalami dermatitis atopik. Atopiclair ® tidak

17
mengandung bahan aktif medis, namun berfungsi sebagai krim hidrofilik
yang terdiri atas hyaluronic, telmesteine, dan glycyrrhetinic.26 EpiCeram®
adalah krim yang mengandung ceramide, asam lemak bebas, dan kolestrol.
Ketiga krim ini adalah produk pelembab yang telah menunjukkan
kemampuan mengatasi dermatitis atopic

Mekanisme Kerja Pelembab


Kulit berfungsi sebagai penghalang dan pelindung jaringan dari
infeksi, stres mekanik, dan iritasi yang disebabkan oleh bahan kimia. Jika
fungsi kulit rusak maka dapat menyebabkan peningkatan TEWL.
Air yang berada pada lapisan epidermis bergerak naik ke atas untuk
menghidrasi sel SC yang kemudian hilang karena terjadinya penguapan.
Kadar air pada epidermal sangat penting untuk mencegah terjadinya

kekeringan kulit dan mempertahankan plastisitas kulit. SC merupakan


membran aktif yang digambarkan seperti batu bata dimana hilangnya lipid
antar sel akan membentuk seperti bilayer, misalkan ceramide, kolestrol, dan
asam lemak. Hilangnya lipid antar sel akan menyebabkan kerusakan
pembentukan pelindung kulit dan menyebabkan kulit menjadi kering.

Pelembab dapat meningkatkan perbaikan SC, menjaga integritas, dan


penampilan kulit yang bertindak sebagai pelembab, emolien, dan oklusif,

bergantung dengan mekanisme kerjanya masing-masing.30 Pelembab


meningkatkan hidrasi kulit dan meningkatkan kadar air pada SC dengan cara
menyediakan air ke kulit dan meningkatkan oklusi untuk mengurangi TEWL.
Hal itu juga mencakup celah kulit dan memberikan lapisan film pelindung
yang menenangkan dan melindungi kulit dari gesekan. Selanjutnya, aplikasi
pelembab dapat menghaluskan permukaan kulit dengan mengisi ruang-ruang
di antara sebagian deskuamasi kulit yang mengelupas. Pelembab juga dapat
mengembalikan kemampuan lapisan ganda lipid antar sel untuk menyerap,
mempertahankan dan mendistribusikan air.

Mekanika kulit menjadi berubah setelah mengalami hidrasi dan mencegah

18
degradasi corneo desmosome, mencegah akumulasi corneocyte. Loden,
menyimpulkan bahwa produk perawatan kulit tidak hanya berfungsi pada
permukaan saja, tetapi juga dapat menembus kulit untuk mempengaruhi

struktur dan fungsi kulit tersebut.31

Formula Pelembab

Sebagian besar pelembab ada yang menggabungkan emolien,


oklusif, dan humektan. Kombinasi oklusif dan humektan dapat meningkatkan
kapasitas air dalam kulit. Penambahan emolien tertentu dapat meningkatkan
kualitas estetika dan stabilitas bahan aktif pada produk pelembab. Ketika
gliserol dikombinasikan dengan oklusif, maka kekeringan kulit akan secara
sinergis berkurang.31 Formulasi utama berupa sistem emulsi dan kebanyakan
dalam bentuk losion dan krim. Berbagai macam formulasi pelembab
disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Formulasi berbagai macam pelembab.


Klasifikasi Losion Krim Oinmen Gel

Fase Minyak Air dalam minyak atau Air dalam minyak atau Hidrofobik atau hidrofilik
dalam air minyak dalam air minyak dalam air

Komposisi Minyak, air, W/O: pengemulsi seperti W/O: hidrokarbon yang Gel hidrofobik (oleogel):
propilen monogliserida, ester tidak larut dalam air Parafin cair dengan polietilen
glikol sorbitan dan lemak wol seperti parafin, minyak atau minyak lemak gel dengan
O/W: zat pengemulsi sayur, lemak hewani, silika koloid, alumunium, atau
seperti sabun natrium lilin, gliserida sintetik sabun seng
atau trietanolamin, dan polyalkysiloxanes Gel hidrofilik (hidrogel): air,
alkohol lemak tersulfat O/W: campuran glikol gliserol atau propilen glikol

dan polisorbat. Bila polietilen cair dan padat. yang di gel dengan zat yang
perlu dapat sesuai seperti tragakan, pati,
dikombinasikan
dengan zat pengemulsi turunan dari selulosa, polimer
W/O vinil karboksi dan
magnesium.

Karakteristik Tidak Estetika. Terbuat dari Aplikasi berikut terlihat Produk yang halus, tidak

19
berminyak, lemak yang lebih berat berminyak, mengkilap berminyak, tidak

lebih Membentuk lapisan komedogenik, mudah diserap


tipis, pelindung kulit,
mudah terutama
menyebar berguna di lingkungan
untuk dengan kelembaban
menutupi rendah (<60%)

area yang
luas

Kegunaan Pelembab Pelembab waktu malam Sangat menguntungkan Untuk digunakan di daerah
yang dapat hari untuk tangan wajah, ketika tingkat oklusif intertriginosa, mudah diserap,

digunakan dan bagian tubuh yang Tinggi penerimaan tinggi untuk


setiap hari tidak berbulu wajah, non comedogenik

Untuk digunakan saat


tidak diperlukan efek
oklusif

Aplikasi Pelembab
Waktu dan metode yang tepat untuk aplikasi pelembab dapat
memberikan manfaat yang optimal. Seperti penggunaan humektan dan
matriks hidrofilik, yang berfungsi menyerap air dari lingkungan atau
menyerap air dari lapisan bawah. Penggunaan pelembab yang bersifat
humektan lebih cocok digunakan saat beraktivitas diluar. Pelembab yang
bersifat oklusif umumnya digunakan pada kulit yang lembab, seperti dipakai
setelah mandi.18 Saat menggunakan pelembab yang telah digosokan pada
telapak tangan, saat diaplikasikan, dioles dengan ringan sepanjang arah
folikel rambut. Hal tersebut mencegah folikulitis minyak pada lapisan kulit.17

Distribusi pelembab bergantung pada eksipien yang digunakan. Aplikasi


salep lebih merata dibandingkan dengan dengan produk yang memililiki
formulasi dengan sifat viskositas yang rendah dan bahan yang mudah
menguap. Transfer aktif bahan-bahan pada permuukaan kulit lebih mudah

dalam pengaplikasian krim dan salep daripada losion dan tingtur.32 Setelah

20
aplikasi, bahan biasanya tetap berada pada permukaan, diserap ke dalam
kulit, dimetabolisme atau menghilang dari tubuh oleh karena adanya
penguapan, mengelupas atau karena adanya kontak dengan bahan lain.
Setelah 8 jam, biasanya hanya 50% pelembab yang tersisa pada permukaan
kulit. Semua itu, tergantung pada tingkat kekeringan, keparahan, dan

frekuensi pengaplikasian yang disarankan antara 1 sampai 3 kali sehari.17

Dampak Buruk Penggunaan Pelembab

Dibandingkan dengan pemberian resep dokter untuk obat topikal


lainnya, pelembab jarang dikaitkan dengan bahaya kesehatan, bahkan ketika
digunakan pada area permukaan tubuh yang luas dan dalam periode waktu
yang lama. Berbagai ketidaknyamanan yang terkait dengan pelembab sering
ditemui karena zat apapun dapat menyebabkan reaksi pada area kulit yang
sensitif pada sebagian individu. Terjadinya iritasi kulit, yaitu karena adanya
reaksi sensorik atau sensasi subjektif dengan atau tanpa tanda atau gejala
peradangan. Hal tersebut paling sering terjadi. Pada Tabel 6. menyajikan
kemungkinan yang terjadi pada saat menggunakan pelembab

Tabel 6. Kemungkinan efek samping dari penggunaan pelembab

Efek yang Berlawanan Kemungkinan Penyebab

Subyektif Humektan: asam laktat, urea, bahan pengawet,


seperti asam benzoat dan asam sorbat.

Reaksi iritan Protein dalam lemak nabati, urea, asam hidroksil,


propilen glikol, pelarut-pelarut.

Dermatitis Lanolin, propilen glikol, vitamin E, pengawet,


wewangian, tabir surya, dan bahan herbal.

Folikulitis oklusif Petrolatum, minyak mineral

Fotosensitifitas dan fotomelanosis Wewangian, asam hidroksil, pengawet, tabir


surya.

Kosmetika untuk jerawat Minyak oklusif yang digunakan dalam fase W/O

21
Kontak urtikaria Asam sorbat, wewangian, dan balsam peru

Keracunan pada pasien luka bakar Propilen glikol

Intoksikasi Asam salisilat

Pelembab dari Bahan Alam

Formulasi kosmetik dari bahan alam telah banyak dikembangkan


karena telah terbukti memberikan efek yang lebih baik, aman, dan manjur.
Sifat dari bahan-bahan tersebut dapat sebagai humektan, oklusif, dan emolien
yang konsisten sebagai pelembab.33 Memformulasikan kosmetik
menggunakan bahan baku alami memang sulit dan memiliki tantangan
tersendiri karena harus memperoleh efek fungsional yang sama dengan bahan
sintetis. Bahan alam yang telah digunakan dalam formulasi pelembab
disajikan dalam Tabel7

Tabel 7. Daftar bahan alam yang digunakan sebagai pelembab

Herbal Konstituen Kimia Fungsi

Aloe barbadensis Barbaloin, aloe-emodin, Agen pelembab dan memberikan


(ekstrak daun) aloesin, amino acid, enzim, efek elastisitas
vitamin

Cucumis sativus (Jus Silica, vitamin C, folic acid Agen pelembab dan pengencang
buah)

Trigonella foenum Carbohydrates, lipids, Agen pelembut


Graecum (Ekstrak biji) flavonoids, free
Triticum sativum Vitamin E, carbohydrate Vitamin dan oklusif
(minyak)

Cocos nucifera (minyak) Lauric oils Agen pelembut

Prunus amygdalus Amandin, folic acid, alpha Agen pelembab dan pengencang
(minyak) tocopherol, dan zinc

Oleum olivae (minyak) Mencegah terjadinya


pengeringan

22
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Lotion merupakan sediaan kosmetika golongan emolien


(pelembut) yang mengandung air lebih banyak.

SARAN

23
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jellineck, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New


York : Wiley Interscience.

Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri, Jilid II, Edisi III. Jakarta :
Universitas Indonesia.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam


Netherlands : 191-198, 335-338.

Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of


Pharmaceutical

Strianse, S. J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics


Science and Technology Vol.1.

2nd Ed. New York : Willy Interscience, a Division of John Wiley


and Sons, Inc

Wan DC, Wong VW, Longaker MT, Yang GP, Wei FC.
Moisturizing different racial skin types. J Clin Aesthet Dermatol.
2014;7(6):25-32. doi:10.5005/jp/books/12966_14

Partogi D. Kulit kering. Dep Ilmu Kesehat Kulit Dan Kelamin


FKUSU. 2008:1-12.

24
Hill S, Edwards C. A comparison of the effects of bath additives
on the barrier function of skin in normal volunteer subjects. J
Dermatolog Treat. 2002;13(1):15- 18.
doi:10.1080/09546630252775199

Crowther JM, Sieg A, Blenkiron P, et al. Measuring the effects


of topical moisturizers on changes in stratum corneum
thickness, water gradients and hydration in vivo. Br J Dermatol.
2008;159(3):567-577. doi:10.1111/j.1365- 2133.2008.08703.x

Udompataikul M. New innovation of moisturizers containing


non-steroidal anti- inflammatory agents for atopic dermatitis.
World J Dermatologyy. 2015;4(2):108.
doi:10.5314/wjd.v4.i2.108

Cosmetic Toiletry and Fragrance Association. International


Cosmetic Ingredient Dictionary and Handbook, Volume 4.;
2006.

Purnamawati S, Indrastuti N, Danarti R, Saefudin T. The role of


moisturizers in addressing various kinds of dermatitis: A review.
Clin Med Res. 2017;15(3-4):75- 87. doi:10.3121/cmr.2017.1363

Lodén M. Effect of moisturizers on epidermal barrier function.


Clin Dermatol. 2012;30(3):286-296.
doi:10.1016/j.clindermatol.2011.08.015

Nolan K, Marmur E. Moisturizers: Reality and the skin benefits.


Dermatol Ther. 2012;25(3):229-233. doi:10.1111/j.1529-
8019.2012.01504.x

R Awlings A V, Avid C Anestrari DA, Rian Obkowski BD.

25
Dermatologic therapy Moisturizer technology versus clinical
performance. Dermatol Ther. 2004;17:49- 56.

Ivens UI, Steinkjer B, Serup J, Tetens V. Ointment is evenly


spread on the skin, in contrast to creams and solutions. Br J
Dermatol. 2001;145(2):264-267. doi:10.1046/j.1365-
2133.2001.04344.x

26
27

Anda mungkin juga menyukai