“LOTION”
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...................................................................................................
1.2.Tujuan Penulisan
Makalah....................................................................................
BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
lotion......................................................................................................
2.2 Formulasi
lotion......................................................................................................
3.1
Kesimpulan............................................................................................................
3.2
Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lotion ?
2. Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion?
3. Macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya?
4. Evaluasi, pegujian keamanan dan sensitivitas?
4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut lotion
2. Untuk mengetahui kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion
3. Untuk mengetahui macam-macam aspek formulasi dan pengembangannya
4. Untuk mengetahui evaluasi, pengujian dan sensitivitas pada lotion
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
murni tanpa penggunaan bahan tambahan lain.
2. Massage cream
Cream massage adalah media yang dapat digunakan pada saat
melakukan massage. Cream massage juga merupakan media pelicin yang
baik untuk dapat melakukan gerakan- gerakan massage. Cream lebih cepat
meresap ke dalam kulit daripada minyak.
3. Massage lotion
Lotion juga merupakan alternatif/ pengganti minyak, ataupun
cream. Lotion memberikan formula yang tidak memiliki kandungan
minyak dan tidak lengket, dan tidak terlalu cepat meresap kedalam kulit.
HAND and BODY LOTION
Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan
pensuspensian yang cocok atau emulsi minyak dalam air dengan surfaktan
yang cocok (FI.III,p.19)
Persyaratan umum:
1. tidak menguap dan tahan terhadap air dan keringat
2. tidak toksik
3. tidak berbau/sedikit berbau tapi dapat di terima konsumen
4. mudah dan cepat digunakan tanpa meninggalkan lapisan lilin
5. harus lembut di tangan dan mungkin membantu menyehatkan tanpa
mempengaruhi pernafasan pada kulit tangan (harry's cosmetology thed
p.69)
a. Pengertian Lotion
Lotion merupakan emulsi yang terbentuk dari dua cairan yang
tidak saling campur. Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk
halus yang tidak larut dalam media disperse dan disuspensikan dengan
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi. Lotion rentan
terhadap ketidakstabilan seperti mudah terjadi creaming, sedimentasi,
flokulasi, peleburan, dan inverse atau berubah tipe dari yang semula
bertipe o/w menjadi w/o. Untuk mencegah ketidakstabilan dari emulsi
tersebut, maka dalam pembuatannya ditambahkan emulsifier dan
pengental dalam jumlah tertentu. Zat pengemulsi atau emulsifier
7
memiliki dua sifat yang menguntungkan, yaitu dapat menurunkan
tegangan muka antara kedua cairan yang tidak saling campur dan
stabilitas fase dispers terhadap medium dispers. Zat pengental disisi
lain dapat menghambat reaksi secara sebagian antara zat yang
terkandung dalam emulsi (Moravkova dan Filip, 2014).
Lotion digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat
karena sifat bahan- bahannya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian
yang merata, cepat, segera kering setelah digunakan, mudah dioleskan,
mudah menyebar, dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat
pada permukaan kulit (Ansel, 1989; Jone, 2008). Selain itu, bentuk
sediaan lotion lebih disukai untuk pengobatan pada kondisi lokal karena
bentuk larutannya lebih berair dan tidak memerlukan penambahan
pengawet (Jone, 2008).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan
medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya
mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa
larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah
gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol
untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya
(Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk
kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan
yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian
pada kulit yang sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan
fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit
sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan
pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
8
b. Formulasi Lotion
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat
pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak
maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti
minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan
sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik
maupun nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain
gliserin, sorbitol, propilen glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan
adalah fungsi dari lotion yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi
dari lotion adalah untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan air, dan
mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih, dkk., 2007). Lotion juga
dipakai untuk menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan efek
protektif dalam pengobatan dermatosis akut. Sebaiknya tidak digunakan
pada luka yang berair sebab akan terjadi caking dan runtuhan kulit serta
bakteri dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief,
1984). Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab,
pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan
pengawet (Setyaningsih, dkk., 2007).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan
bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut
dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt,
1996). Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion
adalah sun screen, humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol,
silikon dan preservatif. Sun screen berfungsi sebagai ultra violet filter,
yaitu melindungi kulit dari panas matahari juga bahan dasar pembuatan
krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di bawah
lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang
berlebihan. Mineral oil dan silikon berfungsi sebagai pelembab
(moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk., 2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab
9
(Setyaningsih, dkk., 2007). Selain itu, setil alkohol pada sedian lotion
berfungsi sebagai thickening agent (Rowe, et al., 2003) dengan
konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickening merupakan pengental yang
berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan
Hidrofil Lipofil Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang
ditambahkan ke dalam suatu formula, yang berfungsi sebagai bahan
pengental atau pengeras di dalam formula lotion. Bahan pengental atau
thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan produk sehingga
sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan
kestabilan dari produk tersebut (Mitsui, 1997).
Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion
bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya
water soluble polymers digunakan sebagai bahan pengental yang
diklasifikasikan sebagai polimer alami, semi sintetis polimer, dan
polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan pengental
polimer seperti gum alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering
digunakan dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis
surfaktan. Penggunaan bahan pengental dalam pembuatan skin lotion
biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu dibawah 2,5%
(Strianse, 1996).
10
c. Kegunaan, keuntungan dan kerugian lotion
Kegunaan Lotion
Kegunaan lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan
kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:
1. Antibiotik
2. Antiseptik
3. Anti jamur (anti fungi)
4. Kortikosteroid
5. Anti Jerawat
6. menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
(seperti Calamine)
7. Pijat
8. Memperbaiki kulit (estetika) Selain penggunaan untuk medis, lotion
banyak digunakan untuk perawatan kulit serta kosmetik.
Keuntungan
Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada
krim)
Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisan tipis)
Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah
Kerja sistemnya rendah
Kerugian
Bahaya alergi umumnya lebih besar
Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
BSO kurang praktis dibawa kemana-mana (ansel, 2008)
Evaluasi, pegujian keamanan dan sensitivitas
1. Organoleptis dan Homogenitas
Organoleptis merupakan salah satu kontrol kualitas untuk
spesifikasi sediaan produk jadi. Pemeriksaan organoleptis dilakukan
untuk mendeskripsikan warna, bau, konsistensi, pH, dan homogenitas.
Sifat-sifat organoleptis sediaan berpengaruh pada estetika dan
kenyamanan saat pemakaian. Sediaan lotion yang baik memiliki
warna, bau, dan konsistensi yang tidak terlalu kental maupun encer.
11
Pengamatan organoleptis merupakan pengamatan subjektif untuk
sediaan lotion terkait dengan akseptabilitas sediaan (Betageri dan
Prabhu, 2002).
Derajat keasaman merupakan salah satu karakteristik sifat
fisik yang penting di dalam formulasi, karena mempengaruhi
kelarutan obat, aktivitas, absorpsi, stabilitas, dan kenyamanan pasien
(Allen, 2002). Uji pH dilakukan untuk membandingkan antara pH
sediaan lotion yang dibuat dengan pH pada kulit. Uji ini perlu
dilakukan pada sediaan lotion karena sediaan lotion memiliki tujuan
penggunaan secara topikal sehingga sangat penting untuk diketahui
apakah sediaan yang dibuat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.
PH sediaan yang tidak sama dengan pH kulit akan menyebabkan
iritasi pada kulit. Agar tidak mengiritasi kulit, rentang pH untuk
sediaan topikal yang diperbolehkan adalah antara 4-6. Konsistensi
yang lunak dan lembut akan memudahkan pemakaian pada kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Homogenitas lotion berpengaruh pada efektivitas terapi, jika
suatu sediaan lotion homogen, maka kadar zat aktif dapat dikatakan
pada saat pengambilan dan pemakaian akan selalu sama. Cara
pemakaian sediaan lotion yaitu dengan mengaplikasikan sediaan
tersebut pada tempat tertentu, sehingga tiap bagian zat aktif
mempunyai kesempatan yang sama untuk menempati tempat terapi.
Uji homogenitas ini biasanya dilakukan secara visual yaitu
dengan mengamati sediaan lotion secara langsung yang diratakan di
atas gelas objek.
2. Viskositas
Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari
cairan untuk mengalir. Viskositas merupakan salah satu parameter
sifat fisik dalam sediaan semipadat. Viskositas dari suatu sediaan
semipadat perlu diukur untuk mengetahui kecepatan pemisahan
emulsi sediaan menjadi fase minyak dan fase air. Sesuai dengan
12
hukum stoke, kecepatan pemisahan berbanding terbalik dengan
viskositas. Semakin tinggi viskositas kecepatan pemisahan emulsi
semakin berkurang dan dapat dikatakan emulsi tersebut stabil. Selain
itu, viskositas juga menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena berkaitan dengan efek terapi dan kenyamanan dalam
penggunaan. Viskositas harus dapat membuat sediaan mudah
dioleskan dan dapat menempel pada kulit. Viskositas juga dapat
berpengaruh pada daya sebar, dimana viskositas yang semakin besar
akan memberikan daya sebar yang semakin kecil dan viskositas yang
semakin kecil akan memberikan daya sebar yang semakin besar.
Sediaan akan sulit dioleskan jika terlalu kental sedangkan apabila
sediaan terlalu encer maka akan mudah mengalir atau meleleh
kebagian kulit lain.
Sediaan lotion dikatakan mempunyai viskositas yang baik
jika lotion mudah diambil dari wadah, mudah dituang, dan mudah
dioleskan ke tempat terapi. Viskositas lotion akan berpengaruh pada
kemampuan menyebar dan melekat pada permukaan kulit. Semakin
tinggi viskositas maka kemampuan menyebar pada kulit akan semakin
kecil. Demikian juga sebaliknya, bila viskositas lotion menurun maka
kemampuan menyebar akan meningkat sedangkan kemampuan
melekat pada kulit akan semakin menurun.
13
berkurang. Lotion dengan daya lekat yang tinggi akan menempel pada
tempat terapi lebih sempurna dan lebih tahan lama sehingga
substantivitas dan efektivitas terapi akan lebih optimal.
Parameter yang perlu diperhatikan dalam uji daya lekat
adalah waktu lekat. Waktu lekat adalah waktu yang diperlukan untuk
memisahkan dua gelas objek yang telah dilekatkan dengan sampel
menggunakan seperangkat alat uji daya lekat. Sejumlah sampel yang
dilekatkan memiliki bobot yang sama, dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya variasi hasil. Jika konsistensi sampel semakin kental maka
waktu yang diperlukan untuk memisahkan kedua gelas objek akan
semakin lama. Sebaliknya, semakin encer konsistensi sampel maka
waktu yang diperlukan untuk memisahkan akan semakin cepat.
14
5. Tipe Pelembab
Komponen pelembab dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu humektan, oklusif, emolien, dan konstituen
pelembab alami atau esensial protein. Tipe pelembab dan contohnya
seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Humektan adalah zat yang dapat menarik air jika dioleskan
pada kulit. Secara teoritis dapat meningkatkan hidrasi SC. Bahan
humektan yang umumnya digunakan termasuk gliserin, sorbitol, urea,
15
petroleum dari minyak bumi yang menjadi alternatif. Bahan tersebut,
diantaranya dimeticon dan zinc dioxide. Beberapa oklusif diantaranya
juga memiliki efek emolien yang lebih kemampuannya untuk
meningkatkan kemampuan kualitas kulit secara keseluruhan.
16
Konsentrasi minyak dapat mempengaruhi dan mempermudah
penyebaran produk saat diaplikasikan. Bahan emolien yang umumnya
digunakan dalam suatu produk, termasuk squelene, kolestrol, dan asam
lemak. Squelene adalah bahan organik alami yang berasal dari minyak hati
ikan hiu, biji bayam, gandum, dan zaitun. Secara komersial, squelen biasanya
terhidrogenasi untuk menghasilkan turunan yang jenuh yang dikenal dengan
sebutan squalene, yang tidak rentan terhadap oksidasi. Pada konsentrasi yang
digunakan dalam produk pelembab, baik squalene dan turunan squalene telah
terbukti dapat menyebabkan iritasi. Selain itu, sintesis ceramide juga telah
tersedia secara komersial dan terbukti efektif dalam memperbaiki kulit yang
kering.26 Untuk individu yang memiliki kulit yang lebih berminyak produk
bebas minyak telah dikembangkan dengan menggunakan propilen glikol atau
gliserin.
amino bebas, asam urokanik, garam anorganik, gula, asam laktat, dan urea. 28
Banyak diantaranya memiliki efisiensi yang sangat tinggi dalam menarik dan
mengikat air dari lingkungan yang memungkinkan terjadinya hidrasi
corneocyt yang memadai bahkan pada lingkungan dengan kelembaban yang
rendah. Sebagian besar NMF berasal dari pemecahan filaggrin yang kaya
akan histidin dan merupakan protein dengan molekul yang besar dalam
lapisan corneocyt yang membantu pembentukan filamen pada keratin. Kulit
yang sering dibersihkan dapat mengurangi tingkat NMF
17
mengandung bahan aktif medis, namun berfungsi sebagai krim hidrofilik
yang terdiri atas hyaluronic, telmesteine, dan glycyrrhetinic.26 EpiCeram®
adalah krim yang mengandung ceramide, asam lemak bebas, dan kolestrol.
Ketiga krim ini adalah produk pelembab yang telah menunjukkan
kemampuan mengatasi dermatitis atopic
18
degradasi corneo desmosome, mencegah akumulasi corneocyte. Loden,
menyimpulkan bahwa produk perawatan kulit tidak hanya berfungsi pada
permukaan saja, tetapi juga dapat menembus kulit untuk mempengaruhi
Formula Pelembab
Fase Minyak Air dalam minyak atau Air dalam minyak atau Hidrofobik atau hidrofilik
dalam air minyak dalam air minyak dalam air
Komposisi Minyak, air, W/O: pengemulsi seperti W/O: hidrokarbon yang Gel hidrofobik (oleogel):
propilen monogliserida, ester tidak larut dalam air Parafin cair dengan polietilen
glikol sorbitan dan lemak wol seperti parafin, minyak atau minyak lemak gel dengan
O/W: zat pengemulsi sayur, lemak hewani, silika koloid, alumunium, atau
seperti sabun natrium lilin, gliserida sintetik sabun seng
atau trietanolamin, dan polyalkysiloxanes Gel hidrofilik (hidrogel): air,
alkohol lemak tersulfat O/W: campuran glikol gliserol atau propilen glikol
dan polisorbat. Bila polietilen cair dan padat. yang di gel dengan zat yang
perlu dapat sesuai seperti tragakan, pati,
dikombinasikan
dengan zat pengemulsi turunan dari selulosa, polimer
W/O vinil karboksi dan
magnesium.
Karakteristik Tidak Estetika. Terbuat dari Aplikasi berikut terlihat Produk yang halus, tidak
19
berminyak, lemak yang lebih berat berminyak, mengkilap berminyak, tidak
area yang
luas
Kegunaan Pelembab Pelembab waktu malam Sangat menguntungkan Untuk digunakan di daerah
yang dapat hari untuk tangan wajah, ketika tingkat oklusif intertriginosa, mudah diserap,
Aplikasi Pelembab
Waktu dan metode yang tepat untuk aplikasi pelembab dapat
memberikan manfaat yang optimal. Seperti penggunaan humektan dan
matriks hidrofilik, yang berfungsi menyerap air dari lingkungan atau
menyerap air dari lapisan bawah. Penggunaan pelembab yang bersifat
humektan lebih cocok digunakan saat beraktivitas diluar. Pelembab yang
bersifat oklusif umumnya digunakan pada kulit yang lembab, seperti dipakai
setelah mandi.18 Saat menggunakan pelembab yang telah digosokan pada
telapak tangan, saat diaplikasikan, dioles dengan ringan sepanjang arah
folikel rambut. Hal tersebut mencegah folikulitis minyak pada lapisan kulit.17
dalam pengaplikasian krim dan salep daripada losion dan tingtur.32 Setelah
20
aplikasi, bahan biasanya tetap berada pada permukaan, diserap ke dalam
kulit, dimetabolisme atau menghilang dari tubuh oleh karena adanya
penguapan, mengelupas atau karena adanya kontak dengan bahan lain.
Setelah 8 jam, biasanya hanya 50% pelembab yang tersisa pada permukaan
kulit. Semua itu, tergantung pada tingkat kekeringan, keparahan, dan
Kosmetika untuk jerawat Minyak oklusif yang digunakan dalam fase W/O
21
Kontak urtikaria Asam sorbat, wewangian, dan balsam peru
Cucumis sativus (Jus Silica, vitamin C, folic acid Agen pelembab dan pengencang
buah)
Prunus amygdalus Amandin, folic acid, alpha Agen pelembab dan pengencang
(minyak) tocopherol, dan zinc
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri, Jilid II, Edisi III. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Wan DC, Wong VW, Longaker MT, Yang GP, Wei FC.
Moisturizing different racial skin types. J Clin Aesthet Dermatol.
2014;7(6):25-32. doi:10.5005/jp/books/12966_14
24
Hill S, Edwards C. A comparison of the effects of bath additives
on the barrier function of skin in normal volunteer subjects. J
Dermatolog Treat. 2002;13(1):15- 18.
doi:10.1080/09546630252775199
25
Dermatologic therapy Moisturizer technology versus clinical
performance. Dermatol Ther. 2004;17:49- 56.
26
27