Anda di halaman 1dari 27

FORMULASI GEL MOISTURIZER

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ Teknologi Sediaan Herbal ”

Kelompok

1. Kartika Eka Paksi 201951115

2. Laura Elisabeth Pandiangan 201951120

3. Reza Dwi Putra 201951167

4. Rindu Duanda Sandya P. 201951171

Dosen Pengampu : Apt. In Rahmi Fatria Fajar., M. Farm.


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Formulasi Gel Moisturizer”.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin supaya pembaca dapat dengan mudah
memahami isi dari makalah ini. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kedepannya kami dapat membuat makalah ini dengan lebih baik lagi.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami juga mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil oleh pembaca. Demikian kata pengantar dari penulis, dengan harapan
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Tangerang, 20 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Definisi ................................................................................................................................... 3
B. Formulasi Sediaan Gel Moisturizer Anti-Aging Ekstrak Kulit Bawang Merah (Alliium cepa
L.) Sebagai Antioksidan .............................................................................................................. 4
C. Formulasi Sediaan Moisturizer Gel SNEDDS Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) ............................................................................................... 10
D. Formulasi dan evaluasi gel Lidah buaya (Aloe vera Linn) sebagai pelembab kulit dengan
penggunaan carbopol sebagai gelling agent .............................................................................. 18
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan berbagai
jenis tumbuhan, serta warisan dari nenek moyang berupa kemampuan untuk memanfaatkannya
menjadi produk obat dan kosmetik. Produk obat dan kosmetik yang berasal dari bahan alam
memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan obat-obatan kimia.

Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah gel. Gel
merupakan sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan
disperse koloid yang memiliki kekuatan oleh adaya jaringan salingh berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989). Sediaan gel mengandung jumlah air yang tinggi serta memberi rasa
sejuk pada kulit. Penggunaan gel sangat luas selain untuk penghantaran obat juga digunakan
untuk kosmetik. Tersedia banyak gelling agent yang dapat digunakan sebagai basis gel, masing-
masing memiliki sifat fisika kimia tersendiri disesuaikan dengan bahan aktifnya agar sediaan
yang dihasilkan efektif, stabil dan akseptabel.

Gel memiliki beberapa keuntungan dibanding sediaan topical lain, yaitu kemampuan
penyebaran baik pada kulit, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit karena tidak melapisi
permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori-pori kulit, memberi sensasi dingin,
mudah dicuci dengan air, memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang berambut,
pelepasan obatnya baik (Voigth, 1994).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan alam yang bisa dijadikan sediaan Gel Moisturizer?
2. Bagaimana formulasi yang tepat untuk sediaan Gel Moisturizer ?
3. Apa saja evaluasi yang dilakukan untuk sediaan Gel Moisturizer ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bahan alam apa saja yang bisa dijadikan sediaan gel moisturizer

1
2. Untuk mengetahui formula yang tepat untuk sediaan gel moisturizer yang terbuat dari
bahan alam
3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan gel moisturizer yang terbuat dari bahan alam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
kadang- kadang disebut jeli (FI IV, 1995).

Kegunaan gel untuk kosmetik yaitu pada shampoo, parfum, pasta gigi, kulit dan
sediaan perawatan rambut. Gel dapat juga digunakan untuk obat yang diberikan secara topical
(non steril ) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

Keuntungan gel :

a) Mudah digunakan (dioleskan)


b) Memberikan rasa nyaman karena adanya sensasi dingin
c) Mudah dibersihkan
d) Memenuhi aspek acceptability

Kerugian gel :

a) Untuk hydrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperature, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika
berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih
mahal.
b) Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapau kejernihan yang tinggi
c) Untuk hidro alkoholik : gel dengan kandungan alcohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan
cahaya matahari. Alcohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film berpori
atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

3
B. Formulasi Sediaan Gel Moisturizer Anti-Aging Ekstrak Kulit Bawang Merah (Alliium
cepa L.) Sebagai Antioksidan
1.Pendahuluan

Penuaan dini (premature aging) telah menjadi masalah serius bagi kaum wanita.
Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yakni mekanisme perusakan dan
perbaikan di dalam tubuh dan sistem tersebut terjadi secara bergantian pada kecepatan dan
saat-saat yang berbeda (Tambayong, 2001). Aging kulit sebagian besar disebabkan oleh
radiasi sinar matahari.

Aging kulit ditandai dengan tampilan kulit yang kering, tipis, tidak elastis, keriput
karena pecahnya kolagen dan rusaknya sintesa kolagen, kematian sel-sel kulit tidak dibarengi
dengan pembentukan kulit baru, warna kulit tidak merata, hyperpigmentasi, hypopigmentasi
dan terparah adalah kanker kulit (Ratnam et al., 2006; Almeida et al., 2008). Aging kulit
dapat diatasi dengan adanya antioksidan (Ardhie, 2011).

Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan jenis tanaman sayuran umbi yang
memiliki banyak manfaat. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit bawang merah mengadung
komponen flavonoid, tanin, dan saponin (Elsyana et al., 2018). Aktivitas antioksidan kulit
bawang merah ekstrak metanol termasuk dalam kategori antioksidan kuat degan nilai IC50
sebesar 39, 22 ppm (Rosahdi et al., 2015).

Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah penuaan dini,
untuk penggunaannya maka diperlukan kosmetik anti-aging dengan antioksidan tinggi agar
dapat merawat kulit wajah (Winarsi, 2007). Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering
digunakan adalah gel.

Gel moisturizer anti aging yang mudah meresap ke dalam kulit wajah pada saat
pengaplikasiannya, serta jarang menimbulkan rasa lengket yang biasanya memberi efek lebih
oily atau berminyak (Lieberrnan, 1996).

2. Metode Penelitian

4
a. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, blender,
kertas label, pensil, aluminium foil, plastik, mortir dan stemper, alat alat gelas, spatula,
batang pengaduk, pipet tetes, botol kaca, botol timbang, pipa kapiler, mikro pipet
(Biorad), alat semprot, vacuum rotary evaporator dan spektrofotometer UV-Vis.

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit bawang merah
(Allium cepa L.), FeCl3, serbuk Mg, HCl, preaksi mayer, kloroform, karbopol, propilen
glikol, TEA (Triethanolamin), metil paraben, akuades, DPPH (2, 2- diphenyl-1- picryl-
hydrazil), Asam Askorbat,, dan Etanol 96%..

c. Preparasi Sampel dan Ekstraksi

Sampel yang digunakan adalah kulit bawang merah (Allium cepa L.). Sampel
diambil dengan menggunakan metode rambang (random sampling). Kulit bawang merah
disortasi basah dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 40-45°C. Selanjutnya kulit bawang merah disortasi kering untuk memisahkan kulit
bawang merah yang rusak akibat pengeringan. Setelah itu dilakukan penghalusan dengan
menggunakan blender hingga menjadi simplisia. Simplisia yang diperoleh dilakukan
ekstraksi menggunakan metode maserasi. 750 g simplisia direndam dengan 4 L etanol
96% selama 24 jam dan sesekali diaduk. Filtrat hasil ekstraksi selanjutnya diuapkan
pelarutnya menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 40°C.

d. Skrining Fitokimia
1) Uji Flavonoid Ekstrak kulit bawang merah diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Ekstrak tersebut ditambahkan serbuk Magnesium 2 mg dan
diberikan 3 tetes HCl pekat. Sampel dikocok dan diamati perubahan yang
terjadi, terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada larutan
menunjukkan adanya flavonoid.

5
2) Uji Fenolik Ektrak kulit bawang merah sebanyak 0,5 mg direaksikan dengan
larutan besi (III) klorida 10%, jika terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya tanin.
3) Uji Alkaloid Ekstrak kulit bawang merah dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ekstrak tersebut ditambahkan 2 tetes pereaksi Dreagendroff. Reaksi tersebut
diamati perubahannya setelah 30 menit. Hasil uji dinyatakan positif apabila
dengan pereaksi Dreagendroff terbentuk warna jingga.
4) Uji Tanin Ekstrak kulit bawang merah sebanyak 0,5 mg kemudian tambahkan
beberapa tetes larutan besi (III) Klorida 1%. Reaksi tersebut diamati
perubahan yang terjadi. Jika terbentuk warna biru tua atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya senyawa tanin.

3. Formulasi Gel

4. Pembuatan Sediaan Gel

6
Karbopol dikembangkan dengan akuades dalam mortir (W1). Metil paraben
dilarutkan dalam gliserin aduk hingga larut (W2). Ekstrak kulit bawang merah digerus dengan
menambahkan sebagian propilenglikol hingga tekstur menjadi lembut dan homogen (W3).
Setelah karbopol mengembang (W1) gerus terlebih dahulu dengan menambahkan TEA sedikit
demi sedikit hingga membentuk basis gel (W4).

Campuran gliserin dan metil paraben (W2) ditambahkan dalam basis gel (W4)
sambil digerus hingga homogen (W5). Sisa propilenglikol ditambahkan dalam campuran
basis, gerus hingga homogen. Campurkan gerusan ekstrak (W3) ke dalam basis gel (W5) dan
gerus sampai homogen. Ditambhan sisa akuades sedikit demi sedikit. Gel yang telah
terbentuk dilakukan evaluasi sediaan gel.

5. Evaluasi Sediaan Gel

a) Pengujian Organoleptik Sediaan

Evaluasi organoleptik meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau, ke-6 formula gel
atioksidan dibandingkan dengan sediaan gel antioksidan yang tidak mengandung ekstrak
kulit bawang merah sebagai basis sediaan (WHO, 1998).

b) Penguukuran PH Sediaan

Pemeriksaan pH meter sebelumnya dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer


standar. Ditimbang sebanyak 0,1 gram gel dan dilarutkan dalam 10 mL akuades kemudian
pH-nya diukur, syarat pH kulit yaitu 4,5- 6,5 (Martin, 1983).

7
Pengukuran pH bertujuan untuk melihat sediaan yang dibuat tidak akan mengiritasi
kulit. pH sediaan yang dianjurkar sesuai dengan kisaran pH kulit sekitar 4,5- 6,5 (Tranggono
dan Latifah, 2007). Keenam formula ini masuk dalam rentang pH kulit, yaitu 4,5- 6,5. Hal ini
menandakan bahwa keenam sediaan aman digunakan untuk kulit karena tidak akan
mengakibatkan iritasi pada kulit.

c) Pemeriksaan Homogenitas Sediaan

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek. Sejumlah gel


tertentu dioleskan pada kaca objek dan diamati ada atau tidaknya butiran kasar (Detjen POM,
1979).

Sediaan dikatakan homogen ditandai dengan semua partikel dalam pengamatan


dikaca objek terdispersi secara merata dan tidak terjadi penggumpalan pada salah satu sisi.
Zat aktif yang ada di dalam sediaan gel akan terdispersi secara merata pada setiap penggunaan
gel pada kulit.

d) Pengujian Daya Sebar

Sebanyak 1 gram sediaan diletakkan secara hati-hati di atas kaca berukuran 20x20
cm, selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dan digunakan pemberat di atasnya hingga
bobot mencapai 125 gram, lalu diukur diameter setelah 1 menit, persyaratan daya sebar yaitu
5-7 cm.

8
Daya sebar gel yang baik adalah 5-7 cm. Semakin besar nilai daya sebar , semakin
mudah dalam pengolesan dan pemerataan gel pada kulit, juga dapat meningkatkan
kenyamanan saat penggunaan dan dapat memberikan efek yang lebih maksimal. Hasil
penelitian diperoleh daya sebar Pada rentang 5-7 cm. Rentang ini menunjukkan daya sebar
gel moisturizer menunjukan konsistensi yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al.,
2002).

e) Uji Iritasi Kulit

Uji iritasi kulit dilakukan terhadap kelinci sehat dengan bobot 2-2,5 kg. Hewan
diaklimatisasi dalam kandang selama 5 hari. Hewan uji dicukur bulu punggungnya 24 jam
sebelum pengujian dengan luas kurang lebih 10x15 cm kemudian dibagi menjadi 4 daerah
dengan ukuran 2x3 cm. Bahan uji diberikan dengan cara dioleskan pada area uji. Setelah
dioleskan bahan uji, area uji lalu ditutup dengan perban yang tidak reaktif. Area uji diperiksa
dan diamati pada waktu 24, 48, dan 72 jam setelah pemberian bahan uji. Sebagai reaksi kulit
terhadap bahan uji dan dinilai dengan cara memberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat
keparahan reaksi kulit yang dilihat (Draize, 1959).

Uji iritasi sediaan gel moisturizer menggunkan hewan uji yaitu kelinci. Hasil uji
iritasi sediaan gel moisturizer ekstrak kulit bawang merah pada kelinci menunjukan tidak
adanya iritasi dengan skor pembentukan eritema 0 dan skor pembentukan udema 0. Hal ini
dapat disebabkan karena pH sediaan yang telah memenuhi persyaratan di kulit yaitu 4,5-6,5
dan tidak adanya eksipien yang dapat memicu reaksi iritasi.

6. Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan spektofotometri UV-Vis pada


panjang gelombang maksimum DPPH. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum
diperoleh 525 nm. Senyawa DPPH merupakan sebuah molekul mengandung senyawa radikal
bebas nitrogen yang tidak stabil. Yang dapat mengikat ion hidrogen sehingga digunakan
untuk pengujian aktivitas antioksidan. Adanya senyawa antioksidan dari sampel
mengakibatkan perubahan warna pada larutan DPPH dari warna violet pekat menjadi kuning
pucat (Permana et al., 2003).

9
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah IC50
(Inhibitory Concentration). IC50 merupakan konsentrasi sampel yang mampu mereduksi
aktivitas DPPH sebesar 50% atau IC50 dapat dikatakan juga sebagai bilangan yang
menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar
50%.

Hasil uji aktivitas antioksidan gel ekstrak kulit bawang merah (8%) diperoleh nilai
IC50 sebesar 146,40 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak kulit bawang merah
memiliki aktivitas antioksidan yang sedang karena memiliki nilai IC50 antara 100-150 ppm.
Nilai IC50 146,40 ppm yang berarti ekstrak di dalam gel tersebut yang bisa menghambat
DPPH sebanyak 50%.

C. Formulasi Sediaan Moisturizer Gel SNEDDS Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss)
1. Pendahuluan

Kulit salak umumnya merupakan limbah yang tidak digunakan lagi, tetapi sebagian
masyarakat mempercayai bahwa meminum air seduhan kulit salak dapat mengurangi
penyakit diabetes, buah salak juga memiliki manfaat sebagai antioksidan (Leontowicz et al.
,2006). Penelitian Ariviani dan Parnanto (2013) menunjukkan bahwa buah salak varietas
pondoh, nglumut, dan bali juga memiliki kapasitas antioksidan.

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah salak pondoh mengandung
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin (Fauzi, 2016). Nilai IC50 ekstrak etanol kulit
salak pondoh sebesar 99.1(µl/mL) (Fauzi, 2016). Pemakaian ekstrak sebagai bahan aktif
sediaan topikal akan menghasilkan sediaan yang kurang stabil, sukar menembus stratum
korneum kulit dan penampilan yang kurang menyenangkan, oleh sebab itu diformulasikan
menjadi nanopartikel ekstrak. Salah satu cara yang digunakan dengan dihantarkan melalui
teknik SNEDDS.

SNEDDS (Self nano-emulsifying drug delivery system) yaitu suatu sistem berupa
campuran isotropik antara fase minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang ketika tercampur

10
dengan air akan membentuk nanoemulsi M/A (minyak dalam air) secara spontan.
Nanoemulsi yang terbentuk akan stabil secara termodinamik dengan ukuran droplet pada
rentang kurang dari 100 nm sehingga meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitas senyawa
bahan alam (Joshi, dkk., 2013). Emulsi minyak dalam air kurang nyaman bila dihantarkan
secara topikal, sehingga SNEDDS didispersikan kedalam matrix hidrogel untuk
mempermudah aplikasinya pada kulit. CMC Na dapat memberikan respon optimum mulai
dari konsentrasi 0.144 gram–3 gram pada formula gel (Winarti et al., 2015).

2. Metode Penelitian

a. Alat

Toples maserasi, timbangan analitik, timbangan digital, rotary evaporator STUART


RE300DB, Mortir, Stamfer, Cawan Porselen, Kaca Arloji, Gelas Beker, Tabung Reaksi,
Ph Meter LTlutron, Cawan Petri, Obyek Kaca, Kain Flanel, , Flakon 13 ml, Pipet Tetes,
Stopwatch, pot salep, Penangas Air, kompor MASPION S-302, Viscometer Rion VT-
04/03, Spektrofotometer UV, Vortex Maxi Mix II, Sonikator DSA50-GL1-1.8L, oven,
alat uji daya lekat, Alat Sentrifugasi Fresco 17, effendrof.

b. Bahan

Kulit buah salak pondoh dari tengkulak di Pasar Gede Surakarta, Jawa Tengah,
Indonesia, etanol 96% (teknis), minyak Kemiri, Tween 80 dan PEG 400, CMC-Na ,
propilenglikol, gliserin, nipagin (Pharmaceutical Grade, Bratachem) dan akuades, HCl
pekat (teknis), etanol 70% (teknis), H2SO4, serbuk Mg, FeCl3 1 %.

c. Determinasi Tanaman

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah salak pondoh
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) sebelumnya sudah di determinasikan di Laboratorium
Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d. Pembuatan Serbuk Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss)

Kulit salak yang masih segar 2,0 Kg dicuci bersih dan ditiriskan. Kulit salak yang
sudah bersih disortasi basah dan ditimbang, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada

11
suhu 40-50⁰ C dan disortasi kering, lalu diblender menjadi serbuk dengan ukuran serbuk
± 5 mm.

3. Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaertn.)
Voss)

Ekstraksi dengan metode maserasi, 500 gram simplisia dimaserasi dengan etanol
96% sebanyak 2,0 liter selama 3 hari dan dilakukan pengadukan setiap 24 jam. Hasil
maserat yang diperoleh kemudian diuapkan menggunakan Evaporator pada suhu 550C
sampai didapatkan ekstrak kental. Rendemen yang didapatkan pada penelitian ini yaitu
5,6%. Kadar air ekstrak dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan air yang terdapat
didalam ekstrak, hasil pengujian didapatkan hasil 8,3%. Ekstrak cair kadar airnya kurang
lebih 30% dan ekstrak kering lebih kecil dari 5% (Saifudin et al., 2011).

4. Formula SNEEDS

Penentuan komposisi minyak, surfaktan dan ko-surfaktan : SNEDDS dibuat 5 gram


dengan metode Trial dan Eror untuk menentukan formula yang mampu menghasilkan
emulsi yang memiliki tingkat kejernihan (%) transmitan yang paling mendekati transmitan
air. Sejumlah ekstrak etanol kulit salak pondoh, dimasukkan ke dalam vial 13 mL bersama
dengan minyak kemiri, Tween 80 dan PEG 400 kemudian divortex selama 1 menit
disonikasi selama 15 menit dan dikondisikan di dalam waterbath pada suhu 45 ° C selama
10 menit. Formula tersaji pada tabel I

12
5. Formulasi dan Cara Pembuatan

Formula gel SNEDDS Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak dibuat menjadi tiga formula
dengan perbedaan konsentrasi variasi CMC-Na sebagai matrix hydrogel dikembangkan
dalam sebagian akuades hingga terbentuk basis gel, gliserin dan propilenglikol lalu
masukkan dalam basis gel. Nipagin yang sudah dilarutkan sisa akuades dimasukkan diaduk
homogen. SNEDDS 5 dimasukkan diaduk hingga hingga homogen dengan menggunakan
stamfer dan dimasukkan dalam kemasan (tabel II).

6. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak

Hasil organoleptis ekstrak didapatkan ekstrak dengan bau khas salak, berwarna
cokelat dan memiliki konsistensi cair.

13
7. Deteksi Kandungan Aktif Secara Kualitatif

Berdasarkan uji kualitatif menunjukan bahwa ekstrak kulit salak pondoh memiliki
kandungan senyawa flavonoid dan tanin yang ditunjukan dengan adanya perubahan warna,
sedangkan pada SNEDDS dan sediaan gel tidak terjadi perubahan warna. Hal tersebut
dikarenakan jumlah ekstrak, SNEDDS dan gel yang digunakan tidak sama yaitu satu gram
ekstrak, sedangkan satu gram sistem SNEDDS mengandung 0,075 gram ekstrak dan satu
gram gel mengandung 0,0015 gram ekstrak. Jumlah ekstrak yang terlalu kecil pada
SNEDDS dan Gel menyebabkan tidak terdeteksi oleh pereaksi warna.

8. Optimasi Formula SNEDDS

Tujuan dari orientasi formula SNEDDS ini adalah untuk menentukan formula
manakah yang dapat menghasilkan campuran emulsi yang memiliki tingkat kejernihan
(Transmitan) yang sama dengan tingkat kejernihan (Transmitan) air yaitu 100%. Pada
perbandingan 1:7:1 menunjukkan sistem yang memiliki nilai % transmitan tinggi (tabel V).
Hasil uji pada tabel VI menunjukan bahwa perbandingan formula 1 : 7 : 1 memberikan hasil
yang jernih dengan nilai transmitan pada replikasi 1,2 dan 3 tidak terpaut perbedaan angka
yang jauh. Semakin jernih emulsi maka memiliki nilai transmitansi yang lebih tinggi yakni
mendekati nilai transmitansi air dan semakin tinggi nilai transmitansi menandakan bahwa
tetesan yang terbentuk oleh minyak dalam air semakin kecil dan dapat di prediksikan
memiliki ukuran tetesan sebesr 50 nm – 100 nm. Nanoemulsi yang baik memiliki
penampilan visual yang jernih dengan nilai transmitan di atas 90% (Costa dkk., 2012).

14
9. Pengamatan Stabilitas Fisik SNEDDS

Pengujian stabilitas fisik SNEDDS menggunakan metode freeze thawing selama 6


siklus ,selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, hasil
yang didapatkan yaitu tidak adanya pengendapan atau pemisahan fase. Hasil SNEDDS
dikatakan stabil jika tidak ada pengendapan dengan harga F mendekati 1. Hasil pengujian
didapatkan harga F = 0,9. Ekstrak dan SNEDDS yang ada di dispersikan kedalam air dan
sediaan gel untuk mengetahui perbedaan tampilan secara visual, hasil yang didapatkan
bahwa ekstrak yang di dispersikan kedalam air dan sediaan gel memiliki tampilan yang
kurang jernih, sedangkan pada SNEDDS yang di dispersikan dalam air dan sediaan gel
memiliki tampilan yang lebih jernih.

15
10. Pengujian Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaertn.)
Voss)

a. Uji pH

Berdasarkan grafik dibawah dapat diketahui bahwa pada pengujian minggu ke-0
sampai minggu ke-4 yaitu pH formula1,2 dan 3 relatif pada pH 7.

b. Uji Daya Sebar

Formula I memiliki daya sebar paling tinggi, sedangkan pada formula III memiliki
daya sebar yang paling rendah hal tersebut dikarenakan penambahan CMC-Na pada
formula yang jumlahnya lebih besar dan mengakibatkan konsistensi pada sediaan lebih
kental.

c. Uji Daya Lekat

16
Berdasarkan gambar 3, dapat diketahui bahwa daya lekat paling cepat yaitu formula
1, sedangkan waktu lekat paling lama yaitu formula 3. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa variasi konsentrasi CMC- Na dapat mempengaruhi daya lekat sediaan
gel.

d. Uji Viskositas

Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui bahwa formula 1 dengan konsentrasi CMC-


Na terendah memiliki nilai viskositas yang rendah yaitu 30 dPas, dikarenakan kandungan
air yang lebih banyak sehingga viskositas menjadi lebih rendah dan pada formula 3
memilki nilai viskositas yang tinggi yaitu 90 dPas dikarenakan konsentrasi CMC-Na
yang tinggi, semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi tingkat kekentalan
zat tersebut. Nilai viskositas yang baik adalah 2000-4000 cps (Garg et al., 2002).

17
e. Cycling Test

Uji cycling test ini dilakukan sebanyak 6 siklus. Sediaan gel disimpan pada suhu
dingin 4±2°C selama 24 jam lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 25±2°C, proses
ini dihitung 1 siklus (Dewi, 2010). Pengamatan dilakukan apakah terjadi ketidakstabilan
pada sediaan gel setelah perlakuan selama 6 kali siklus.

Uji ini dilakukan pada sediaan dengan suhu penyimpanan yang berbeda dalam
interval waktu tertentu dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya perubahan yang
biasanya terjadi pada kondisi normal. Hasil pengamatan sebelum dan setelah cycling test
gel selama 6 siklus menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perubahan pada sediaan
gel atau stabil dalam penyimpanan suhu yang berbeda.

D. Formulasi dan evaluasi gel Lidah buaya (Aloe vera Linn) sebagai pelembab kulit
dengan penggunaan carbopol sebagai gelling agent
1. Pendahuluan

Lidah buaya merupakan tanaman fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat
dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk mengobati berbagai penyakit.
Tanaman lidah buaya (Aloe vera Linn) telah terbukti memiliki fungsi sebagai pelembab
kulit. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah formulasi sediaan gel lidah
buaya memenuhi persyaratan evaluasi sesuai dengan standar yang ada.

Carbopol merupakan basis gel yang kuat dan aman digunakan secara topikal karena
tidak menimbulkan hipersensitivitas pada manusia serta melekat dengan baik penggunaan
carbopol sebagai bahan pengental atau gelling agent memiliki stabilitas yang tinggi, tahan
terhadap mikroba serta sudah digunakan secara luas di dunia farmasetika maupun kosmetik.
Efisiensi carbopol sangat baik, sehingga dengan kadar rendah dapat memberikan respon
viskositas yang signifikan. Oleh karna itu peneliti tertarik untuk memformulasikan sediaan
gel dari lendir lidah buaya dengan memanfaatkan carbopol sebagai gelling agent.

2. Metode Penelitian

18
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun segar lidah buaya (Aloe vera
Linn.). Carbopol, propilen glikol, natrium metabisulfit, TEA, dan aquadest. Bahan yang
digunakan berupa lendir daun lidah buaya yang berbentuk gel kental dan bening serta berbau
khas. Lendir yang diperoleh awalnya berupa cairan dengan buih yang sangat banyak,
kemudian disimpan dilemari es selama 15 menit. Ditambahkan natrium metabisulfit.

3. Rancangan Formulasi

Formula sediaan gel dari lendir lidah buaya dapat dilihat pada Tabel 1

4. Pembuatan Sediaan Gel Lendir Lidah Buaya

Aquadest sebanyak ± 20 ml dipanaskan hingga mencapai suhu ±75 °C, kemudian


diangkat dan Carbopol dikembangkan didalamnya selama 15 menit, setelah kembang
ditambahkan lendir lidah buaya yang telah ditambahkan natrium metabisulfit, lalu
ditambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit sambil terus digerus sampaihomogen,
ditambah dengan aquadest dan diaduk hingga homogen, kemudian tambahkan trietanolamin
gerus sampai terbentuk gel.

5. Pengujian Sediaan Gel Lidah Buaya

a. Uji Organoleptis

19
Hasil dari pemeriksaan organoleptis dari kedua formula tersebut diperoleh sediaan
gel dengan bentuk setengah padat, kemudian memiliki bau yang khas lidah buaya dan
warna yang dihasilkan berwarna bening. Aloe vera mempunyai warna yang bening secara
fisik.

b. Pengukuran pH

Pengukuran pH sediaan gel lidah buaya dilakukan dengan menggunakan alat pH


meter yang dilakukan setiap minggu selama 8 minggu. Tujuan dari pengukuran pH juga
untuk mengetahui keamanan sediaan ketika diaplikasikan. Hasil pengukuran pH sediaan
masing-masing formula selama 8 minggu pengukuran terjadi peningkatan pH setiap
minggunya pada masingmasing formula sebagai berikut F1=6,91-7,33; F2=5,82- 6,3.

Perubahan pH juga disebabkan faktor lingkungan seperti suhu, penyimpanan yang


kurang baik, sediaan yang tidak stabil karna teroksidasi. TEA bersifat basa kuat
sedangkan carbopol bersifat asam. Ketika carbopol ditambahkan TEA sediaan cenderung
menjadi basa jika jumlah asamnya sedikit. Konsentrasi gelling agent pada F1 lebih
sedikit dibandingkan F2, oleh karna itu F1 dengan konsentrasi carbopol 0,5 % tidak dapat
mempertahankan asam, sedangkan F2 dengan konsentrasi carbopol 1% masih dapat

20
mempertahankan asam karna jumlahnya lebih banyak, sehingga sediaan tidak terlalu basa
dan dapat membuat sediaan masih berada dalam rentang pH kulit.

c. Uji Daya Sebar

Sediaan gel lendir lidah buaya diharapkan mampu menyebar dengan mudah pada
saat penggunaan. Namun, pada penelitian ini daya sebar yang didapatkan di bawah dari
syarat yang ditentukan. Persyaratan daya sebar 5-7 cm dengan pemberian beban ≤ 125 g.
Pada F1 dan F2 didapatkan hasil tidak memenuhi syarat.

Daya sebar tidak memenuhi syarat disebabkan oleh faktor karakteristik basis gel
yang digunakan, sediaan yang lebih encer menghasilkan diameter penyerapan yang lebih
besar karna lebih mudah mengalir, sedangkan sediaan yang lebih kental menghasilkan
penyerapan yang lebih kecil, gel lidah buaya sangat kental sehingga lebih sulit mengalir
dan mengakibatkan penyebaran tidak terlalu maksimal. Lama penyimpanan akan
mempengaruhi daya sebar gel, semakin lama penyimpanan maka daya sebar semakin
kecil dikarnakan kandungan air dalam sediaan gel menguap sehinga sediaan menjadi
semakin kental.

d. Uji Stabilitas Penyimpanan Berdasarkan Suhu

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat pengaruh suhu terhadap sediaan. Pemeriksaan
stabilitas fisik dilakukan pengamatan pada suhu dingin dan suhu kamar. Penyimpanan
pada suhu dingin (0-4°C) dan pada suhu kamar selama 8 minggu menunjukan bahwa F1

21
dan F2 tidak menunjukkan adanya perubahan dengan tidak menunjukkan terjadinya
pemisahan fase.

e. Uji daya lekat

Uji daya lekat gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan untuk bertahan
pada permukaan kulit lebih lama, Semakin lama gel melekat pada kulit maka semakin
banyak zat aktif yang diabsorbsi dan gel akan memberikan efek terapi yang optimal.
Pengujian daya lekat gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan melekat gel pada
permukaan kulit.

Persyaratan daya lekat yang baik untuk sediaan topikal adalah lebih dari 4 detik,
semakin banyak zat aktif yang diabsorbsi dan gel akan memberikan efek terapi yang
lebih optimal. Hasil uji daya lekat yang didapatkan untuk semua formulasi memenuhi
persyaratan untuk sediaan topikal yakni lebih dari 4 detik.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Ekstrak kulit bawang merah (Allium cepa L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan
gel moisturizer antiaging yang baik dan stabil yang dilihat dari hasil evaluasi sediaan.
Sediaan gel moisturizer anti aging ekstrak kulit merah (Allium cepa L.) konsentrasi 8%
memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 146,40 ppm.

2) Variasi konsentrasi CMC-Na sebagai gelling agent memberikan perbedaan yang


bermakna terhadap sifat fisik gel yaitu meningkatkan daya sebar, daya lekat, dan
viskositas. Konsentrasi CMC-Na 1,34% pada pembuatan sediaan moisturizer gel
SNEDDS dari ekstrak etanol Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaertn.)
Voss) merupakan konsentrasi optimum sebagai gelling agent karena memberikan hasil
pengujian yang memenuhi kriteria sediaan gel yang baik selama penyimpanan 4
minggu.

3) Berdasarkan hasil evaluasi kedua formula gel Lidah buaya (Aloe vera Linn) sebagai
pelembab kulit dengan penggunaan carbopol sebagai gelling agent dapat disimpulkan
bahwa evaluasi yang memenuhi syarat adalah uji organoleptis, daya lekat,
homogenitas, uji stabilitas. Evaluasi yang tidak memenuhi syarat yaitu uji daya sebar
dan uji pH. Pada F1 uji pH didapatkan hasil tidak dalam batas range pH kulit yang
sesuai dengan standar yang ada.

23
DAFTAR PUSTAKA

Benni, I., Zyzy P.D., Fitri, R., & Leny. (2021). Formulasi dan evaluasi gel Lidah buaya
(Aloe vera Linn) sebagai pelembab kulit dengan penggunaan carbopol sebagai gelling
agent. Health Sciences and Pharmacy Journal, vol. 5, no. 1:1-8.

Rika, L. & Dian, E.,F. (2021). Formulasi Sediaan Moisturizer Gel SNEDDS Ekstrak Etanol
Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss). Jurnal Universitas Negeri
Sebelas Maret: Surakarta.

Tutik, Niken, F., Hanna, J., Intan, A. (2021). Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Kulit Bawang
Merah (Allium cepa L.) Sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi Malahayati, vol. 4 no.1.

Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima. Penerjemah Drs.
Soendani Noerono. Gadjah Mada University Perss. Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai