AROMATHERAPY
Dosen Pengampu : Apt. IN RAHMI FATRIA FAJAR, M.Farm
KELOMPOK 1
LAURA
CHRISTINA FITRI MARTA ROSSY
ELISABET
BAKKARA SIAGIAN PANDIANGAN TRIASTUTY
201951052 201951083 201951120 201951181
5 JURNAL
Menurut Rike, (2008) sabun pada umunya dikenal dalam 2 wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH), sedangkan sabun padat menggunakan NaOH.
Sabun aroma terapi merupakan sabun transparan yang dibuat dengan menambahkan minyak atsiri atau aroma
terapi dalam formula sabun yang berfungsi sebagai penghalus kulit, pencegah jerawat, pengharum alami,
sekaligus sebagai aroma yang bersifat menenangkan. Sabun mempunyai beberapa bentuk yang sering dijumpai
di pasaran, yaitu bentuk padat (batang), serbuk (detergen), gel, dan cair
Pembuatan Sabun Aroma Terapi Ekstraksi Bunga Kenanga
(Cananga Odorata L.) dan Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus
L. ) Sebagai Aroma Terapi Sabun Cair
2. Prosedur kerja
Alat penyulingan digunakan untuk mengekstraksi bunga kenanga dan serai wangi.
Bunga kenanga (Cananga odorata) segar dan sereh wangi ditimbang sebanyak
5 kg kemudian ditempatkan dalam ketel distilasi dan ditutup rapat.
Seperangkat alat distilasi dirangkai dengan penghasil uap kemudian dilakukan distilasi uap selama 7 jam. Minyak atsiri kenanga
yang diperoleh dibebaskan dari sisa air yang merupakan pelarutnya. Untuk melakukan penghitungan rendemen minyak atsiri
berbahan bunga kenanga dan sereh wangi digunakan. selanjutnya diuapkan kemudian di kondensasi atau didinginkan sehingga
senyawa yang menguap kembali kedalam bentuk cair. alat penyuling yang digunakan untuk ektraksi minyak atsiri.
Tabel 2. Rata-rata kekentalan sabun cair aroma kenanga dan sereh wangi
Perlakuan Rata-rata
SK (Sabun Aroma Kenanga) 3.55
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair kenanga dan sereh wangi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata aroma sabun cair aroma kenanga dan sereh wangi
Perlakuan Rata-Rata
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap busa sabun cair kenanga dan sereh wangi Rata-rata banyak busa
sabun cair aroma kenanga dan sereh wangiBerdasarkan Tabel 4. Terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap busa sabun berkisar
antara 3,45 – 3,55 (Suka). Perlakuan SK disukai oleh panelis, begitu juga dengan sabun cair dengan aroma kenanga dan sereh wangi.
Hal ini disebabkan karena formula sabun memiliki komposisi yang sama sehingga menghasilkan busa yang sama. Yang
mempengaruhi busa pada sabun cair ini adalah texopon.
1. Rendemen minyak kenanga yang diperoleh 0.22%. dan sereh wangi yang diperoleh adalah 0,12 %.
2. Berdasarkan uji organoletik terhadap produk sabun yang dihasilkan, rata- rata terhadap warna 3.7 (suka), kekentalan 3.55 (suka),
aroma 3.05 (biasa) dan busa 3.55 (suka) pada sabun aroma kenanga sedangkan rata-rata warna 4.05 (suka), kekentalan 3.1(biasa) ,
aroma 3.05 (biasa) dan busa 3.45 (suka) pada sabun cair aroma sereh wangi
Pembuatan sabun padat aroma terapi dari minyak kelapa murni
(Virgin Coconut Oil) dengan penmbahan minyak gubal gaharu
(Aquilaria malaccensis)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelapa yang sudah tua
(kehitaman) untuk pembuatan minyak kelapa murni (VCO), Natrium Hidroksida
(NaOH), aquades, asam stearat, NaCl, asam sitrat, minyak gaharu serta bahan
kimia lainnya yang digunakan untuk analisis.
2. Prosedur Kerja
Pembuatan Minyak VCO (sentrifugasi)
a. Sediakan 10 butir kelapa yang sudah tua.
b. Lakukan pemarutan pada daging buah kelapa.
c. Peras kelapa yang sudah diparut dan didapatkan santan kental
d. Santan kental dibekukan semalaman di dalam freezer.
e. Keluarkan santan dan diamkan lebih kurang 3 jam (sampai mencair)
f. Masukkan santan ke dalam tabung sentrifus.
g. Sentrifugasi dengan kecepatan penuh ± 11000 ppm selama 30 menit.
h. Minyak akan terpisah dengan endapannya. Ambil minyak dengan pipet tetes secara hati- hati dan saring dengan kertas saring
Pembuatan Sabun Padat Aromaterapi dari Minyak Kelapa Murni (VCO) dengan Penambahan Minyak Gaharu
a. Dilelehkan 5 gram asam stearat dan 30 gram minyak kelapa murni (VCO) dipanaskan hingga suhu ± 70oC selama 5 menit sambil
diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm.
b. Tambahkan 0,2 gr NaCl dan 0,3 gr asam sitrat sambil terus diaduk hingga terbentuk emulsi.
c. Dimasukkan 5,1 gr NaOH yang telah dilarutkan dalam aquades 15 ml dan diaduk hingga trace. Trace merupakan kondisi dimana
sabun telah terbentuk dan merupakan titik akhir dari proses pengadukan, tandanya adalah ketika campuran telah mengental dan
apabila disentuh dengan sendok maka dalam beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas.
d. Suhu diturunkan hingga 40oC dengan cara mengatur kekuatan panas pada hot plate, kemudian dimasukkan minyak gaharu sambil
terus diaduk dengan meningkatkan kecepatan menjadi 1200 rpm.
e. Campuran dituangkan ke dalam cetakan dan diamkan pada temperatur kamar selama 24 jam hingga sabun mengeras
3. Evaluasi Sediaan
Pengamatan yang dilakukan mengacu pada pengujian yang telah ditetapkan Badan
Standarisasi Nasional SNI 06- 3532- 1994. Pengamatan yang dilakukan terhadap sabun
dilakukan secara visual kemudian dilakukan juga pengamatan secara organoleptik
seperti warna, aroma, banyak busa dan kekerasan sabun yang dihasilkan. Banyak busa
dan kekerasan juga dilakukan secara terukur. Untuk sifat kimia sabun yang diamati
antara lain kadar air, jumlah/kadar asam lemak, lemak tak tersabunkan, alkali bebas,
nilai pH, uji iritasi dan uji antibakteri.
A. Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut oil)
terhadap kadar air sabun padat memberikan pengaruh berbeda tidak nyata pada taraf
5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa kadar air rata-rata sabun padat yang dihasilkan
antara 14,02-14,28% yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini .
Perlakuan Kadar Air (%)
B. pH
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil)
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar pH sabun padat yang
dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa pH rata-rata sabun
padat yang dihasilkan antara 9,96-9,98%. Data hasil analisis pengaruh penambahan
minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni
(Virgin Coconut Oil) terhadap nilai pH dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rata-rata pH
Tabel 2. Nilai Rata-rata pH
Perlakuan pH (%)
B (penambahan minyak gaharu 1,5%) 9,96
A (penambahan minyak gaharu 1%) 9,96
F (penambahan minyak gaharu 3,5%) 9,97
C (penambahan minyak gaharu 2%) 9,97
D (penambahan minyak gaharu 2,5%) 9,97
E (penambahan minyak gaharu 3%) 9,98
KK = 0,32%
C (penambahan minyak gaharu 2%) 5,77 minyak gaharu berkisar 5,66- 5,83%. Data
D (penambahan minyak gaharu 2,5%) 5,78 hasil analisis sidik ragam pengaruh
F (penambahan minyak gaharu 3,5%) 5,78 penambahan minyak gaharu dalam
A (penambahan minyak gaharu 1%) 5,80 pembuatan sabun padat dari VCO terhadap
E (penambahan minyak gaharu 3%) 5,83 kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat
KK = 1,73% pada Tabel 4.
5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun padat yang dihasilkan. Uji organoleptik yang dilakukan pada
penelitian ini adalah uji kesukaan atau uji hedonik terhadap penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat dari Virgin Coconut oil
melalui pengamatan warna, aroma, kekerasan dan banyak busa yang dilakukan oleh 15 orang panelis.. Panelis yang diminta penilaiannya adalah
kelompok panelis tidak terlatih. Dalam uji ini panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapannya tentang tingkat kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap suatu produk secara umum. Warna dan aroma adalah parameter yang dipakai oleh konsumen dalam menilai sabun yang dihasilkan. Untuk
menentukan produk yang paling disukai dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai dari persentase panelis yang menyatakan suka (4) dan sangat
suka (5). Kedua nilai tertinggi tersebut dinyatakan sebagai persentase kesukaan panelis pada produk sabun padat aroma dengan penambahan minyak
gaharu.
Tabel 6. Hasil Organoleptik Sabun Padat Aromaterapi dari VCO dengan Penambahan
Minyak Gaharu Terhadap Warna dan Aroma
Hasil pembuatan sabun padat dimana masa sabun yang masih terbentuk cair dituang
kedalam cetakan dan didiamkan selama 2-3 minggu sampai mengeras
a. Uji Sifat Fisik Sabun Padat Minyk Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.)
Uji sifat fisiksabun bertujuan untuk mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada
penyimpanan pada suhu kamar, Uji sifat fisik sabun terdiri dari Uji organoleptis, uji
pH, Uji tinggi busa, Uji Stabilitas Busa, Uji Hedonik
b. Uji Organoleptis Sabun Padat
Pengujian dilakukan setelah proses pembuatan sabun yang bertujuan untuk mengamati
perbedaan bentuk fisik sabun dari keempat formulasi hasil uji organoleptis sabun padat
Minyak Sereh Wangi dilakukan secara visual dengan Mengamati perubahan dari
bentuk, aroma,warna setelah didiamkan pada suhu kamar dalam jangka waktu 2
minggu. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel II .
b. Variasi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi dapat mempengaruhi sifat fisik
sabun padat yaitu hasil uji organoleptis, uji pH, uji tinggibusa, uji stabilitas
busa.
c. Uji Hedonik sediaan sabun padat yang paling disukai panelis adalah F3 ini
disebabkan karena lebih menyukai warna dan aroma F3 dengan konsentrasi
minyak atsiri sereh wangi 5%
PEMBUATAN SABUN CAIR BERBASIS VIRGIN
COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK
MELATI (JASMINUM SAMBAC) SEBAGAI ESSENTIAL
OIL
1. Alat dan bahan yang digunakan
a. Alat
Timbangan analitik, beaker glass 1000 ml, beaker glass 100 ml, batang pengaduk,
slow cooker, pipet volum 10 ml, cawan alumunium, desikator, oven, pH meter,
gelas ukur 100 ml, erlenmeyer tutup asah 250 ml, magnetic stirrer, pendingin
tegak, buret, piknometer, erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 10 ml, tabung reaksi,
sabun ekuivalen dengan jumlah HCL yang digunakan sebagai zat pentitar.
9. Nilai pH
Nilai pH yang diperoleh sabun cair dengan perlakuan A (kontrol), perlakuan B (penambahan minyak atsiri melati
sebanyak 1,0%), perlakuan C (penambahan minyak atsiri melati 1,5%) dan perlakuan D (penambahan minyak
atsiri melati 2,0%) berturut – turut adalah 9,083; 9,05; 8,967 dan 8,93.
Adanya penambahan minyak atsiri melati sebesar 1%; 1,5% dan 2% menyebabkan pH sabun menurun. Hasil
pengukuran terhadap pH sabun cair yang telah dibuat menunjukkan bahwa produk sabun cair memiliki pH basa,
hal ini dikarenakan bahan dasar penyusun sabun cair yang dihasilkan adalah KOH yang bersifat basa kuat. Hasil
penelitian menunjukkan, semakin meningkatnya penambahan minyak atsiri yang digunakan maka nilai pH yang
ditunjukkan pada sabun cair akan semakin menurun.
1.Proses pembuatan sabun cair dilakukan dengan metode hot process soap making
(pembuatan sabun dengan metode panas) pada suhu suhu 75oC – 80oC menggunakan alat slowcooker.
2. Pengaruh penambahan minyak atsiri melati pada pembuatan sabun cair pada perlakuan D (penambahan minyak
atsiri melati 2% b/v) merupakan produk terbaik dengan hasil uji organoleptik kesukaan secara umum adalah
50,00%. Semakin banyak penambahan minyak atsiri berpengaruh pada pengujian fisik seperti warna, aroma,
kekentalan, kesan saat pemakaian dan kesan setelah pemakaian.
3. Hasil analisis sifat fisikokimia (SNI 06-4085- 1996) sabun cair dengan minyak atsiri melati menunjukkan sabun
cair memiliki sifat kimia dan sifat fisik yang sesuai dengan standar mutu sabun padat menurut SNI 06-4085-1996.
Hasil analisis sifat kimia dan fisik adalah bobot jenis 1,0461, kadar alkali bebas 0,0147%, dan nilai pH 9,0083.
KARAKTERISTIK MUTU SABUN KOPI DENGAN VARIASI
WAKTU PENCAMPURAN DAN WAKTU FRAMMING
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu
Waktu pencampuran
P1 = Pencampuran selama 15 menit
P2 = Pencampuran selama 25 menit Lama Framming
Pada proses pembuatan sabun tahapan pencampuran dan framming merupakan tahapan yang penting,
dimana pada saat proses pencampuran minyak dan lemak akan membentuk sabun murni, dan pada
tahapan framming terjadi proses cairan sabun murni menjadi bentuk padatan. Framming memerlukan waktu 3-7
hari agar sabun dapat dipotong-potong, untuk mendapatkan sabun dengan padatan yang sempurna simpanlah
potongan sabun 4 minggu dengan suhu kamar dengan kadar air 8-18 % maka sabun siap untuk digunakan.
Pada penelitian ini perlakuan pencampuran dengan waktu 25 menit dan waktu framing 3 hari yang menunjukan
kadar pH yang paling rendah dengan hasil kadar pH 10,29. Sabun dengan pH 9-10 mampu membersihkan kotoran
dari lapisan atas kulit dan melarutkannya dalam air pembilas, pada pencampuran yang lebih lama akan
meningkatkan kapasitas saponifikasi pH sabun akan cendrung menurun, semua minyak bereaksi secara sempurna,
karena residu NaOH semakin kecil, karena alkali telah bareaksi lebih sempurna dengan asam lemak pada minyak.
Kadar Lemak Sabun Kopi
Tabel 3 menjelaskan rerata hasil analisis kadar lemak pada Sabun Kopi berbeda nyata dengan perlakuan lama
pencampuran 15 menit, sedangkan pada perlakuan lama pencampuran 25 menit menunjukan berbeda nyata.
Rerata kandungan lemak pada sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan lama pencampuran
15 menit sebesar 0.48% sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 0.52%, perlakuan waktu framing 5 hari
dan lama pencampuran 15 menit sebesar 0.57% sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 0.49%, perlakuan
waktu framming 7 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 0.51% sedangkan lama pencampuran 25 menit
sebesar 0.41%.
Tingkat Keretakan Sabun
Ket :
1 = tidak ada keretakan,
2 = sedikit retak (kurang dari 3),
3 = retak,
4 = Keretakan
parah (lebih dari 2 mm). Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan adanya
perbedaan yang nyata pada taraf 5%.
Organoleptik Warna Sabun
Tabel 5 menjelaskan rerata hasil organoleptik warna pada sabun kopi perlakuan lama pencampuran 15 menit dan
25 menit menunjukan berbeda nyata. Rerata warna sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan
lama pencampuran 15 menit sebesar 3.30 (agak menarik) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.15
(menarik), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.90 (agak menarik)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.00 (menarik), perlakuan waktu framming 7 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 3.70 (menarik) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.30 (menarik).
Organoleptik Tekstur Sabun Kopi
Tabel 6 menjelaskan rerata hasil uji organoleptik tekstur sabun kopi perlakuan lama pencampuran 15 menit dan 25
menit menunjukan berbeda nyata. Rerata organoleptik tekstur sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming
3 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.75 (agak lunak) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar
3,85 (keras), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.95 (agak lunak)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.00 (keras) , perlakuan waktu framming 7 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 2.55 (lunak) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.20 (keras). Tekstur
pada sabun kopi sangat dipengaruhi oleh bahan dasar yang digunakan namun pada penelitian kali ini perlakuan
juga dapat berpengaruh pada tekstur sabun kopi, terkstur sabun kopi berbeda nyata , artinya semakin lama waktu
pencampuran dan waktu framing maka sabun akan semakin keras. Pada penelitian kali ini perlakuan pencampuran
dengan waktu 25 menit dan waktu framing 7 hari yang menunjukan tektur sabun kopi menjadi keras dengan hasil
tekstur 4.20.
Organoleptik Daya Berbusa Sabun Kopi
Tabel 7 menjelaskan rerata hasil uji organoleptik daya berbusa pada sabun kopi dengan perlakuan lama
pencampuran 15 menit dan 25 menit menunjukan berbeda nyata. Rerata organoleptik daya berbusa sabun kopi
dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.85 (agak berbusa)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.05 (berbusa), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 3.45 (agak berbusa) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 3.90 (berbusa)
, perlakuan waktu framming 7 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 3.75 (berbusa) sedangkan lama
pencampuran 25 menit sebesar 4.10 (berbusa).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis kandungan air sabun kopi berkisar 20,64% hingga 35,52%, kadar Ph berkisar 10,29%
hingga 11,40%, kandungan lemak berkisar 0,41% hingga 0,57%. Berdasarkan hasil rerata analisis keretakan pada
sabun kopi berkisar antara 1 hingga 2 (tidak ada keretakan dan sedikit retak). Berdasarkan hasil rerata analisis uji
organoleptik warna, tekstur dan daya berbusa sabun kopi menunjukan berbeda nyata. Nilai rerata analisis terhadap
warna sabun kopi berkisar 2,90 (agak menarik) hingga 4,30 (menarik), analisis tekstur berkisar 2,55 (lunak)
hingga 4,20 (keras), analisis daya berbusa berkisar 2,85 (agak berbusa) hingga 4,10 (berbusa).
1. Galuh
apa kegunaan uji iritasi pada sabun aroma therapy
2. Kartika Eka Paksi
Sabun yang cocok untuk kulit kering, dan bagaimana menambahkan kelembapam
kulit
3. Ivana
jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali naoh
dan koh
4. Lukman
Jelaskan bagaimana proses terjadinya saponisasi pada sabun
Thanks!