Anda di halaman 1dari 43

SABUN

AROMATHERAPY
Dosen Pengampu : Apt. IN RAHMI FATRIA FAJAR, M.Farm
KELOMPOK 1

LAURA
CHRISTINA FITRI MARTA ROSSY
ELISABET
BAKKARA SIAGIAN PANDIANGAN TRIASTUTY
201951052 201951083 201951120 201951181
5 JURNAL

Pembuatan Sabun Aroma Terapi Pembuatan sabun padat aroma


Ekstraksi Bunga Kenanga terapi dari minyak kelapa murni

01 (Cananga Odorata L.) dan Sereh


Wangi (Cymbopogon Nardus L. ) 02 (Virgin Coconut Oil) dengan
penambahan minyak gubal gaharu
Sebagai Aroma Terapi Sabun Cair (Aquilaria malaccensis)

KARAKTERISTIK MUTU SABUN


05 KOPI DENGAN VARIASI
WAKTU PENCAMPURAN DAN
WAKTU FRAMMING
PEMBUATAN SABUN CAIR
BERBASIS VIRGIN COCONUT OIL

03 Formulasi Sediaan Sabun Padat


Dari Minyak atsiri sereh wangi
04 (VCO) DENGAN PENAMBAHAN
MINYAK MELATI (JASMINUM
SAMBAC) SEBAGAI ESSENTIAL OIL
PENGERTIAN
Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dan minyak nabati atau lemak hewani
berbentuk padat, lunak atau cair dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak
menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa.

Menurut Rike, (2008) sabun pada umunya dikenal dalam 2 wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH), sedangkan sabun padat menggunakan NaOH.

Sabun aroma terapi merupakan sabun transparan yang dibuat dengan menambahkan minyak atsiri atau aroma
terapi dalam formula sabun yang berfungsi sebagai penghalus kulit, pencegah jerawat, pengharum alami,
sekaligus sebagai aroma yang bersifat menenangkan. Sabun mempunyai beberapa bentuk yang sering dijumpai
di pasaran, yaitu bentuk padat (batang), serbuk (detergen), gel, dan cair
Pembuatan Sabun Aroma Terapi Ekstraksi Bunga Kenanga
(Cananga Odorata L.) dan Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus
L. ) Sebagai Aroma Terapi Sabun Cair

1. Alat dan bahan yang digunakan


a. Alat penyuling minyak atsiri
Prinsip alat penyulingan adalah bahan di masukkan kedalam alat destilasi uap air
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga kenanga sebanyak 5 kg
dan serai wangi sebanyak 5 kg

2. Prosedur kerja

Alat penyulingan digunakan untuk mengekstraksi bunga kenanga dan serai wangi.
Bunga kenanga (Cananga odorata) segar dan sereh wangi ditimbang sebanyak
5 kg kemudian ditempatkan dalam ketel distilasi dan ditutup rapat.
Seperangkat alat distilasi dirangkai dengan penghasil uap kemudian dilakukan distilasi uap selama 7 jam. Minyak atsiri kenanga
yang diperoleh dibebaskan dari sisa air yang merupakan pelarutnya. Untuk melakukan penghitungan rendemen minyak atsiri
berbahan bunga kenanga dan sereh wangi digunakan. selanjutnya diuapkan kemudian di kondensasi atau didinginkan sehingga
senyawa yang menguap kembali kedalam bentuk cair. alat penyuling yang digunakan untuk ektraksi minyak atsiri.

Kenanga ( Cananga odorata)


Ekstraksi minyak atsiri dari bunga kenanga dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut. Metode ini digunakan
karena dapat menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas yang baik disebabkan suhu yang tidak terlalu tinggi serta alat yang
sederhana. Dari metode yang telah dilakukan sampai dengan tetesan berwarna jernih terhadap bunga kenanga, digunakan bunga
kenanga segar sebanyak 4500 gram. Penggunaan bunga kenanga yang masih segar dimaksudkan agar minyak atsiri yang dihasilkan
menjadi lebih banyak. Ekstraksi bunga kenanga (Cananga odorata) sebanyak 4500 g bunga kenanga. menghasilkan 1 ml
minyak atsiri bunga kenanga. Adapun perhitungan rendemen minyak atsiri bunga kenanga:
Berat bunga kenanga : 4500 g
Minyak bunga kenanga yang dihasilkan : 10 ml
Rendemen = 10/4500 x 100% = 0,222

Sereh wangi (Cymbopogon nardus. L)


Pada ekstraksi minyak atsiri menggunakan tanaman serehwangi, dimana jumlah bahan yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah
sebanyak 5883 g. Dari proses ekstraksi minyak atsiri tanaman serehwangi selama 7 jam diperoleh hasil minyak atsiri tanaman
serehwangi yang masih bercampur dengan sedikit air, karena pada saat proses ekstraksi terjadi penguapan minyak atsiri bersamaan
dengan penguapan air, sehingga selanjutnya dilakukan pemisahan dengan menggunakan corong pemisah agar air yang digunakan
dalam proses ekstraksi tidak tercampur lagi dengan minyak atsiri tanaman sereh wangi.
Adapun perhitungan rendemen minyak atsiri tanaman serehwangi
Berat batang dan daun sereh wangi : 5883 g
Minyak sereh wangi yang dihasilkan : 7,5 ml
Rendemen =7,5/5883 x 100% = 0,12
3. Pembuatan Sabun dengan Aroma Kenanga dan Sereh Wangi
Minyak atsiri yg diperoleh hasil ekstraksi menggunakan alat destilasi uap adalah minyak
sereh wangi 7,5 ml (sereh wangi 5883 gr) dan minyak kenanga 10 ml (kenanga 4500 gr).
Hasil minyak yg diperoleh kemudian dijadikan sebagai pewangi pada sabun cair.
4. Evaluasi Sediaan
A. Penilaian Organoleptik Sabun Aroma Kenanga dan Sereh Wangi
1). Warna Sabun Cair Kenanga Dan Sereh Wangi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap warna sabun cair
kenanga dan sereh wangi dapat dilihat pada Tabel 1
Berdasarkan Tabel 1. Terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap warna sabun berkisar
antara 3,7 – 4,05 (Suka). Perlakuan SK dan SS disukai oleh panelis, sama halnya dengan
sabun yang aroma dari pabrik (khas sabun cuci piring). Warna merupakan daya tarik
terbesar pada pangan dan non pangan. Menurut Musfiroh (2007), warna merupakan salah
satu parameter untuk menilai suatu produk.
2). Kekentalan Sabun Cair Kenanga dan Sereh Wangi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap kekentalan sabun
cair kenanga dan sereh wangi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata kekentalan sabun cair aroma kenanga dan sereh wangi

Perlakuan Rata-rata
SK (Sabun Aroma Kenanga) 3.55

SS (Sabun Aroma Sereh Wangi) 3.1

SP (Sabun Aroma Pewangi Pabrik) 3.55


3. Aroma Sabun Cair Kenanga dan Sereh Wangi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap aroma sabun cair kenanga dan sereh wangi dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata aroma sabun cair aroma kenanga dan sereh wangi

Perlakuan Rata-Rata

SK (Sabun Aroma Kenanga) 3.05


SS (Sabun Aroma Sereh Wangi) 3.05
SP (Sabun Aroma Pewangi Pabrik) 3.95
Berdasarkan Tabel 3. Terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap aroma sabun berkisar antara 3,05 (biasa) – 3,95 (Suka).
Perlakuan SP lebih disukai panelis dibandingkan SK dan SS yaitu sabun cair dengan aroma kenanga dan sereh wangi,
4. Busa Sabun Cair Kenanga dan Sereh Wangi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap busa sabun cair kenanga dan sereh wangi Rata-rata banyak busa
sabun cair aroma kenanga dan sereh wangiBerdasarkan Tabel 4. Terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap busa sabun berkisar
antara 3,45 – 3,55 (Suka). Perlakuan SK disukai oleh panelis, begitu juga dengan sabun cair dengan aroma kenanga dan sereh wangi.
Hal ini disebabkan karena formula sabun memiliki komposisi yang sama sehingga menghasilkan busa yang sama. Yang
mempengaruhi busa pada sabun cair ini adalah texopon.

5. Hasil Evaluasi sediaan

1. Rendemen minyak kenanga yang diperoleh 0.22%. dan sereh wangi yang diperoleh adalah 0,12 %.

2. Berdasarkan uji organoletik terhadap produk sabun yang dihasilkan, rata- rata terhadap warna 3.7 (suka), kekentalan 3.55 (suka),
aroma 3.05 (biasa) dan busa 3.55 (suka) pada sabun aroma kenanga sedangkan rata-rata warna 4.05 (suka), kekentalan 3.1(biasa) ,
aroma 3.05 (biasa) dan busa 3.45 (suka) pada sabun cair aroma sereh wangi
Pembuatan sabun padat aroma terapi dari minyak kelapa murni
(Virgin Coconut Oil) dengan penmbahan minyak gubal gaharu
(Aquilaria malaccensis)

1. Alat dan bahan yang digunakan


a. Alat
Alat yang digunakan adalah hot plate, magnetic stirrer, labu erlenmeyer, pipet
tetes, gelas ukur, gelas piala, thermometer, batang pengaduk, timbangan analitik,
buret, pH meter, oven dan alat-alat lainnya yang digunakan untuk analisis
b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelapa yang sudah tua
(kehitaman) untuk pembuatan minyak kelapa murni (VCO), Natrium Hidroksida
(NaOH), aquades, asam stearat, NaCl, asam sitrat, minyak gaharu serta bahan
kimia lainnya yang digunakan untuk analisis.
2. Prosedur Kerja
Pembuatan Minyak VCO (sentrifugasi)
a. Sediakan 10 butir kelapa yang sudah tua.
b. Lakukan pemarutan pada daging buah kelapa.
c. Peras kelapa yang sudah diparut dan didapatkan santan kental
d. Santan kental dibekukan semalaman di dalam freezer.
e. Keluarkan santan dan diamkan lebih kurang 3 jam (sampai mencair)
f. Masukkan santan ke dalam tabung sentrifus.
g. Sentrifugasi dengan kecepatan penuh ± 11000 ppm selama 30 menit.
h. Minyak akan terpisah dengan endapannya. Ambil minyak dengan pipet tetes secara hati- hati dan saring dengan kertas saring

Pembuatan Sabun Padat Aromaterapi dari Minyak Kelapa Murni (VCO) dengan Penambahan Minyak Gaharu
a. Dilelehkan 5 gram asam stearat dan 30 gram minyak kelapa murni (VCO) dipanaskan hingga suhu ± 70oC selama 5 menit sambil
diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm.
b. Tambahkan 0,2 gr NaCl dan 0,3 gr asam sitrat sambil terus diaduk hingga terbentuk emulsi.
c. Dimasukkan 5,1 gr NaOH yang telah dilarutkan dalam aquades 15 ml dan diaduk hingga trace. Trace merupakan kondisi dimana
sabun telah terbentuk dan merupakan titik akhir dari proses pengadukan, tandanya adalah ketika campuran telah mengental dan
apabila disentuh dengan sendok maka dalam beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas.
d. Suhu diturunkan hingga 40oC dengan cara mengatur kekuatan panas pada hot plate, kemudian dimasukkan minyak gaharu sambil
terus diaduk dengan meningkatkan kecepatan menjadi 1200 rpm.
e. Campuran dituangkan ke dalam cetakan dan diamkan pada temperatur kamar selama 24 jam hingga sabun mengeras
3. Evaluasi Sediaan
Pengamatan yang dilakukan mengacu pada pengujian yang telah ditetapkan Badan
Standarisasi Nasional SNI 06- 3532- 1994. Pengamatan yang dilakukan terhadap sabun
dilakukan secara visual kemudian dilakukan juga pengamatan secara organoleptik
seperti warna, aroma, banyak busa dan kekerasan sabun yang dihasilkan. Banyak busa
dan kekerasan juga dilakukan secara terukur. Untuk sifat kimia sabun yang diamati
antara lain kadar air, jumlah/kadar asam lemak, lemak tak tersabunkan, alkali bebas,
nilai pH, uji iritasi dan uji antibakteri.
A. Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut oil)
terhadap kadar air sabun padat memberikan pengaruh berbeda tidak nyata pada taraf
5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa kadar air rata-rata sabun padat yang dihasilkan
antara 14,02-14,28% yang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini .
Perlakuan Kadar Air (%)

A (penambahan minyak gaharu 1%) 14,02


B (penambahan minyak gaharu 1,5%) 14,04
C (penambahan minyak gaharu 2%) 14,11
D (penambahan minyak gaharu 2,5%) 14,20
E (penambahan minyak gaharu 3%) 14,26
F (penambahan minyak gaharu 3,5%) 14,28
KK = 3,24%  

B. pH
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil)
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar pH sabun padat yang
dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa pH rata-rata sabun
padat yang dihasilkan antara 9,96-9,98%. Data hasil analisis pengaruh penambahan
minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat aromaterapi dari minyak kelapa murni
(Virgin Coconut Oil) terhadap nilai pH dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rata-rata pH
Tabel 2. Nilai Rata-rata pH

Perlakuan pH (%)
B (penambahan minyak gaharu 1,5%) 9,96
A (penambahan minyak gaharu 1%) 9,96
F (penambahan minyak gaharu 3,5%) 9,97
C (penambahan minyak gaharu 2%) 9,97
D (penambahan minyak gaharu 2,5%) 9,97
E (penambahan minyak gaharu 3%) 9,98

KK = 0,32%

3. Jumlah Asam Lemak


Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, tingkat penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat aromaterapi dari
minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar total asam lemak sabun padat
yang dihasilkan pada taraf nyata 5%. Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah asam lemak rata-rata sabun padat yang
dihasilkan antara 62,43- 74,92%. Data hasil analisis pengaruh penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat
aromaterapi dari minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) terhadap jumlah asam lemak sabun dapat dilihat pada Tabel 3
4. Fraksi Tak Tersabunkan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam,
tingkat penambahan minyak gaharu dalam
pembuatan sabun padat aromaterapi
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
terhadap kadar fraksi tak tersabunkan sabun
padat yang dihasilkan pada taraf nyata
5%.Dari hasil analisis diketahui bahwa
kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun
Perlakuan Fraksi tak tersabunkan(%)

B (penambahan minyak gaharu 1,5%) 5,66


padat dari VCO dengan penambahan

C (penambahan minyak gaharu 2%) 5,77 minyak gaharu berkisar 5,66- 5,83%. Data

D (penambahan minyak gaharu 2,5%) 5,78 hasil analisis sidik ragam pengaruh
F (penambahan minyak gaharu 3,5%) 5,78 penambahan minyak gaharu dalam
A (penambahan minyak gaharu 1%) 5,80 pembuatan sabun padat dari VCO terhadap
E (penambahan minyak gaharu 3%) 5,83 kadar fraksi tak tersabunkan dapat dilihat
KK = 1,73%   pada Tabel 4.
5. Uji Organoleptik
Uji organoleptik ini dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap sabun padat yang dihasilkan. Uji organoleptik yang dilakukan pada
penelitian ini adalah uji kesukaan atau uji hedonik terhadap penambahan minyak gaharu dalam pembuatan sabun padat dari Virgin Coconut oil
melalui pengamatan warna, aroma, kekerasan dan banyak busa yang dilakukan oleh 15 orang panelis.. Panelis yang diminta penilaiannya adalah
kelompok panelis tidak terlatih. Dalam uji ini panelis diminta untuk mengungkapkan tanggapannya tentang tingkat kesukaan atau ketidaksukaan
terhadap suatu produk secara umum. Warna dan aroma adalah parameter yang dipakai oleh konsumen dalam menilai sabun yang dihasilkan. Untuk
menentukan produk yang paling disukai dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai dari persentase panelis yang menyatakan suka (4) dan sangat
suka (5). Kedua nilai tertinggi tersebut dinyatakan sebagai persentase kesukaan panelis pada produk sabun padat aroma dengan penambahan minyak
gaharu.

Tabel 6. Hasil Organoleptik Sabun Padat Aromaterapi dari VCO dengan Penambahan
Minyak Gaharu Terhadap Warna dan Aroma

Perlakuan Tingkat Kesukaan


(%) Parameter Suka +
Sangat suka
Warna Aroma
A (Penambahan minyak gaharu 1%) 33,3 13,3
B (Penambahan minyak gaharu 1,5%) 46,67 26,6
C (Penambahan minyak gaharu 2%) 46,67 33,3
D (Penambahan minyak gaharu 2,5%) 40 33,3
E (Penambahan minyak gaharu 3%) 73,3 73,3
F (Penambahan minyak gaharu 3,5%) 66,67 73,3
3. Hasil Evaluasi Sediaan
1. Perbedaan persentase penambahan minyak gaharu pada sabun VCO berpengaruh nyata terhadap total jumlah asam
lemak, alkali bebas/asam lemak bebas dan antimikroba tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar air, fraksi tak
tersabunkan, pH, kekerasan dan banyak busa.
2. Berdasarkan uji organoleptik produk yang disukai oleh panelis yang diambil dari nilai suka dan sangat suka adalah
sabun dengan penambahan 3,5% minyak gaharu dengan tingkat kesukaan terhadap warna 66,67%, aroma 73,3%,
kekerasan 66,67% dan banyak busa 73,3%. Sedangkan hasil analisa kimia menunjukkan persentase kadar air sebesar
14,28%, jumlah asam lemak 74,92%, kadar fraksi taktersabunkan 5,78%, kadar asam lemak bebas 0,73%, nilai pH
9,97, kekerasan secara kuantitatif 2,68 N/cm2, banyak busa secara kuantitatif 90,02%, nilai uji iritasi 0 (tidak terjadi
iritasi), dan daya hambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dengan zona bening sebesar sebesar 32,83 mm.
Formulasi Sediaan Sabun Padat Dari Minyak atsiri sereh
wangi (Cymbopogon nardus L)

1. Alat dan bahan yang digunakan


a. Alat
Timbangan analitik, gelas ukur , beaker glass, cetakan sabun, sendok spatel,
batang pengaduk, dan kotak kemasan sabun.
b. Bahan
Minyak atsiri sereh murni (Cymbopogon nardus L) Minyak kelapa, Minyak
zaitun,Minyak sawit, NaOH, Cocomid DEA, dan Aquadest.

2. Prosedur Kerja Pembuatan Sabun Padat Minyak Atsiri SerehWangi


(Cymbopogon nardus L)
a. Rancangan Formula
Penyusunan formula ini menggunakan formula standar ditambahkan minyak atsiri sereh (Cymbopogon nardus L) sebagai zat aktifnya.
Sediaan sabun padat ini dibuat dalam empat formula dengan variasi minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L) dan basis
minyak kelapa sawit. Rancangan formula secara lengkap dapat dilihat pada masing-masing formula dibuat sediaan sebanyak 100gr,
untuk F0,F1, F2, F3 masing-masing formulasi.

Bahan Formula Fungsi


F0 FI FII FIII
Minyak Sereh Wangi - 1 3 5 Zat Aktif
Minyak Sawit 30 30 30 30 Pengeras Sabun
Minyak Kelapa Murni 20 20 20 20 Penghasil Busa
Minyak Zaitun 10 10 10 10 Pelembab Kulit
NaOH 8,9 8,9 8,9 8,9 Pembentuk Sabun
Cocomid DEA 0,1 0,1 0,1 0,1 Penstabil Busa
Aqua dest ad 100 100 100 100 Pelarut
Keterangan:
F0 = Formula sabun padat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L) tanpa zat aktif
FI = Formula sabun padat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L) dengan penambahan minyak sereh wangi 1%
FII = Formula sabun padat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L) dengan penambahan minyak sereh wangi 3 %
FIII= Formula sabun padat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L) dengan penambahan minyak sereh wangi 5 %
b. Prosedur Kerja Pembuatan Sabun padat
Timbang semua bahan sesuai dengan formula yang direncanakan. Masukkan NaOH
kedalam aquadest aduk sampai larut secara hati-hati, lalu dinginkan sampai
suhu45°C.Masukan larutan alkali perlahan-lahan kedalam campuran minyak,lalu aduk
menggunakan batang pengaduk sampai homogen.Tambahkan minyak atsiri sereh wangi
(Cymbopogon nardus L) dan pewarna ke dalam adonan lalu aduk sampai homogen.
c. Pencetak Sabun
Adonan sabun dituangkan pada cetakan yang telah disiapkan,lalu tutup permukaan
cetakan dengan plastik agar tidak terkena udara luar dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kerak putih.
d. Pengemasan Sabun Padat Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L)
Pengemasan Sabun Padat Minyak Atsiri Sereh (Cymbopogon nardus L) dilakukan
dengan menggunakan bahan kemasan primer berupa plastic untuk melindungi
sabun.Untuk bahan plastic digunakan jenis plastic wrapping yang elastis. Kemudian
pengemasan sekunder yang meliputi kotak luar dari sabun dibuat semenarik mungkin
agar sabun dapat tersimpan dengan baik
3. Evaluasi Sabun Padat Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L)

Hasil pembuatan sabun padat dimana masa sabun yang masih terbentuk cair dituang
kedalam cetakan dan didiamkan selama 2-3 minggu sampai mengeras
a. Uji Sifat Fisik Sabun Padat Minyk Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.)
Uji sifat fisiksabun bertujuan untuk mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada
penyimpanan pada suhu kamar, Uji sifat fisik sabun terdiri dari Uji organoleptis, uji
pH, Uji tinggi busa, Uji Stabilitas Busa, Uji Hedonik
b. Uji Organoleptis Sabun Padat
Pengujian dilakukan setelah proses pembuatan sabun yang bertujuan untuk mengamati
perbedaan bentuk fisik sabun dari keempat formulasi hasil uji organoleptis sabun padat
Minyak Sereh Wangi dilakukan secara visual dengan Mengamati perubahan dari
bentuk, aroma,warna setelah didiamkan pada suhu kamar dalam jangka waktu 2
minggu. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel II .

Hasil Uji Organoleptis Sabun Padat Minyak Sereh Wangi


(Cymbopogon nardus L.)
Keterangan
Formula Organoleptis Hari ke- F0 = Formula sabun padat minyak atsiri
1 7 14 sereh wangi (Cymbopogon nardus L)
F0 Bentuk Lunak Padat Padat tanpa zat aktif
Warna Pink Pink Tidak Pink
FI = Formula sabun padat minyak atsiri
Aroma Tidak ada ada Tidak ada
sereh wangi (Cymbopogon nardus L)
FI Bentuk Lunak Padat Padat
dengan penambahan minyak sereh
Warna Pink Pink Pink
wangi 1%
Aroma Sereh wangi Sereh wangi Sereh wangi
FII Bentuk Lunak Padat Padat FII = Formula sabun padat minyak atsiri
Warna Pink Pink Pink
sereh wangi (Cymbopogon nardus L)
dengan penambahan minyak sereh
Aroma Sereh Wangi Sereh wangi Sereh wangi
wangi 3 %
FIII Bentuk Lunak Padat Padat
Warna Pink Pink Pink FIII= Formula sabun padat minyak atsiri
Aroma Sereh wangi Sereh wangi Sereh wangi sereh wangi (Cymbopogon nardus L)
dengan penambahan minyak sereh
wangi 5 %
Hasil Evaluasi Sediaan
a. Minyak atsiri sereh wangi dapat dibuat formula menjadi sabun padat.

b. Variasi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi dapat mempengaruhi sifat fisik
sabun padat yaitu hasil uji organoleptis, uji pH, uji tinggibusa, uji stabilitas
busa.

c. Uji Hedonik sediaan sabun padat yang paling disukai panelis adalah F3 ini
disebabkan karena lebih menyukai warna dan aroma F3 dengan konsentrasi
minyak atsiri sereh wangi 5%
PEMBUATAN SABUN CAIR BERBASIS VIRGIN
COCONUT OIL (VCO) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK
MELATI (JASMINUM SAMBAC) SEBAGAI ESSENTIAL
OIL
1. Alat dan bahan yang digunakan
a. Alat
Timbangan analitik, beaker glass 1000 ml, beaker glass 100 ml, batang pengaduk,
slow cooker, pipet volum 10 ml, cawan alumunium, desikator, oven, pH meter,
gelas ukur 100 ml, erlenmeyer tutup asah 250 ml, magnetic stirrer, pendingin
tegak, buret, piknometer, erlenmeyer 250 ml, pipet ukur 10 ml, tabung reaksi,

cawan petri, autoklaf, inkubator dan bunsen .


b. Bahan
Minyak kelapa murni (VCO) yang didapatkan dari Balai Besar Industri Agro di
Bogor. Bahan – bahan kimia yang digunakan yaitu KOH 30%, (Kalium
hydroxide), gliserin, aquadest, Propilena Glikol, coco-DEA, minyak atsiri melati,
Etanol 96%, phenolphtalein, aseton, dietil eter, media Plate Count Agar (PCA),
Buffered Peptone Water (BPW), alkohol 70%, dan bahan pendukung terdiri dari
kertas indikator pH, tissu, kapas, kassa, plastik wrap, masker dan sarung tangan.
2. Persiapan Bahan Baku
Tahapan persiapan bahan baku terdiri dari mempersiapkan bahan-bahan kimia untuk pembuatan sabun cair. Persiapan bahan antara lain
KOH padat menjadi larutan KOH dengan konsentrasi 30% .
3. Pembuatan Sabun Cair dengan
Penambahan Minyak Atsiri Melati Tahapan pertama pembuatan pembuatan sabun cair dengan metode hot process soap making.
Pembuatan sabun cair dengan penambahan minyak atsiri melati dapat dilihat dalam diagram alir proses pembuatan sabun cair disajikan
pada Gambar 1 dibawah.
4. Pengujian Mutu
Analisis mutu sabun cair meliputi uji sifafisik sabun, uji sifat kimia sabun dan uji organoleptik. Sifat fisik sabun yang diamatiadalah
bobot jenis. Sedangkan sifat kimia sabun yang diamati antara lain kadar alkali bebas, nilai pH dan angka lempeng total. Sifat fisik dan
kimia sabun berdasarkan dengan SNI sabun cair yaitu SNI 06-4085- 1996. Untuk uji organoleptik yang dilakukan adalah warna, aroma,
kekentalan, kesan saat pemakaian dan kesan setelah pemakaian.
6. Analisis Pengaruh Penambahan Minyak Atsiri Melati Terhadap Mutu Sabun
Keterangan:
A (control Negatif) : Penambahan 0% (b/v) minyak atsiri melati
B : Penambahan 1% (b/v) minyak atsiri melati
C : Penambahan 1,5% (b/v) minyak atsiri melati
D : Penambahan 2% (b/v) minyak atsiri melati
7. Bobot Jenis
Nilai bobot jenis dapat disebabkan oleh jenis dan konsentrasi bahan baku dalam larutan.
Setiap bahan baku yang ditambahkan dalam formulasi sabun sangat menentukan bobot jenis
produk sabun yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot bahan baku yang ditambahkan, maka
bobot jenis sabun yang dihasilkan akan semakin tinggi (Nurhadi, 2012).
8. Kadar Alkali Bebas
Alkali bebas yang ada dalam sabun yang dihasilkan pada penelitian ini adalah Kalium, Pada
penelitian ini, sabun cair yang telah dilarutkan dengan alkohol netral setelah direfluks selama
30 menit berwarna merah muda yang berarti terdapat alkali bebas pada sampel sabun cair.
Larutan sabun yang telah berwarna merah muda tersebut kemudian dititrasi dengan HCL 0,1
N sampai tidak berwarna atau bening kembali. Jumlah alkali bebas yang terdapat didalam

sabun ekuivalen dengan jumlah HCL yang digunakan sebagai zat pentitar.
9. Nilai pH
Nilai pH yang diperoleh sabun cair dengan perlakuan A (kontrol), perlakuan B (penambahan minyak atsiri melati
sebanyak 1,0%), perlakuan C (penambahan minyak atsiri melati 1,5%) dan perlakuan D (penambahan minyak
atsiri melati 2,0%) berturut – turut adalah 9,083; 9,05; 8,967 dan 8,93.
Adanya penambahan minyak atsiri melati sebesar 1%; 1,5% dan 2% menyebabkan pH sabun menurun. Hasil
pengukuran terhadap pH sabun cair yang telah dibuat menunjukkan bahwa produk sabun cair memiliki pH basa,
hal ini dikarenakan bahan dasar penyusun sabun cair yang dihasilkan adalah KOH yang bersifat basa kuat. Hasil
penelitian menunjukkan, semakin meningkatnya penambahan minyak atsiri yang digunakan maka nilai pH yang
ditunjukkan pada sabun cair akan semakin menurun.

10. Uji Organoleptik


Penilaian organoleptik secara umum, sabun di urutkan dari rangking 1 – 4 yaitu sabun yang paling disukai sampai
sabun yang tidak disukai.
Tabel 2. Penilaian kesukaan panelis secara umum pada sabun cair
KESIMPULAN

1.Proses pembuatan sabun cair dilakukan dengan metode hot process soap making
(pembuatan sabun dengan metode panas) pada suhu suhu 75oC – 80oC menggunakan alat slowcooker.

2. Pengaruh penambahan minyak atsiri melati pada pembuatan sabun cair pada perlakuan D (penambahan minyak
atsiri melati 2% b/v) merupakan produk terbaik dengan hasil uji organoleptik kesukaan secara umum adalah
50,00%. Semakin banyak penambahan minyak atsiri berpengaruh pada pengujian fisik seperti warna, aroma,
kekentalan, kesan saat pemakaian dan kesan setelah pemakaian.

3. Hasil analisis sifat fisikokimia (SNI 06-4085- 1996) sabun cair dengan minyak atsiri melati menunjukkan sabun
cair memiliki sifat kimia dan sifat fisik yang sesuai dengan standar mutu sabun padat menurut SNI 06-4085-1996.
Hasil analisis sifat kimia dan fisik adalah bobot jenis 1,0461, kadar alkali bebas 0,0147%, dan nilai pH 9,0083.
KARAKTERISTIK MUTU SABUN KOPI DENGAN VARIASI
WAKTU PENCAMPURAN DAN WAKTU FRAMMING

1. Alat dan bahan yang digunakan


a. Bahan
Bahan baku dalam penelitian ini adalah bubuk kopi cap jempol yang diperoleh
dari Pasar Kepahiang, minyak zaitun merk Selva, minyak kelapa merk barco,
minyak kelapa sawit merk Fortune, NaOH, air mineral merk Aquades, pengharum
fragance.
b. Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan digital, sendok plastik, wadah untuk
mencampur bahan, cetakan, blender, erlenmeyer 250 ml, neraca analitik, buret 50
ml, pipet tetes.
PROSEDUR PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu
Waktu pencampuran
P1 = Pencampuran selama 15 menit
P2 = Pencampuran selama 25 menit Lama Framming

Pada proses pembuatan sabun tahapan pencampuran dan framming merupakan tahapan yang penting,
dimana pada saat proses pencampuran minyak dan lemak akan membentuk sabun murni, dan pada
tahapan framming terjadi proses cairan sabun murni menjadi bentuk padatan. Framming memerlukan waktu 3-7
hari agar sabun dapat dipotong-potong, untuk mendapatkan sabun dengan padatan yang sempurna simpanlah
potongan sabun 4 minggu dengan suhu kamar dengan kadar air 8-18 % maka sabun siap untuk digunakan.

F1 = Waktu Framming 3 hari


F2 = Waktu Framming 5 hari
F3 = Waktu Framming 7 hari
Prosedur Pembuatan Sabun Kopi

Berikut adalah tahapan pembuatan sabun kopi :


1. Minyak zaitun 235 gram, minyak kelapa 150 gram, minyak sawit 100 gram dan kopi 50 gram dicampur ke
dalam blender selama 5 menit
2. NaOH 74 gram dilarutkan ke dalam air sejuk/dingin 210 gram dalam wadah dari stainlees steel.
3. Larutan NaOH tersebut akan panas dan berwarna keputihan, selanjutnya dinginkan dalam suhu ruang
4. Larutan NaOH yang telah dingin dimasukan kedalam campuran belender hingga mengental dengan variasi
waktu pencampuran 15 dan 25 menit
5. Selanjutnya dimasukkan pengharum fragrance 10 cc kedalam blender dan putar blender selama 5 menit
6. Adonan yang sudah terbentuk dimasukan ke dalam cetakan dilakukan framming dengan variasi 3
hari, 5 hari, dan 7 hari.
7. Sabun dipotong-potong sesuai dengan bentuk yang diinginkan
Tabel 1 menjelaskan rerata hasil analisis kadar air pada sabun kopi berbeda nyata dengan perlakuan lama
pencampuran 15 menit, sedangkan pada perlakuan lama pencampuran 25 menit menunjukan berbeda nyata.
Rerata kadar air pada sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan lama pencampuran 15 menit
sebesar 27.59%, sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 35.52%, perlakuan waktu framing 5 hari dan
lama pencampuran 15 menit sebesar 29.27% sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 20.64%, perlakuan
waktu framming 7 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 27.70% sedangkan lama pencampuran 25 menit
sebesar 29.62%.
Kadar pH Sabun

Pada penelitian ini perlakuan pencampuran dengan waktu 25 menit dan waktu framing 3 hari yang menunjukan
kadar pH yang paling rendah dengan hasil kadar pH 10,29. Sabun dengan pH 9-10 mampu membersihkan kotoran
dari lapisan atas kulit dan melarutkannya dalam air pembilas, pada pencampuran yang lebih lama akan
meningkatkan kapasitas saponifikasi pH sabun akan cendrung menurun, semua minyak bereaksi secara sempurna,
karena residu NaOH semakin kecil, karena alkali telah bareaksi lebih sempurna dengan asam lemak pada minyak.
Kadar Lemak Sabun Kopi

Tabel 3 menjelaskan rerata hasil analisis kadar lemak pada Sabun Kopi berbeda nyata dengan perlakuan lama
pencampuran 15 menit, sedangkan pada perlakuan lama pencampuran 25 menit menunjukan berbeda nyata.
Rerata kandungan lemak pada sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan lama pencampuran
15 menit sebesar 0.48% sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 0.52%, perlakuan waktu framing 5 hari
dan lama pencampuran 15 menit sebesar 0.57% sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 0.49%, perlakuan
waktu framming 7 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 0.51% sedangkan lama pencampuran 25 menit
sebesar 0.41%.
Tingkat Keretakan Sabun

Ket :
1 = tidak ada keretakan,
2 = sedikit retak (kurang dari 3),
3 = retak,
4 = Keretakan
parah (lebih dari 2 mm). Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan adanya
perbedaan yang nyata pada taraf 5%.
Organoleptik Warna Sabun

Tabel 5 menjelaskan rerata hasil organoleptik warna pada sabun kopi perlakuan lama pencampuran 15 menit dan
25 menit menunjukan berbeda nyata. Rerata warna sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan
lama pencampuran 15 menit sebesar 3.30 (agak menarik) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.15
(menarik), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.90 (agak menarik)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.00 (menarik), perlakuan waktu framming 7 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 3.70 (menarik) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.30 (menarik).
Organoleptik Tekstur Sabun Kopi

Tabel 6 menjelaskan rerata hasil uji organoleptik tekstur sabun kopi perlakuan lama pencampuran 15 menit dan 25
menit menunjukan berbeda nyata. Rerata organoleptik tekstur sabun kopi dengan perlakuan lama waktu framming
3 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.75 (agak lunak) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar
3,85 (keras), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.95 (agak lunak)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.00 (keras) , perlakuan waktu framming 7 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 2.55 (lunak) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.20 (keras). Tekstur
pada sabun kopi sangat dipengaruhi oleh bahan dasar yang digunakan namun pada penelitian kali ini perlakuan
juga dapat berpengaruh pada tekstur sabun kopi, terkstur sabun kopi berbeda nyata , artinya semakin lama waktu
pencampuran dan waktu framing maka sabun akan semakin keras. Pada penelitian kali ini perlakuan pencampuran
dengan waktu 25 menit dan waktu framing 7 hari yang menunjukan tektur sabun kopi menjadi keras dengan hasil
tekstur 4.20.
Organoleptik Daya Berbusa Sabun Kopi

Tabel 7 menjelaskan rerata hasil uji organoleptik daya berbusa pada sabun kopi dengan perlakuan lama
pencampuran 15 menit dan 25 menit menunjukan berbeda nyata. Rerata organoleptik daya berbusa sabun kopi
dengan perlakuan lama waktu framming 3 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 2.85 (agak berbusa)
sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 4.05 (berbusa), perlakuan waktu framing 5 hari dan lama
pencampuran 15 menit sebesar 3.45 (agak berbusa) sedangkan lama pencampuran 25 menit sebesar 3.90 (berbusa)
, perlakuan waktu framming 7 hari dan lama pencampuran 15 menit sebesar 3.75 (berbusa) sedangkan lama
pencampuran 25 menit sebesar 4.10 (berbusa).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kandungan air sabun kopi berkisar 20,64% hingga 35,52%, kadar Ph berkisar 10,29%
hingga 11,40%, kandungan lemak berkisar 0,41% hingga 0,57%. Berdasarkan hasil rerata analisis keretakan pada
sabun kopi berkisar antara 1 hingga 2 (tidak ada keretakan dan sedikit retak). Berdasarkan hasil rerata analisis uji
organoleptik warna, tekstur dan daya berbusa sabun kopi menunjukan berbeda nyata. Nilai rerata analisis terhadap
warna sabun kopi berkisar 2,90 (agak menarik) hingga 4,30 (menarik), analisis tekstur berkisar 2,55 (lunak)
hingga 4,20 (keras), analisis daya berbusa berkisar 2,85 (agak berbusa) hingga 4,10 (berbusa).
1. Galuh
apa kegunaan uji iritasi pada sabun aroma therapy
2. Kartika Eka Paksi
Sabun yang cocok untuk kulit kering, dan bagaimana menambahkan kelembapam
kulit
3. Ivana
jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali naoh
dan koh
4. Lukman
Jelaskan bagaimana proses terjadinya saponisasi pada sabun
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo


, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai