Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PEMANFAATAN BAHAN ALAM SEBAGAI SABUN MANDI ALAMI

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sri Handayani

Oleh:

Setya Rahmah Matanari


NIM. 21328251033

1
LAPORAN
PRAKTIKUM DAN PROYEK KIMIA
PEMANFAATAN BAHAN ALAM SEBAGAI SABUN MANDI ALAMI

NAMA : SETYA RAHMAH MATANARI


NIM : 21328251033
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : JUM’AT/08 OKTOBER 2021
A. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan manfaat ekstrak bahan alam sebagai bahan aditif sabun
2. Melakukan identifikasi sifat-sifat fisik hasil reaksi penyabunan antara minyak nabati dengan
katalis NaOH
B. ALAT DAN BAHAN :
1. Alat
1) Gelas ukur
2) Gelas kimia
3) Spatula
4) Cetakan sabun
5) Pipet tetes
6) Batang pengaduk
2. Bahan
1) Minyak kelapa 50 mL
2) Minyak zaitun 50 mL
3) Minyak sawit 50 Ml
4) Larutan NaOH 30% 50 mL
5) Aloevera 3%
6) Indikator universal

1
C. CARA KERJA
a. Persiapan alat dan bahan pembuatan sabun
Minyak

dicampurkan minyak kelapa 50 mL, minyak zaitun 50 mL, dan minyak sawit 50 mL

Hasil

b. Senyawa minyak
ditambahkan larutan NaOH 3% sebanyak 50 mL

Hasil

c. Larutan minyak + NaOH


1) Diaduk merata kemudian ditambahkan alovera 3%
2) Ditambahkan pewarna
3) Ditambahkan pewangi
4) Diaduk perlahan
5) Dituang ke dalam cetakan sabun
6) Diamkan

Hasil diamati

1) pH diukur
2) Didiamkan selama 7 hari

Hasil

D. IDENTIFIKASI SIFAT FISIK DAN KIMIA BAHAN YANG DIGUNAKAN


Pemanfaatan bahan alam pembuatan sabun mandi alami
Bahan kimia Fasa Titik Titik Simbol Keterangan
didih (ºC) leleh (ºC) bahaya
Minyak cair 225 44 - Menghaluskan dan
kelapa melembabkan kulit dan
penghasil busa
Dapat menjaga
Minyak zaitun Cair 360 16,3 kelembapan sabun dan
-
kulit
Membuat sabun
Minyak sawit Cair 383 70 -
menjadi padat

NaOH Padat 1390 318 Menyebabkan iritasi

2
Aloevera -
Gel - - Sebagai antiseptik

Pewangi Memberikan aroma


Cair - - -
wangi pada sabun

Sebagai pelarut bubuk


Aquades Cair 100 0 - mika yang bersifat
polar
Pewarna mica Memberikan warna
Padat 1000 90 -
pada sabun

E. DATA
No. Pengamatan Data
1. Warna Biru
2. Perbandingan volume minyak Minyak kelapa : minyak zaitun : minyak sawit
(50 : 50 : 50) mL
3. Rendemen 100% tidak ada waste
4. pH Hari pertama 13, hari ke 2-7 11

F. PEMBAHASAN
Saponifikasi adalah reaksi sintesis sabun gliserin dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali
yang menghasilkan air dan garam karbonil. Pada praktikum ini, telah dilakukan saponifikasi dengan
memanfaatkan bahan alam dalam pembuatan sabun mandi alami. Tahap pertama dilakukan pengukuran
minyak kelapa dengan gelas ukur sebanyak 50 mL kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer,
selanjutnya minyak zaitun diukur dengan gelas ukur sebanyak 50 mL lalu dicampurkan ke dalam gelas
erlenmeyer yang berisi minyak kelapa. Langkah selanjutnya dilakukan pengukuran minyak sawit
dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 50 mL lalu dicampurkan dengan campuran minyak kelapa
dan minyal zaitun. NaOH 30% diukur sebanyak 50 mL kemudian dicampurkan dengan campuran
minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak sawit. Selanjutnya campuran keempat bahan itu diaduk
merata. Setelah tercampur dengan sempurna, kemudian dimasukkan aloe vera 30% sebanyak dua tetes
menggunakan pipet tetes lalu kembali daduk hingga merata. Setelah semua bahan tercampur sempurna,
tuangkan pewarna ke dalam campuran tersebut dengan volume tertentu secara perlahan-lahan sambil

3
diaduk dengan perlahan juga agar campuran bahan dan pewarna dapat tercampur dengan baik dan
kemudian ditambahkan pewangi.
Setelah semua bahan tercampur sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan sabun. Diamkan
campuran dalam cetakan sehingga reaksi penyabunan sempurna. pH sabun diukur dengan
menggunakan indikator universal. pH awal yang diperoleh pada pembuatan sabun ini adalah 13.
Setelah sabun mengeras dan sudah terbentuk, kemudian keluarkan dari cetakan sabun dan didiamkan
selama 30-40 Hri untuk memastikan sabun aman digunakan dan tidak ada sisa NaOH yang bereaksi.
Pengujian pH sabun menggunakan indikator universal, dalam percobaan ini dilakukan selama 7 hari
agar pH sabun aman dalam pemakaian. Cara menentukan pH sabun yang sudah mengeras yaitu, sabun
diiris tipis-tipis kemudian ditambahkan aquades untuk melarutkan sabun lalu diaduk merata. Setelah
terbentuk larutan sabun kemudian diuji pH dengan menggunakan indikator universal. pH sabun yang
diuji dari hari 2-7, dengan menggunakan indikator universal adalah 11.
Aloevera pada pembuatan sabun ini berperan sebagai antiseptik alami dalam sabun yang dapat
bekerja sebagai anti bakteri terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan negatif. Selain sebagai anti
bakteri, aloevera juga dapat melembutkan kulit. Kandungan dalam alovera yaitu saponin, tanin,
flavonoid dan trepenoid yang memiliki karakteristik sebagai pembersih dan antibakteri. Jumlah
aloevera yang digunakan dalam saponifikasi juga dapat mempertahankan kelembapan sabun yang
dihasilkan. Semakin banyak aloevera yang digunakan, maka semakin besar kemmpuan sabun untuk
mempertahankan kelembapannya.
NaOH yang digunakan pada proses pembuatan sabun berperan sebagai alkali bebas. Sabun dengan
kemampuan antiseptik terbaik adalah sabun yang mengandung kadar alkali bebas tidak lebih dari 0,1 %.
Kadar iritasi yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan iritasi kulit. Volume NaOH juga dapat
mempeengaruhi kekerasan sabun. Semakin banyan NaOH yang digunakan, maka semakin tinggi
kekerasan sabun yang dihasilkan. Konsentrasi NaOH yang memenuhi kriteria sabun mandi SNI yaitu
pada konsentrasi 35. Semua sabun merupakan hasil dari campuran beberapa minyak dan gliserin
sebagai bahan dasar. Penggunaan beberapa jenis minyak sebagai bahan utama dapat mempengaruhi
sifat sabun, seperti busa yang dihasilkan, kekerasan sabun, dan berpengaruh terhadap kulit.

4
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini, dapat disimpulkan, pembuatan sabun alami dengan memanfaatkan
bahan alami dapat menghasilkan sabun berwarna biru yang baik dan aman untuk digunakan dengan
bahan dasar yang mudah didapatkan. pH sabun alami hasil pembuatan ini yaitu 12 pada hari pertama
dan 11 pada hari ke 2-7. Pemanfaatan bahan alami dalam pembuatan sabun alami dapat menjadi
alternatif dalam peluang usaha dengan bahan dasar yang mudah didapatkan, harga terjangkau, ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan limbah dan menggunakan proses yang mudah.

H. DAFTAR PUSTAKA
Gusviputri, A., P.S, N. M., Aylianawati, & Indraswati, N. (n.d.). Pembuatan Sabun dengan Lidah
Buaya (Aoe Vera) sebgai antiseptik alami. 11–21.
Putra, E. P. D., Ismanto, S. D., & Silvy, D. (2019). Pengaruh Penggunaan Gel Lidah Buaya (Aloe Vera)
pada Pembuatan Sabun Cair dengan Pewangi Minyak Nilam (Patchouli Oil). Teknologi Pertanian
Andalas, 23(1), 10–18.
Sari, R., & Ferdinan, A. (2015). Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit Daun
Lidah Buaya Antibacterial Activity Assay of the Liquid Soap from the Extract of Aloe vera Leaf
Peel Abstrak. 4(3), 111–120.
Sukawaty, Y., Warnida, H., & Artha, A. V. (2016). Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Ekstrak
Etanol Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Bulbosa ( Mill.) Urb.). 13, 14–22.
Widyasanti, A., Junita, S., & Nurjannah, S. (2017). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia.
09(01), 10–16.

Anda mungkin juga menyukai