Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KOSMETOLOGI II PROGRAM STUDI S-1

FARMASI

KELOMPOK III

Sri Marianti 202001213P


Titik Aggraini 202001214P
Yeni Roslina 202001215P
Yansi Donna 202001216P
Lina Yulianawaty Susilo 202001217P
Deka Wahyu Kurniawan 202001218P

Dosen Pengampu:
Apt., Yovita Endah Lestari, M.Farm.

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2021

SABUN CAIR 
1. Tujuan 
a. Mahasiswa mampu merancang formula sediaan sabun cair 
b. Mahasiswa mampu membuat sediaan sabun cair 
c. Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap daya busa sabun cair 

2. Dasar Teori

Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat
dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis  panjang dengan  panjang
dengan jumlah atom jumlah atom C bervariasi, bervariasi, yaitu antara C12- C18 dan dan M
adalah kation dari kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984)
Sabun adalah garam logam dari asam lemak. - )ada prinsipnya prinsipnya sabun dibuat
dengan *ara mereaksikan mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi
penyabunan
- Reaksi pertama pertama
Lemak + NaOH---hidrolisa mendidih  Gliserol 0liserol + Asam lemak
- kedua
3RCOOH+NaOH --penyabunan  RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ujung ion. bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik
dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam
air. karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun setara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. namun sabun mudah tersuspensi dalam air  karena
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (56-150) molekul sabun yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak  sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun.
pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti
tetesan-tetes seperti tetesan-tetesan minyak. kedua, ujung anion molekul anion molekul
sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang
menyembul dari tetesan minyak lain. karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-
minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Sabun termasuk termasuk dalam kelas umum senyawa senyawa yang disebut disebut
surfaktan, surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air.
Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau
lebih) dan suatu ujung hidrofilik. porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif.
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang
aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil sabun alkil natrium karboksilat disebut zat aktif
anion. gugus RCOO mempunyai sifat ganda, gugus alkil R   bersifat  bersifat hidrofob
hidrofob (menolak (menolak air) sedangkan sedangkan gugus karboksilat karboksilat RCOO
bersifat hidrofil.  

3. Percobaan 
3.1. Bahan : 
Untuk membuat 100 ml sabun cair
Bahan Jumlah Fungsi

Aquades Ad 100 Sebagai pelarut

Na Lauril Sulfat 1g Sebagai surfaktan anionik

Cocamide DEA 1g Sebagai penstabil busa

Gliserin 25% Sebagai pelembab kulit

Metil Paraben 0,2% Sebagai pengawet dan anti mikroba

Asam Sitrat 4,6 gram Mengangkat lemak & minyak

NaCl Meningkatkan kekentalan sabun


qs
cair

Esensial Oil qs Sebagai pewangi

Vitamin E 1 Menutrisi kulit

Pewarna Yellow qs Memberikan warna kuning

KOH 16 g Sebagai pereaksi alkali

3.2. Alat : 
- Timbangan elektrik 
- Batang pengaduk 
- Beaker glass 
- Kertas perkamen 
- Sendok tanduk 
- Pipet tetes 
- Gelas arloji 
- Mortir 
- Stamper 
- Wadah sabun cair 

3.3.Prosedur kerja

Timbang semua bahan yang dibutuhkan


Campurkan KOH dengan Na Lauril Sulfat cair dengan ditambah aquadest hingga Na Lauril
Sulfat terlarut semua  didalam air (Campuran A). 

Campurkan Cocamide DEA, gliserin, Madu dan Metil Paraben


(Campuran B).

Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen.

Tambahkan Asam Sitrat 10%


Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit hingga mengental dan diaduk dengan konstan. g.
Tambahkan esensial oil dan vitamin E ditambah pewarna dan pewangi

Dikemas didalam botol dan diberi label. 

3.4. EVALUASI
Replikasi Organoleptis pH Viskositas Homogenitas

3.4. Pembahasan
Safonifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan
hasil samping berupa gliserol. Dalam pembuatan sabun cair diperlukan adanya penambahan
KOH, Kegunaan KOH dalam pembuatan sabun cair yaitu membantu proses saponifikasi dan
mempengaruhi karakteristik mutu sabun di antaranya kadar asam lemak bebas dan alkali
bebas. Kadar asam lemak bebas dan alkali bebas yang tinggi menyebabkan iritasi pada kulit
(Naomi dkk, 2013).
pada praktikum kali ini membuat sediaan sabun cair. larutan alkali yang biasa
digunakan pada sabun keras adalah natrium hidroksida NaOH dan alkali yang biasa digunakn
pada sabun lunak adalah kalium Hidroksida (KOH).
Sediaan sabun cair yang dibuat tidak menggunakan zat aktif, melainkan hanya
menggunakan zat tambahan yang akan dijadikan base sabun cair. formula yang digunakan
adalah, gliserin, KOH,Vitamin E,NaCl, asam stearat, Na lauril sulfat, esensial oil, pewarna,
cocamide DEA dan aquadest. KOH merupakan alkali yang dapat digunakan sebagai bahan
pembuat  pembuat sbun cair yang dapat digunakan digunakan sebagai sebagai bahan
pembuat pembuat sabun cair  sehingga sabun berbusa. NaCl berfungsi sebagai pensuspensi
sediaan sabun cair  dan asam stearat berfungsi sebagai pengemulsi dan pelicin sediaan
sabun.  Na.lauril sulfat berfungsi untuk membantu membantu aksi agen  polishing, serta vit
E  berfungsi untuk mengatasi kekusaman kulit, Gliserin sebagai pelembab kulit, cocmide DEA
berfungsi sebagai penstabil busa, metil paraben sebagai pengawet, esensial oil sebagai
pewangi, dan aquadest sebagai pelarut.
Sediaan sabun cair dibuat pertama dengan Campurkan KOH dengan Na Lauril Sulfat
cair dengan ditambah aquadest hingga Na Lauril Sulfat terlarut semua  didalam air
(Campuran A), kemudian Campurkan Cocamide DEA, gliserin, Madu dan Metil Paraben
(Campuran B). Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen.lalu Tambahkan Asam
Sitrat, Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit hingga mengental dan diaduk dengan konstan.
g. Tambahkan esensial oil dan vitamin E ditambah pewarna dan pewangi, lalu yang terakhir
Dikemas didalam botol dan diberi label.
Setelah sediaan sabun cair selesai diformulasi, selanjutnya dilakukan evaluasi yang
mencakup uji organoleptis dengan mengamati bentuk, bau, dan bentuk, bau, dan warna
dari sediaan,pH,Viskositas, Homogenitas

3.5 KESIMPULAN
Sediaan sabun cair yang dibuat tidak menggunakan zat aktif, melainkan hanya
menggunakan zat tambahan yang akan dijadikan base sabun cair. formula yang digunakan
adalah, gliserin, KOH,Vitamin E,NaCl, asam stearat, Na lauril sulfat, esensial oil, pewarna,
cocamide DEA dan aquadest.
Setelah sediaan sabun cair selesai diformulasi, selanjutnya dilakukan evaluasi yang
mencakup uji organoleptis dengan mengamati bentuk, bau, dan bentuk, bau, dan warna
dari sediaan, pH,Viskositas, Homogenitas

PERCOBAAN IV SHAMPOO

4.1 Tujuan

a. Mahasiswa mampu merancang formula sediaan shampoo

b. Mahasiswa mampu membuat sediaan shampoo

c. Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap sifat kimia sediaan shampoo

4.2 Dasar Teori

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala
macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang sudah mati dan sebagainya
(Latifah. F, 2007).

Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung sufkatan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada
rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai (Wikipedia,2011)

Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan bahan yang berfungsi sebagai
surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity modifier, dan
pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana
kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan peran yang spesifik
(Mottram, 2000)

Shampo basah adalah semua jenis shampo dimana penggunaanya memerlukan air,
baik sebagai pencampurannya maupun dalam pembilasannya. Dalam pemakaian shampo
untuk pencucian rambut, terlebih dahulu harus diperhatikan jenis rambut, sehingga shampo
yang terpilih dan dipakai betul-betul sesuai dan cocok. Adapun shampo basah yang lazim
dipergunakan dapat berbentuk krim, liquid, ataupun powder (Mottram, 2000).
Semua jenis shampo yang pemakaiannya tidak menggunakan air adalah tergolong
shampo kering. Shampo kering biasanya banyak digunakan dirumah sakit untuk merawat
orang sakit. Pemakaian shampo kering hanya diusapkan diseluruh rambut, kemudian
rambut disikat sehingga kotoran larut bersama shampoo (Mottram, 2000).

Vitamin E (Tokoferol) terkadang disebut vitamin enchephalomasia, faktor anti


sterilitas, vitamin reproduktif, sterilamin, vitamin kesuburan dan faktor x ( Andrawulan dan
Koswaa, 1989

4.3. Bahan dan Alat

4.3.1. Bahan

Untuk sediaan 100 ml

NAMA BAHAN KADAR FUNGSI


Aquades Ad 100 ml Pelarut
Na Lauril Sulfat 2% Surfaktan
Cocamide DEA 6% Meningkatkan busa dan memperbaiki
kondisi rambut
Gliserin 1% Pelembab
Metil Paraben 0,2% Pengawet
NaCl 0,5% Pelarut
Essential oil 0,25% Pewangi
Vitamin E 1% Rambut berkilau, memperlambat
penuaan rambut, menstimulasi rambut
tumbuh dengan lebat, memperbaiki
rambut bercabang
Asam salisilat 2% Keratolitik

4.3.2. Alat

- Timbangan elektrik

- Batang pengaduk

- Beaker glass

- Kertas perkamen

- Sendok tanduk
- Pipet tetes

- Gelas arloji

- Mortir

- Stamper

4.3.3. Cara Kerja

Timbang semua bahan yang dibutuhkan

Campurkan Aquadest dengan Na Lauril Sulfat cair hingga Na Lauril Sulfat terlarut

semua didalam air (Fase A).

Campurkan Cocamide DEA, gliserin dan Metil Paraben (Fase B).

Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen.

Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit hingga mengental dan diaduk dengan
konstan.

Tambahkan esensial oil dan vitamin E

Dikemas didalam botol dan diberi label


4.3.4 Evaluasi Sediaan

Replikas Organoleptis pH Viskositas Homogenitas


i
1
2
3

4.3.5 Pembahasan

Pengertian ilmiah shampo adalah sediaan yang mengandung sufkatan dalam bentuk
yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada
rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si
pemakai

Pada praktikum ini formulasi yang digunakan adalah Aquades, Na Lauril Sulfat,
Cocamide DEA, Gliserin, Metil Paraben, NaCl, Essential oil, Vitamin E, Asam salisilat. Aquades
berfunsi sebagai pelarut, Na Lauril sulfat berfungsi sebagai Surfaktan, Cocamide DEA
berfungsi sebagai Meningkatkan busa dan memperbaiki kondisi rambut, Gliserin sebaagai
pelembab, Metil Paraben sebagai pengawet sediaan, Essential oil sebagai pewangi, vitamin
E membuat Rambut berkilau, memperlambat penuaan rambut, menstimulasi rambut, dan
asam salisilat sebagai keratolitik

Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran


dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang
baik. Hal pertama yang harus dilakukan adalah Timbang semua bahan yang dibutuhkan, lalu
Campurkan Aquadest dengan Na Lauril Sulfat cair hingga Na Lauril Sulfat terlarut semua
didalam air (Fase A), Campurkan Cocamide DEA, gliserin dan Metil Paraben (Fase B),
Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen, Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit
hingga mengental dan diaduk dengan konstan, Tambahkan esensial oil dan vitamin E,
Dikemas didalam botol dan diberi label

Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH,
homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik
produk.
4.3.6 KESIMPULAN

Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala dari segala
macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang sudah mati dan sebagainya

Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran


dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang
baik.
Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH,
homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik
produk.

DAFTAR PUSTAKA
Anies, Moh. Ilmu Meracik Meracik Obat .yogyakarta gadjah Mada universitas press

Departemen kesehatan Republik indonesia . Farmakope  Farmakope Indonesia Indonesia Edisi  III .
Jakarta dekpes RI

Departemen kesehatan Republik Indonesia . Farmakope  Farmakope Indonesia Indonesia Edisi  IV .
jakarta Dekpes RI

Dr. Retno Iswari. Buku Pegangan Ilmu  Pengetahuan Kosmetik . jakarta. gramedia pustaka Utama

Sjarif M. Hasitaatmadja.  Penuntun  Penuntun Ilmu Kosmetik Kosmetik Medik penerbit universitas


Indonesia.jakarta

Anda mungkin juga menyukai