Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam lemak.
Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa
karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses
safonifikasi. Yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam
kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH dan
KOH. Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun. Namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun
yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan
sabun yang dibuat menggunakan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat
(NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang
dibuat dengan alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah
yaitu 8,0 sampai 9,5. Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alcohol,
larutan gula, gliserin, untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun, gliserin
baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit.
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi
yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakanya berkilau
jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa
(opaque) dan sabun translucent. Sabun tranparan yang menarik, mewah dan
berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatf lebih
mahal.
Adapun aplikasi sabun transparan pada saat ini mulai berkembang pesat,
penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Di
negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu
mencuci. Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang
2

sangat dibutuhkan masyarakat, maka perlu adanya percobaan untuk bisa


dikembangkan selanjutnya dalam skala industri yang lebih besar
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana reaksi dalam
proses pembuatan sabun transparan serta rendemen sabun transparan dari hasil
percobaan.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk memahami reaksi penyabunan
dan membuat sabun batangan.
1.4 Ruang Lingkup
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode saponifikasi,
dengan menggunakan bahan asam stearat, etanol, gliserin, minyak, natrium
hidroksida, pewangi, pewarna, dan sukrosa. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses FT. UNTIRTA
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SABUN

Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani.
Sabun mandi merupakan sabun natrium yang pada umumnya ditambah zat
pewangi atau antiseptik, digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan
tidak berbahaya bagi kesehatan (SNI, 1994).

Sabun dibedakan atas tiga macam, yaitu sabun tidak transparan (opaque),
sabun transparan, dan sabun agak transparan(translucent). Ketiga jenis sabun ini
dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya.Sabun opaque adalah jenis
sabun yang biasa digunakan sehari-hari.Sabun transparan adalah sabun yang
penampakannya lebih berkilau dan lebih bening, sehingga sisi belakang
sabunterlihat dari sisi depannya.Sabun translucent dan sabun transparan hampir
sama, hanya penampakannya berbeda. Sabun translucent tampak cerah dan
tembus cahaya, tetapi tidak terlalu bening dan agak berkabut (Hambali dkk,
2005).

Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum
oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga
sebagai alat pembersih dan pencuci. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun
juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun.Zat-zat tersebut dapat
menimbulkan efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi


asam lemak dan glisrol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya
4

digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH


(kalium/potasium hidroksida).Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau
kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.(Bunta,2013)

2.2 PROSES PEMBUATAN SABUN

Sabun Transparan adalah sabun yang dibuat dengan teknik khusus dengan
menghilangkan kandungan alkali di dalamnya.Sabun transparan ini lebih unggul
daripada sabun mandi biasa, selain dari tampilannya yang transparan
(transparent) yang menawan, sabun ini sangat lembut di kulit dan dapat
melembabkan kulit. (Priani dan Lukmayani, 2010).

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah


reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun
dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai


produk utama dan gliserin sebagai produk samping.Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual.Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.
5

Faktor lain yang mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan gula,


dan glyserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal
yang paling essensial adalah kualitas gula, dan glyserin. Oleh karena itu
pemilihan material mempertimbangkan dengan warna dan kemurniannya.
Parfum berperan penting dalam warna sabun seperti adanya tincture, balsam dan
yang digunakan agar sabun menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat
menjadikan spotting ( bintik hitam ). Apabila sabun sengaja diwarna, dipilih
pewarna yang tahan alkali.Air distilasi adalah air terbaik untuk sabun transparan
glyserin dipilih yang murni.Untuk minyak dan lemak digunakan yang asam
lemak bebas rendah dan warna yang baik. Penambahan glyserin atau gula yang
banyak menyebabkan sabun menjadi lengket dan manis, oleh karena itu
mengotori pembungkus. Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah
metode yang umum digunakan :

a.Transparan karena gula.

b.Transparan karena glyserin dan energy.

c.Dimana a dan b digabung dengan menggunakan minyak castor.

d.Transparansi karena asam lemak dalam sabun dan seberapa kali sabun
dimill.

Dengan metode pertama, kandungan minyak kelapa sedikitnya adalah 25 %,


lemak yang lain adalah tallow atau lemak apa saja yang dapat menjadikan sabun
keras. Sabun dididihkan dan dimasak seperti biasanya lalu dimasukkan dalam
pengaduk untuk dicampur dalam larutan yang mengandung 10 – 20 % gula
sesuai berat sabun.Gula dilarutkan dalam air dan larutan dipanasi sampai 600C
kemudian perlahan – lahan ditambahkan dalam sabun.Manakala air menguap,
sabun jenis tersebut menunjukkan bintik – bintik dan menjadi lengket karena
gula menembus permukaan larutan.
6

Sabun transparan dari kategori yang kedua dapat disaponifikasikan


sebagaimana biasanya dan dibuat dari sabun mandi dasar. Sabun dimasukkan
dalam mixer dan dicampur 96 % dengan perbandingan satu bagian dalam dua
bagian total asam lemak dalam sabun, bersama glyserin dengan proporsi yang
sama.

Metode yang ketiga minyak castor sendiri digunakan untuk membuat sabun
atau lebih dari sepertiga lemak dapat ditambah utnuk setiap sabun dasar
diatas.Jika minyak castor yang digunakan hanya perlu 2 % atau 3 % gula.

Metode yang terkhir kombinasi dari tallow (lemak) 75 % , minyak kelapa


20% , rosin jernih 5 %. Selanjutnya dengan proses saponifikasi dan perampungan
dengan cara pemanasan. Sabun selanjutnya dimasukkan dalam ketel berjaket dan
diolah sesuai dengan pemanasan sempurna.

Kebanyakan sabun transparan dibuat dengan cara semi panas, metodenya


lebih sederhana dan mudah. Langkah awalnya adalah memasukkan lemak dan
minyak dalam ketel, dipanasi sampai 600C.Sabun scrap yang sudah dibuat dapat
dicairkan dalam lemak yang panas jika diinginkan. Ditambahkan larutan soda
yang sudah dibuat. Masa diaduk sampai terjadi proses saponifikasi. Setelah itu
sabun ditutup dan dibiarkan selama 2 jam atau sampai pada tengahnya ada
tonjolan. Kemudian larutan gula dimasukkan dan akhirnya dan glyserin.
Temperatur dari massa dinaikkan sampai 600 C.

Saponifikasi adalah reaksihidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah


(misalnya NaOH).Sabun terutama mengandung c12 dan c16 selain itu juga
mengandung asam karboksilat. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud,
sabun cair dan sabun padat.Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah
alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.Sabun padat menggunakan
natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan
kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.Selain itu, jenis minyak yang digunakan
7

juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan


menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang,
dan minyak biji katun.

2.3 MACAM-MACAM SABUN

2.3.1. Sabun berdasarkan Jenis dan Fungsi

A. Transparant Soap

Sabun‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih dan cenderung


memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut
karena mempunyai sifat sukar mengering.

B.Castile Soap

Sabun yang memakai nama suatu daerah di Spanyol ini


memakai olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman
dikonsumsi karena tidak memakai lemak hewani sama sekali.

C.Deodorant Soap

Sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilang


aroma tak sedap pada bagian tubuh.Tidak dianjurkan
digunakan untuk kulit wajah karena memiliki kandungan yang
cukup keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.

D.Acne Soap

Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada


jerawat.Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit
kering Bila pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan
8

produk anti-acne lain maka kulit akan sangat teriritasi, sehingga


akan lebih baik jika Anda memberi pelembab atau clarning
lotion setelah menggunakan Acne Soap.

E.Cosmetic Soap atau Bar Cleanser

Sabun ini biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan.Harganya


jauh lebih mahal dari sabun-sabun biasa karena di dalamnya
terdapat formula khusus seperti pemutih.Cosmetic
soapbiasanya memfokuskan formulanya untuk memberi hasil
tertentu, seperti pada whitening facial soap dan firming facial
soap.

F. Superfatted Soap

Sabun ini memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak


sehingga membuat terasa lembut dan kenyal.Sabun ini sangat
cocok digunakan untuk kulit kering karena dalamnya terdapat
kandungan gliserin, petroleurn dan beeswax yang dapat
melindungi mencegah kulit dan iritasi dan jerawat.

G. Oatmeal Soap

Dari hasil penelitian, gandum mempunyai kandungan anti


iritasi. Dibandingkan sabunlain, sabun gandum ini lebih baik
dalam menyerap minyak menghaluskan kulit kering dan
sensitif.

H. Natural Soap
9

Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti vitamin, ekstrak
buah, minyak nabati, ekstrak bunga, aloe vera dan essential oil.Cocok untuk semua
jenis kulit dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil (ITS).

2.3.2 Sabun Berdasarkan wujudnya

A. Sabun cair,

Sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai


alkali

B. Sabun padat

Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik


(NaOH) Selain itu, Minyak kelapa akan menghasilkan sabun
yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang,
dan minyak biji katun.

2.4 BAHAN PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

2.4.1 Bahan utama

1. VCO

Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni terbuat dari daging
kelapa segar. Prosesnya semua dilakukan dalam suhu relatif rendah.
Daging buah diperas santannya. Santan ini diproses lebih lanjut
melalui pemanasan dengan suhu relatif rendah, fermentasi,
pendinginan, penambahan enzim, tekanan mekanis atau sentrifugasi.
10

a) Metode Pembuatan VCO

Beberapa metode pembuatan minyak VCO yaitu:

1) Pembuatan minyak VCO dengan metode tradisional

Pembuatan VCO dengan metode ini yaitu dengan cara


dipanaskan seperti membuat minyak kelapa biasa dengan
memanaskan suhu diatas 1000C (100-1100C) yaitu air diuapkan,
minyak dan proteinnya dipanaskan menerus hingga protein
berwujud kerak. Kekurangan dari metode ini yaitu minyak VCO
berwarna kuning, kelebihannya tidak dibutuhkan bahan
tambahan.

2) Pembuatan minyak VCO dengan metode pemanasan bertahap.

Tahap awal dalam pembuatan dengan metode ini yaitu


pembuatan santan kelapa. Santan yang diperoleh kemudian
didiamkan selama 1,5jam sehingga terjadi pemisahan santan
menjadi 2 lapisan, lapisan atas berupa kanil/krim (kelapa santan),
lapisan bawah berupa skim (air dan protein). Kemudian
memanaskan krim dengan suhu 55-700C selama ±8jam.
Kemudian mengambil minyaknya. Kekurangannya adalah
waktunya lama, harus kontrol suhu dan boros bahan bakar
dan(ganti agar dan tdk terulang) tenaga. Kelebihannya yaitu
VCO yang dihasilkan murni dengan rendemen 50%.

3) Pembuatan minyak VCO dengan metode enzimatis


11

Metode ini menggunakan enzim. Enzim yang digunakan


yaitu: papain (daun, getah, & buah pepaya), bromelin (dari buah
nanas), kepiting sungai (dagingnya). Kelebihan dari metode ini
tidak membutuhkan tenaga yang banyak, kekurangannya adalah
membutuhkan waktu yang lama (24 jam).

4) Pembuatan minyak VCO dengan metode sentrifugasi

Tahap awal dalam pembuatan dengan metode ini yaitu


pembuatan santan kelapa. Santan yang diperoleh kemudian
didiamkan selama 1,5 jam sehingga terjadi pemisahan santan
menjadi 2 lapisan, lapisan atas berupa kanil/krim (kelapa santan),
lapisan bawah berupa skim (air dan protein). Krim yang didapat
dimasukkan kedalam kuvet-kuvet kemudian ke sentrivius.
Menggunakan alat sentrivius karena dapat memecah ikatan
lemak karena kecepatan putarannya cepat (20000 rpm).
Kekurangan dari alat ini adalah mahal harganya.

5) Pembuatan minyak VCO dengan metode pengasaman

Tahap awal dalam pembuatan dengan metode ini yaitu


pembuatan santan kelapa. Santan yang diperoleh kemudian
didiamkan selama 1,5 jam sehingga terjadi pemisahan santan
menjadi 2 lapisan, lapisan atas berupa kanil /krim(kelapa santan),
lapisan bawah berupa skim (air dan protein). Tambahkan asam
asetat kedalam krim santan yang telah dipisahkan. Sehingga
terbentuk 3 lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak, tengah
berupa blondo dan bawah berupa air. Untuk mendapatkan hasil
yang efisien dalam pembuatan minyak VCO dengan metode ini
perlu memperhatikan faktor suhu dan umur daging kelapa.
12

6) Pembuatan minyak VCO dengan metode pancingan

Tahap awal dalam pembuatan dengan metode ini yaitu


pembuatan santan kelapa.santan yang diperoleh kemudian
didiamkan selama 1,5 jam sehingga terjadi pemisahan santan
menjadi 2 lapisan, lapisan atas berupa kanil/krim, lapisan bawah
berupa skim. Setelah dipisahkan antara krim santan dan air/skim,
tambahkan minyak pemancing ke dalam krim santan dengan
perbandingan 1:3. Penambahan minyak pancingan ini berfungsi
untuk merusak kestabilan emulsi krim santan, sehingga terbentuk
3 lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak, tengah berupa blondo
dan bawah berupa air.

7) Pembuatan minyak VCO dengan metode pendiaman

Pembuatan VCO dengan metode ini, minyak yang


dihasilkan kurang efisien dan kurang banyak, karena proses
pembuatannya hanya dilakukan dengan cara didiamkan serta
tidak ada zat atau unsur lain yang membantu dalam proses
pembuatan minyak seperti pada metode pengasaman dan
pancingan. Penambahan zat kimiawi anorganis dan pelarut kimia
tidak dipakai serta pemakaian suhu tinggi berlebihan juga tidak
diterapkan. Hasilnya berupa minyak kelapa murni yang rasanya
lembut dan bau khas kelapa yang unik. Apabila beku warnanya
putih murni dan dalam keadaan cair tidak berwarna atau bening.

2. Natrium Hidroksida ( NaOH )


13

Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik


atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan
mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat
cepat menyerap kelembapan. Natrium hidroksida bereaksi dengan
minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi.

2.4.2 Bahan Pendukung

1.Asam Stearat

Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18)


yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara
atom karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan.
Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk
mengeraskan dan menstabilkan busa.

2.Etanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna,


merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol
pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

3.Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak


nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin
merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada
kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban
tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin
berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

4.Natrium Klorida (NaCl)


14

Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih,


tidak berwarna dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl
selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan
konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada
kahir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang
selama proses pemanasan.

5.Gula Pasir

Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun


transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya
transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun.

6.Asam Sitrat

Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai


agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu
oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak
akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai
pengawet dan pengatur pH.

7.Pewarna

Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk


menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna
yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grade.

8.Pewangi

Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk


memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering
digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum
15

dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-


lain).

2.5 STANDAR KUALITAS SABUN TRANSPARAN

Informasi BB Pascapanen menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa


adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (free fatty
acid/FFA), nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.

Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam


formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang
menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan,
akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.

Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa
pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam
rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun
akan semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.

2.6 MANFAAT SABUN TRANSPARAN

Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan,


bekerja dengan bantuan air.Sedangkan surfaktan merupakan singkatan dari
surface active agents, bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan
dan di antaramuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) sehingga mempermudah
penyebaran dan pemerataan.

Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic


yang panjang.Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung
16

pada jenis sabun tersebut.Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun
keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada
sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Sabun berfungsi untuk
mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya.
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali
dengan membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa
lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini
teknologi sabun telah berkembang pesat.Sabun dengan jenis dan bentuk yang
bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran seperti sabun mandi dan
sabun cuci, baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabun yang digunakan dalam industri.
17

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 DIAGRAM ALIR


Prosedur percobaan sabun transparan dapat igambakan melalui diagram alir
dibawah ini :

Beakerglass 400 mL
17, 5 gr asam stearate

50 mL minyak Melelehkan diatas hotplate dengan suhu


600c

NaOH Mengaduk dengan stirer

30 mL etanol 96% Memanaskan dan Mengaduk dengan


suhu 700c Sampai terbentuk larutan
6 mL gliserin semipadat

Larutan Sukrosa

Memanaskan diatas hotplate

Pewarna Mematikan pengontrol suhu


Pewangi

Menuangkan sabun dalam


cetakan
18

Mendinginkan sabun selama 24 jam sampai


mengeras

Mengeluarkan sabun dari


cetakan

Menguji mutu sabun

Gambar 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan sabun transparan
adalah sebagai berikut :
a. Batang pengaduk
b. Beaker glass
c. Botol aquades
d. Cetakan sabun
e. Erlenmeyer
f. Gelas arloji
g. Gelas ukur
h. Hotplate
i. Magnetic stirer
j. Pipet tetes
k. Spatula

3.2.2 BAHAN
19

Bahan yang digunakan dalam percobaan sabun transparan adalah


sebagai berikut :
a. Aquades
b. 17,5 gr asam stearat
c. 30 mL etanol 96%
d. 6 mL gliserin
e. 50 mL minyak
f. Natrium hidroksida (NaOH)
g. Pewangi
h. Pewarna
i. Sukrosa

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur percobaan sabun transparan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu yang
pertama adalah menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
yaitu menimbang 17,5 gr asam stearat kemudian menimbang 8 gr NaOH dan
melarutkannya dengan 25 mL aquades. Selanjutnya, menyiapkan 50 mL minyak,
30 mL etamol 96%, serta 6 mL gliserin. Berikutnya menimbang 25 gram sukrosa
dan melarutkan dalam 25 mL aquades diatas penangas air.
Prosedur percobaan yang kedua adalah proses pembuatan sabun
transparan. Langkah yang dilakukan yaitu melelehkan 17,5 gram asam stearat di
dalam beaker glass 400 mL diatas hotplate (usahakan suhu konstan). Selama
proses pemanasan berlangsung, mengaduk campuran dengan magnetik stirer
dengan kecepatan sedang dan menambahkan 50 mL minyak sedikit demi sedikit
kedalam lelehan asam stearat. Memasukkan 8 gram NaOH,30 mL etanol 96%,
gliserin dan larutan sukrosa sambil terus mengaduk pada suhu 700c hingga larutan
membentuk campuran yang homogen (semipadat).campuran diperhatikan jangan
sampai meluap. Jika meluap, maka mengeluarkan wadah sejenak dari hotplate.
Jika campuran sudah memenuhi syarat (bercampur secara homogen) maka langkah
berikutnya adalah mematikan pengontrol suhu dan menambahkan pewarna serta
pewangi saat suhunya sudah turun menjadi 400c. Kemudian menuangkan
campuran kedalam cetakan lalu mendiamkan campuran selama 24 jam hingga
mengeras. Langkah terakhir adalah mengeluarkan sabun yang sudah mengeras dari
cetakan.
Prosedur percobaan yang ketiga adalah menguji transparansi sabun
menggunakan indra penglihatan langsung serta menguji kekerasan sabun dengan
20

memegang dan menekan sabun dengan tangan. Setelah itu mengukur pH sabun
yang dilarutkan dalam air menggunakan indikator universal.

3.4 GAMBAR ALAT

Gambar 2. Proses saponifikasi

Keterangan Gambar:
A : Hot Plate
B : Gelas Beker
C : Termometer

3.5 VARIABEL PERCOBAAN


Variabel dalam percobaan ini dibagi menjadi 2 yaitu variabel bebas dan
variabel tetap. Variabel bebasnya adalah lamanya waktu pemanasan. Sedangkan
variabel tetapnya adalah ukuran volume pada bahan yang digunakan dan jumlah tetes
pada pewarna dan pewangi.
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 1. Data Pengamatan
No. Data Pengamatan Hasil
1. Massa Sabun 32,5 gr
2. pH 10
3. % yield 0,67%

4.2 Pembahasan

Reaksi pembuatan sabun transparan disebut sebagai reaksi Saponifikasi.


Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi antara minyak atau lemak dan alkali yang
menghasilkan produk utama sabun dan hasil samping berupa gliserol.Disebut lemak
jika pada suhu ruang dia berbentuk padat dan disebut minyak jika pada suhu kamar
berbentuk cair. Minyak atau lemak biasanya disebut trigliserida. Trigliserida terdiri
dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol . Pada praktikum kali ini
trigliserida yang digunakan berasal dari minyak atau lemak nabati yaitu minyak
kelapa sawit (minyak sayur).

Alkali yang biasa digunakan pada saponifikasi merupakan basa anorganik


yang bersifat water soluble (NaOH atau KOH). Penggunaan alkali dari NaOH akan
dihasilkan sabun keras sedangkan alkali dari KOH akan dihasilkan sabun cair. Jadi,
penggunaan alkali pada saponifikasi sesuai dengan produk sabun yang diinginkan.
22

Pada praktikum ini, digunakan alkali dari NaOH untuk mendapatkan produk sabun
keras.

Gambar 3. Asam Stearat yang dilelehkan


Tahapan awal dilakukan dengan melarutkan asam stearat. Asam stearat
merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak
memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Pada proses pembuatan sabun,
asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Pelelehan asam
stearat terleih dahulu mengikuti metode hambali e,t al (2005).
23

Gambar 4. Asam Stearat setelah ditambahkan minyak


Kemudian minyak sebanyak 50 mL ditambahkan dan NaOH ke dalam 25 mL
air mendidih yang kemudian ditambahkan kedalam gelas beker berisi minyak yang
dipanaskan pada suhu 600C dengan terus dilakukan pengadukan.

Gambar 5. Campuran bahan pembuatan sabun


Pengadukan dalam proses pembuatan sabun mandi harus terus dilakukan agar
bahan-bahan dapat tercampur secara sempurna. Pengadukan tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, karena semakin cepat pengadukan, busa yang terbentuk saat proses
pembuatan semakin banyak. Hal ini berdampak terhadap penyusutan produk akhir.
Pada percobaan ini penambahan etanol dilakukan pada saat pemanasan
mengakibtakan etanol mudah menguap sehingga fungsi etanol sebagai pelarut
berkurang, ditandai dengan masih menggumpalnya NaOH dalam larutan.
Penambahan etanol dibarengi dengan penambahan gliserin dan glukosa, prosesnya
harus dilakukan dengan cepat mengingat etanol mudah menguap sehingga jika tidak
cepat dilakukan larutan tidak akan tercampur dengan baik dan tidak akan didapatkan
hasil sabun transparan, karena terkontaminasinya hasil sabun dengan gliserin yang
tidak rata selama proses pengadukan.
24

Gambar 6. Hasil akhir sabun transparan


Formula sabun transparan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam
stearat 25 mL, minyak sebanyak 60 mL NaOH sebanyak 25 mL sementara bahan lain
yang tidak diubah kuantitasnya. Menghasilkan sabun transparan seberat 32,5 gram
dari seluruh berat sabun (transparan dan gliserin) seberat 152 gram. Bagian yang
berhasil transparan hanya 20% bagian karena terlalu banyak minyak yang digunakan
sehingga saat pengadukan busa banyak dihasilkan sehingga produk sabun transparan
hanya sedikit. Selain itu, kuantitas gliserin dibuat tetap 25 mL membuat sabun kurang
terlihat transparan. Sabun yang dihasilkan memiliki sifat basa dengan pH = 10 dan
sabun berbusa cukup banyak karena pengaruh minyak yang digunakan serta sabun
yang telah dingin teksturnya keras karena digunakan alkali berupa NaOH.
25

Anda mungkin juga menyukai