Oleh :
Rafif Sakhi Indratma
2141420006
Dosen Pengampu :
Khalimatus Sa’diyah, S.T., M.T
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air yang menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat
basa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa
ini tidak akan terjadi pada air sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-
garam Mg atau Ca dalam air mengendap. Sabun mempunyai sifat membersihkan,
sifat ini disebabkan proses kimia koloid. Sabun (garam natrium dari asam lemak)
digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan
non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air (Achmad, 2004).
Sifat fisik sabun dipengaruhi oleh jumlah asam lemak dan kadar asam lemak
bebas/alkali bebas pada sabun. Asam lemak merupakan salah satu komponen
penting dalam pembentukan bilangan penyabunan dan menentukan tingkat
kehalusan dari sabun yang dihasilkan (Fahmi, 2008). Untuk membuat sabun yang
baik diperlukan beberapa bahan pendukung seperti basa kuat dan surfaktan.
Surfaktan adalah suatu zat menurunkan tegangan permukaan air. Prinsip tersebut
yang menyebabkan sabun memiliki daya pembersih (Sinatrya, 2009). Surfaktan
juga dapat menentukan tingkat kehalusan dari sabun yang dihasilkan. Surfaktan
sendiri memiliki banyak jenis seperti, surfaktan anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik (Fahmi, 2008).
Sifat mutu yang paling penting pada sabun adalah total asam lemak, asam lemak
bebas, dan alkali bebas. Pengujian parameter tersebut dapat dilakukan sesuai
dengan acuan prosedur standar yang ditetapkan SNI. Begitu juga dengan semua
sifat mutu pada sabun yang dapat dipasarkan, harus memenuhi standar mutu sabun
yang ditetapkan yaitu SNI 06–3532–1994.
b. Prosedur
➢ Prosedur pembuatan sabun cair
Ditimbang bahan-bahan sesuai kebutuhan dan ditempatkan dalam wadah
yang sudah disediakan
Dititrasi campuran dengan larutan HCl 0,1 N dalam alkohol sebagai titran,
hingga warna merah muda tepat hilang
V. Data Pengamatan
➢ Pembuatan sabun cair
No. Bahan Jumlah
1. Emal 70C 90,50 gram
2. Alkopal N 100 5 mL
3. Larutan garam 20,02 gram
4. Na2EDTA 2 gram
5. Parfum 2 mL
6. Pewarna 5 tetes
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 0,0561
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = 𝑥 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
0,4 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 0,0561
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = 𝑥100%
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = 0,0561% (𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝐾𝑂𝐻)
Setelah didapatkan hasil, maka kemudian dilakukan analisis kadar asam lemak
bebas atau alkali bebas dan juga analisis pH. Analisis pH dilakukan degan bantuan
kertas indikator universal, dimana kertas indikator universal dicelupkan
(dikontakkan) dengan sampel sabun cair, dan didapat hasil pH nya adalah 10. Hasil
tersebut sesuai dengan batas maksimal pH dari sabun cair yaitu 10. Kemudian
untuk analisis asam lemak bebas/alkali bebas dilakukan untuk mengetahui berapa
nilai dari asam lemak atau alkali bebas yang masih terdapat di dalam sabun cair
yang sudah dihasilkan. Tahapan yang dilakukan yaitu, 100 mL alkohol dipanaskan
kemudian ditambahkan 0,5 mL indikator PP dan dinetralkan dengan NaOH 0,1 N.
Setelah itu sampel sabun sebanyak 4 gram ditambahkan ke dalam alkohol netral
dan dipanaskan di penangas air selama 30 menit. Apabila campuran larutan bersifat
basa (yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda ketika
ditambahkan indikator PP) maka analisa yang dilakukan adalah alkali bebas.
Sebaliknya jika campuran bersifat tidak basa (tidak berwarna merah muda) maka
analisa yang dilakukan adalah analisa asam lemak bebas.
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 0,04
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑥 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 0,04
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐾𝑂𝐻 = 𝑥 100%
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pembuatan sabun cair dilakukan berdasarkan reaksi saponifikasi yaitu
sebuah reaksi hidrolisis suatu asam lemak (trigliserida) dengan basa
(NaOH/KOH). Pada pembuatan sabun cair bahan yang berperan sebagai asam
lemak adalah Alkopal N100 yang termasuk surfraktan dan Emal-70C sebagi
alkali, serta bahan tambahan lainnya seperti larutan garam, Na2EDTA,
perwarna, dan lain-lain.
2. Pada sabun cair yang telah dihasilkan, didapatkan hasil analisis dari uji pH yaitu
10 dimana nilai tersebut masih sesuai dengan standar SNI. Sedangkan untuk
hasil analisis dari kadar alkali bebas yang telah dilakukan diperoleh hasil untuk
kadar alkali bebas sebagai NaOH adalah 0,04 % dan 0,0561 % sebagai KOH,
dimana nilai tersebut sesuai dengan batas maksimal pada SNI, sehingga sabun
cair dapat digunakan.
VIII. Referensi
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.
Fahmi, Achmadi Umar. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI
Press.
Qisti, R. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Sinatrya, M., 2009, Sifat Organoleptik Sabun Transparan Dengan Penambahan
Madu, Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.