Disusun Oleh:
19330717
KELAS A
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
PERCOBAAN IV
Kesadahan Air
2C17H35COONA + MgSO4 (C17H35COO)2Mg + Na2SO4
2CH3(CH2)16COO-(aq) + Ca2+(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2 (s)
Ion stearat dari sabun endapan sabun
6. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengujian Sabun
Sampel Keterangan
0,3 g sabun + 20 ml aquadest Ada busa
0,3 g sabun + 20 ml aquadest + MgSO4 Busa Hilang
0,3 g sabun + 20 ml aquadest + MgSO 4 Terbentuk busa kembali
+ trisodium fosfat
Pengujian Deterjen
Sampel Keterangan
0,3 g deterjen + 20 ml aquadest Ada busa
0,3 g deterjen + 20 ml aquadest + Ada busa (sama seperti sebelum
MgSO4 penambahan MgSO4)
B. Pembahasan
1. Pembuatan sabun
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah: C12-C18
atau shortening. Jika rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada
kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan
sukar larut. Pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk
menambah kualitas produk sabun. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku
tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
Pada percobaan ini mula-mula shortening dipakai sebagai bahan dasar dengan
di homogenkan dengan etanol. Sebagai alkali digunakan NaOH yang dilarutkan
dalam air sampai homogen. NaOH adalah logam alkali kuat yang biasa digunakan
dalam pembuatan saun, sabun yang dibuat dengan logam alkali ini akan memiliki
pH yang berkisar antara 9,0 sampai 10,8. Lalu larutan etanol dan larutan NaOH ini
dibiarkan bercampur selama 30 menit di stirer dan di panaskan agar larutan
bercampur sempurna. Terjadi proses saponifikasi.
Setelah dilakukan pencampuran, larutan tersebut ditambah NaCl jenuh,
penambahan NaCl ini berguna untuk memisahkan sabun dari gliserolnya, sehingga
akan membentuk larutan yang berupa larutan koloid. Bila larutan ini di saring
dengan menggunakan vacuum filtration maka gliserol dan alkohol akan berada di
dalam larutan NaCl sedangkan sabunnya akan mengendap. Diawal mula-mual
shortening dihomogenkan dalam pelarut etanol dengan tujuan agar fase minyak dan
NaOH dapat tersatukan karena mengingat sifat etanol sebagai semi polar. Oleh
karena itu diberi medium terlarut etanol.
Setelah sabun siap di bentuk dalam cetakan, letakkan dan isi cetakkan sabun
dengan rapi dan penuh, hindari adanya cela agar sabun terbentuk sempurna. Setelah
sabun telah dicetak, simpan sabun dalam suhu kamar di dalam lemari penyimpanan
yang tepat hingga sabun nantinya akan mengeras dan siap digunakan.
2. Pengujian sabun
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Sabun dibuat dari campuran senyawa alkali (NaOH, KOH) dan minyak
(Triglieserida). Surfaktan pada sabun dapat berfungsi sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detegen, zat flotasi, pencegah korosi, dan
lain-lain (Vii afida, 2012). Sehingga ketika sabun ditambahkan air dan diguncang
maka akan menghasilkan busa. Busa yang terbentuk diamati dalam waktu 1 menit
untuk melihat bahwa busa yang terbentuk stabil.
Pada pengujian sabun ketika ditambahkan larutan yang mengandung Mg dari
MgSO4 dapat diperoleh hasil busa yang dihasilkan menjadi berkurang dari sebelum
ditambahkan larutan MgSO4 karena pada hakekatnya akan mulai membentuk
endapan akinat surfaktan sabun yang kurang mengemulsi Mg sehingga
kemampuannya untuk membuat busa berkurang. Hal ini terjadi karena air yang
mengandung magnesium memiliki kadar air mineral yang tinggi. Sebab, sabun
natrium lebih dulu bereaksi dengan kation penyebab kesadahan (ion Mg) dan
membentuk endapan sehingga tidak bisa menghasilkan busa tetapi
gumpalan/endapan. Efek ini timbul karena ion 2 menghasilkan sifat surfaktan dari
sabun dengan membentuk endapan padat (sampah sabun tersebut). Kesadahan yang
disebabkan MgSO4 adalah kesadahan tetap.
Kemudian dilakukan penambahan Na3PO4 (trisodium phosfat) yang
merupakan garam natrium dari penta-anion polifosfat. Sama halnya dengan STTP
(sodium tripolypate) suatu senyawa fosfat sebagai bahan aditif untuk mengatasi
kesadahan dan mencegah kotoran melekat kembali. Sehingga endapa yang tadinya
terbentuk akibat dari penambahan MgSO4 kembali terlarut dan dapat membentuk
busa kembali.
3. Pengujian Deterjen
Berbeda dengan sabun, deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat (natrium
atau kalsium). Deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung petrokimia atau
surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan pembersih utama dalam deterjen.
Pada larutan deterjen yang ditambahkan larutan yang mengandung magnesium dari
MgSO4 akan terlihat bahwa tidak mempengaruhi busa yang dihasilkan. Hal ini
terjadi karena deterjen mengandung STTP (sodium tripolypate) suatu senyawa fosfat
sebagai bahan aditif untuk mengatasi kesadahan dan mencegah kotoran melekat
kembali. Sehingga dengan penambahan MgSO4 tidak menunjukkan busa
menghilang atau memiliki busa dan tidak membentuk endapan.
4. Kesimpulan
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi yaitu reaksi antara minyak atau lemak
dengan senyawa alkali/basa (NaOH). Kemudian larutan NaCl untuk memisahkan
gumpalan sabun sehingga terbentuk padatan yang akan disaring dan kemudian
dibentuk menjadi sabun padat.
Sabun yang dilarutkan dengan air dan dikocok akan menghasilkan busa. Penambahan
MgSO4 akan membuat busa menghilang dan membentuk endapan. Natrium dari sabun
bereaksi lebih dulu dengan kation (SO4) penyebab kesadahan (ion Mg2).
Larutan sabun setelah ditambahkan MgSO4 kemudian ditambahkan Na3PO4 (trisodium
phosfat) yang membuat larutan berbusa kembali karena Na3PO4 (trisodium phosfat)
suatu senyawa fosfat sebagai bahan aditif untuk mengatasi kesadahan dan mencegah
kotoran melekat kembali.
Deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat (natrium atau kalium) berbeda dengan
sabun. Deterjen mengandung STTP (sodium tripolypate) yang mencegah terjadinya
kesadahan air. Larutan deterjen yang berbusa ditambahkan MgSO4 tidak
menunjukkan busa menghilang atau memiliki busa dan tidak membentuk endapan.
5. Daftar Pustaka
Alifa, Widania. Laporan Praktikum Kimia Organik (Pembuatan Sabun), Academia.
Diakses tanggal 30 Juni 2020.
Diah Pramushinta. 2012. Pembuatan Sabun. Diakses tanggal 2 Juli 2020.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Kedua Jilid I. Terjemahkan oleh A.H.
Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Levensipel, Octave. 1972. Chemical Reaction Engineering 2nd ed. John Willey and Sons
Inc. Singapore.
Vii afida. 2012. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya
Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.