DISUSUN OLEH:
AINUN JARIAH
19330702
KELAS A
D. Cara Kerja
1. Pembuatan sabun
1) Masukkan 4 g solid shortening (seperti Crisco) ke dalam beaker glass, tambahkan
15 ml etanol dan stirrer dengan suhu rendah.
2) Masukkan 2 g NaOH dan 10 ml air ke dalam beaker glass yang lain dan stirrer
untuk melarutkannya.
3) Tuangkan larutan etanol ke dalam beaker glass yang mengandung NaOH dan
letakkan di magnetic stirrer dengan suhu panas rendah.
4) Panaskan campuran 30 menit dengan magnetic stirrer, selama pemanasan letakkan
cover glass untuk mencegah penyemburan.
5) Pada saat yang bersamaan di beaker glass yang lain, larutkan 12 g NaCl dalam 50
ml air, dinginkan larutan dalam ice bath.
6) Pada akhir pemanasan, tuangkan larutan saponifikasi ke dalam larutan garam yang
dingin tersebut dan kumpulkan produk dengan filtrasi vacuum.
7) Pisahkan residu NaOH dengan pindahkan sabun dalam beaker tersebut, stirrer
dengan menggunakan sedikit air es dan saring lagi.
8) Jangan gunakan banyak air untuk mencegah sabunnya melarut, keringkan dan pres
menjadi lempengan dengan paper towel.
9) Cuplikas sabun bisa digunakan untuk pengujian dan biarkan sisanya mengering di
dalam meja anda untuk diperiksa pada minggu berikutnya.
2. Pengujian Sabun
1) Larutkan 0,3 g sabun dalam 20 ml aquadest pada Erlenmeyer bertutup.
2) Tutup labu dan guncang kuat selama 10 detik untuk membuat sabun.
3) Amati sabun tersebut selama 1 menit.
4) Tambahkan 6 tetes larutan MgSO4 5 %, guncang lagi dan amati serta catat
hasilnya.
5) Tambahkan trisodium fosfat 1 g, guncang lagi dan amati serta catat hasilnya.
3. Pengujian Deterjen
1) Larutkan 0,3 g deterjen padat dalam 20 ml air, guncang selama 10 detik, dan amati
sabunnya selama 1 menit.
2) Tambahkan 6 tetes larutan MgSO4 5 %, guncang dan catat efeknya.
E. Hasil
1. Pengujian Sabun
Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan
20 ml aquadest Ada busa
20 ml aquadest + MgSO4 Busa hilang
0.3 gr sabun 20 ml aquadest + MgSO4 + Terbentuk busa kembali
Na3PO4
2. Pengujian Deterjen
Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan
20 ml aquadest Ada busa
Ada busa (sama seperti
0.3 gr deterjen
20 ml aquadest + MgSO4 sebelum penambahan
MgSO4)
F. Reaksi-reaksi
Proses Saponifikasi
Kesadahan Air
2C17H35COONA + MgSO4 (C17H35COO)2Mg + Na2SO4
2CH3(CH2)16COO-(aq) + Ca2+(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2 (s)
Ion stearat dari sabun endapan sabun
G. Pembahasan
1. Pembuatan Sabun
Bahan dasar yang digunakan adalah shortening (C12-C18). Jika rantai karbon
kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari
18 akan membuat sabun menjadi keras dan sukar larut. Bahan pembuatan sabun terdiri
dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam
pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun. Sabun adalah
garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air.
Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
Pada percobaan ini mula-mula solid shortening (minyak) dipakai sebagai bahan
dasar dengan di homogenkan dengan etanol. Selanjutnya larutan etanol direaksikan
dengan NaOH yang telah dilarutkan dengan air. NaOH adalah logam alkali kuat yang
biasa digunakan dalam pembuatan sabun, sabun yang dibuat dengan logam alkali ini
akan memiliki PH yang berkisar antara 9,0 sampai 10,8. Lalu larutan etanol dan larutan
NaOH ini dibiarkan bercampur selama 30 menit di stirer dan di panaskan agar larutan
bercampur sempurna. Terjadi proses penyabunan atau saponifikasi.
Jika proses penyabunan telah selesai maka ditambahkan garam-garam dalam hal
ini ditambahkan garam NaCl yang berguna untuk mengendapkan sabun. Sabun yang
membeku kemudian ditambahkan NaCl yang telah didinginkan dan dilarutkan kembali
dengan sabunnya. Terdapat kesulitan saat proses pengadukan yang disebabkan karena
campuranetanol dan NaOH yang membeku. Setelah bercampur dilakukan proses
penyaringan.
Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan,
dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan yaitu dimurnikan dengan air es, di
stirer dan diendapkan berkali-kali hingga didapat sabun. Namun, saat pemberian air
jangan ditambahkan terlalu banyak untuk mencegah larutnya sabun didalam air karena
pada molekul sabun terdapat bagian hidrofil yang dapat larut dengan air. Saat proses
penyulingan digunakan filtrasi vakum untuk memisahkan produk dari garam, kelebihan
alkali dan gliserol.
Kemudian setelah didapatkan sabun dari proses penyaringan , sabun siap di
bentuk dalam cetakan, letakkan dan isi cetakkan sabun dengan rapih dan penuh, hindari
adanya cela agar sabun terbentuk sempurna. Setelah sabun telah di cetak, simpak sabun
dengan suhu kamar di dalam lemari penyimpanan yang tepat hingga sabun nantinya
akan mengeras dan siap digunakan.
2. Pengujian Sabun
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Sabun dibuat dari campuran senyawa alkali (NaOH, KOH) dan minyak
(Trigliserida). Surfaktan pada sabun dapat berfungsi sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-
lain (Vii afida, 2012). Sehingga ketika sabun ditambahkan air dan diguncang maka
akan menghasilkan busa. Busa yang terbentuk diamati dalam waktu 1 menit untuk
melihat bahwa busa yang terbentuk stabil.
Setelah itu ditambahkan MgSO4. Penambahan Magnesium mengakibatkan busa
berkurang dan mulai membentuk endapan. Hal ini terjadi karena air yang mengandung
magnesium memiliki kadar mineral yang tinggi. Sebab, sabun natrium lebih dulu
bereaksi dengan kation penyebab kesadahan (ion Mg2+) dan membentuk endapan
sehingga tidak bisa menghasilkan busa tetapi malah gumpalan/endapan. Efek ini timbul
karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan
padat (sampah sabun tersebut). Kesadahan yang disebabkan MgSO4 adalah kesadahan
tetap.
Kemudian dilakukan penambahan Na3PO4 (trisodium phosfat) yang merupakan
garam natrium dari penta-anion polifosfat. Sama halnya dengan STTP (sodium
tripolypate) suatu senyawa fosfat sebagai bahan aditif untuk mengatasi kesadahan dan
mencegah kotoran melekat kembali. Sehingga endapan yang tadinya terbentuk akibat
dari penambahan MgSO4 kembali terlarut dan dapat membentuk busa kembali.
3. Pengujian Deterjen
Berbeda dari sabun, deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat(natrium atau
kaslium). Deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung petrokimia atau
surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan pembersih utama dalam deterjen.
Pada larutan deterjen yang ditambahkan larutan yang mengandung magnesium dari
MgSO4 akan terlihat bahwa tidak mempengaruhi busa yang dihasilkan. Hal ini terjadi
karena deterjen mengandung STTP (sodium tripolypate) suatu sennyawa fosfat
sebagai bahan aditif untuk mengatasi kesadahan dan mencegah kotoran melekat
kembali. Sehingga dengan penambahan MgSO4 tidak menunjukkan busa menghilang
atau memiliki busa dan tidak membentuk endapan.
H. Kesimpulan
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi yaitu reaksi antara minyak atau lemak
dengan senyawa alkali/ basa (NaOH). Kemudian larutan NaCl untuk memisahkan
gumpalan sabun sehingga terbentuk padatan yang akan disaring dan kemudian
dibentuk menjadi sabun padat.
Sabun yang dilarutkan dengan air dan dikocok akan menghasilkan busa.
Penambahan MgSO4 akan membuat busa menghilang dan membentuk endapan.
Natrium dari sabun bereaksi lebih dulu dengan kation (SO4-) penyebab
kesadahan(ion Mg2+).
2C17H35COONA + MgSO4 (C17H35COO)2Mg + Na2SO4
Ion stearat dari sabun endapan sabun
Larutan sabun setelah ditambahkan MgSO4 kemudian ditambahkan Na3PO4
(trisodium phosfat) yang membuat larutan berbusa kembali karena Na 3PO4
(trisodium phosfat) suatu senyawa fosfat sebagai bahan aditif untuk mengatasi
kesadahan dan mencegah kotoran melekat kembali.
Deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat (natrium atau kalium) berbeda dengan
sabun. deterjen mengandung STTP (sodium tripolypate) yang mencegah terjadinya
kesadahan air. Larutan deterjen yang berbusa ditambahkan MgSO4 tidak
menunjukkan busa menghilang atau memiliki busa dan tidak membentuk endapan.
I. Daftar Pustaka
Alifa, Widania. Laporan Praktikum Kimia Organik (Pembuatan Sabun), Academia.
Diakses tangal 01 juli 2020.
Diah Pramushinta. 2012. Pembuatan Sabun. Diakses tangal 2 Juli 2020.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fauzan, M.B. 2012. Kesadahan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Fessenden & Fessenden.1992. Kimia Organik Edisi ketiga. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Fessenden., 1982. Kimia Organik Edisi Kedua Jilid 1. Terjemahkan oleh A.H.
Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.
Ketaren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta: UI – Press. Mangoensoekarjo, S. 2003.
Levensipel, Octave, 1972. “Chemical Reaction Engineering”, 2nd ed. John Willey
and Sons Inc. Singapore.
Ru Fang, Y., Yeh, Yun., and Shen Liu, H. A novel strategy of biodiesel production
from wet microalgae by direct saponification – esterification conversion (DSEC).
Journal of the Taiwan of Chemical Engineers – December 2017. Diakses tangal 01 Juli
2020.
Rudianto, 2007. Bahan Mentah Pembuatan Sabun. Gramedia Press. Jakarta.
Vii afida. 2012. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q Sebagai
Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.