Anda di halaman 1dari 11

KINETIKA REAKSI KIMIA DALAM BIDANG FARMASI : Dekomposisi kimia obat

Dekomposisi obat dalam bentuk sediaan ... terjadi ... sebagai akibat senyawa kimia obat
tersebut mengalami degradasi
Bentuk/tipe utama yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi senyawa obat :

 Hidrolisis (yang paling umum)


 Oksidasi (yang paling umum)
 Dekomposisi fotokimia
 Isomerisasi
 Polimerisasi

Hidrolisis

Misalnya

Aspirin + H2O → asam salisilat + asam asetat

Procaine + H2O → p-Aminobenzoic acid +β-Diethylaminoethanol

Senyawa-senyawa obat yang rentan terhadap hidrolisis anatara lain golongan ester, amida,
laktam, dan imida

Proteksi degradasi hidrolisis, misalnya :

 Eliminasi/menurunkan kandungan H2O


 Mangatur pH medium sediaan
 Pembentukan kompleks
Contoh : inhibisi hidrolisis banzocaine dengan penambahan membentuk kompleks
benzocaine-caffeine (: nilai t1/2 senyawa kompleks ini meningkat tajam hanya dengan
sedikit penambahan caffeine)

Oksidasi

Misalnya :

Ascorbic acid + O2 → Dehydroascorbic acid

Golongan senyawa kimia obat yang rentan oksidasai antara lain golongan steroid, asam-asam
lemak tak jenuh dan senyawa obat yang mengandung ikatan rangkap terkonyugasi.
Proteksi degradasi oksidatif :

 Eliminasi O2
- Gas inert
- Kemasan vakum
 Penambahan antioxidant kedalam sistem sediaan
 Pengaturan temperatur
 Pengaturam cahaya
 Hindari kontak dengan ion-ion logam berat seperti besi , cobalt dalam sel

KINETIK REAKSI

- Laju reaksi
- Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
- Mekanisme reaksi

Laju reaksi

Jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi per satuan waktu :

Satuan : mol L-1 detik-1

Hukum laju reaksi

Persamaan dasar reaksi

REAKTAN → PRODUK

(R) (P)

Laju suatu reaksi : v atau r

−𝑑[𝑅]
ν= (laju konsumsi reaktan)
𝑑𝑡

𝑑[𝑅]
ν= (laju pembentukan produk)
𝑑𝑡

Hukum persamaan laju reaksi :

−𝑑 [𝑅]
ν= = 𝑘[𝑅]𝑥
𝑑𝑡

x: order reaksi
k: konstanta laju reaksi

Nilai order dan konstanta laju reaksi ditetapkan melalui percobaan

orde reaksi

0,1,2, ...., pecahan, pseudo, campuran dan negarif

Hukum persamaan laju reaksi menurut ordernya:

A → Produk .... ν = 𝑘[𝐴]𝑥

A + B + dst → Produk .... ν = 𝑘[𝐴]𝑥 [𝐵]𝑦

Order reaksi terhadap perubahan [A] = x, dan terhadap [B] = y

..... order reaksi (keseluruhan) = x + y

Untuk keperluan estimasi tingkat degradasi suatu sediaan obet, order penting adalah : order 0;
1; 2; pseudo order 0; dan pseudo order 1

Keterangan pseudo order :

A + B→ Produk ..... ν = 𝑘[𝐴]𝑥 [𝐵]𝑦 , ..... bila x=1 dan y=1,

maka : ν = 𝑘[𝐴][𝐵] ..... reaksi order ke 2

Bila [B] dibuat tetap, maka laju reaksi hanya dipengaruhi oleh perubahan [A]

...... ν = 𝑘 ′ [𝐴], ..... : pseudo order 1, dimana k’= k[B]y.

Selanjutnya bila [A] juga dibuat tetap, ...... maka v = k”. →: pseudo order 0,

Dimana k” = k[A]x[B]y

Contoh pseudo order :

Hidrolisis sukrosa (dalam suasana asam), ..... v = k[sukrosa][H+], memperlihatkan kinetika


order hidrolisis sukrosa = 2 , bila hidrolisis berlangsung dalam larutan yang buffer berarti
nilai [H+] tetap, maka kinetika order hodrolisis sukrosa = pseudo 1

Hidrolisis ampisilin dalam larutan suasana basa, ...... Amp + OH- → produk, maka v =
k[Amp][OH-], dimana kinetika order hidrolisis ampisilin memperlihatkan order ke 2. Bila
hidrolisis berlangsung dalam larutan yang buffer berarti nilai [OH-] tetap, maka kinetika
order hidrolisis ampisilim = pseudo order 1. Selanjutnya bila ampisilin dalam sediaan
suspensi yang dibufer, maka kinetika order hidrolisis ampisilin = pseudo 0.

Persamaan Dasar laju Reaksi (... laju konsumsi reaktan)

−𝑑𝑐 −𝒅𝒄
ν= = kCx ..... = kCx , dimana C: [reaktan]; x: order reaksi dan k: konstanta laju
𝑑𝑡 𝒅𝒕

reaksi, dan satuannya bergantung pada order reaksi

Reaksi Order 0*

*). Laju reaksi order nol tidak bergantung pada konsentrasi reaktan

−𝑑𝑐 −𝒅𝒄
= kCx ... dimana x = 0 maka ... =k
𝑑𝑡 𝒅𝒕

−𝑑𝑐
= k disusun menjadi –dc =kdt ..... atau dc = -kdt
𝑑𝑡

𝑡 𝑡
∫𝑜 dC = −𝑘∫𝑜 dt →: Ct = Co – kt

Reaksi Order 1

−𝑑𝑐 −𝑑𝑐
= kCx ... Cmax x = 1 maka ... = kC
𝑑𝑡 𝑑𝑡

−𝑑𝑐 −𝑑𝑐 −𝑑𝑐


= kC ...... disususn menjadi = kdt .... atau = -kdt
𝑑𝑡 𝑐 𝑐

𝑡 𝑑𝑐 𝑡
∫𝑜 = −𝑘 ∫𝑜 𝑑𝑡 → 𝐼𝑛𝐶𝑡 = 𝐼𝑛𝐶𝑜 – kt
𝑐

Reaksi Order 2 :

−𝑑𝑐 −𝑑𝑐
= kCx .... dimana x = 2 ...... maka ..... = kC2
𝑑𝑡 𝑑𝑡

−𝑑𝑐 −𝑑𝑐 𝑑𝑐
= kC2 disusun menjadi = 𝑘𝑑𝑡 ..... atau .... 𝑐 2 = −𝑘𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝑐2

𝑡 𝑑𝑐 𝑡 1 1 1 1
∫𝑜 = −𝑘 ∫𝑜 𝑑𝑡 ..... (− 𝑐 ) − (− 𝑐 ) = −𝑘𝑡 atau 𝑐 = + 𝑘
𝑐2 𝑡 0 𝑡 𝑐𝑜

Penetapan orde reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) melalui percobaan :

Metode :
 Metode laju reaksi awal/dan dikombinasi metode isolasi/pseudo order reaksi
 Metode integrasi (: mencocokan hasil pengolahan data percobaab dengan persamaan laju
reaksi yang sesuai)

Untuk reaksi-reaksi dengan mekanisme sederhana (1 tahap) :

Orde reaksi mungkin sama atau tidak sama dengan koefisien stoikhiome

Contoh :

1) Tentukan order reaksi dan konstanta laju reaksi berikut :


2H2(g) + 2NO(g) → N2(g) + 2H2O(g), ..... V = k[H2]x[NO]y, x =? Dan y = ?
(penyelesaiannya harus melalui percobaan)
Data percobaan
Percobaan p(H2)0 p(NO)0 V reaksi
1. 53,3 kPa 20,0 kPa 0,035 kPa det-1
2. 53,3 ,, 40,0 ,, 0,140 ,,
3. 19,6 ,, 53,3 ,, 0,091 ,,
4. 39,2 ,, 53,3 ,, 0,182 ,,

Cermati data percobaan 1 versus 2:


ν ∞ [NO]y : ie. [NO] dibuat 2x, .... v menjadi 4x , maka y=2

cermati data exp 3 versus 4 :


ν ∞ [H2]x : ie. [H2] dibuat 2x, ... v manjadi 2x, maka x=1
v = k[H2][NO]2, .... menunjukan reaksi order 3

perhitungan menggunakan pers logaritma:


v = k[H2]x[NO]y , ..... log v = logk + xlog[H2] + ylog

percobaan 1 vs 2 :
log 0,035 = logk + xlog53,3 + ylog20
log 0,140 = logk + xlog53,3 + ylog40 –
-0,602 = -0,301y → y = 2
Percobaan 3 vs 4 :
log 0,091 = logk + xlog19,6 + ylog53,3
log 0,182 = logk + xlog53,3 + ylog53,3 –
-0,602 = -0,301x → x = 1

Log k = - 1,4559 – 1,7267 – 2, 6021 = -5,7847 (exp -1), k = 1,64 x 10-6

Laju suatu reaksi yang terdiri dari beberapa tahap reaksi dasar, biasanya dijelaskan dengan
menggunakan mekanisme dari masing-masing tahap reaksi tersebut.tidak semua tahap
mempengaruhi laju reaksi, .... tapi hanya tahap reaksi dan yang paling lambat yang akan
mempengaruhi laju reaksi.

Contoh : reaksi yang mekanismenya melalui beberapa tahap, seperti berikut ini.

1. 2NO(g) ↔ N2O2(g)
2. N2O2(g) + H2(g) → N2O(g) + H2O(g) (lampat)
3. N2O(g) + H2(g) → N2(g) + H2O(g) (cepat)

Jadi tahap reaksi yang menentukan laju reaksi keseluruhan adalah reaksi tahap-2, yang laju
reaksinya : v = kthp-2 [N2O2][H2].

[N2O2] = K1[NO]2 (... pada tahap reaksi 1)., .... V = kthp-2K1[NO]2[H2]

.... V = k[H2]]NO]2 ditambah k = kthp-2K1

Contoh 2 :

Tentukan order reaksi dan konstanta laju reaksi berikut :

2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)

V = K[NO]x[Br2]y

Exp

[NO] [Br2] V reaksi


(mol L-1) (mol L-1) (mol L-1 det-1)
1. 0,2 0,1 48
2. 0,2 0,2 96
3. 0,2 0,3 144
4. 0,3 0,1 108

Cermati exp : antara 1,2 dan 3

[NO] tetap → ν ∞[Br2]

[Br2] dibuat 2x → v = 2x

[Br2] dibuat 3x → v = 3x

Jadi Y = 1

Cermati exp : antara 1 dan 4

[Br2] tetap → ν ∞[NO], .... bila [NO] = 1,5x → v = 2,25 x 2,25 = (1,5)

Jadi X = 2

Jadi v = k[NO]2[Br2] .... reaksi order 3

Log v = log k + 2log[NO] + log[Br2]

Log k = 1,6812 – 2(-0,699) – (-1) = 4,079

→ k = 12 x 103

Penerapan order reaksi dan konstanta laju reaksi dengan metode integrasi

Contoh :

Data kinetika reaski pembentukan UREA {(NH2)2CO} dari AMMONIUM SIANAT


(NH4CNO) dalam larutan aquous (C = 0,3817M) pada suhu 65°C adalah

t(menit) 0 20 50 75 165
Ct (M) 0,3817 0,267 0,1869 0,1491 0,0861

Tetapkan order reaksi dan hitung nilai konstanta laju reaksi

NH4CNO → (NH2)2CO

v = k[NH4CNO]x, .... x = ?
- Uji dengan persamaan laju reaksi order ke nol
Ct = Co – kt
Plot Ct vs t dan evaluasi grafik
- Uji dengan persamaan laju reaksi order ke satu :
InCt = InCo – kt
Plot InCt vs t dan evaluasi grafik
- Uji dengan persamaan laju reaksi order ke dua :
1 1
= + 𝑘𝑡
𝑐𝑡 𝑐𝑜
1
Plot 𝑣𝑠 𝑡 dan evaluasi grafik
𝑐𝑡

Menetapkan nilai waktu paruh (t1/2) dan umur simpan (nilai t90) untuk reaski-reaksi
order ke nol dan ke satu.

Reaksi order ke nol :

Ct = Co – kt

𝑐𝑜− 𝑐𝑡
t= 𝑘

𝑐𝑜−0,5 𝑐𝑜 0,5 𝑐𝑜
t1/2 = =
𝑘 𝑘

0,5 𝑐𝑜
t1/2 = 𝑘
𝑐𝑜−0,9 𝑐𝑜
t90 = 𝑘

𝟎,𝟏 𝒄𝒐
t90 = 𝒌

Reaksi order ke satu :

InCt = InCo – kt

𝐼𝑛𝐶𝑜−𝐼𝑛𝐶𝑡
t= 𝑘

𝐼𝑛𝐶𝑜−𝐼𝑛0,5 𝐶𝑜 𝐼𝑛2 0,693


t1/2 = ..... t1/2 = ...... t1/2 =
𝑘 𝑘 𝑘

𝐼𝑛𝐶𝑜−𝐼𝑛0,9 𝐶𝑜 𝐼𝑛1,1111 0,105


t90 = ..... t90 = ...... t90 =
𝑘 𝑘 𝑘
g
sediaan aspirin dalam larutan (pH 2,5) dengan konsentrasi awal = 0,30 /100 mL

memperlihatkan kinetika degradasi order ke satu dan konstanta laju degradasinya pada suhu
kamar 9,7 x 10-7 det-1. Berapa konsentrasi aspirin setelah penyimpanan 7 minggu.
Selanjutnya t1/2 dan t90 sediaan aspirin masing-masing dalam sedian larutan dan suspensi.
Dosis sediaan aspirin dalam bentuk suspensi adalah 1,0 g/100 mL. Diketahui kelarutan aspirin =
0,33 g/100 mL

Dalam sediaan larutan, ..... order ke satu

0,693
t1/2 = , ..... k : order 1
𝑘

0,105
t90 = , ..... k : order 1
𝑘

Dalam sediaan suspensi, .... order ke nol

0,5𝐶𝑜
t1/2 = , ..... k : order 0
𝑘

0,1𝐶𝑜
t90 = , ..... k : order 0
𝑘

k order 0 tidak diketahui (dalam soal), tapi dapat dihitung dengan menggunakan prinip
pseudo order.

Kinetika degradasi sediaan larutan (di buffer) → suspensi

ν = kord-1[asp]ds → ν = kord-o kord-o = kord-1[asp]kel

dalam sediaan suspensi :

0,5𝐶𝑜 0,5[𝑎𝑠𝑝]𝑠𝑢𝑠𝑝 0,5(0,1) 0,5


t1/2 = t1/2 = = (9,7𝑥10−7 )(0,33)
= = 18 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘 𝑘𝑜𝑟𝑑−𝑜 3,2𝑥10−7

0,1𝐶𝑜 0,1[𝑎𝑠𝑝]𝑠𝑢𝑠 0,1(0,1)


t90 = t90 = = (9,7𝑥10−7 )(0,33)
= 3,6 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘 𝑘𝑜𝑟𝑑−𝑜

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi :

1. Konsentrasi
2. Luas permukaan kontak
3. Suhu
4. Katalisator
5. Pelarut
6. Konstanta dielektik
7. Cahaya

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Pers. Arrhenius (1889)

Pers empiris memperlihatkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi

𝐸𝑎
K = A . e − 𝑅𝑇

K = rate constant

A = Arrhenius constant

Ea = activation energy

R = gas constant

T = temperature

Faktor/konstanta Arrhenius “A” dalam teori tabrakan antar molekul , bergantung pada
frekuensi rabrakan (f) dan probalitas (p) bahwa tidak semua tabrakan memberikan hasil
reaksi. A = f P

*). Konstanta laju dekomposisi sulfacetamida dalam sediaan larutan (pH = 7,4) pada suhu
80°C = 3,25 x 10-7 det-1 dengan Ea = 95,81 kj mol-1 . diketahui R = 8,314 JK-1 mol-1. Hitung k
dan t90 sediaan sulfacetamida tersebut pada suhu 25°c

*). Hasil percobaan dekomposisi suatu sediaan

5-hidroksimetilfurfural memperlihatkan kinetika order ke satu, dengan data konstanta laju


dekomposisinya seperti berikut ini , yaitu pada suhu : 120°C = 3,258 x 10-4 det-1 130°C = 8,38
x 10-4 det-1 dan 140°C = 1,350 x 10-3 det-1. Hitung : Ea, k(25) , dan t(90,25).diketahui R = 8,314 J
K-1 mol-1

Ea = 90,77 kj mol-1

K(298) = 4,995 x 10-8 det-1

0,105
t90 = = 2102102 det atau = 24 hari
𝑘
Reaksi enzimatis

E + S ↔ ES → P + E

𝑘2[𝐸]𝑜 [𝑠]
ν= 𝑜
( Hk. Michaelis-Menten)
[𝑠]𝑜 +𝑘𝑚

Km : konstanta Michaelis

K2 : daya enzim mentransformasi suatu substrat membentuk produk. (jumlah molekul yang
dikonversi menjadi produk dalam satuan waktu per molekul enzim).

Bila [S]o berlebihan laju reaksi :max

Maka : Vmax = K2[E]o

𝑣𝑚𝑎𝑥[𝑆]𝑜
ν= [𝑆]𝑜+𝑘𝑚

1 1 𝑘𝑚 1
= + (𝑣 ) [𝑆] (pers. Lineweaver-Burk)
𝜈 𝜈𝑚𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑥 𝑜

1 1 𝑘𝑚
Plotting 𝜈 𝑣𝑠 [𝑆] kurva garis lurus , dan diperoleh (𝑣 )sebagai slope
𝑜 𝑚𝑎𝑥

1
Nilai k2 didapat dari intersep 𝜈
𝑚𝑎𝑥

Bila [E]o diketahui.

Anda mungkin juga menyukai