Anda di halaman 1dari 32

CATATAN PERKULIAHAN FARMASI FISIKA 2

(Semester Ganjil TA 2014/2015)

Kategori :

Nama :
NPM :

Fakultas Farmasi
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
2014
KINETIKA REAKSI (Jalannya reaksi)

Kinetika reaksi adalah studi yang mempelajari kecepatan reaksi kimia. Kinetika Reaksi
mempelajari Laju Reaksi, Faktor Laju Reaksi dan Mekanisme Reaksi

Stabilitas Produk Obat/Kosmetik


Stabilitas obat/kosmetik
Kemampuan suatu produk mempertahankan spesifikasinya agar tetap sama dengan saat
diproduksi dalam batasan waktu yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan. Batas penyimpanan dan penggunaan disebut dengan Shelf life (t90). T90 dikenal
dengan Tanggal kadaluarsa yakni batasan waktu suatu produk baik obat/ zat atau kosmetik
masih boleh digunakan. t90 adalah keadaan dimana konsentrasi akhir tinggal 90% dari
konsentrasi awal , sudah mengalami penguraian 10 %.

Jenis Spesifikasi Obat :


1. Spesifikasi release:
Spesifikasi produk pada waktu pembuatan
2. Spesifikasi periksa/spesifikasi waktu simpan/spesifikasi umur produk
Spesifikasi yang harus dipenuhi dengan batas toleransi degradasi max 10% dimana sifat dan
karakteristik kerjanya masih sama dengan yang dimiliki pada saat dibuat.
Jenis Stabilitas :
1. Stabilitas Kimia, yakni kemampuan suatu zat untuk mempertahankan sifat kimianya dari
perubahan lingkungan sekitar dan dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.
2. Stabilitas Fisika, yakni kemampuan suatu zat untuk mempertahankan sifat fisika awal, termasuk
penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi, dan kemampuan untuk disuspensikan.
3. Stabilitas Mikrobiologi, sterilisasi atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada mempertahankan efektifitas
dalam batas yang ditetapkan.
4. Stabilitas Farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
5. Stabilitas Toksikologi, tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia guna
sediaan.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas
a. Suhu, semakin tinggi suhu pada umumnya meningkatkan energy kinetic zat sehingga reaksi
akan lebih cepat terjadi
b. Cahaya, Cahaya merupakan salah satu bentuk energy sehingga jika zat terpapar cahaya
langsung, zat akan mendapatkan energy untuk dapat bereaksi
c. Oksigen, Dengan adanya oksigen ada beberapa zat yang dapat mengalami oksidasi akibat
bereaksi dengan oksigen
d. pH, jika zat bersifat asam jika pada pH yang terlalu basa/ tinggi akan bereaksi menghasilkan
garam
e. mikrobiologi, bakteri mempercepat penguraian zat
f. Bahan campuran lain, Bahan yang digunakan harus bersifat netral tidak boleh bereaksi dengan
zat

Degradasi Secara Kimia


Reaksi degradasi yang umum terjadi:
1. Hidrolisis
- Obat yang berisi ester, amida, lactam amida atau jenis carbonat sangat mudah terhidrolisis.
- Hidrolisis dapat dikarenakan katalis oleh ion hidrogen (spesifikasi katalis asam) dan ion
hidroksi (spesifik terhadap basa) yang akan dapat menguraikan suatu obat.
- Larutan dapat stabil pada formulanya dengan PH yang maksimum stabil atau dalam keadaan
konstanta dielektrik oleh penambahan pelarut
- Misalnya aspirin terhidrolisis menjadi dua asam yaitu asam salisilat dan asam asam asetat.

2. Oksidasi (misalnya) :
- Oksidasi menyangkut penghilangan atom elektro positif, atom radikal, atau penambahan
atom radikal dan atom elektro negatif.
- Misalnya ascorbic acid teroksidasi menjadi dehydroascorbic acid
Laju Reaksi
Jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi per satuan waktu. Satuan : mol L-1detik-1
atau g/L detik-1
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi :

1. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi semakin banyak molekul didalamnya , semakin banyak molekul
akan semakin banyak tumbukan dan reaksi akan berlangsung lebih cepat
2. Molaritas
Semakin tinggi molaritas maka mol zat akan semakin tinggi dan semakin banyak zat di
dalamnya sehingga akan semakin banyak timbul tumbukan dan reaksi akan berlangsung
lebih cepat
3. Luas permukaan kontak
Semakin luas permukaan kontak / zat dengan permukaan maka tumbukan akan
berlangsung lebih banyak dan reaksi akan berlangsung lebih cepat
Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel
dengan jalan pengadukan
4. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi energy kinetic zat, zat akan lebih banyak
bertubrukan sehingga reaksi berlangsung lebih cepat
5. Katalisator
Dengan penambahan katalisator, reaksi akan berlangsung lebih cepat karena katalisator
akan menurunkan energy aktivasi sehingga zat hanya membutuhkan sedikit energy aktivasi
untuk bereaksi, sehingga molekul‐molekul yang terlibat dalam reaksi dapat melakukan
tumbukan lebih efektif dan lebih banyak.
Energy aktivasi adalah energy yang dibutuhkan untuk memulai bereaksi.

Hukum Laju Reaksi

Persamaan dasar suatu reaksi

Reaktan Produk

[R] [P]

Laju reaksi dinyatakan dengan V / r , disini menggunakan V

−𝑑[𝑅]
V= (Laju konsumsi reaktan , -d[R] = - mengartikan pengurangan konsentrasi reaktan
𝑡

𝑑[𝑃]
V= (Laju pembentukan produk ,+d[P] = + mengartikan penambahan konsentrasi produk
𝑡

Keterangan gambar :

konsentrasi produk awal = 0, semakin tinggi waktu konsentrasi produk meningkat .

konsentrasi reaktan awal ≠ 0, semakin tinggi waktu konsentrasi reaktan menurun


Hukum Persamaan Laju Reaksi

−𝑑[𝑅]
V = | V = k [R] x
𝑡

Keteangan :

V = laju reaksi

[R] = konsentrasi reaktan

x = order reaksi

k = konstanta laju reaksi

Untuk mengetahui nilai order dan konstanta laju rekasi ditetapkan melalui percobaan dan
persamaan reaksi yang berlangsung stoikiometri

Order Reaksi

Order reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi pereaksi yang menentukan laju reaksi

Order reaksi 0,1,2…,pecahan,pseudo, campuran dan negative.

Order reaksi 0 , faktor konsentrasi pereaksi tidak mempengaruhi kecepatan reaksi

Order reaksi 1 , faktor konsentrasi salah satu pereaksi mempengaruhi kecepatan reaksi

Order reaksi 2 , faktor konsentrasi 2 pereaksi mempengaruhi kecepatan reaksi

Hukum persamaan laju reaksi menurut ordenya

, V = k [A]X
A B

A + B + dst C + D +dst X
V = k [A] [B] Y

Orde reaksi terhadap perubahan [A] = x

Orde reaksi terhadap perubahan [B] = y


Orde reaksi secara keselurihan = x + y

Untuk keperluan estimasi tingkat degradasi sediaan obat sangat penting

Order reaksi 0,1,2, pseudo order 0 (Order semu), dan pseudo order 1

Pseudo Order (Order semu)

[A] X [B]
VA= +k B Y
C+D V = k [A] X [B] Y , misalkan x = 1, y = 1 . maka order reaksi =2

Jika [B] dibuat tetap, maka laju reaksi hanya dipengaruhi oleh perubahan [A]. Maka akan diperoleh
rumus V = k’ [A] (Pseudo order 1 ) , dimana k’ = k[B] Y

Selanjutnya jika [A] dibuat tetap maka akan diperoleh rumus V= k” (Pseudo order 0 ) dimana k”=
k [A] X [B] Y

Contoh soal Pseudo Order :

1. Hidrolisis sukrosa dalam suasana asam


Sukrosa + H2O -> glukosa + fruktosa
Sukrosa + 2H+ -> glukosa + fruktosa
Diketahui kinetika order hidrolisis sukrosa adalah 2 , dan bila hidrolisis berlangsung dalam
larutan yang di buffer berarti nilai [H+] tetap, maka kinetika order hidrolisis sukrosa adalah
pseudo order 1 ( mengikuti kinetika order 1 )
V = k [Sukrosa] [H+]
Jika [H+] dibuat tetap maka V = k’ [Sukrosa]

2. Hidrolisis ampicillin dalam suasana basa


Ampicillin + OH - -> Produk
V= k [Reaktan]
V= k [Ampicillin] [OH-]
Kinetika order hidrolisis ampicillin = 2 dan bila hidrolisis berlangsung dalam larutan yang
dibuffer berarti nilai [OH-] tetap, maka kinetika order hidrolisis ampicillin pseudo order 1
, V = V= k’ [Ampicillin]
Jika dibuat dalam suspense yang di buffer maka kinetika order hidrolisis ampicillin pseudo
order = 0 , mengikuti kinetika order 0 , V= k”

Persamaan laju reaksi (Laju konsumsi reaktan)

−𝑑𝐶
V= = k.Cx
𝑡

Keterangan :

C = konsentrasi reaktan

X= order reaksi

K = konstanta laju reaksi dan satuan bergantung pada order reaksi

Satuan k untuk tiap order

- Order 0
−𝑑𝐶
V= = k.Co
𝑡
−𝑑𝐶
K=
𝑡

K = v , satuan k = mol L-1 detik -1


-
Order 1
−𝑑𝐶
V= = k.C1
𝑡
−𝑑𝐶/𝑑𝑡
K= 𝐶1
𝑣
K= 𝑐
mol L−1 detik −1
K= 𝑚𝑜𝑙 𝐿−1

K= detik -1
- Order 2
−𝑑𝐶
V= = k.C2
𝑡
−𝑑𝐶/𝑑𝑡
K= 𝐶2
𝑣
K= 𝑐2
mol L−1 detik −1
K= 𝑚𝑜𝑙2 𝐿−2
-1
K= mol L detik -1
-1

- Integral Persamaan Laju Reaksi Berdasarkan Ordenya


Reaksi Orde nol
Reaksi tidak bergantung pada konsentrasi sehingga kecepatan dan harga konstanta sama.

Vr

[A]
V ~ [reaktan] V ~ Cx
V = k [reaktan]
Orde 0  V = k
Catatan : orde 2
1. A  Produk
2. A+B  Produk V = K’[A]  [B] tetap
V = K’’[B]  [A] tetap

1
V = K’[A]  dari satu jenis substan menghasilkan produk Vt (𝑅)

V = K[B]  dari dua jenis substan menghasilkan produk

−dC −dC
= kCx dimana x = 0 maka =k
dt dt

−dC
= k disusun menjadi −dC = kdt atau dC = - kdt
dt
t t
∫0 dC = −k ∫0 dt  Ct = Co - kt
Reaksi orde 1
−dc −dc
= kCx dimana x=1 maka = kC
dt dt

−dc −dc dc
= kC disusun menjadi = kdt atau = −kdt
dt C C

t dc t
∫0 = −k ∫0 dt  ln Ct = ln C o − kt
C
2 dc C
yang berasal dari
∫1 = ln C2  ln C2 – C1
C 1

Reaksi orde 2

−dc −dc
= kCx dimana x=2 maka = kC2
dt dt

−dc −dc –dc


= kC2  = kdt atau = −kdt
dt C2 C2

t dc t
∫0 C2 = −k ∫0 dt

1 1 1 1
(− Ct) − (− Co) = −kt atau = Co + kt
Ct

- Penetapan orde reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) dengan percobaan.
Metode :
1. Metode laju reaksi awal kombinasi dengan metode disolusi periode reaksi
2. Metode integrasi (dan mencocokkan laju reaksi dengan data percobaan)
Untuk reaksi – reaksi dengan mekanisme sederhana (1 tahap)
Order reaksi : koefisien stokiometri reaksi.
Untuk reaksi – reaksi dengan mekanisme kompleks (beberapa tahap) :
Order reaksi 1x mungkin sama / tidak sama dengan koefisien stoikiometri Rx
Contoh 1 :
1. 2H2 + 2NO  N2 + 2H2O
V = K [H2]x[NO]y x = ? Y = ?

Exp P(H2)x P(NO)y V reaksi

1 53,3 KPa 20,0 KPa 0,035 KPa


2 53,3 KPa 40,0 KPa 0,140 KPa

3 19,6 KPa 53,3 KPa 0,091 KPa

4 39,2 KPa 53,3 KPa 0,182 KPa

Jawab:

- Percobaan 1 dan 2
P (H2O)o 1,2 = 53.3 KPa
P (NO)o 1,2 = 20 KPa , 40 KPa
V. reaksi = 0.035 KPa det -1 , 0.140 KPa det -1

𝑉2= k [H2 ]x [NO]Y


V1 = k [H2]x [NO]Y

0.140= k [53.3]x [40]Y


0.035 = k [53.3]x [20]Y

0.140= [40]Y
0.035 = [20]Y

4 = [2]y
Y=2

- Percobaan ke-3 dan 4


P (H2O)o 3,4 = 19.6 KPa , 39.2
P (NO)o 3,4 = 53.3 KPa
V. reaksi = 0.091 KPa det -1 , 0.182 KPa det -1

𝑉4= k [H2 ]x [NO]Y


V3 = k [H2]x [NO]Y

0.182= k [39.2]x [53.3]Y


0.091= k [19.6]x [53.3Y
0.182= [39.2]x
0.091 = [19.6]x

2 = [2]x
x=1
Orde reaksi = x + y = 2 + 1 = 3
Nilai k dihitung dengan :
V = k [H2]x [NO]Y
V = k [H2]1 [NO]2
0.035 = k [53.3] [20]2
0.035𝐾𝑃𝑎 𝑑𝑒𝑡−1
K= 21320 𝐾𝑃𝑎 3

K = 1.64 10-6 KPa -2 det -1

Contoh 2 :

2. Data kinetika reaksi pembentukkan Urea (NH2)2CO dari Ammonium Sianat NH4CNO dalam
larutan aquos (C=0,3817 M), pada suhu 650C adalah :

t (menit) 0 20 50 75 165

Ct (M) 0,3817 0,26 0,186 0,1491 0,0861

Tetapkan orde reaksi dan hitung nilai kontanta laju reaksi!


Jawab:
A  produk
NH4CNO  (NH2)2CO + N2
Uji dengan persamaan laju reaksi orde ke satu :
ln Ct = ln Co – Kt (plot ln Ct vs t)

Grafik orde 1
Orde 1
0
0 20 50 75 165
-0.5

-1
ln Ct

-1.5

-2
y = -0.3561x - 0.595
-2.5 R² = 0.9845

-3
Waktu (menit)

Grafik Orde 2

orde 2
14

12
y = 2.0951x - 0.2778
10 R² = 0.8967
8
1/ Ct

0
0 20 50 75 165
Waktu ( menit)

Jika dilihat dari grafik , maka diperoleh orde nya adalah orde 1 dan juga orde 1 nilai R2
nya mendekati nilai 1

Nilai k
Ln Ct = ln Co – k.t
Y = -0.595 – 0.3561x
K = 0.3561
Waktu Paruh
Waktu paruh ( t1/2 ) merupakan waktu yang dibutuhkan suatu zat untuk meluruh hingga
setengahnya. Sedangkan waktu simpan / waktu daluwarsa ( t90 ) merupakan waktu yang diperlukan
suatu zat untuk terurai 10% dari bagian awal. Apabila suatu zat tersebut sudah terurai 10%, maka
zat tersebut sudah masuk masa kadaluwarsa.

Menetapkan nilai waktu paruh ( t1/2 ) dan waktu simpan ( t90 ) untuk reaksi – reaksi order ke nol
dan ke satu.

t1/2 dan t90 untuk reaksi t1/2 dan t90 untuk reaksi
order ke nol: order ke satu:
𝟎,𝟔𝟗𝟑
t1/2 =
Ct = Co – kt lnCt = lnCo – kt 𝐤

Co−Ct lnCo−lnCt lnCo− ln0,9Co


t= t= t90 =
k k k
Co−0,5Co ln 1,111
t1/2 = lnCo− ln0,5Co t90 =
k t1/2 = k
k
𝟎,𝟓𝐂𝐨
t1/2 = lnCo 1 𝟎,𝟏𝟎𝟓
𝐤
t1/2 =  ln  ln 2 t90 =
0,5Co 1/2 𝐤
𝐂𝐨−𝟎,𝟗𝐂𝐨
t90 =
𝐤 ln 2
t1/2 =
k

Keterangan:

Co = Konsentrasi awal zat

Ct = Konsentrasi zat terhadap waktu

K = Konstanta laju degradasi

t 1/2 = waktu paruh ( untuk radioaktif )

t90 = waktu simpan / waktu daluwarsa

Latihan Soal :

1. Sediaan aspirin dalam larutan pH (2,5) dengan konsentrasi awal 0,30g/100ml memperlihatkan
kinetika degradasi orde ke satu dan konstanta laju degradasinya pada suhu kamar= 9,7x10-7 det-
1
. Hitung:
a) t1/2 dan t90 larutan aspirin
b) dan selanjutnya hitung t1/2 dan t90 aspirin bila sediaan aspirin bila sediaan aspirin di buat
dalam bentuk suspensi dengan dosis 1,0g/100ml, diketahui kelarutan aspirin = 0,33
g/100ml

Jawab:
Diketahui: Co = 0,30 g/100ml
k (orde 1) = 9,7x10-7 det-1
a. t1/2 = ln2 / k
= ln2 / 9,7 x 10-7
= 714432,98 detik
= 8,26 hari
t90 = 0,105 / k
= 0,105 / 9,7 x 10-7
= 108,427 detik
= 1,25 hari
b. Untuk larutan  V = k’ [Asp]
Untuk suspensi  V = k’
k’= k[Asp]
Konsentrasi suspensi tidak mempengaruhi laju degradasi sehingga k = k’
Jawab:
Orde 0
Co = 1,0 g/100ml
k = k’ . [Asp]
= 9,7 x 10-7 . 0,33g/100ml
= 3,201 x 10-7
t1/2 = 0,5Co / k
= 0,5 x 1 g/100mol / 3,201 x 10-7
= 18,87 hari
t90 = 0,1Co / k
= 0,1 . 1 / 3,201 x 10-7
= 312402,37 detik
= 3,61 hari
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi (Persamaan Arhenius 1889)

Persamaan empiris memperlihatkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi

k = A.e - Ea/RT

Keterangan :
k : Rate constant
A : Arrhenius constant
Ea : Activation energi
R : Gas constant
T = Temperature
In k = In A + (-Ea/RT) ln e atau ln k = ln A - Ea/RT

ln k = In A- Ea/R x 1/T  In k vs 1/T

In k2/k1 = Ea/R ( 1/T1 - 1/T2 )

Persamaan reguler linear untuk plotting ln K vs 1/T Slope = -Ea/RT

ln k = ln A – Ea/R . 1/T

ENERGI

Energi Ea

ΔH Produk

Koordinasi Reaktan
Ea = Energi saat di puncak sampai energi produk
Syarat reaktan  produk > Ea + ΔH
ΔH = Energi produk – Energi reaktan
Ea = untuk diperoleh bentuk intermediate (transisi)
Jenis Reaksi :

a. Reaksi eksotermik, reaksi yang melepaskan panas reaksi yang disertai dengan
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor dibebaskan oleh sistem ke
lingkungannya ); ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan di sekitar
sistem.dimana energy reaktan lebih besar dari energy product sehingga ΔH bernilai
negative
b. Reaksi endotermik, reaksi yang menyerap panas, reaksi yang disertai dengan
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem ( kalor diserap oleh sistem dari
lingkungannya ); ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar sistem
dimana energy produk lebih besar dari energy reaktan sehingga ΔH bernilai positive

Soal :

1. Hasil percobaan dekomposisi suatu sediaan 5-hidroksimetilfurfural memperlihatkan kinetika


orde ke suatu dengan data konstanta laju dekomposisnya seperti berikut ini pada suhu :

1200 c = 3,258 x 10-4 det-1


1300 c = 8,38 x 10-4 det-1
1400 c= 1,350 x 10-3 det-1
Hitung Ea, k (25), dan t (90,25)
Diket : R = 8,314 J/K/Mol
Jawab:

T (K) X (1/T) K (det-1) Y (Ln K)


393 0.002544529 3,258 x 10-4 -8.029
403 0.00248139 8,38 x 10-4 -7.084
413 0.002421308 1,350 x 10-3 -6.607

0
-1 0.002421308 0.00248139 0.002544529
-2
-3
-4
-5
-6 y = -11.500x +21.308
-7 r2= 0.9716
-8
-9

a. Y =-11.500x+21308

-11,500 = -Ea/R

-Ea = -11,500 x 8.314

Ea = 95,611 J= 95.61 KJ

b. In k = In A – Ea/R 1/T

Y= -11.500x+21.308

Ln k = -11.500 1/298 + 21.308

Lnk = -17.28

K = 3.12 10-8 det-1

0.105
c. t90 = 𝑘

0.105
t90 = 3.12 10−8
t90 = 3365384 detik = 38 hari

2. Konstanta laju dekomposisi sulfacetamida dalam sediaan larutan (Ph=7,4) pada suhu
800C = 3,25 x 10-3 det-1 dengan Ea= 95,01 Kj mol -1. Diket: R= 8,314 JK- mol-1. Hitung k dan
t 90 sediaan sulfocatemida tersebut pada suhu 250C
Jawab:
In Kw = In k1 + Ea/R (1/T1 – 1/T2 )
In k2 = In (3,25 x 1,5 ) + 95,81/ 8,314 ( 1/353 – 1/298 )
In k2 = - 14,945
k = 3,23 x 10-10
t90 = 0,105/ 3,23 x 10-10 = 10,3thn
1 thn = 365 hari
REAKSI ENZIMATIS
E + S  ES  P + E
Hukum Michaelis Menten
K2 [E]0 [S]0
V=
[C]0 +Km

Keterangan:
Km = Konstanta mekanik
K2 = Daya enzim mentransformasi suatu substrat membentuk produk (bilangan turnover
enzim), yakni jumlah molekul yang di konversi membentk produk dalam satuan waktu per
molekul enzim
E = Enzim
S = Substrat
- Cara Kerja enzim
Enzim membutuhkan daya, enzim berikatan dengan substrat, substrat tertransformasi tapi
tetap ada pada akhir reaksi.
Keterangan:
Bila [S]0 berlebihan  laju reaksi menjadi maksimal
Maka K2[E]0 = Vmax
Vmax [S]0
V=
[C]0 +Km

Persamaan Lineweaver Burk


1 1 Km 1
= + ( )
V Vmax Vmax [S] 0
Plotting 1/V Vs 1/[S]0  kurva garis lurus
Km
= Slope
Vmax
Maka K2 didapat dari intersep 1/Vmax bila [E]0 diketahui
- Sifat-sifat enzim
Spesifik hanya untuk reaksi-reaksi tertentu
Spesifik hanya untuk substrat tertentu (Lock and Key)
Latihan Soal:
1. Untuk reaksi berikut:
Fumarat + H2O  L-malate
Hitung laju perubahan fumarat menjadi L-malate bila diketahui
[Fumarat] = 1,24x10-4 mol/L
[Fumarase enzim] = 1,05x 106 mol/L
Km = 1,85x 10-6 mol/L
Bilangan turnover enzim (K2) = 1,75x103 det-1.
Jawab:
K2 [E]0 [S]0
V=
[C]0 +Km

(1,75x103 det−1 )x(1,05x10−6 mol/L) x (1,24x10−4 mol/L)


=
1,24x10−4 +1,85x10−6

= 1,8x10-3 mol L-1 det-1


2. Laju awal dekomposisi H2O2 yang dikatalis dengan enzim katalase 1,38x10-2, 2,67x10-2, dan
6,0x10-2 M det-1 berturut-turut untuk konsentrasi awal H2O2 0,01M, 0,02M, 0,05 M.
Konsentrasi enzim katalase = 4,0x10-8 M. Hitung Vmax, konstanta Michaelis dan bilangan
turnover enzim.
Laju Reaksi (V) [H2O2]0

1,38x10-2 0,01

2,67x10-2 0,02

6,0x10-2 0,05

x (1/[H2O2]0) y (1/V)
100 72,46

50 37,45

20 16,67

80
70
60
50
40
30
20 y = 0.6977x + 2.659
10 R² = 1
0
100 50 20
1
a. = 2,5691
𝑉𝑚𝑎𝑥

Vmax = 1 / 2,5691
Vmax = 0,389
𝐾𝑚
b. = 0,6977
𝑉𝑚𝑎𝑥

Km/0,389 = 0,6977
Km = 0,272
c. Vmax = K2[E]0
0,389 = K2 . 4,0 x10-8 M
K2 = 0,097 x 108
3. Laju pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus (dalam suatu media) selama fase
pertumbuhan eksponensial menunjukkan 9,24 x 10-3 menit-1 (orde 1). Hitung waktu generasi
(t9) bakteri tersebut. t9 (waktu yang dibutuhkan mikroorganisme untuk 2x lebih banyak dari
awal).
Jawab:
ln Ct = ln Co – kt
ln Ct/Co = -kt
Untuk laju pertumbuhan  laju produk
d[P]
V= dt
𝑑𝑁
V= =kN
𝑑𝑡
𝑑𝑁
V= = k dt
𝑑𝑡
𝑁𝑡
ln = kt
𝑁𝑜
2 𝑁𝑜
ln = k t9
𝑁𝑜

t9 = ln2/k
t9 = 0,693/9,24x10-3
t9 = 75 menit

TEGANGAN PERMUKAAN (γ)

Molekul di permukaan mengalami gaya resultan kearah dalam media.

Molekul di dalam media tidak mengalami gaya resultan.


Molekul di bagian dalam media yang bergerak
kepermukaan media membutuhkan kerja untuk mengatasi
gaya tarik kebawah.

Makin banyak jumlah molekul di permukaan media suatu


cairan makin luas permukaan media tersebut.

Tapi dengan adanya gaya resultan kearah dalam yang di


alami oleh molekul molekul di permukaan, maka sifat
setiap cairan cenderung untuk meminimumkan luas permukaannya.

Fenomena alam yang berkaitan dengan tegangan permukaan:

- Serangga mengapung di air


- Naiknya cairan dalam pipa kapiler air
- Turunnya cairan dalam pipa kapiler raksa
- Tetes air di permukaan daun

Tegangan permukaan

a. Banyaknya kerja yang diperlukan untuk memperluas permukaan suatu cairan, dalam satuan
erg cm-2 atau dyne cm-1 disebut tegangan permukaan.
b. Tegangan permukaan :
- Antara cairan-gas/udara, (tegangan permukaan)
- Antara cairan-cairan (tegangan antar muka)
c. Contoh nilai γ beberapa cairan pada 20ºC
Cairan Cairan-udara (dyne cm-1) Cairan-air (dyne cm-1)

Hg 485 375

H2O 72,75 -

C6H6 28,88 35,0

CCl4 26,80 45,1

Acetone 23,94 -
Ethanol 22,49 -

Isopropanol 21,92 -

Sukrosa (aquos) 55 % w/w 76,45 -

d. Metode pengukuran tegangan permukaan


1. Metode kapiler
Permukaan air dalam pipa kapiler terus naik hingga
mencapai keseimbangan dengan gaya gravitasi
F up = γ (2𝜋r) cos θ
F down = ρg(ℎ𝜋𝑟 2)
F up = F down

𝜌𝑔ℎ𝑟
γ=
2 cos 𝜃

Keterangan:
ρ = bobot jenis cairan
g = 980 cm det-2
r = jari-jari pipa kapiler
h = tinggi miniskus cairan dalam kapiler
θ = sudut kontak (untuk air dan kebanyakan cairan sangat kecil sehingga nilai cos θ
mendekati satu
Untuk cairan dengan sudut kontak sangat kecil
𝜌𝑔ℎ𝑟 2𝛾
γ= atau h =
2 𝜌𝑔𝑟
2. Metode cincin Du Nouy
Berdasarkan pengukuran gaya yang diperlukan untuk melepaskan
cincin dari permukaan cairan. Metode ini sering digunakan untuk
mengukur tegangan antar muka cairan.

𝐹
γ= C
4𝜋𝑅

Keterangan :
F = gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin dari permukaan cairan
R = jari-jari lingkar cincin
C = faktor koreksi
Faktor koreksi (C) :

4𝑏 1 𝐹
(C - a)2 = 𝜋𝑟 2
𝑥
𝑅2
𝑥
4𝜋𝜌𝑅
+𝑐

a = 0,7250 (konstan)
b = 0,09075m-1s2 (konstan)
c = 0,04534-1,659r/R
r = jari-jari cincin
R = jari-jari lingkar cincin
ρ = bobot jenis cairan
3. Metode lempengan Wilhelmi

𝑃 = 𝑚𝑔 + 𝐿𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠ℎ𝜌𝑔

Keterangan :
P = gaya yang diperlukan untuk
melepaskan lempengan dari
permukaan cairan
m = berat lempengan
g = gaya gravitasi
s = luas penampang
h = kedalaman lempengan yang dicelupkan
L = keliling lempengan
ρ = bobot jenis cairan
4. Metode tekanan gelembung maksimum (pendant drop method)
Metode ini cocok untuk tegangan antar muka cairan yang
viskositasnya tinggi.

1
𝛾 = ∆𝜌𝑔𝑑𝑒 2
𝐻

Keterangan :
Δρ = perbedaan bobot jenis
de = diameter maksimum tetesan
1/H = faktor koreksi yang ditentukan oleh rasio ds/de
Soal :
1. Hitung γ Fenol bila diketahui tinggi kenaikan permukaan Fenol dalam pipa kapiler (r = 0,07
cm) adalah 0,93 cm pada suhu 37ºC. Bila diketahui bobot jenis Fenol 1,13 g cm-1 dan
konstanta gravitasi 980,7 cm det-2.
Jawab :
Diket : r = 0,07 cm ρ = 1,13 g cm-1
h = 0,93 g = 980,7 cm det-2
T = 37ºC
𝜌𝑔ℎ𝑟
γ=
2
1,13 𝑥 980,7 𝑥 0,93 𝑥 0,07
γ=
2
= 36,072 dyne cm-1

Fenoma permukaan dan Fenomena antar muka

Permukaan Fenomena

- Cairan- Udara - Tegangan Permukaan


- Padat – udara - Adsorbsi
Anta muka Fenomena

- Cairan-Cairan (immiscible) - Tegangan antar muka


- Padat- Cair - Pembasah (wetting)

Tegangan antar muka cairan – cairan (immiscible)


L
ɣL L ɣLS

S (tegangan antar muka)


S ɣs

1. Gaya persatuan panjang yang bekerja antar muka 2 cairan yang immiscible, satuan : dyne
cm -1
2. Kerja yang diperlukan untuk memisahkan 2 permukaan cairan immiscible, satuan: ergcm-2
Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi
antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.
Gaya kohesi adalah gaya Tarik menarik antara partikel sejenis , Gaya adhesi adalah gaya
Tarik menarik antara partikel yang berbeda. Jika tekanan adhesi lebih kecil dari tekanan
kohesi (adhesi < kohesi) maka disebut sebagai tegangan antar muka

Koefisien sebaran ( contoh pada campuran air dan minyak )

Ilustrasi

Wc = 2 ɣ x

Wa = (ɣx + ɣair -ɣx.air )

Si = Wa- Wc

Keterangan :

Wa = Usaha adhesi

Wc = Usaha kohesi
Si = koefisien sebaran awal , ada 3 kemungkinan + , 0 , -

Bila Si = + , sebaran terjadi

Si = - , sebaran tidak terjadi

Contoh soal :

1. Diketahui ɣ Benzen = 28.9 dyne cm -1 , ɣ air = 72.8 dyne cm -1 ɣ benzen.air = 35 dyne


-1
cm . Hitung nilai kerja kohesi benzene, kerja adhesi benzene.air dan koefisien
penyebaran awal benzene!
Jawab :
Wc =2ɣx
= 2 ɣ benzene
= 2. 28.9 dyne cm -1
= 57.8 dyne cm -1
Wa = (ɣbenzen + ɣair -ɣbenzen.air )
= 28.9 dyne cm -1 + 72.8 dyne cm -1 – 35 dyne cm -1
= 66.7 dyne cm -1
Si = Wa- Wc
= 66.7 dyne cm -1 – 57.8 dyne cm -1
= 8.9 dyne cm -1
Nilai Si = + , secara teori bias disebarkan ke dalam air karenaa nilai Si + , namun kita
tahu bahwa air adalah pelarut polar dan benzene adalah zat yang bersifat non polar
sehingga tidak bisa bercampur , nilai Si + didapatkan akibat nilai kohesi lebih rendah
dari adhesi dan disebabkan oleh faktor struktur cairan yang akan disebarkan. Walau
bersifat immiscible , tapi bisa menyebar karena strukturnya .
Faktor struktur zat, zat yang memiliki gugus polar (contoh gugus hidroksil dan
karboksil) , contoh asam propionate ( CH3 –CH2-COOH ), nilai koefisiennya akan
positif karena bersifat polar
Untuk melihat sebaran ditentukan dari rasio polar- non polar
2. Diketahui ɣ heptilalkohol = 27.0 dyne cm -1 , ɣ air = 72.8 dyne cm -1 ɣ heptilalkohol.air
= 8.0 dyne cm -1 . Hitung nilai kerja kohesi heptilalkohol, kerja adhesi heptilalkohol.air
dan koefisien penyebaran awal heptilalkohol
Wc =2ɣx
= 2 ɣ heptilalkohol
= 2. 27 dyne cm -1
= 54 dyne cm -1
Wa = (ɣheptilalkohol + ɣair -ɣheptilalkohol.air )
= 27 dyne cm -1 + 72.8 dyne cm -1 – 8 dyne cm -1
= 91.8 dyne cm -1
Si = Wa- Wc
= 91.8 dyne cm -1 – 54 dyne cm -1
= 37.8 dyne cm -1
Daftar Pustaka

1. Tayangan dosen
2. Penjelasan dosen
3. Cairns,Donald. 2009. Intisari kimia farmasi . Jakarta : EGC
4. Martin,A. 2010. Farmasi Fisik II. Jakarta : UI Press

Anda mungkin juga menyukai