Anda di halaman 1dari 14

Kebijakan Publik dan Industri Farmasi

Oleh :
Pindha Kurnia Jati
Eka Ramadhina
Gita Aprillia
Anindya Mutiara Sari
Richi Andika Saputra
Kebijakan Publik
Definisi kebijakan publik

Arief Ramelan Karseno,


Chandler dan Plano (1988) Easton (1969)
MA.,Ph.D

Thomas R. Dye (1981) Ir. Dharma Gupta

Ratih Pratiwi Anwar, S.E. M.Si Ir. Djoko Wintolo Anderson (1984)
1. Untuk menjamin kepentingan umum semaksimal mungkin.
TUJUAN 2. Ditetapkan berdasarkan prosedur yang berlaku.
3. Didorong oleh keinginan untuk menghindari pertentangan yang
destruktif.

PRINSIP
1. Kejelasan
2. Akurasi
3. Kesederhanaan
4. Keamanan
5. Tanggung jawab
6. Kemudahan akses
7. Kenyamanan
8. Membuat peraturan yang efektif
9. Menyediakan publik servis yang efektif dan accountable
10.Meningkatkan standar hidup masyarakat.
KARAKTERISTIK
1. Selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan suatu tindakan
yang berorientasi tujuan.
2. Berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah
3. Merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.
4. Bersifat positif dalam arti suatu tindakan hanya dilakukan dan
negative dalam arti keputusan itu bermaksud untuk tidak melakukan
sesuatu.
5. Kebijakan itu didasarkan pada peraturan atau peraturan perundang-
undangan yang bersifat memaksa.
APLIKASI KEBIJAKAN PUBLIK

• Pemerintah
Kebijakan Obat Nasional (KONAS)
Maksud dan Tujuan
KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara
berkelanjutan, untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterjangkauan dan
penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai.
Strategi
1. Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat esensial

2. Jaminan keamanan, khasiat dan mutu obat beredar, serta perlindungan masyarakat dari berbagai
dampak salah penggunaan dan penyalahgunaan obat

3. Penggunaan obat secara rasional


Landasan Kebijakan Publik
Untuk mencapai tujuan KONAS ditetapkan landasan kebijakan sebagai berikut:
1. Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat,
sedangkan pelaku usaha di bidang obat bertanggung jawab atas mutu obat sesuai dengan
fungsi usahanya. Tugas pengawasan dan pengendalian yang menjadi tanggungjawab
pemerintah dilakukan secara profesional, bertanggungjawab, independen dan transparan.
2. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat
esensial yang dibutuhkan masyarakat.
3. Pemerintah dan pelayan kesehatan bertanggungjawab untuk menjamin agar pasien
mendapat pengobatan yang rasional. Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi obat
yang benar. Pemerintah memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan pengobatan.
4. Pemerintah mendorong terlaksananya penelitian dan pengembangan obat yang mencakup
aspek sistem(manajamen obat, manajemen SDM, penggunaan obat rasional, dan lain-lain),
komoditi obat, proses (pengembangan obat baru), kajian regulasi dan kebijakan.
5. Pemerintah dan semua pihak terkait bertanggungjawab atas ketersediaan SDM yang dapat
menunjang pencapaian sasaran.
• Swasta
Tata Niaga Obat di RS Swasta
Ada 5 hal yang baru dalam pola baru manajemen bisnis obat di
rumah sakit swasta:
1. Standarisasi obat yang mengharuskan pihak farmasi membayar per
produk dan kewajiban donasi obat
2. Sistem Pembelian Group
3. Sistem pembelian obat dengan Konsinyasi
4. Kerjasama dengan Prinsipal farmasi dalam bentuk Kontrak obat
dengan memberikan “advance discount” ke Rumah Sakit selama
periode tertentu
5. Resep obat dari dokter rawat jalan terintegrasi langsung di Farmasi
Rumah Sakit
INDUSTRI FARMASI
Industri Farmasi adalah Badan usaha yang memiliki izin
dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan
obat atau bahan obat (Permenkes
No.1799/MENKES/PER/XII/2010).
Karakteristik Industri Farmasi
1. Industri yang padat modal, minimal membutuhkan biaya US$ 10 juta (sepuluh juta USD)untuk
membangun pabrik standar GMP.
2. Industri yang memerlukan teknologi tinggi dalam hal research and development, studi klinis,
manufaktur, maupun pengemasan (packaging). Saat ini Indonesia masih sebagai industri peracik saja,
sementara untuk menguasai industri hulu memerlukan penguasaan teknologi tinggi.
3. Industri yang regulasinya sangat ketat (highly regulated)baik peraturan tentang Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB), etika, perlindungan konsumen, dll.
4. Industri yang membutuhkan pekerja dengan spesifikasi dan keahlian tertentu
Tantangan Industri Farmasi
1. Kewajiban industri farmasi untuk mensukseskan jaminan kesehatan nasional
2. Masalah inovasi
3. Selaras
Pengembangan Industri Farmasi Nasional
Menjadikan industri farmasi nasional sebagai industri yang mampu bersaing melalui
pendekatan:
 Pemenuhan terhadap standar(CPOB) dan standar lainnya
 Efisiensi
 Inovasi
Peran Kemenkes Dalam Pengembangan Industri Farmasi Nasional
Melakukan pembinaan terhadap Industri Farmasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
17 tahun 1986, mampu memenuhi standar dan persyaratan mampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri serta mampu bersaing baik nasional maupun internasional
Siklus Manajemen Sediaan Farmasi

Berdasarkan Undang-Undang Farmasi Rumah skit 1333/Menkes/SK/XII/1999:


Adalah bagian tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan rumah sakit yang
berorientasi kepada:
1. Pasien,
2. Penyediaan obat yang bermutu, termasuk
3. Pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
Adapun aspek-aspek Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB) yaitu:
1. Manajemen Mutu
2. Organisasi, Manajemen, dan Personalia
3. Bangunan dan Peralatan
4. Operasional
5. Inspeksi Diri
6. Keluhan , Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan
Kembali
7. Transportasi
8. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
9. Dokumentasi
Kesimpulan
1. Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah dan swasta yang kemudian dituangkan dalam
berbagai dalam tindakan nyata, mempunyai berbagai tujuan yaitu untuk menjamin kepentingan
umum semaksimal mungkin, ditetapkan berdasarkan prosedur yang berlaku, dan didorong oleh
keinginan untuk menghindari pertentangan yang destruktif.
2. Aplikasi kebijakan publik oleh pemerintah salah satu contohnya adalah tentang kebijakan obat
nasional (Konas) dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara
berkelanjutan, untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak
dicapai.
3. Aplikasi kebijakan publik oleh swasta misalnya tata niaga obat di rumah sakit swasta adalah
standarisasi obat yang mengharuskan pihak farmasi membayar per produk dan kewajiban donasi
obat, sistem pembelian group, sistem pembelian dengan konsinyasi, kerjasama dengan Prinsipal
farmasi dalam bentuk Kontrak obat dengan memberikan “advance discount” ke Rumah Sakit
selama periode tertentu, dan resep obat dari dokter rawat jalan terintegrasi langsung di Farmasi
Rumah Sakit.
4. Industri Farmasi Nasional harus bertransformasi dari “ Tukang Jahit ”
menjadi Value Chain yang lengkap dengan mengarahkan pada produksi bahan
baku obat, intermediet dan penelitian klinis dan pengembangan obat.
5. Pengembangan Industri Farmasi membutuhkan Komitmen jangka panjang
dan kerjasama yang erat dari ABGC diberbagai aspek
6. Industri, importir, distributor, sarana pelayanan dan pemerintah terlibat untuk
mengawal produk obat mulai dari bahan baku hingga produk jadi.
7. Cara Distribusi Obat yang Baik (Good Distribution Practices) merupakan
salah satu perangkat krusial agar produk obat sampai ke tangan pasien
memenuhi standar.

Anda mungkin juga menyukai