(PROTEIN)
Disusun Oleh:
19330717
KELAS A
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
PERCOBAAN III
PROTEIN
Hasil Pengamatan
Sampe Uji
Uji Uji Uji
l Uji Nitrogen Hidrolisis
Belerang Xantoprotein Biuret
Protein
(+) (+) (+) (+) (-)
- Bau Larutan Larutan Larutan Larutan
pesing/gas hitam kuning ungu biru
amoniak NH3 kecoklatan hingga
- Sifat gas basa keorangean
Kasein
dengan
menggunakan
lakmus
(merah →
biru)
b. Pembahasan
1. Uji Nitrogen
Uji Nitrogen digunakan untuk membuktikan apakah protein mengandung gugus
nitrogen. Pada percobaan ini dihasilkan bahwa kasein jika dipanaskan di atas api
akan tercium aroma amonia (pesing) yang merupakan ciri dari senyawa
nitrogen. Ketika dipanaskan akan muncuk uap air yang menunjukan adanya
unsur H dan O (H2O) hal ini protein akan mudah terdenaturasi dengan
pemanasan. Denaturasi protein adalah fenomena transformasi struktur protein
yang terlipat menjadi terbuka. Perubahan konformasi protein mempengaruhi
sifat protein (Estiasih, 2016). Selama denaturasi, ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik dipecah, sehingga terjadi peningkatan entropi atau peningkatan
kerusakan molekulnya. Protein-protein yang terdenaturasi cenderung untuk
membentuk agregat dan endapan yang disebut koagulasi. Karena kasein
merupakan protein maka hal yang sama dapat terjadi. Ikatan amina pada
struktur protein yang terdapat atim nitrogen yang terputus karena denaturasi
akan menghasilkan gas amonia (NH3) yang memiliki bau pesing dan hasil uji
dengan menggunakan lakmus untuk mengetahui sifat zat di dapat bahwa zat
bersifat basa.
2. Uji Belerang
Pada uji belerang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan belerang dalam
suatu senyawa. Reaksi ini dilakukan dengan mengubah sulfur menjadi sulfida
anorganik pemutusan ikatan oleh basa. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna hitam. Pada suasana basa, timbal (II) asetat
akan bereaksi dengan sulfat dari asam amino membentuk garam PbS berwarna
hitam (Winarno, 1992). Penambahan NaOH bertujuan untuk mendenaturasi
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS. Penambahan Pb-asetat bertujuan untuk membentuk
garam berwarna hitam. Garam yang dihasilkan yaitu garam PbS yang berwarna
hitam. Garam ini terbentuk dalam suasana basa dan berasal dari belerang. Dari
percobaan yang dilalukan kasein menunjukkan adanya endapan warna hitam
timbal sulfida, jika larutan tersebut direaksikan dengan timbal asetat.
3. Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein merupakan uji untuk menunjukkan adanya inti benzene (cincin
fenil) pada suatu sampel protein. Dalam uji Xantoprotein, inti benzene akan
ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene bewarna
kuning tua. Pada suasana basa (ditambahkan larutan basa), uji Xantoprotein
akan mengubah kompleks warna kuning tua pada sampel menjadi warna orange.
Dalam percobaan kasein menghasilkan uji positif terhadap reagen xantoprotein
yang ditandai dengan terbentuknya komplek berwarna kuning tua/kuning muda
ketika berada dalam suasana asam (ditambahkan HNO3) dan terbentuk
kompleks berwarna jingga/juning ketika berada dalam suasana basa
(ditambahkan NaOH) (Poedjiadi 2007). Fungsi penambahan HNO3 adalah
sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzena dari asam amino
akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan berwarna kuning (Girindra,
1986).
4. Uji Biuret
Biuret merupakan senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengidentifikasi
adanya ikatan peptida pada sampel protein. Uji ini akan memberikan hasil
positif untuk dua buah ikatan peptida atau lebih. Pada percobaan larutan
berubah menjadi ungu violet setelah ditambahkan dengan NaOH dan CuSO 4.
Penambahan NaOH agar larutan dalam suasana basa, sebab pereaksi biuret
hanya bekerja pada suasana basa. Dalam larutan basa Cu2+ membentuk
kompleks dengan ikatan peptida (-CO-NH). (Anton Apriyantono, dkk, 1989).
5. Hidrolisis Protein
Hidrolisis protein adalah proses pecahnya atau terputusnya ikatan peptida dari
protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada percobaan ini dilakukan
hidrolisis protein terhadap kasein yang menghasilkan larutan berwarna biru
yang artinya kasein tidak memiliki ikatan peptida lagi karena sudah terhidrolisis
menjadi monomernya yaitu asam amino. Pada saat melakukan hidrolisis
dilakukan dengan pemanasan menggunakan refluks lalu ada penambahan NaOH
sedikit demi sedikit untuk menetralkan kelebihan asam. Setelah larutan netral,
ditambahkan pereaksi biuret untuk melihat perbandingan kasein yang sudah dan
belum terhidrolisis. Setelah penambahan pereaksi biuret larutan tidak berubah
tetap berwarna biru dan tidak terbentuk senyawa kompleks karena ikatan
peptida terlah diputus.
I. Tugas
Jelaskan perbedaan sifat kasein dan hasil hidrolisisnya terhadap uji biuret, serta tuliskan
reaksinya!
Uji biuret: uji biuret digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida dan protein pada
umumnya. Uji biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif
pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Kasien dengan penambahan 2ml
air suling dan 2 tetes CuSO4 2% akan menghasilkan endapan berwarna ungu. Warna ini
disebabkan oleh Cu2+ bereaksi dengan 4 asam amino sehingga membentuk kompleks
warna. Reaksi akan menunjukkan hasil positif apabila sampel mengandung ikatan
peptida.
Hidrolisis Protein mengalami proses dimana pecahnya atau terputusnya ikatan peptida
dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Kasein tidak memiliki ikatan peptida
lagi karena telah mengalami hidrolisis oleh asam (HCl) dan pemanasan (refluks)
sehingga larutan yang terbentuk tetap berwarna biru dan tidak ada kompleks bahkan
setelah penambahan pereaksi biuret.
J. Kesimpulan
1. Uji nitrogen dilakukan untuk mengetahui apakah kasein memiliki gugus nitrogen
atau tidak. Hasil percobaan ini adalah positif ditandai dengan bau pesing/bau
amonia setelah kasein dipanaskan. Uap/ gas amonia yang dihasilkan bersifat basa
dengan uji lakmus.
2. Uji belerang (sulfur) untuk mengetahui apakah kasein mengandung sulfur atau
belerang. Pada percobaan ini kasein yang belum dimurnikan menunjukkan hasil
positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna hitam kecoklatan.
3. Uji xantoprotein untuk mengetahui apakah kasein mengandung fenil atau cincin
benzene. Pada percobaan ini kasein menunjukkan hasil positif yaitu dengan
terbentuknya larutan berwarna kuning keorangean. Kasein dengan penambahan
HNO3 p akan berwarna kuning lalu dengan penambahan NaOH akan menjadi
berwarna keorangean.
4. Uji biuret untuk mengetahui apakah kasein memiliki ikatan peptida atau
polipeptida. Pada percobaan ini kasein mengandung ikatan polipeptida sehingga
membentuk senyawa ungu/violet dan membentuk kompleks karena Cu2+ yang dari
larutan CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida
yang menyusun protein (kasein) tersebut.
5. Hidrolisis protein dilakukan untuk mengetahui apakah kasein masih mengandung
ikatan peptida setelah dihidrolisis. Pada percobaan ini kasein menunjukkan hasil
negatif yaitu tidak memiliki ikatan peptida lagi setelah dihidrolisis. Larutan yang
berwarna biru setelah mengalami hidrolisis dengan asam (HCl) dan pemanasan
dengan refluks bahkan setelah penambahan pereaksi biuret warna tidak berubah dan
tetap berwarna biru.
DAFTAR PUSTAKA
Anton Apriyantono, dkk. Analisis Pangan. (Bogor: UPT produksi media informasi LSI-IPB,
1989).hlm 73.
Ash, Michael. 2010. Handbook of Fillers, Extenders, and Diluents. New York: John Wiley &
Sons
Estiasih T., dkk. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia