Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

(PROTEIN)

Disusun Oleh:

EKA PUSPA SARI

19330717

KELAS A

LABORATORIUM KIMIA DASAR

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020
PERCOBAAN III

PROTEIN

A. Tujuan Percobaan : Mengenal dan memahami beberapa reaksi protein


B. Prinsip Percobaan : Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu dapat
diketahui adanya protein
C. Teori Percobaan :
Protein adalah suatu polipeptida yang tersusun dari banyak asam amino. Protein
merupakan molekul yang sangat vital untuk organisme yang terdapat di semua sel.
Rantai asam amino dihubungkan dengan kovalen yang spesifik. Struktur dan fungsi
protein ditentukan oleh kombinasi, jumlah, dan urutan asam amino. Sifat fisika dan
kimiawi asam amino dipengaruhi oleh asam-asam amino penyusunnya. Ada dua jenis
protein yaitu protein sederhana dan protein kompleks. Protein memiliki karakteristik
sebagai katalis biokimia, pengukur pergerakan, penunjang mekanisme tubuh dan
pengendali pertumbuhan (Ash, 2010). Protein dalam tubuh dikelompokkan berdasarkan
tugas dan fungsi protein tersebut. Kelompok protein tersebut adalah protein serat, protein
globular, dan protein konjugasi (Bahan cetak ajar. Kimia Organik, 2016).
Protein serat disebut juga protein struktural yang bertugas membentuk kulit, otot,
pembuluh darah, dan rambut. Protein-protein pembentuk tersebut diantaranya adalah
kolagen yang bertugas membentuk jaringan penyambung, elastin yang membentuk urat
dan pembuluh darah, dan keratin yang membentuk rambut dan kuku.
Protein globular adalah protein larut, yang termasuk dalam kelompok protein ini
adalah albumin yang terdapat telur dan serum, globulin terdapat dalam serum, histon
terdapat dalam jaringan kelenjar dan bersama dengan asam nukleat, rotamina yang
berhubungan dengan asam nukleat. Contoh dari protein globular adalah hemoglobin
(bagian dari eritrosit) yang bertanggung jawab atas pengangkutan oksigen dalam aliran
darah. Satu satuan hemoglobin mempunyai bobot molekul sekitar 65.000, mengandung
empat molekul protein yang disebut globin. Keracunan karbon monoksida terjadi bila
molekul CO menggantikan tempat molekul O2 dalam hemoglobin. Molekul CO terikat
erat oleh besi dan dilepaskan tidak semudah molekul oksigen.
Protein konjugasi adalah protein yang berhubungan dengan suatu bagian nonprotein
misalnya gula yang mempunyai berbagai fungsi dalam seluruh tubuh. Contoh yang
termasuk dalam kelompok ini adalah nukleoprotein yang bersenyawa dengan asam
nukleat, mukoprotein dan glikoprotein yang berhubungan dengan karbohidrat,
lipoprotein berhubungan dengan lipida, fosfogliserida atau kolesterol.
Struktur protein dibedakan menjadi struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
Struktur primer adalah rentetan asam amino dalam suatu molekul protein. Bentuk
kerangka atau tulang belakang dari suatu protein disebut sebagai struktur yang
merupakan pola lipatan berulang dari rangka protein, dua pola terbanyak adalah alpha
helix dan beta sheet (Bahan cetak ajar. Kimia Organik, 2016).
D. Bahan yang Diperiksa : Kasein
E. Pereaksi yang Dibutuhkan : NaOH 10%
HCl p
HNO3 p
CuSO4 2%
Pb Asetat
NaNO2 5%
F. Alat-alat yang Digunakan : Tabung reaksi, batang pengaduk, pipet tetes, erlenmeyer,
alat refluks, pembakar Bunsen.
G. Cara Percobaan :
1. Uji Nitrogen
Masukkan ± 0,5 g kasein ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, panaskan
perlahan-lahan di atas api kecil.
Dengan hati-hati amati bau yang timbul dan uji gas itu dengan menempatkan kertas
lakmu merah basah di atas mulut tabung.
2. Uji Belerang
Masukkan ± 0,5 g kasein ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml dan tambahkan 10-15 ml
larutan NaOH 10%.
Didihkan dengan hati-hati selama ± 15 menit. Campuran reaksi akan mudah sekali
berbuih. Dinginkan dan asamkan dengan HCl p.
Letakkan kertas Pb Asetat basah pada mulut labu kemudian didihkan lagi. Amati
perubahan yang terjadi pada kertas Pb Asetat.
3. Uji Xantoprotein
Masukkan ± 0,1 g kasein ke dalam tabung reaksi, tambahkan 10-15 tetes HNO 3 p
dan panaskan perlahan-lahan.
Amati warna yang terjadi. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 10%.
Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
4. Uji Biuret
Campur ± 0,1 g kasein dengan 2 ml air suling, 2 ml NaOH 10% dan 1-2 tetes larutan
CuSO4 2%. Aduk dan amati hasilnya.
5. Hidrolisis Protein
Susunlah alat refluks menggunakan labu dasar bulat 100 ml. Masukkan 0,5 g kasein
ke dalam labu, tambahkan 20 ml HCl 20% dan batu didih. Refluks campuran selama
30-45 menit menggunakan api yang kecil. Setelah hidrolisis sempurna, matikan api
dan dinginkan campuran reaksi.
- Netralkan 2-3 ml hasil hidrolisis dengan larutan NaOH 10%. Kemudian
tambahkan lagi 1 ml larutan NaOH 10% dan 1-2 tetes larutan CuSO4 2%. Amati
hasilnya.
H. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil

Hasil Pengamatan
Sampe Uji
Uji Uji Uji
l Uji Nitrogen Hidrolisis
Belerang Xantoprotein Biuret
Protein
(+) (+) (+) (+) (-)
- Bau Larutan Larutan Larutan Larutan
pesing/gas hitam kuning ungu biru
amoniak NH3 kecoklatan hingga
- Sifat gas basa keorangean
Kasein
dengan
menggunakan
lakmus
(merah →
biru)

b. Pembahasan
1. Uji Nitrogen
Uji Nitrogen digunakan untuk membuktikan apakah protein mengandung gugus
nitrogen. Pada percobaan ini dihasilkan bahwa kasein jika dipanaskan di atas api
akan tercium aroma amonia (pesing) yang merupakan ciri dari senyawa
nitrogen. Ketika dipanaskan akan muncuk uap air yang menunjukan adanya
unsur H dan O (H2O) hal ini protein akan mudah terdenaturasi dengan
pemanasan. Denaturasi protein adalah fenomena transformasi struktur protein
yang terlipat menjadi terbuka. Perubahan konformasi protein mempengaruhi
sifat protein (Estiasih, 2016). Selama denaturasi, ikatan hidrogen dan ikatan
hidrofobik dipecah, sehingga terjadi peningkatan entropi atau peningkatan
kerusakan molekulnya. Protein-protein yang terdenaturasi cenderung untuk
membentuk agregat dan endapan yang disebut koagulasi. Karena kasein
merupakan protein maka hal yang sama dapat terjadi. Ikatan amina pada
struktur protein yang terdapat atim nitrogen yang terputus karena denaturasi
akan menghasilkan gas amonia (NH3) yang memiliki bau pesing dan hasil uji
dengan menggunakan lakmus untuk mengetahui sifat zat di dapat bahwa zat
bersifat basa.
2. Uji Belerang
Pada uji belerang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan belerang dalam
suatu senyawa. Reaksi ini dilakukan dengan mengubah sulfur menjadi sulfida
anorganik pemutusan ikatan oleh basa. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna hitam. Pada suasana basa, timbal (II) asetat
akan bereaksi dengan sulfat dari asam amino membentuk garam PbS berwarna
hitam (Winarno, 1992). Penambahan NaOH bertujuan untuk mendenaturasi
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS. Penambahan Pb-asetat bertujuan untuk membentuk
garam berwarna hitam. Garam yang dihasilkan yaitu garam PbS yang berwarna
hitam. Garam ini terbentuk dalam suasana basa dan berasal dari belerang. Dari
percobaan yang dilalukan kasein menunjukkan adanya endapan warna hitam
timbal sulfida, jika larutan tersebut direaksikan dengan timbal asetat.
3. Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein merupakan uji untuk menunjukkan adanya inti benzene (cincin
fenil) pada suatu sampel protein. Dalam uji Xantoprotein, inti benzene akan
ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene bewarna
kuning tua. Pada suasana basa (ditambahkan larutan basa), uji Xantoprotein
akan mengubah kompleks warna kuning tua pada sampel menjadi warna orange.
Dalam percobaan kasein menghasilkan uji positif terhadap reagen xantoprotein
yang ditandai dengan terbentuknya komplek berwarna kuning tua/kuning muda
ketika berada dalam suasana asam (ditambahkan HNO3) dan terbentuk
kompleks berwarna jingga/juning ketika berada dalam suasana basa
(ditambahkan NaOH) (Poedjiadi 2007). Fungsi penambahan HNO3 adalah
sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzena dari asam amino
akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan berwarna kuning (Girindra,
1986).
4. Uji Biuret
Biuret merupakan senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengidentifikasi
adanya ikatan peptida pada sampel protein. Uji ini akan memberikan hasil
positif untuk dua buah ikatan peptida atau lebih. Pada percobaan larutan
berubah menjadi ungu violet setelah ditambahkan dengan NaOH dan CuSO 4.
Penambahan NaOH agar larutan dalam suasana basa, sebab pereaksi biuret
hanya bekerja pada suasana basa. Dalam larutan basa Cu2+ membentuk
kompleks dengan ikatan peptida (-CO-NH). (Anton Apriyantono, dkk, 1989).
5. Hidrolisis Protein
Hidrolisis protein adalah proses pecahnya atau terputusnya ikatan peptida dari
protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada percobaan ini dilakukan
hidrolisis protein terhadap kasein yang menghasilkan larutan berwarna biru
yang artinya kasein tidak memiliki ikatan peptida lagi karena sudah terhidrolisis
menjadi monomernya yaitu asam amino. Pada saat melakukan hidrolisis
dilakukan dengan pemanasan menggunakan refluks lalu ada penambahan NaOH
sedikit demi sedikit untuk menetralkan kelebihan asam. Setelah larutan netral,
ditambahkan pereaksi biuret untuk melihat perbandingan kasein yang sudah dan
belum terhidrolisis. Setelah penambahan pereaksi biuret larutan tidak berubah
tetap berwarna biru dan tidak terbentuk senyawa kompleks karena ikatan
peptida terlah diputus.

I. Tugas
Jelaskan perbedaan sifat kasein dan hasil hidrolisisnya terhadap uji biuret, serta tuliskan
reaksinya!
Uji biuret: uji biuret digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida dan protein pada
umumnya. Uji biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif
pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Kasien dengan penambahan 2ml
air suling dan 2 tetes CuSO4 2% akan menghasilkan endapan berwarna ungu. Warna ini
disebabkan oleh Cu2+ bereaksi dengan 4 asam amino sehingga membentuk kompleks
warna. Reaksi akan menunjukkan hasil positif apabila sampel mengandung ikatan
peptida.

Hidrolisis Protein mengalami proses dimana pecahnya atau terputusnya ikatan peptida
dari protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Kasein tidak memiliki ikatan peptida
lagi karena telah mengalami hidrolisis oleh asam (HCl) dan pemanasan (refluks)
sehingga larutan yang terbentuk tetap berwarna biru dan tidak ada kompleks bahkan
setelah penambahan pereaksi biuret.
J. Kesimpulan
1. Uji nitrogen dilakukan untuk mengetahui apakah kasein memiliki gugus nitrogen
atau tidak. Hasil percobaan ini adalah positif ditandai dengan bau pesing/bau
amonia setelah kasein dipanaskan. Uap/ gas amonia yang dihasilkan bersifat basa
dengan uji lakmus.
2. Uji belerang (sulfur) untuk mengetahui apakah kasein mengandung sulfur atau
belerang. Pada percobaan ini kasein yang belum dimurnikan menunjukkan hasil
positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna hitam kecoklatan.
3. Uji xantoprotein untuk mengetahui apakah kasein mengandung fenil atau cincin
benzene. Pada percobaan ini kasein menunjukkan hasil positif yaitu dengan
terbentuknya larutan berwarna kuning keorangean. Kasein dengan penambahan
HNO3 p akan berwarna kuning lalu dengan penambahan NaOH akan menjadi
berwarna keorangean.
4. Uji biuret untuk mengetahui apakah kasein memiliki ikatan peptida atau
polipeptida. Pada percobaan ini kasein mengandung ikatan polipeptida sehingga
membentuk senyawa ungu/violet dan membentuk kompleks karena Cu2+ yang dari
larutan CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida
yang menyusun protein (kasein) tersebut.
5. Hidrolisis protein dilakukan untuk mengetahui apakah kasein masih mengandung
ikatan peptida setelah dihidrolisis. Pada percobaan ini kasein menunjukkan hasil
negatif yaitu tidak memiliki ikatan peptida lagi setelah dihidrolisis. Larutan yang
berwarna biru setelah mengalami hidrolisis dengan asam (HCl) dan pemanasan
dengan refluks bahkan setelah penambahan pereaksi biuret warna tidak berubah dan
tetap berwarna biru.
DAFTAR PUSTAKA

Anton Apriyantono, dkk. Analisis Pangan. (Bogor: UPT produksi media informasi LSI-IPB,
1989).hlm 73.

Ash, Michael. 2010. Handbook of Fillers, Extenders, and Diluents. New York: John Wiley &
Sons

Estiasih T., dkk. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Bumi Aksara. Jakarta.

Girindra A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.

Poedjiadi. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.

Wardiyah, 2016. Buku Ajar Cetak Farmasi, Kimia Organik. Jakarta

Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia

Anda mungkin juga menyukai