Anda di halaman 1dari 18

KOLOIDA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


SELASA, TANGGAL 12 Desember 2011

VERA ASTUTI, APT


SISTEM TERDISPERSI
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yg dikenal
sbg fase terdispersi, terdistribusi ke seluruh medium
kontinu atau medium dispersi.

Bahan2 yg terdispersi bisa mempunyai jangkauan


ukuran dari partikel2 berdimensi atom dan molekul
sampai partikel2 yg ukurannya diukur dlm milimeter.

Oleh karena itu, cara paling mudah utk menggolongkan


sistem terdispersi adl berdasarkan garis tengah partikel
rata2 dari bahan terdispersi.

Umumnya dibuat 3 gol. Ukuran, yaitu :


1. dispersi molekular
2. dispersi koloid
3. dispersi kasar
Ad. 1 Dispersi Molekular
- JUP : kurang dari 1,0 nm (mμ)
- Sifat sistem :
Partikel tidak terlihat dlm mikroskop
elektron, dpt melewati ultrafiltrasi dan
membran semipermeabel, mengalami
difusi cepat.
- Ex : Molekul O2, ion2 umumnya, glukosa

Ad. 2 Dispersi Koloid


- JUP : 1,0 nm (mμ) sampai 0,5 μm
- Sifat sistem :
Partikel tidak dilihat oleh mikroskop
biasa walaupun partikel tsb mungkin
dideteksi di bawah ultramikroskop,
terlihat dlm mikroskop elektron, dpt
melewati membran semipermeabel,
difusi berlangsung sangat lambat.
- Ex : Sol perak koloidal, polimer alam &
polimer sintetis.
 
Ad. 3 Dispersi Kasar
- JUP : lebih besar dari 0,5 μm
- Sifat sistem :
Partikel terlihat di bawah mikroskop, tdk dapat melewati
kertas saring normal atau mendialisis mll membran
semipermeabel, partikel2 tdk mendifusi
- Ex : butir2 pasir, emulsi dan suspensi farmasetik umumnya,
sel2 darah merah.

Batas ukuran agak kabur, tdk ada batas yg jelas antara dispersi
molekular dan dispersi koloid atau antara dispersi koloid dan
dispersi kasar.

UKURAN DAN BENTUK PARTIKEL KOLOID

Partikel yg terletak dlm jangkauan uk. Koloid mempunyai


luas permukaan yg sangat besar dibandingkan dgn luas
permukaan partikel2 yg lebih besar dgn volume yg sama.
Untuk membandingkan secara kuantitatif luas permukaan
dari bahan yg berbeda, digunakan batasan luas permukaan
spesifik.
 Luas permukaan spesifik didefinisikan sbg luas permukaan per
unit berat atau volume bahan.

Warna dispersi koloid berhubungan dgn ukuran partikel yg ada.
Ex. : 1). emas dlm bentuk sol emas akan berwarna merah, tapi
bila ukurannya meningkat akan menjadi dispersi yg berwarna
biru.
2). Antimon dan arsen trisulfida berubah warnanya dari merah
menjadi kuning jika ukuran partikel berkurang sehingga ukuran partikelnya
berubah dari uk. Serbuk kasar menjadi uk. Partikel
yg berada pd daerah koloid.

 Karena ukurannya, partikel koloid bisa dipisahkan dari partikel molekular dgn relatif
mudah.
 1. Dialisis
Dialisis menggunakan membran kolodion atau selofan. Ukuran pori akan mencegah
lewatnya partikel2 koloid, tp molekul2 kecil & ion, seperti : urea, glukosa, & NaCl,
dapat
melewatinya.
Dialisis bisa jg digunakan utk mendapatkan
bahan subkoloid yg bebas dari pengotoran
koloid.
2. Ultrafiltrasi jg digunakan utk memisahkan dan
memurnikan bahan koloid.
3. Elektrodialisis
Bila dialisis dan ultrafiltrasi digunakan utk
menghilangkan pengotoran bermuatan, proses ini
dipercepat dgn menggunakan suatu potensial
listrik di seberang membran. Proses ini disebut
elektrodialisis.

Dialisis telah banyak digunakan akhir2 ini utk


mengkaji ikatan bahan yg berarti secara
farmasetik ke partikel2 koloid. Dialisis terjadi jg
dalam makhluk hidup. Jadi, ion2 dan molekul2
kecil dpt segera lewat dari darah ke cairan
jaringan mll membran semipermeabel. Komponen
koloid dari darah tetap tinggal dalam sistem
kapiler.

Prinsip dialisis digunakan dalam ginjal buatan, yg


menghilangkan pengotoran dgn berat molekul
kecil dari tubuh dgn melewati membran
semipermeabel.
Bentuk yg diambil oleh partikel koloid dlm dispersi adl
penting, krn makin dikembangkan partikel tsb, akan
makin besar luas permukaan spesifiknya dan akan
makin besar pula kesempatan utk berkembangnya
kekuatan tarik-menarik antara partikel dari fase
terdispersi dan medium dispersi.

Suatu partikel koloid spt landak kecil. Dalam


lingkungan yg baik, partikel tsb akan
mengurangi dan memberikan luas permukaan
maksimum. Dan pada keadaan kurang baik, ia
akan menggulung dan mengurangi luas
permukaannya.

Beberapa bentuk koloid :


1. koloid bulat (spherocolloid)
2. koloid serat : batang pendek dan elips memanjang,
elips pipih dan lempengan, batang panjang & benag2,
benang yg tergulung longgar, benang bercabang-
cabang.
PENERAPAN FARMASETIK DARI KOLOID

Obat-obat tertentu ternyata mempunyai sifat terapeutis yg tdk biasa atau


meningkat bila diformulasi dlm keadaan koloid.

- Perak klorida koloidal, perak iodida, perak protein mrp


pembunuh kuman yg efektif & tdk menyebabkan
iritasi. Ini mrp karakteristik dari garam2 perak dlm
bentuk ion.

- Serbuk belerang kasar sukar diabsorpsi bila


diberikan per oral, namun dosis yg sama dari sulfur
tsb dlm bentuk koloid bisa diabsorpsi sempurna
shg menyebabkan reaksi toksis dan bahkan
kematian.

- Tembaga koloidal digunakan dlm pengobatan kanker, emas koloidal sbg zat
pendiagnosis paresis, serta air raksa dlm bentuk koloid digunakan utk sifilis.
Banyak polimer alam & sintetis yg digunakan dlm pengerjaan farmasetis
kontemporer. Polimer mrp makromolekul yg dibentuk oleh polimerisasi
atau kondensasi dari molekul yg lebih kecil, yg bersifat bukan koloid.

 Protein mrp koloid alam yg penting dan terdpt dlm tubuh sbg komponen
otot, tulang dan kulit. Protein plasma berperan penting utk ikatan
molekul2 obat tertentu yg akan mempengaruhi aktivitas farmakologis
dari obat tsb.

 Makromolekul tumbuhan yg terjadi secara alami spt amilum dan selulosa


yg digunakan sbg bahan pembantu farmasetik mampu berada dlm
keadaan koloid.

 Hidroksietilamilum (HES) mrp makromolekul yg digunakan sbg


pengganti plasma.

 Polimer sintetis lainnya digunakan sbg bahan penyalut pd bentuk


sediaan padat utk melindungi obat yg tdk tahan thd lembab atau yg
mengalami degradasi pada keadaan asam di lambung.

 Elektrolit koloidal (zat-aktif permukaan) kadang2 digunakan utk


mempertinggi kelarutan, stabilitas, & rasa dari senyawa2 tertentu dlm
preparat farmasetik dlm air dan dlm minyak.
TIPE SISTEM KOLOID
Sistem koloid bisa digolongkan mjd 3 golongan, berdasarkan
interaksi partikel2, molekul2 atau ion2 dari fase terdispersi dgn
molekul2 dari medium dispersi, yaitu :
1. Koloida Liofilik
Sistem yg mengandung partikel2 koloid yg banyak berinteraksi
dgn medium dispersi dikenal sbg koloida liofilik (suka-pelarut).
Karena afinitasnya thd medium dispersi, bahan2 tsb membentuk
dispersi koloid, atau sol dgn relatif mudah.
Jadi, sol koloidal liofilik biasanya diperoleh hanya dgn
melarutkan bahan dalam pelarut yg digunakan.
Ex : disolusi gom atau gelatin dalam air atau seluloid dalam amil
asetat akan membentuk suatu sol.

Berbagai sifat dari golongan koloid ini disebabkan oleh tarik-


menarik antara fase terdispersi dan medium dispersi yg
mengakibatkan solvasi, menempelnya molekul pelarut ke
molekul fase terdispersi. Akan halnya koloida hidrofilik, dmn air
sbg medium dispersi, hal ini disebut hidrasi.
Kebanyak koloida liofilik adl molekuk organik, mis. :
1. gelatin
2. gom
3. insulin media dispersi air (sol hidrofilik)
4. albumin
5. karet
6. polistiren media dispersi pelarut organik bukan air

2. Koloida Liofobik
Golongan ke-2 dari koloid ini tersusun dari bahan yg jika ada mempunyai tarik-
menarik kecil thd medium dispersi. Golongan ini disebut koloida liofobik (benci-
pelarut) dan dpt diramalkan sifatnya berbeda dgn koloida liofilik. Ini terutama
karena tdk adanya selimut pelarut di sekeliling partikel.
Koloida liofobik umumnya tersusun dari partikel2 anorganik yg terdispersi dlm
air. Ex : emas, perak, belerang, arsen (II) sulfida, perak iodida.

Sebaliknya dari koloida liofilik, disini perlu menggunakan metode khusus utk
menyiapkan koloida liofobik. Yakni :
a. Metode dispersi, dimana partikel2 kasar direduksi
ukurannya.
b. Metode kondensasi, dimana bahan2 berdimensi
subkoloid diagregasi mjd partikel2 yg berada pd
daerah ukuran koloid
Ad. a. Dispersi
Dispersi dpt dicapai dgn :
1. Menggunakan generator ultrasonik yg berintensitas tinggi yg
bekerja pd frekuensi lebih dari 20.000 putaran permenit.
2. Produksi lengkung listrik dalam suatu cairan. Karena panas yg kuat
dihasilkan oleh lengkung tsb, sebagian dari logam elektroda
didispersikan sbg uap, yg mengkondensasi membentuk partikel
koloid.
3. Proses penggilingan (milling dan grinding)
Proses ini jg bisa digunakan, walaupun efisiensinya rendah.
Penggiling koloid (colloid mill), dimana bahan diiris antara 2 set
lempeng yg berdekatan, hanya mengurangi sebagian kecil dari total
partikel koloid.

Ad. b. Kondensasi
Terbentuknya koloida liofobik dgn cara kondensasi adl adanya keadaan
lewat jenuh dgn derajat yg tinggi diikuti dgn pembentukan &
pertumbuhan inti. Keadaan lewat jenuh bisa dibuat dgn menukar pelarut
atau mengurangi temperatur.
Sambungan ad. b.
Sbg contoh, jika belerang dilarutkan dlm alkohol, kemudian larutan pekat
ini dituangkan ke dlm air berlebih, akan terbentuk banyak inti kecil dlm
larutan lewat jenuh tsb. Ini tumbuh dgn cepat membentuk suatu sol koloid.

Metode kondensasi yg lain bergantung pada suatu reaksi kimia, spt reduksi,
oksidasi, hidrolisis, atau penguraian rangkap. Jadi larutan netral atau sedikit
alkali dari garam2 logam mulia, jika direaksikan dgn suatu zat pereduksi spt
formaldehid atau pirogalol, akan membentuk atom2 yg bergabung
membentuk agregat bermuatan.

3. Koloida Gabungan
Amfifil atau zat aktif-permukaan ini berciri mempunyai 2 daerah yg
berbeda yg melawan afinitas larutan dlm molekul atau ion yg sama. Jika
ada dlm suatu medium cair dgn konsentrasi rendah, amfifil berada terpisah
dan mempunyai ukuran spt subkoloid. Jika konsentrasi ditingkatkan, tjd
agregasi pd suatu jangkauan konsentrasi yg sempit. Agregat ini, yg bisa
mengandung 50 monomer atau lebih, disebut misel. Krn garis tengah dari
tiap misel adl 50 A, misel berada dlm daerah ukuran koloid. Konsentrasi
dmn misel ini terbentuk disebut konsentrasi misel kritis (CMC).
Sebagaimana sol liofilik, koloid gabungan terbentuk secara
spontan, pd konsentrasi amfifil dlm larutan yg melebihi cmc.

Amfifil mungkin anionik, kationik, nonionik, atau amfolitik


(zwitterionik), hal ini menyebabkan mudahnya membuat
penggolongan koloid gabungan.

SIFAT-SIFAT OPTIK KOLOID


1. Efek Faraday-Tyndall
Bila suatu berkas cahaya yg kuat dilewatkan mll sol koloid, akan
terlihat suatu kerucut yg dihasilkan dari pemendaran cahaya
oleh partikel2 koloid. Hal ini disebut Efek Faraday-Tyndall.

Ultramikroskop, dikembangkan oleh Zsigmondy. Dengan alat ini


dpt diuji titik2 cahaya yg menimbulkan kerucut Tyndall. Seberkas
cahaya yg kuat dilewatkan mll sol yg berlatar belakang gelap
dari sudut kanan ke bidang pengamatan. Walaupun partikel2 tdk
dapat dilihat secara langsung, namun dpt diamati spot terang yg
sesuai dgn partikel, serta dpt dihitung.
Mikroskop Elektron. Sekarang, penggunaan
ultramikroskop sudah berkurang, karena ultramikroskop
seringkali tdk dapat digunakan utk melihat koloida liofilik.

Mikroskop elektron skrg banyak digunakan utk


mengamati ukuran, bentuk dan struktur partikel2 koloid.
Mikroskop elektron mampu menghasilkan gambar
partikel2 secara aktual, bahkan mendekati dimensi
molekular.

Keberhasilan mikroskop elektron karena daya resolusinya


yg tinggi, yg bisa didefinisikan sbg batasan d, jarak
terkecil 2 objek dipisahkan tp masih tetap dpt dibedakan.
Makin kecil panjang gelombang radiasi yg digunakan,
makin kecil d dan makin besar daya resolusinya.
Mikroskop optik menggunakan cahaya tampak sbg
sumber sinar dan hanya sanggup meresolusi 2 partikel yg
dipisahkan oleh kira2 2000A. Sumber sinar mikroskop
elektron adl seberkas elektron yg berenergi tinggi dan
mempunyai panjang-gelombang pd daerah 0,1 A. Dgn
peralatan tdb, menghasilkan d kira2 5 A, suatu kekuatan
resolusi yg jauh meningkat melebihi mikroskop optik.
2. Pemendaran Cahaya (Light Scattering)
Sifat ini berdasarkan efek Tyndall-Faraday dan merupakan metode yg
banyak digunakan utk menentukan berat molekul koloid. Sifat ini jg
digunakan utk memperoleh informasi spt bentuk dan ukuran partikel.

Pada suatu konsentrasi fase terdispersi tertentu, kekeruhan sebanding


dgn berat molekul koloida liofilik. Karena kebanyakan koloida
liofilik mempunyai turbiditas (kekeruhan) rendah, maka relatif lebih
mudah mengukur cahaya yg terpendar pd suatu sudut tertentu thd
berkas sinar, bukan mengukur cahaya yg ditransmisikan.

Kekeruhan kemudian dpt dihitung dari intensitas cahaya yg tersebar


dgn syarat dimensi partikel kecil dibandingkan dgn panjang
gelombang yg digunakan. BM koloid bisa didapatkan dari persamaan:
Hc/τ = 1/M + 2Bc
dimana τ adl kekeruhan, c konsentrasi zat terlarut dlm g/cm3 larutan, M
berat molekul rata2 berat dan B konstanta interaksi, H adl konstanta
utk suatu sistem tertentu dan sama dengan :
32π3n2 (dn/dc)2
3λ4 N

dimana n adl indeks refraksi larutan dgn konsentrasi c


pd suatu panjang-gelombang dlm cm-1. (dn/dc) adl
perubahan dlm indeks refraksi dgn konsentrasi pada c,
dan N adl bilangan Avogadro.

Bila molekul asimetris, intensitas cahaya tsb bervariasi


dgn berbedanya sudut pengamatan. Dgn data tsb dapat
diperkirakan bentuk dan ukuran partikel. Pemendaran
sinar telah digunakan utk menyelidiki protein, polimer
sintetis, koloid gabungan, dan sol liofobik.
TERIMA
TERIMA KASIH
KASIH

Anda mungkin juga menyukai