KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya kelak di akhirat. Rasa
syukur dan terima kasih kami ucapkan untuk Ibu Lis Setiyo Ningrum selaku dosen mata kuliah
Kimia Dasar yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami berharap agar makalah kami yang berjudul “Koloid”
dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait definisi termokimia
serta pengaplikasian termokimia dalam kehidupan sehari-hari. Demikian yang dapat kami
sampaikan, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah kami terdapat perkataan yang
tidak berkenan di hati. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah
kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Koloid
C. Jenis-jenis koloid
D. Sifat-sifat koloid
E. Pembuatan koloid
F. Pemurnian koloid
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-produk
maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun, dan produk aerosol
atau yang sering kali kita lihat seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya. Sistem
Koloid adalah campuran hampir homogen antara fase terdispensi dan fase pendispersi.
Campuran ini hampir homogen, artinya campuran dua zat hampir menyatu dan sulit dibedakan.
Fase terdispensinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar). Akan tetapi,
gabungan dari beberapa molekul. Jika diambil contoh zat terdispensi air, sistem koloid
merupakan dispensi padatan (gabungan dari molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi.
Hanya saja partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fase
terdispensi dan mana fase pendispersi. Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta
perlakuan melalui praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas
mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem Koloid terdiri dari atas
fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendespersikan disebut
despersi bersifat kontinu. Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar)
sebelum digunakan oleh tubuh, terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan
protoplasma dalam sel-sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui
beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat
bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu bercampur secara merata dengan
B. RUMUSAN MASALAH
7. Bagaimana penggunaan koloid dan Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari?
C. TUJUAN MAKALAH
D. MANFAAT MAKALAH
A. PENGERTIAN KOLOID
Koloid ialah sebuah hasil campuran zat heterogen yaitu antara beberapa zat yang mana
partikel-partikel zat yang memiliki ukuran koloid tersebar dengan merata di dalam zat yang lain.
Dalam pengertiannya, campuran terbagi menjadi 3 yaitu: larutan, koloid, dan suspensi. Ukuran partikel
pada sebuah koloid lebih besar dari larutan, namun lebih kecil dari suspensi. Ukuran partikel dalam
koloid, yaitu 1-100 nm. Ada dua bentuk koloid, yaitu fase terdispersi atau zat yang di dispersikan dan
satunya lagi fase medium pendispersi atau medium yang mendispersi. Ukuran yang dimaksud dapat
berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Koloid merupakan dispersi
partikel kecil dari satu material ke dalam material lain. Berukuran kecil artinya bahwa
diameternya kurang dari 500 nm (sekitar panjang gelombang sinar). Proses pada permukaan
padat menentukan kelangsungan hidup industri, baik yang konstruktif seperti dalam katalis
maupun yang destruktif seperti dalam korosi. . Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta,
yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu
campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau
molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran,
yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas
partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat
besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800
s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7 . Bila kita melarutkan suatu zat ke dalam suatu
pelarut, maka kita akan mendapatkan bermacam-macam sistem, tergantung dari besarnya
diameter partkel yang dialarutkan. Walaupun demikian kita dapat membagi sistem ini menjadi
a. Larutan sejatu atau dispers molekuler, bila diameter partikelnya lebih kecil dari 1mm,
b. Larutan kolid atau dispers halus, bila diameter partikelnya terletak antara 1mm100mm,
c. Dispers kasar, bila diameter partikelnya lebih besar dari 100mm Campuran dua macam
zat, dimana zat yang satu terbagi halus dalam zat lain, disebut sistem dispers.
Sistem dipers terdidri atas fase dispers dan medium dispers. Ciri-ciri sistem koloid sebagai
berikut :
c) Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tetapi dapat disaring
C. JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu,
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol,
emulsi, dan buih. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat. Emulsi ialah koloid
dengan zat terdispersinya fase cair. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis. Sedangkan
1. Sol
Sol adalah dispersi koloid zat padat, cair atau gas. Dari ini yang terpenting adalah sol zat
padat dalam zat cair dan dalam bagian ini hanya akan dibicarakan hal tersebut. Sol dibagi
Sol disebut liofilik bila partikel-partikelnya menarik pelarit dan disebut liofobik bila tidak
menarik pelarut. Bila pelarutnya air, disebut hidrofilik, misalnya oksidasioksidasi, pati dan
protein dalam air. Bila pelarutnya air dan partikel koloid tidak menarik air, disebut
hidrofobik, misalnya sol logam, garam BaSO4, AgCl dan sebagainya didalam air.
Pembuatan :
Sol hidrofobik dibuat dengan dua cara yaitu cara dispers dan cara kondensasi. Pada cara
dispers, partikel-partikel besar dipecah, hingga menjadi ukuran koloid. Sebaliknya pada cara
kondensasi, ion-ion atau molekul digabungkan menjadi partikel dengan ukuran koloid.
1) Cara dispers.
a. Disintegrasi mekanis
Pada cara ini zat yang bersangkuta ditumbuk dan dihaluskan dalam colloid mill,
Cara ini dilakukan dalam sel elektrolid, katoda berupa logam yang akan dibuat
koloid. Larutan berupa NaOH dan dipakai arus dengan rapat arus yang besar. Akibat
elektrolisis, Na akan terbentuk dikatode dan dengan logam yang ada terjadi alliage.
Air yang ada bereaksi dengan alliage ini dan akibat reaksi logam katode akan terlarut
c. Peptisasi.
atau BaSO4 akan terlarut dalam bentuk koloid, bila ditambahkan elektrolit
tertentu.
2) Cara Kondensasi
Arus dengan frekuensi tinggi dialirkan melalui dua elektrode logam, yang
dimasukkan dalam pelarut yang cocol. Akibat bunga api lostrik, logam akan menguap
• Reaksi reduksi
c. Penggantian pelarut
Suatu larutan ditambahkan kedalam larutan yang berisi zat terarut yang akan
dibuat koid. Zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan, sedangkan
dialisis.Filtrasi yaitu proses pemisahan partikel koloid dari pelarut dan zat terlarut
yang asa dengan filter yang dibuat khusus yang permeabel terhadap semua larutan zat
pengambilan zat terlarut dari larutan koloid dengan cara diffusi melalui membrane
(kolodinon, selofan, nitro-selulosa atau selaput bintang) yang cocok. Dialisis dapat
2. Koloid Emulsi
Emulsi ialah dispers koloid cairan satu dalam cairan lainnya. Emulsi adalah suatu sistem
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa cairan yang tidak dapat
bercampur (mis : minyak dalam air) fase yang tidak bercampur akan segera memisah. Untuk
menjaga agar emulsi tersebut stabil, perlu ditambahkan zat ketiga yang disebut emulgator
atau zat pengermulsi. Contoh emulgaltor : galatin, kuning telur, kanji, madu alam, dsb. sayrat
membentuk emulsi. Daya afinitasnya harus parsial atau tidak sama terhadap kedua cairan
tersebut. Salah satu ujung emulgaltor larut dalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang
lain hanya membentuk lapisan tipis disekeliling atau diatas permukaan cairan yang lain.
3. Koloid Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao
karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari
adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid
umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat
pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur
yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh
komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung
gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk
1. Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium
pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh
berbeda.
2. Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
besar.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan
kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan.
Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,
yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri
untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan
mengembang.
aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan
b. Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
1. Roti
pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk
buih padat.
2. Batu apung
3. Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium
pendisperasi polistirena.
Gel adalah sistem koloid yang fase terdispersinya berupa cairan, medium
pendispersinya berupa zat padat. Pada umumnya terjadi dari sol liofil (hidrofil)
D. SIFAT-SIFAT KOLOID
a. Efek Tyndall
Sifat penghamburan cahaya oleh koloid ditemukan oleh John Tyndall, oleh karena itu
sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid
dari larutan sejati, contohnya dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati dari langit yang
b. Gerak Brown
Hal ini pertama kali oleh Robert Brown (1773-1858), ia sedang mengamati butiran sari
tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Gerakan Brown dapat diuraikan sebagai
berikut: partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown.
c. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Sifat ini telah digunakan
d. Muatan koloid
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki
muatan sejenis (positif dan negetif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid.
Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid.
e. Koagulasi koloid
Partikel-partikel yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila
muatan listrik itu hilang, makan partikel kooid tersebut akan berabung membentuk
Koagulasi biasanya digunakan untuk perebusan teur, pembuatan yoghurt, tahu, penjernihan
air sungai.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
E. PEMBUATAN KOLOID
Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid,yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul digabungkan menjadi partikel besar
berukuran koloid. Sebaliknya, pada metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi
Metode Kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia
Misalnya: Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan
larutan HCL encer; AgNO3 (aq) + HCl (aq) → AgCl (koloid) + 3H2O (aq)
b) Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya: Sol Al(OH)3 dapat
diperoleh dari reaksi hidrolisis gara Al dalam air mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O
c) Reaksi reduksi-oksidasi
Misalnya: Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam
air dengan mengalirnya gas H2S; 2H2S (g) + SO2 → 3S(s) + 2H2O(l)
sehingga fasa terdispersinya yang semula larut setelah diganti pelarutnya menjadi
berukuran koloid.
• Metode Dispersi
1. Metode Mekanik
koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid,
✓ Industri farmasi
2. Metode Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemecahan. Zat pemecah tersebut dapat
tertentu.
Cara busur bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
F. PEMURNIAN KOLOID
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem
koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel
dialisis. Proses dialisis untuk pemisahan partikel-pastikel koloid dan zat terlarut dijadikan
dasar bahi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin
pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel,
selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. proses
dialisis mengunakan bantuaan medan listrik dalam benjana yang akan mempercepat
perembesan ion-ion dari dalam kantong. Ion-ion positif dalam kantong berdifusi melalui
membran menuju elektroda negatif (katoda) dan sebaliknya. Cara kerjanya; listrik
tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput
semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion
3. Penyaring Ultra
Penyaring ultra adalah penyaring yang memiliki pori-pori yang sangat halus atau
membran dengan ruang renik yang besarnya tertentu sehingga tidak dapat dilalui oleh
partikel koloid, tetapi dapat dilalui oleh ion-ion atau partikel molehkuler larutan. Partikel-
partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas
saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas
akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses penyaringan, dapat juga digunakan pompa penghisap atau dengan pemberiaan
elektroda dari sumber arus listrik. Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring
ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini.
G. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar. Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid: Jenis industri Contoh
aplikasi Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad Industri kosmetika dan perawatan
tubuh Krim pasta gigi,sabun Industri cat Cat Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Pestisida dan insektisida Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid
tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-
ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
3. Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel
koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
A. KESIMPULAN
1. Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
2. Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
3. Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu,
zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem
koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Sedangkan fase pendepersinya
adalah gel 4. Koloid mempunyai beberapa sifat diantaranya: Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari
samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Jika diamati dengan mikroskop ultra
ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown.
Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel
koloid. Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi
ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid
menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi stabil (tidak
mengalami sedimentasi). Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu
pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. 22 Penggumpalan partikel koloid disebut
koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit.
Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya
hilang. 5. Ada dua metode pembuatan sistem dispersi koloid, yaitu metode kondensasi dan
metode dispersi. Pada metode kondensasi, ion atau molekul digabungkan menjadi partikel besar
berukuran koloid. Sebaliknya, pada metode dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi
Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem
koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan
koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu: Dialisis, Elektrodialisis,
dan Penyaring Ultra. 7. Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam
bidang industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari
B. B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Prof. Dr. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Yudhistira.