Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOLOID

Di susun oleh:
Lina Septriana : 022010014
Didi Kusmayadi : 022010073
Helmy Aziz Yudhistira : 022010050
Muhamad Surya Mahesa : 022010005
Abd Aziz : 022010057

PROGRAM STUDI TEHNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR MATARAM
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan maslah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Koloid
B. Jenis jenis koloid
C. Sifat-sifat Koloid
D. Proses pembuatan Kloid
E. Kegunaan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Koloid merupakan jenis campuran heterogen yang terbentuk karena
adanya dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Nah, makanya
dalam koloid itu terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi.
Fase terdispersi adalah zat yang mengalami penyebaran secara merata
dalam suatu zat lain, sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya penyebaran
secara merata disebut medium pendispersi. Nah, kamu perlu tahu ya,
pengertian fase di sini berbeda dengan wujud. Kenapa? Karena ada zat yang
wujudnya sama, tetapi fasenya berbeda. Contohnya, santan. Kalau kita lihat
lebih jelas, ternyata pada santan terdapat butiran minyak dalam air. Butiran
minyak tersebut mempunyai fase yang berbeda dengan air, walaupun
keduanya berwujud cair. Butiran minyak sebagai fase terdispersi, sedangkan
air sebagai medium pendispersi. Oleh sebab itu, suatu koloid selalu
mempunyai fase terdispersi dan medium pendispersi.
Contoh sistem koloid lainnya yang bisa kita temui di kehidupan sehari-
hari antara lain ada mayones, keju, jelly, cat, kosmetik, dan obat-obatan.
Bahkan, darah yang ada di dalam tubuh kita itu termasuk sistem koloid, lho!
Kok bisa? Hayo, coba kamu ingat, kira-kira apa saja komposisi darah di dalam
tubuh kita?
Oh iya, selain koloid, larutan dan suspensi juga termasuk campuran
dua atau lebih zat, loh! Terus, bedanya apa ya antara koloid, larutan, dan
suspensi? Nah, untuk memudahkan kamu membedakan antara larutan, koloid,
dan suspensi, perhatikan tabel berikut!

B. Rumusan Masalah
1. Klasifikasi koloid
2. Contoh koloid
3. Peroses pembuatan koloid

1
C. Tujuan
1. Untuk menegtahui pengertian koloid.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis koloid.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pemuatan koloid.
4. Untuk mengetahui contoh-contoh koloid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid


1. Thomas Graham (1861)
Menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi
sedangkan pati, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau tidak sama
sekali menyebar. Zat yang sulit untuk berdifusi disebut koloid.
2. Ostwald (1907)
Sistem koloid merupakan campuran heterogen antara dua atau
lebih zat partikel berukuran zat koloid (fase terdispersi) tersebar merata
dalam zat lain (penyebaran media).
Jadi, Koloid adalah suatu keadaan materi yang memiliki ukuran di
antara ukuran partikel dan suspensi. Dalam larutan, suatu zat
disebarkan/dilarutkan ke dalam pelarut membentuk campuran homogen,
dimana partikel-partikel zat terlarut bercampur sempurna dengan pelarut
sehingga tidak terlihat adanya perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel
koloid disebarkan/didispersikan ke dalam suatu medium, dan menghasilkan
sistem koloid. Partikel koloid yang didispersikan disebut dengan zat
terdispersi, dan medium tempat partikel didispersikan disebut medium
pendispersi.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur
pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja
campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan
berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat
kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,
perhatikanlah tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI

3
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa
Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5
Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

B. Jenis-jenis Koloid
Pada koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi bisa berwujud
padat, cair, dan gas. Oleh karena itu, berdasarkan perbedaan antara fase
terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid dibagi menjadi 8, yaitu :
1. Sol Padat
Sol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium
pendispersi yang padat juga. Sol padat ini terbentuk karena pengaruh
tekanan dan suhu, sehingga menghasilkan padatan yang kokoh dan keras.
Contohnya, batuan ruby (batuan permata). Batuan ruby ini merupakan
padatan kromium (Cr) yang tersebar dalam padatan aluminium oksida.
Sehingga, dari sini bisa kelihatan ya, kalau padatan kromium (Cr) itu
sebagai fase terdispersi dan padatan aluminium oksida (AI2O3) sebagai
medium pendispersi. 
2. Sol
Sol memiliki fase terdispersi padat dalam medium pendispersi
cair yang tidak mudah berubah sifatnya. Jadi, bedanya sol dengan sol
padat itu terletak di medium pendispersinya, ya. Kalau sol padat

4
mediumnya padat, sedangkan sol mediumnya cair. Contohnya, cat tembok.
Cat tembok terdiri dari banyak jenis padatan, di antaranya kalsium
karbonat (CaCO3), kaolin, dan lain sebagainya. Zat padat (fase terdispersi)
inilah yang mengalami penyebaran dalam medium cair (medium
pendispersi) yang berupa air (H2O).
3. Aerosol Padat
Aerosol padat memiliki fase terdispersi padat dalam medium
pendispersi gas. Contohnya, asap kendaraan. Asap kendaraan mengandung
padatan berupa timbal, karbon, karbon monoksida, dan lain sebagainya
yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari mesin. Makanya,
ketika kamu melewati kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap,
kadang kamu akan merasakan kelilipan karena adanya padatan (fase
terdispersi) di dalam asap (medium pendispersi). 
4. Aerosol
Aerosol memiliki fase terdispersi berupa cairan dan medium
pendispersi berupa gas. Jadi, bedanya aerosol dengan aerosol padat
terletak pada fase terdispersinya. Aerosol tidak bisa bertahan lama. Hal ini
karena zat penyusunnya yang mudah rusak oleh perubahan suhu dan
tekanan udara lingkungan. Contohnya, parfum. Saat parfum disemprotkan
di udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang
wujudnya gas sebagai merupakan medium pendispersi.
5. Emulsi Padat
Selanjutnya, ada emulsi padat yang memiliki fase terdispersi
berupa cairan dalam medium pendispersi padat. Contohnya, agar-agar.
Agar-agar terbuat dari air (fase terdispersi) yang dicampur dengan bubuk
agar-agar (medium pendispersi). Pada saat bubuk agar-agar dipanaskan
dalam air, serat dari agar-agar akan bergerak bebas. Saat proses
pendinginan, serat tersebut akan saling merapat dan memadat. Jadi, pada
agar-agar itu, partikel-partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel
agar-agar.

5
6. Emulsi
Nah, kalau fase terdispersi dan medium pendispersinya berupa
cairan, maka disebutnya emulsi. Emulsi biasanya tersusun oleh cairan
dengan kepolaran senyawa yang berbeda, sehingga tidak saling
bercampur. Contohnya, susu. Emulsi pada campuran susu dan air itu
terjadi ketika partikel air terdispersi atau tersebar dalam partikel-partikel
susu. Nah, karena partikel air dan susu ini punya level kepolaran yang
beda, maka kedua zat ini ga bisa bercampur dengan sempurna, sehingga
susu itu termasuk koloid, bukan larutan. 
7. Buih Padat
Busa padat memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium
pendispersi padatan, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam
padatan. Contohnya, spons. Jika dilihat, spons itu merupakan sebuah
padatan, tapi ketika dipencet ternyata isinya udara. Itu tandanya, partikel-
partikel udara atau gasnya tersebar dalam medium padat, ya.
8. Buih
Jenis koloid yang terakhir, yaitu buih. Bedanya dengan buih padat,
kalau buih memiliki fase terdispersi berupa gas dalam medium pendispersi
cair, atau bisa disebut juga gas yang terdispersi di dalam cairan.
Contohnya, buih sabun karena adanya udara (fase terdispersi) yang
terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi). Hal ini terjadi
karena molekul sabun yang saling tarik menarik membentuk jaring atau
lapisan yang dapat menjebak udara, sehingga membentuk gelembung-
gelembung bening berisi udara.
Nah, sekarang, kamu sudah tahu ya apa saja jenis-jenis koloid dan
contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Oh iya, di awal artikel tadi kan
disebutkan nih kalau mayones juga merupakan salah satu jenis koloid.
Menurut kamu, mayones termasuk ke dalam koloid jenis apa, ya? 
Ternyata, mayones termasuk ke dalam jenis koloid
emulsi karena medium pendispersinya cair, yaitu telur dan fase
terdispersinya juga cair, yaitu minyak. 

6
Agar Quipperian lebih paham tentang jenis-jenis koloid, perhatikan tabel
berikut.

C. Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall 
Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan
cahaya ke segala arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk
membedakan larutan dengan koloid, sebab larutan tidak memiliki sifat
menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya dispersi koloid
(minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya
dicampur akan membentuk koloid yang nampak seperti susu).
2. Gerak Brown
Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik,
dengan arah tegak lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang
gelap, maka akan nampak partikel-partikel yang berbentuk seperti bintik-
bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-bintik tersebut diikuti, maka terlihat
bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak ke segala arah. Gerakan
acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya tabrakan
molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.
3. Adsorpsi
Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di
permukaan partikel yang dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat
lain. Padatan dapat bersifat sebagai adsorben (penyerap), namun
kemampuan koloid dalam mengadsorpsi lebih tinggi daripada padatan,
karena koloid memiliki luas permukaan lebih besar.

7
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion
S2.
4. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan
koloid bermuatan negatif.

5. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan,
pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
6. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat
melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
7. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan
cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
8. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

8
D. Proses pembuatan koloid
1. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses pembuatan koloid larutan yang
dalam prosesnya dibagi lagi menjadi dua, yaitu secara fisika dan secara
kimia. Secara fisika, prosesnya dilakukan dengan mengubah pelarut.
Sementara secara kimia melibatkan beberapa reaksi kimia seperti:
a. Reaksi redoks, reduksi, dan oksidasi
b. Reaksi hidrolisis
c. Reaksi substitusi atau reaksi dekomposisi rangkap
2. Dispersi
Dispersi adalah kebalikan dari kondensasi, artinya ini merupakan
proses pembuatan koloid dari suspensi. Proses ini mengubah partikel
koloid yang besar menjadi partikel yang lebih kecil.
Dalam proses pembuatan koloid yang dengan teknik dispersi,
dibedakan menjadi tiga proses. Pertama secara mekanik, kedua secara
peptisasi, dan ketiga secara busur berdia.
a. Secara mekanik
Pembuatan koloid secara mekanik biasa dilakukan dengan cara
menggerus atau menumbuk agar partikel koloid jadi mengecil. Setelah
itu, ditambahkan medium zat cair panas. Misalnya seperti sol belerang
yang dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang dengan zat inert
(mirip gula pasir) lalu dicampurkan dengan air.
b. Secara peptisasi
Cara ini biasanya dilakukan dengan menambahkan ion yang satu jenis
dengan suatu endapan. Misalnya agar agar yang dipeptisasi oleh air,
karet dipeptisasi oleh bensin, lalu nitroselulosa dipeptisasi oleh aseton,
dan yang lainnya.
c. Secara busur berdia (berdig)
Prinsip dari cara ini adalah dengan mengalirkan arus dengan tegangan
tinggi pada dua buah elektroda. Elektroda ini merupakan logam dan
harus dicelupkan pada air. Awalnya atom-atom logam akan terlempar

9
ke dalam air. Setelah itu, atom-atom tersebut akan mengalami
kondensasi dan menjadi partikel koloid. Dengan kata lain, cara ini
adalah gabungan dari cara kondensasi dan cara disperse

E. Kegunaan Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari


Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid :

Jenis industry Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan


tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

  Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Minyak ikan, pensilin untuk


Industri farmasi suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :


1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloidakan mengadsorpsi zat
warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna
dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan
negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil
stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion
tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga
proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air

10
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel
koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan
negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum,
harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+   +   3H2O       Al(OH)3   +      3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur.
Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi. 
4. Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat
yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+,
Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Karena air sungai bertemu di laut,
maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah
liat. Sehingga terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
5. Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industry
seringkali mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid.
Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik
yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik
partikel-partikel koloid.
6. Agar-agar
Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan
menghasilkan sistem koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar
rendah, pada keadaan dingin, sol ini akan berwujud cair. Sebaliknya, jika
konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi padat
dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel

11
7. Pektin
Pektin adalah teoung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel,
dan kulit jeruk. Jika di dispersikan di dalam air, terbentuk sol yang
kemudian memadat sehingga membentuk gel. Pektin biasa digunakan
untuk membuat selai.
8. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau
kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin di dispersikan di dalam air,
terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan membentul gel. Gelatin
banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-agar, pektin,
gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan seperti jelly, atau
permen yang kenyal (gummy candies)
9. Cairan Kanji
Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk
suatu suspensi. Jika suspensi dipanaskan terbentuk sol, dan jika
konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat
sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi
menyerap medium pendispersi sehingga fase terdispersi mengembang,
memadat, dan menjadi kaku.
10. Cat Tembok dan Tinta
Zat warna terdispersi di dalam medium air
11. Cat Kayu dan Cat Besi
Zat warna terdispersi di dalam pelarut organik
12. Proses Menghilangkan Bau Badan
Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang
mengabsorpsi) berupa Al-strearat. Jika deodorant digosokkan pada
anggota badan, Al-Strearat mengabsorpsi keringat yang menyebabkan bau
badan.
13. Proses Rebusan Telur

12
Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi
berupa protein. Jika telur tersebut direbus, akan terjadi koagulasi sehingga
telur tersebut menggumpal.
14. Pembuatan Yoghurt
Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui proses fermentasi.
Pada fermentasi susu, akan terbentuk asam laktat yang menggumpal dan
berasa asam.
15. Pembuatan Tahu
Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan
sehingga terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan
larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga
protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.
16. Pembuatan Lateks
Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada
pembuatan lateks, getah karet digumpalkan dengan penambahan asam
asetat atau asam format.
17. Pengolahan Asap atau Debu
Asap atau debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapan
mencemari udara disekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid
zat padat dalam medium pendispersi gas(udara). Padatan dalam asap atau
debu dapat diendapkan dengan menggunakan lat Cottrel.
Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya
terdapat ujung-ujung elektorda bermuatan dengan bertegangan 20.000 V
hingga 75.000 V. elektroda mengakibatkan asap dan debu akan tertarik
pada elektroda yang lainnya dan mengendap. Endapan yang terbentuk
dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong
sudah terbebas dari pastikel padatan yang berbahaya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koloid adalah jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya
dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Umumnya, koloid
berukuran 1 nm hingga 100 nm. Meskipun koloid termasuk jenis campuran,
tapi koloid ini berbeda dengan larutan dan suspensi, ya.
Koloid di bagi menjadi 8 jenis atara lain sol padat,sol,aerosol
padat,aerosol,emulasi padat emulasi buih padat ,buih cara pembuatannya
sediri di bagi menjadi dua kategori yaitu pembuatan dengan cara kondensasi
dan dispersi,yang di mana kolid ini sering sekali kita jumpai dalam khidupan
sehari-hari,slah satu contohnya adalah parfum Saat parfum disemprotkan di
udara, cairan parfum akan terdispersi atau tersebar di udara yang wujudnya
gas sebagai merupakan medium pendispersi.

B. Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus
tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita
lakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak
merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa diuntungkan
oleh apa yang kita lakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT
Wahyumedia

http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html

http://iskabere.blogspot.co.id

http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-
bagi.html

http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-
ahli-beserta-jenisnya

https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-
kehidupan-sehari-hari

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

Foliatini. 2009. Buku Pintar Kimia SMA untuk Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: PT
Wahyumedia

http://bakriekimia.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-jenis-sistem-koloid.html

http://iskabere.blogspot.co.id

http://thierydrizzle.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kimia-manfaat-koloid-
bagi.html

http://www.gurupendidikan.com/sifat-pengertian-sistem-koloid-menurut-para-
ahli-beserta-jenisnya

https://hengky11blog.wordpress.com/2014/02/04/kegunaan-koloid-dalam-
kehidupan-sehari-hari

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

15

Anda mungkin juga menyukai